Anda di halaman 1dari 33

RELASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM

PERSPEKTIF AL-QURAN (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui)


Ali Masrur
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan STFI Sadra Komplek Citra
AB 2 No. 6, Bumi Panyileukan Cipadung Kidul, Kec. Panyileukan Ujung Berung Kota
Bandung, Indonesia.
E-mail: alimasrur@yahoo.com
_________________________

Abstract
This writing studies on relation between faith and science in the perspective of the Quran: a study of thematical
interpretation. After studying Quranic verses on relation between faith and science using thematical method and
unearthing interpretations from contemporary Quranic interpreters, such as Fazlur Rahman, Quraish Shihah, and
Nurcholish Madjid, the result of this research are: Firstly, science is a tool to find a Qur‟anic truth and God‟s truth
itself. Science given by God to mankind as stock for mankind to be vicegerent of God in the earth. Therefore,
science can not be separated with faith. By having science and faith, God will raise a standart of mankind, not only
in this world, but also in the hereafter. Thus, the developing of science and technology has to be efforted to strengten
faith of man to his God and to make man be nearer to his God. Secondly, confrontation between science and faith,
did not caused by the teachings of the Qur‟an, but because man has weeknesses: first, he has a carnal desire
encouraging a man to fulfil his desire. In turn, it will be conflict of interest with another man. Second, narrowness of
his reason. It means that hum an being emphasize short step (dunyā) more that long step (ākhirah).
Keywords:
Faith; Science; Quran.
__________________________

Abstrak
Tulisan ini mengkaji relasi iman dan ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Quran: Sebuah Kajian tafsir Maudhu> >
‟i. Setelah mengkaji ayat-ayat Al-Qur‟an tentang relasi iman dan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode >
maudhui dan menggali berbagai penafsiran dari para penafsir Al-Quran kontemporer, seperti Fazlur Rahman,
Quraish Shihah, dan Nurcholish Madjid, dapat diperoleh beberapa kesimpulan di bawah ini: Pertama, Ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia adalah sarana untuk menemukan kebenaran Al-Quran dan kebenaran Tuhan itu
sendiri. Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-Qur‟a > n diberikan kepada manusia sebagai bekal manusia menjadi
khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan manusia tidak dapat dipisahkan dari keimanannya.
Dengan ilmu pengetahuan dan iman yang dimilikinya, Allah akan mengangkat derajat manusia, tidak hanya di
dunia, tetapi juga di akhirat. Pengembangan Dua hal tersebut mesti selalu diupayakan dalam rangka memperkuat
keimanan kepada Allah dan semakin mendekatkan diri manusia kepada Allah Swt. Kedua, Pertentangan yang terjadi
antara ilmu pengetahuan dan iman, bukan disebabkan oleh oleh ajaran Al-Quran, tetapi karena manusia memiliki
beberapa kelemahan: pertama, memiliki hawa nafsu yang mendorong manusia ingin menuruti keinginannya yang
menyebabkan konflik kepentingan dengan sesamanya b. Kesempitan pikiran, yakni manusia lebih mementingkan
kepentingan jangak pendek dari pada kepentingan jangka panjang.

Kata Kunci:
Iman; Ilmu Pengetahuan; Al-Qur’an.
__________________________

A. PENDAHULUAN 1 teknologi seharusnya tidak saling


Dewasa ini, perkembangan ilmu bertabrakan satu sama lain. Pengembangan
keimanan agama diharapkan tidak menghambat
pengetahuan begitu cepat sehingga seringkali pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengganggu keimanan seorang mukmin. sedangkan pengembangan ilmu
Pengembangan keimanan agama dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan 1
Mengenai ilmu, filsafat, dan agama dapat dibaca
Endang Saifuddin Anshari. Ilmu Filsafat dan Agama.
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)
Ali Masrur

pengetahuan dan teknologi seharusnya juga menjadi dua bagian: bagian pertama tidak
mengganggu pengembangan keimanan mengikuti garis pongid yang menjadi kera dan
kehidupan beragama. modern, sedangkan bagian yang lain
Sebagai contoh, terdapat polemik di surat mengikuti garis manusia yang berkembang kabar
tentang tayangan televisi swasta yang melalui proses revolusi dari manusia kera dianggap tidak
sesuai pada beberapa waktu purba sampai ke manusia modern. Hal yang lalu, yaitu mengenai
nilai-nilai agama. tersebut berbeda ketika Guru agama Islam Misalnya, penonjolan aurat wanita,
cerita mengajarkan bahwa, manusia itu diciptakan perselingkuhan dan sebagainya. Pihak yang
oleh Allah Swt, berdasarkan dalil-dalil naqli. berkeberatan dengan acara seperti itu (Lihat buku
teks Biologi SMU untuk kelas mengatakan bahwa hal itu dapat merusak tiga dan bandingkan
denngan buku teks moral masyarakat. Namun, pihak yang tidak Pendidikan Agama Islam di
SMU).
berkeratan dengan acara seperti itu Ini adalah pertentangan teori klasik, antara mengatakan
bahwa “kalau anda tidak suka teori evolusi dan teori penciptaan, yang pernah dengan acara itu,
matikan saja televisinya.” melanda Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Perusahaan televisi
swasta tentu harus Hal tersebut masih berlangsung dalam dunia memikirkan keungtungan
dengan selalu ilmu pengetahuan, sampai sekarang walaupun menayangkan film-film yang
digemari oleh pendukung terhadap teori penciptaan ini masyarakat pada umumnya. Jika
masyarakat jumlahnya semakin sedikit apabila menyukasi film-film seks dan sadis, maka film
dibandingkan dengan mereka yang semacam tentu memperoleh rating tinggi dan mempercayai
teori evolusi. Di bidang ilmu, diminati oleh pemasang iklan. Kebijkan konflik antara teori yang
satu dengan yang tersebut merupakan pemikiran sekuler yang lain adalah wajar dan merupakan
rahmat memisahkan antara urusan bisnis dengan karena konflik semacam inilah yang urusan
agama. Tugas pengusaha adalah menimbulkan paradigma baru dalam ilmu mencari keungtungan
sebanyak-banyaknya, pengetahuan dan menghasilkan teori-teori sedangkan tugas mendidik
keimanan dan baru. Akan tetapi, jika konflik semacam ini kehidupan beragama masyarakat
adalah tugas diajarkan di sekolah tanpa diselesaikan maka
2 guru agama, ustadz dan ulama. kebingunganlah yang
akan menjadi akibatnya. Polemik semacam ini seharusnya dapat Seperti keputsan
yang dilakukan oleh diberikan solusi dengan cara menerapkan pendidikan Amerika,
untuk menyelesaikan sensor internal dari perusahaan televisi swasta konflik ini dengan
melarang diajarkannya sehingga keimanan dan kehidupan beragama teori penciptaan di
seluruh negeri.
masyarakat tidak terganggu.
Berbeda halnya di Indonesia, konflik di
Seperti konflik antara ajaran agama dan sekolah ini tidak diselesaikan dan dianggap ajaran
ilmu pengetahuan dengan cara tidak ada. Pelajaran biologi hanya
menganggapnya “tidak ada atau sudah selesai” mengajarkan teori evolusi dalam bidang
padahal ada dan belum diselesaikan. Sebagai biologi. Hal tersebut kontras terlihat dalam
contoh ialah teori mengenai asal usul manusia buku, Pendidikan Agama Islam
yang yang diajarkan di sekolah. Guru Biologi yang mengajarkan teori penciptaan dan
mengajarkan bahwa dalam sejarahnya, menyalahkan teori evolusi tanpa menjelaskan
manusia itu berasal dari suatu jenis tertentu letak kesalahan teori evolusi itu padahal, yang
kemudian pecah. sampai saat ini, teori evolusi ini masih menjadi tulang
punggung ilmu hayat (biologi).
Secara teoritis, keadaan seperti ini akan

2 menghasilkan lulusan SMU yang bingung


Arief Furchan. Peranan Agama dalam
Pembangunan Iptek Nasional 1, 8. Diunduh pada mengenai asal usul manusia dan boleh jadi
tanggal 24 Januari 2013 dari http://www.pendidikan gurunya juga bingung. 3
islam.net/index.php/makalah/41-makalah-tertulis/272-
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

peranan-agama-dalam-pembangunan-iptek. 3Arief Furchan. Peranan Agama dalam


Pembangunan Iptek Nasional 1; Mengenai dampak
negatif ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih lanjut
dapat dibaca A.B. Shah,

36 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
Setelah mengamati berbagai polemik dan atas, Abdul Wahhab Khallaf juga menyebutkan
konflik antara pengembangan keimanan beberapa sumber Islam yang lain, seperti istihsān,
keagamaan dan pengembangan iptek di atas, mashlahah mursalah, „urf, ishtishhāb, syar’u man
tentunya hal itu menimbulkan sebuah qablanā, dan madzhab shahāb. Lihat dalam buku ini
halaman 70-86. Mengenai dampak negatif ilmu
pertanyaan. Apa yang mesti dilakukan oleh pengetahuan dan teknologi, lebih lanjut dapat dibaca 79.
para ulama di bidang ilmu agama maupun di
bidang ilmu-ilmu umum. Bagaimana
menyikapi pertentangan dan konflik semacam
itu? Sebagai umat Islam kita memiliki
sumbersumber ajaran Islam: Yakni Alquran,
sunnah, Jika terjadi pertentangan antara keduanya,
4 apa sebab-sebab pertentangan antara keduanya
Ijmā ’, dan Qiyās. Semua persoalan sudah menurut Alquran?
seharusnya dikembalikan dan dicari
jawabannya dari sumber-sumber pokok Islam B. LANDASAN TEORITIS 1. Tinjauan
tersebut, termasuk persoalan relasi antara Pustaka
keimanan dan kehidupan beragama, di satu
Nurcholish Madjid dalam Islam Doktrin
sisi, dan pengmebangan ilmu pengetahuan dan
dan Peradaban menulis bahwa sikap
teknologi, di sisi lain. Oleh karena itu,
orangorang muslim begitu positif terhadap
pertanyaan pokok bagi penelitian ini adalah
berbagai budaya bangsa-bangsa lain. Oleh
bagaimana relasi Iman dan ilmu pengetahuan
karena itu, peradaban Islam menjadi maju dan
dalam perspektif Alquran? Mengapa terjadi
mampu menyatukan khazanah bersama secara
pertentangan antara keduanya? Bagaimana
internasional dan kosmopolit. Sebelum
solusinya ketika terjadi pertentangan antara
peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang
keduanya menurut Alquran?
Setelah mengkaji dan mendiskusikan sudah ada, hanya saja ia bersifat nasionalistik
perkembangan ilmu pengetahuan dan dan parokialistik, dengan ketertutupan
teknologi yang seringkali menimbulkan masing-masing dari pengaruh luar karena
polemik dan konflik dengan doktrin keimanan merasa paling benar. Nurcholish Madjid juga
dan kehidupan beragama, dapat dirumuskan berpendapat bahwa umat Islam klasik menjadi
beberapa masalah yang merupakan fokus bagi pemimpin intelektual dunia
penelitian ini. Masalah -masalah itu sekurangkurangnya selama 4 abad, masa
adalah: keemasannya pada zaman Khalifah Harun Al-
1. Bagaimana pandangan Alquran Rasyid dan Al-Makmun, putranya, yang
tentang relasi iman dan ilmu pengetahuan. secara berurutan memerintah dari tahun 783
hingga 933. Di saat itu, barat (Eropa Kristen)
2. Apakah iman dan ilmu pengetahuan itu
masih dalam kegelapan mutlak, bahkan pada
sejalan atau bertentangan?
tahun 1000 masih sedemikian terbelakangnya
3. Menurut Alquran, apakah iman dan mesti bersandar secara total terhadap ilmu
keagamaan mendukung pengembangan ilmu 5
pengetahuan? pengetahuan dunia Islam.
Singkatnya, Umat Islam pada masa klasik
benar-benar menjadi ummatan wasathan,
Metodologi Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Yayasan umat penengah, dan umat yang maju, baik dari
Obor Indonesia, 1986), 7-9. 4 segi kebudayaan maupun peradabannya.
Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Ushul al-Fiqh (Tk.:
Dar al-Rasyid, 2008), 21-69. Selain empat sumber di
Ali Masrur

Quraish Shihab dalam Wawasan Alquran bahwa pada mulanya teknologi merupakan
menyatakan bahwa teknologi dan perpanjangan organ manusia. Lalu manusia
hasilhasilnya di menjadi alat untuk menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat
mengingatkan manusia kepada Allah, serta
mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah 5
yang kepadanya tunduk segala yang ada di Nurcholish Madjid. Islam Doktrin dan Peradaban:
alam raya ini. Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan,
Jika alat atau mesin dijadikan sebagai Kemanusiaan, dan Kemoderenan, cet. ii. (Jakarta:
gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan Paramadina, 1992), 135, 143, dan 152.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 37
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)
ini menjadi perpanjangan tangannya. Alat Berdasarkan petunjuk Alquran, umat Islam
tersebut disesuaikan terhadap kebutuhan dan dapat menerima hasil teknologi yang
organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk sumbernya netral, dan tidak menyebabakan
kepada pemakainya, melebihi tunduknya maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik
budak kepada tuannya. Kemudian teknologi yang mengenai unsur “debu tanah” manusia
berkembang, dengan memadukan sekian maupun unsur “ruh Ilahi” manusia
banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta,
mesin giling, dan sebagainya, semuanya
berkembang, khususnya ketika mesin tidak
lagi menggunakan sumber energi manusia 6

atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, M. Quraish Shihahb, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir
Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, cet. iv.
dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya,
(Bandung, Mizan. 1996), 445-446.
adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi
menjadi perpanjangan organ manusia, tetapi
perluasan atau penciptaan organ baru manusia.
Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang
memungkinkannya untuk terbang? Namun Seandainya penggunaan dari teknologi
dengan pesawat, ia seperti memiliki sayap. melalaikan manusia dari dzikir dan tafakur,
Maka alat atau mesin tidak lagi menjadi serta mengantarkannya kepada keruntuhan
6 nilai-nilai kemanusiaan, maka pada saat itu,
budak, tetapi menjadi kawan manusia. bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak,
Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang melainkan kita harus memperingatkan dan
semakin canggih. Masin-mesin tersebut - mengarahkan manusia dalam menggunakan
melalui daya akal manusia - teknologi tersebut. Jika hasil teknologi dari
digabunggabungkan dengan yang lainnya, semula dapat mengalihkan manusia dari jati
yang membuat semakin kompleks, serta tidak diri dan tujuan penciptaannya, sejak awal
bisa lagi dikendalikan oleh seorang saja. tentu kehadirannya pasti ditolak oleh Islam,
Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan karena tidak sesuai fitrah mansuia yang
tugas yang dulu mesti dilakukan banyak mempunyai „ruh‟ dan aqal. Maka tentunya
orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi perlu mengarahkan teknologi berjalan seiring
semacam “tandingan” manusia, atau lawan dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata
yang harus disiasati agar mau mengikuti lain bagaimana memadukan pikir dan dzikir,
kehendak manusia. 7
Dewasa ini telah lahit teknologi- khususnya ilmu dan iman?
dalam bidang rekayasa genetika-yang Rafael Raga Manan dalam Agama Iptek
menumbulkan kekhawatiran menjadikan alat dan Masa Depan Kita menyatakan bahwa
sebagai majikan, karena mampu menciptakan menguasai dan mengembangkan iptek modern
bakal-bakal “majikan” yang akan diperbudak yang canggih merupakan suatu tuntutan
dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, jelas mendesak, yakni demi terwujudnya kemajuan
ini bertentangan dengan kedua catatan yang dan kemakmuran. Namun kita harus tetap
disebutkan terdahulu. hati-hati dan bersikap waspada. Dalam
perkembangan iptek modern yang canggih
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

dapat menjadi suatu kekuatan otonom yang mendapatkan hukuman karena dianggap
mampu menyingkirkan agama dari kehidupan menyesatkan masyarakat.
masyarakat, seperti yang telah terjadi di dunia Pola hubungan ke dua merupakan
barat. Suatu masyarakat yang kehilangan perkembangan dari pola hubungan pertama.
agamanya, cepat atau lambat, akan menjadi ketika kebenaran iptek yang bertentangan
masyarakat yang kehilangan jati dirinya. dengan kebenaran agama tidak dapat
Menurutnya, agama dan iptek memiliki disangkal, tetapi keyakinan akan kebenaran
hubungan yang komplementer. Agama agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya
memberi landasan moral bagi pengembangan adalah menerima kebenaran keduanya dengan
iptek. Sementara iptek dapat memperjelas asumsi bahwa masing-masing mempunyai
peranan agama yang hakiki. Oleh karena itu, wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran
agama dan iptek hendaknya saling terbuka. agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran
Hubungan yang demikian hendaknya ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
dipertahankan jika kita ingin mewujudkan ilmu, apabila terjadi diselesaikan dengan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur menganggapnya berada pada wilayah yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 karena berbeda. Dal am pola hubungan seperti ini,
agama dan iptek pada hakekatnya adalah
8 8
ancilla vitae, abdi kehidupan. Rafael Raga Maran. “Agama Iptek dan Masa Depan
Kita”, dalam Buletin Ilmiah Tarumanagara Th. 9/ No.
31 (1994); 76.

7
M. Quraish Shihahb, Wawasan Al-Qur’an: pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan
Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat., 446.
penghayatan dan pengamalan agama
seseorang karena keduanya berada pada
wilayah yang berbeda. Pola hubungan seperti
ini biasanya terjadi di masyarakat sekuler
2. Kerangka Teori yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan
38 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
Ada beberapa kemungkinan relasi antara 9 aga
iman keagamaan dan iptek: 1) berseberangan ma dari urusan negara/masyarakat.
atau bertentangan, 2) bertentangan tetapi dapat Pola ke tiga merupakan pola hubungan
beriringan secara damai, 3) satu sama lain netral. Kebenaran ajaran agama tidak
tidak bertentangan, 4) Satu sama lain saling bertentangan atas kebenaran ilmu pengetahuan
mendukung, agama sebagai dasar namun tidak saling mempengaruhi. Dalam
pengembangan iptek atau iptek mendasari masyarakat di mana pola hubungan seperti ini
penghayatan agama. terjadi, penghayatan agama tidak mendorong
Pola hubungan pertama merupakan pola orang untuk mengembangkan iptek dan
hubungan negatif, yag saling menolak satu pengembangan iptek tidak mendorong orang
sama lain. Apa yang dianggap benar oleh ilmu untuk mendalami dan menghayati ajaran
pengetahuan dan teknologi tidak dianggap agama. Hal dapat terjadi di masyarakat
benar oleh Agama. Pola hubungan seperti ini, sekuler, karena masyarakatnya sudah terbiasa
pengembangan iptek akan menjauhkan dengan pemisahan agama dann egara/
seseorang dari keyakinan akan kebenaran masyarakat, maka. ketika agama
agama dan pendalaman terhadap agama akan bersinggungan dengan ilmu, persinggungan
menjauhkan dari keyakinan terhadap itu tidak banyak mempunyai dampak karena
kebenaran ilmu pengetahuan. Hal tersebut tampak terasa aneh jika dikaitkan. Boleh jadi
daoat dicontohkan pada zaman secara individu dampak itu ada, tetapi secara
GalileioGalilei. Ketika berpendapat bahwa komunal pola hubungan ini cenderung tidak
bumi mengitari matahari sedangkan gereja menimbulkan dampak apa -apa. Pola
berpendapat bahwa matahari yang mengitari hubungan yang ke empat adalah pola
bumi, lalu Galileo dipersalahkan dan ia hubungan yang positif. Terjadinya pola
Ali Masrur

hubungan seperti ini mensyaratkan tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran
adanya pertentangan antara ajaran agama dan agama mendukung pengembangan iptek dan
ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat 10 demi
yang tidak sekuler. Secara teori, pola kian pula sebaliknya.
hubungan ini terjadi dalam tiga wujud: ajaran
agama mendukung pengembangan iptek tetapi
pengembangan iptek tidak mendukung ajaran
agama, pengembangan iptek mendukung 9
ajaran agama tetapi ajaran agama tidak Arief Furchan. Peranan Agama dalam
Pembangunan Iptek Nasional 1, 5-6.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 39
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

akan digunakan adalah: 1 . Al-Quran


Al-Karim.
Dengan menggunakan empat kemungkinan 2. Kitab-kitab ilmu Al-Quran dan ilmu tafsir
tentang pola hubungan antara iman yang berhubungan dengan kajian asbabun
keagamaan dan ilmu pengetahuan sebagai nuzul, munasabah, makiyyah dan
kerangka teori, penelitian ini hendak mencari madaniyyah, nasikh mansukh dan lain-lain.
jawaban mengenai relasi keduanya dalam 3. Kamus Al-Quran yang akan digunakan
perspektif Alquran. untuk mencari dan menghimpun ayat-ayat
tentang relasi iman dan ilmu pengetahuan.
C. METODE PENELITIAN
10
Penelitian ini menggunakan metode tafsir Arief Furchan. Peranan Agama dalam
maudhu’i untuk mengumpulkan dan Pembangunan Iptek Nasional 1., 6.
menganalisa ayat-ayat Alquran yang berkaitan
dengan relasi iman dan ilmu pengetahuan
untuk mendapatkan satu gambaran yang utuh
mengenai persoalan yang dikaji. Namun
sebelumnya, penulis perlu menguraikan dua 4. Kitab-kitab tafsir Al-Quran baik yang
bentuk metode tafsir maudhu’i. klasik, abad tengah, maupun moderen
Penelitian ini adalah penelitian terhadap untuk membantu memahami relasi iman
teks Alquran yang berbicara tentang relasi dan ilmu pengetahuan. Untuk tafsir abad
iman dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tengah akan digunakan kitab tafsir Al-
yang menjadi sumber utama dalam penelitian Quran Al-„Adzim karya Ibnu Katsir
ini adalah Alquran itu sendiri yang kemudian AlQurasyi Al-Dimasyqi (w. 774 H). Untuk
diperkaya dengan penjelasan dari hadis nabi, tafsir moderen dan kontemporer akan
penafsiran shahabat dan tabiin, dan penafsiran digunakan beberapa karya berikut ini:
para mufassir Alquran, baik dari periode
klasik, maupun periode abad pertengahan dan a) Fazlur Rahman, Major Themes of The
periode modern. Quran;
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan b) Quraisy Shihab, tafsir Al-
(library research). Oleh karena itu, jenis data Misbah,
yang digunakan adalah data-data kepustakaan, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i
bukan data-data lapangan. Untuk mengkaji atas Pelbagai Persoalan Umat;
dan meneliti relasi iman dan ilmu pengetahuan c) Tulisan Nurcholish Madjid tentang iman
dalam perspektif Al-Quran, diperlukan dan ilmu pengetahuan dalam Islam
beberapa sumber yang relevan baik Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah
sumbersumber primer maupun sumber-sumber Kritis tentang Masalah Keimanan,
sekunder. Sumber primer adalah sumber Kemanusiaan, dan Kemoderenan.
utama untuk mengkaji persoalan yang akan Pengumpulan data dan analisa data dilakukan
diteliti. Dalam hal ini sumber primer yang
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

dengan menggunakan metode tafsir mawdhu’i D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Makna


yang telah digagas oleh Ahmad Sayyid al- Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Al-
Kumy dan kemudian dipertegas oleh „Abd al- Qur’an
Hayy al-Farmawi sebagai berikut:
Iman berasal dari kata amana yu’minu
1. Memilih atau menetapkan masalah
penelitian Alquran yang akan dikaji secara imanan yang artinya percaya. Secara
istilah,sebagaimana terdapat dalam Al-Quran
maudhu‟i (tematik)
dan Hadis Nabi Saw., iman adalah percaya
2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
berkaitan dengan masalah yang telah rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir-Nya.
ditetapkan, apakah ia termasuk ayat Iman itu sebenarnya melahirkan nilai-nilai
Makkiyyah atau Madaniyyah. yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Menyusun secara runtut ayat-ayat (rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai
berdasarkan kronologi masa turunnya, oleh kesadaran bahwa hidup itu berasal dari
disertai dengan pengetahuan mengenai latar Tuhan dan menuju kepada Tuhan (Inna lillahi
belakang turunnya ayat (asbāb al-nuzūl) wa inna ilayhi raji’un), “Sesungguhnya kita
4. Mencari korelasi (munāsabah) ayat-ayat berasal dari Tuhan dan kita akan kembali
tersebut di dalam masing-masing suratnya. kepada-Nya, maka Tuhan adalah “sangkan
5. Tema bahasan disusun dengan kerangka paran” dumadi, yakni asal dan tujuan hidup
yang tepat, sistematis, sempurna, dan utuh seluruh makhluk.
(outline). Sebagaimana pernah kita singgung
6. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan sebelumnya, perkataan iman sering diartikan
hadis-hadis, sebagai penyempurna dari sebagai percaya. Pemberian arti demikian itu
bahasan
7. Menganalisa ayat-ayat tersebut secara
tematik dan komprehensif dengan cara
11
menghimpun ayat-ayat yang mengandung Abd Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir
Mawdhu’i: Suatu Pengantar, terj. Suryan A. Jamrah
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 45-46;
40 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’a: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, cet. i.
(Bandung, Mizan, 1992), 114-115.
pengertian serupa, mengkompromikan
antara pengertian yang „am dan khash,
antara yang muthlaq dan muqayyad,
mengsinkronkan ayat-ayat yang secara
lahiriah tampak kontradiktif satu sama lain,
mendeskripsikan ayat nāsikh dan mansūkh,
tidak salah, namun tidak mencakup secara
sehingga semua ayat tersebut bertemu pada
keseluruhan maknanya. Untuk memperoleh
satu muara tanpa adanya perbedaan dan
gambaran maknanya secara lengkap, perlu
kontradiksi ataupun pemaksaan ayat
11 kita ingat bahwa perkataan iman berasal dari
terhadap sebagian ayat yang tidak tepat. akar kata yang sama dengan perkataan aman
(Arab: aman, yakni kesejahteraan dan
Inilah sesungguhnya yang dimaksud
kesentausaan) dan “amanat” (Arab: Amanah,
dengan metode mawdhu‟i, sebuah metode
yakni keadaan bisa dipercaya atau diandalkan
tafsir yang baru di Fakultas Ushuluddin, yang
( Inggris: trustworthiness), lawan dari
sampai sekarang terus dikembangkan oleh
khianat).
para mufassir dan telah melahirkan banyak
karya yang mengagumkan. Dengan Oleh sebab itu, kata “iman” selalu
menggunakan metode tafsir mawdhu’i ini, menunjukan rasa “aman” dan membuat orang
penulis akan meneliti relasi iman dan ilmu mempunyai “amanat” itu tentu lebih daripada
pengetahuan dalam perspektif Alquran. hanya “percaya”, dalam arti sekedar percaya
Ali Masrur

akan adanya Tuhan. (Dapat dicatat bahwa     


setan yang terkutuk pun percaya kepada
Tuhan, bahkan iblis sempat “berdialog” dan   
“berargumentasi” langsung dengan Tuhan).”
Karena pengertian iman sebagai “percaya” Orang-orang Arab dusun itu
tanpa konsekwensi yang nyata bisa tak berkata: Kami beriman. Katakan: Kamu belum
bermakna atau absurd, mungkin beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk
(mempercayai atau menaruh kepercayaan) (berislam). Keimanan itu belum masuk ke
kepada Tuhan akan sedikit lebih memperjelas dalam hatimu. Dan kalau kamu mengikuti
makna iman. jika perkataan “mempercayai perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak
Tuhan” atau “menaruh kepercayaan” akan dikurangi nilai pekerjaan kamu
kepadaNya terkandung pengertian sikap sedikitpun. Sesungguhnya Allah itu Maha
ataupun pandangan hidup yang penuh Pengampun dan Penyayang. (QS.
kepasrahan, menyandarkan diri (tawakkal) AlHujurat (49): 14)
kepada Tuhan dan kembali (ruju’ atau inabah) Nurchlish Madjid, ketika memahami
kepada-Nya. Sebab, salah satu wujud rasa ayatayat tentang iman, menyatakan bahwa
iman ialah sikap hidup yang memandang Ketuhan Yang Maha Esa adalah inti semua
Tuhan sebagai tempat menyandarkan diri dan agama yang benar. Setiap kelompok umat
menggantungkan harapan. Oleh karena itu, manusia telah mendapatkan ajaran mengenai
konsistensi iman ialah (husnuzhzhan, berbaik Ketuhanan Yang Maha Esa melalu para rasul
sangka, yakni sikap optimis) kepada Tuhan, Tuhan. Karena itu, ada titik temu (kalimah
serta kemantapan kepadanya sebagai Yang sawa ’) antara semua agama
Maha Kasih dan Maha Sayang, Ar-Rahman Manusia dan orang-orang muslim
dan ArRahim). Justru rahmah (kerahmanan diperintahkan dan mengembangakn titik temu
dan kerahiman), di samping pengetahuan tersbut untuk dijadikan landasan hidup
(„ilm), adalah sifat Tuhan yang paling bersama. Tuhan adalah pencipta semua wujud
komprehensif yang lahir dan batin, dan Dia telah
12 dan menciptakan manusai sebagai puncak ciptaan,
serba meliputi. untuk diangkat menjadi wakil (khalifah)-Nya
Iman adalah sikap seseorang yang sifatnya di bumi. Oleh karena itu, manusia harus
lebih mendalam dan tempatnya adalah di hati. berbuat sesuatu yang dapat
Seperti terdapat dalam Surat Al-Hujurat ayat dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya, baik
14 di bawah ini, di dunia maupun di akhirta. Orang muslim
hendapknya berpandangan hidup bahwa, demi
kesejahteraan dan keselamatan (salam,
salamah) mereka sendiri di dunia maupun
12 diakhirat.
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban,
94-95.
13
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban., 1-2.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 41
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i
          
         
Dengan sikap yang mencerminkan
       kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan
         13
berbuat baik kepada sesama manusia.
          
atau kaum politeis. Dengan perkataan lain,
     problemnya ialah bagaimana
mengubah manusia dari menganut
      paham Tuhan yang banyak kepada paham
     Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam kitab suci,
memang disebutkan adanya suatu
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

kelompok yang biasanya terhadap praktik orang-orang komunis abad


ditafsirkan sebagai kelompok ke-20 ini yang mencoba mengembangakan
penganut ateisme, tetapi dituturkan dan menerapkan ateisme secara ilmiah dan
hanya sepintas saja, yang mengisyaratkan profesional, ternyata hasilnya justru lebih
bahwa kelompok itu kecil sekali dalam banyak berupa bentuk-bentuk politeisme
masyarakat. Sebaliknya, kelompok yang yang sangat kasar dan dengan keras
paling banyak menantang nabi Saw. ialah memenjarakan kemanusiaan. Hal ini bisa
kaum musyrikin. dilihat dari, misalnya, politeisme dalam
Meskipun kasusnya terjadi di Mekkah dan bentuk pemujaan dan kultus kepada para
sekitarnya, Hijaz khususnya dan Jazirah pemimpin seperti Stalin, Mao, dan Kim.
Arabiyah umumnya, sekitar 15 abad yang Bahkan dapat juga dikatakan bahwa
lalu, signifikansinya dapat digeneralisasikan komunisme telah tumbuh dan berkembang
meliputi seluruh umat manusia sejagad menjadi padanan agama (religion equevalent)
sampai sekarang, yaitu bahwa problem pokok dan para pemimpin komunis menjadi
umat manusia ialah politeisme. Sampai saat- tandingan-tandingan Tuhan (God Equevalets,
saat terakhir, di zaman modern ini, dalam bahasa Al-Qur‟an, dinamakan andad).
pandangan dan sikap hidup politeistik tetap Bahkan berbagai tingkah laku orang
merupakan sumber masalah dan kesulitan komunis, seperti sikap penuh khidmat
umat manusia. mereka ketika menyanyikan lagulagu tertentu
atau membaca kutipan-kutipan karya seorang
Ateisme, sebagai problema, memang
pemimpin, telah tumbuh dan
cukup nyata. Namun dari pengamatan
berkembang menjadi semacam ibadah atau
padanan ibadah. Mungkin di kalangan
mereka, memang terdapat orang-orang ateis
tulen, seperti adanya kaum dahriyyun di
kalngan

42 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
Ali Masrur
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-

Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir


Maudhu’i)
dalam kitab
suci disebut
orang-orang sebagai dosa
Arab yang yang sangat
kebanyakan besar, yang tak
musyrik itu. akan diampuni
Namun Tuhan. Yaitu
agaknya jelas, karena praktek
jumlah kaum syirik tentu
ateis menghasilkan
14 efek
t pemenjaraan
u harkat dan
l martabat
e manusia dan
n pemerosotanny
a. Ini berarti
i melawan natur
t atau fithrah
u manusia
sendiri.
k Sebagai
e makhluk yang
c paling tinggi
i dan
l dimuliakan
Tuhan. Sebab
s hakekat syirik,
e sama dengan
k mitos, adalah
a pengangkatan
l sesuatu selain
i Tuhan secara
. tidak benar,
sedemikian
rupa sehingga
Jika memiliki nilai
perhatikan lebih tinggi
secara seksama daripada nilai
berbagai manusia
praktik sendiri.
politeistik Dengan kata
yang ada, baik lain, orang
zaman dulu yang
maupun yang melakukan
modern, kita syirik akan
akan dapat dengan
mengerti sendirinya
mengapa secar apriori
politeisme atau menempatkan
syirik itu diri dan harkat
serta
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

martabatnya Ia tidak lagi


lebih rendah mewujudkan
daripada obyek pribadi
yang manusia
disyirikkan itu. merdeka, dan
Jika seseorang ia dengan
mensyirikkan sendirinya
suatu obyek menjadi budak
atau gejala atau hamba
alam atau 15
malah sesama y
manusia a
sendiri, dengan n
jalan g
menumbuhkan
dan d
mengembangk i
an berbagai m
pandangan u
mitologis l
kepada obyek, i
gejala, atau a
manusia itu, k
orang itu a
secara apriori n
menempatkan n
dirinya di y
bawah a
kekuasaan .
obyek, gejala
atau manusia
yang Karena itu,
disyirikkannya demi harkat
itu. Dalam dan
keadaan yang martabatnya
berkelanjutan, sendiri,
orang itu dapat manusia harus
terjerumus ke menghambaka
dalam pola dan n diri hanya
sikap hidup kepada Tuhan
atas belas Yang Maha
kasihan Esa. Dalam
sesuatu yang gambaran
dimitoskan itu. grafisnya,
Inilah salah manusia harus
satu hakekat melihat ke
bahwa ia telah atas, hanya
kehilangan kepada Tuhan
harkat dan Yang Maha
martabat Esa, Sang
kemanusiaann Pencipta, dan
ya yang tinggi. kepada alam
Ali Masrur
-

harus melihat sesamanya


ke bawah. atau, apalagi,
Sedangkan di bawah
kepada obyek dan
sesamanya, gejala alam
manusia harus akan
melihat secara membuatnya
mendatar atau berkepribadian
tak utuh.
14 Karena ia akan
Nurcholish kehilangan
Madjid, Islam kebebasannya
Doktrin dan dan hilangnya
Peradaban., 95-96.
15 kebebasan itu,
Nurcholish mengakibatkan
Madjid, Islam pula hilangnya
Doktrin dan kesempatan
Peradaban., 96-97.
dan
kemungkinan
mengembangk
an diri ke
horizontal. tingkat yang
Hanya dengan setinggitinggin
itu, manusia ya.
menemukan Di sini, kita
dirinya yang bertemu
fithri dan dengan makna
alami sebagai iman lebih
makhluk lanjut, yaitu
dengan harkat menjadikan
dan martabat Tuhan Ynag
yang tinggi. Maha Esa
Dengan kata sebagai satu-
lain, manusia satunya (secara
menemukan monoteistik,
kepribadianny arah dan tujuan
a yang utuh kegiatan hidup
dan integral kita. Ungkapan
hanya jika sehari-hari
memusatkan bahwa kita
orientasi berbuat
transendental sesuatu lillahi
hidupnya ta‟ala dan
kepada Allah, demi ridha
Tuhan Yang Tuhan
Maha Esa. menggambarka
Sebaliknya, n adanya
bagi manusia, pengarahan
menempatkan tujuan hidup
diri secara kepada-Nya.
harkat dan Menjadikan
martabat di Tuhan sebagai
bawah tujuan hidup,
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

dalam pengetahuan.
gambaran „Ilm dari segi
grafisnya, bahasa berarti
seperti kejelasan.
diberikan oleh Oleh karena
ajaran agama itu, segala
berarti yang terbentuk
menempuh dari akar kata
hidup „Ilm memiliki
mengikuti ciri kejelasan.
jalan lurus, Misalnya, kata
shirathal „alam
mustaqim, (bendera),
yang „ulmat (bibir
membentang sumbing),
antara dirinya „a’lam
sebagai das (gununggunun
sein dan Tuhan g), „alamat
sebagai das (alamat), dan
solen. Dalam lain
realita sebagainya.
kesehariannya, Ilmu adalah
berarti pengetahuan
manusia harus yang jelas
selalu berjuang tentang
untuk hidup sesuatu.
sejalan dengan Meskipun
bisiskan suci demikian,
hati nurani,
bersifat
cahaya, jadi 16
suci dan baik. Nurcholish
Dan hanya Madjid,
1 Islam Doktrin
6 menghendaki dan
Peradaban.,
kesucian dan
97-98.
kebikan.
Kata Ilmu
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 43
dengan kata „ilm
berbagai berbeda
bentuknya dengan kata
disebutkan „arafa
dalam Al- (mengetahui),
Qur‟an „arif (orang
sebanayak 854 yang
kali. Kata ini mengetahui),
dipakai dalam dan ma’rifah
arti proses (pengetahuan).
pencapaian Dalam Al-
pengetahuan Quran, Allah
dan objek Swt. tidak
Ali Masrur
-

dinamakan bumi),
„arif, tetapi kha’inat
„alim yang ala’yun wa ma
memiliki kata tukhfi al-
kerja (Dia shudur
mengetahui). (kedipan mata
Biasanya dan yang
AlQur‟an disembunyikan
menggunakan dalam dada.
kata ini untuk Demikian juga
Allah dalam kata „ilm yang
hal -hal yang disandarkan
diketahuinya, kepada
walaupun gaib manusia.
tersembunyi Semuanya
atrau mengandung
dirahasiakan. 1
Perhatikan 7
objek-objek makna
pengetahuan kejelasan.
berikut ini Dalam
yang pandangan Al-
dinisbatkan Quran, ilmu
kepada Allah: adalah
ya’lamu ma keistimewaan
yusirrun yang
(Allah menjadikan
mengetahui manusia lebih
apa yang unggul
mereka daripada
rahasiakan), makhluk-
ya’lamu ma fil makhluk yang
arham (Allah lain untuk
mengetahui menjalankan
sesuatu yang fungsi
berada di kekhalifahanny
dalam rahim, a. Hal ini
ma tahmilu tercermin dari
kullu untsa kisah kejadian
(apa manusia
yang pertama yang
dikandung dijelaskan oleh
oleh setiap Al-Qur‟an
betina/peremp dalam surat Al
uan), ma fi -Baqarah (2):
anfusikum 31-32:
(yang ada
dalam dirimu),  
ma fis    
samawat wa  
ma fil ardhi
 
(yang ada di
langit dan di  
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

   nama


 benda-
benda itu
   jika kamu
   memang
orang-
   orang
   yang
  benar.
  Mereka
(para
    malaikat)
menjawab,
   “Maha
Suci
  
Engkau,
   tiada
pengetahu
   an kecuali
yang telah
    Engaku
   ajarkan.
Sesungguh
  nya
Engaku
  Maha
   Mengetah
ui lagi
  Maha
Bijaksana.
(Allah)
17
mengajarkan M. Quraish
kepada Shihab,
Adam, nama- Wawasan Al-
nama Qur’an, 434-
435.
(benda-
benda)
semuanya. Relasi Iman dan
Kemudian Ilmu Pengetahuan
Dia dalam Perspektif Al
mengemu Qur’an (Sebuah
kakannya
Kajian Tafsir
kepada
para Maudhu’i)
malaikat
seraya Manusia
berfirman, menurut Al-
“Sebutkan Qur‟an,
lah memiliki
kepadaKu potensi untuk
nama- meraih ilmu
Ali Masrur
-

dan   
mengembang    
kannya
   
dengan izin
Allah. Oleh   
sebab itu,   
banyak sekali  
ayat yang    
memerintahk
an manusia    
untuk
menempuh    
berbagai cara   
untuk    
mewujudkan
hal itu. Bacalah
Berkali-kali dengan
juga Al- menyebut
Qur‟an nama
menunjukkan Tuhanmu
betapa tinggi yang
kedudukan menciptakan.
orang-orang Dia telah
yang berilmu menciptakan
dan
manusia dari
berpengetahu
an. „alaq.
Pandangan Baalah, dan
Al-Qur‟an Tuhanmu
mengenai Maha
ilmu Pemurah.
pengetahuan Yang
dapat mengajar
diketahui manusia
prinsipprinsip dengan pena,
nya setelah mengajar
menganalisa manusia apa
wahyu
yang tidak
pertama yang
diterima oleh diketahuinya
Nabi (QS Al-Alaq
Muhammad (96): 1-5).
Saw. Kata „iqra’
diambil dari
   akar kata yang
    berarti
  menghimpun.
 Dari makna
menghimpun
  lahirlah aneka
makna seperti
  
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

menyampaika mencakup
n, menelaah segala
mendalami, sesuatu yang
meneliti, dapat
mengetaui dijangkaunya.
ciri sesuatu,
dan membaca Pengulang
baik teks an perintah
tertulis membaca
maupun dalam wahyu
tidak. Wahyu pertama itu
pertama itu bukan
tidak sekedar
menjelaskan menunjukkan
apa yang bahwa
harus dibaca kecakapan
karena Al- membaca
Qur‟an tidak akan
menginginka diperoleh
n umatnya kecuali
membaca apa dengan
saja selama mengulanmg-
bacaan itu ulang bacaan
bismi rabbik, atau
dalam arti membaca
atas nama hendaknya
Tuhan dan dilakukan
oleh karena sampai
itu, mencapai
bermanfaat batas
untuk maksimal
kemanusiaan. kemmapuan.
Iqra’ berarti Namun hal itu
bacalah, untuk
telitilah, mengisyaratk
dalamilah, an abhwa
ketahuilah mengulang-
ciri-ciri ulang
sesuatu:
44 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
bacalah alam,
tanda-tanda Al i Masrur
zaman,
sejarah
maupun diri
sendiri, yang bacan bismi
tertulis Rabbik ( atas
maupun yang nama
tidak tertulis. Tuhanmu)
Jadi, obyek akan
dari perintah menghasilkan
iqra’ pengetahuan
Ali Masrur
-

dan wawasan i
baru, t
walaupun yang u
dibaca masih
itu juga. Selain A
itu, dari wahyu l
pertama Al- l
Qur‟an a
diperoleh h
isyarat bahwa
ada dua cara S
perolehan dan w
pengembangan t
ilmu, yaitu .
Allah
mengajar Dalam
dengan pena perspektif Al-
yang telah Qur‟an,
diketahui oleh sebagaimana
manusia lain diisyaratkan
sebelumnya, oleh wahyu
dan mengajar pertama, ilmu
manusia itu terdiri dari
dengan tanpa dua macam.
pena yang Pertama, ilmu
belum yang
diketahuinya. diperoleh,
Cara pertama tanpa upaya
adalah. Cara manusia yang
pertama adalah dinamakan
mengajar ilmu ladunni,
dengan seperti disebut
peralatan atau dalam Al
atas dasar -Qur‟an surat
usaha manusia. Al-Kahfi (18):
Walaupun 65: Lalu
berbeda, mereka (Musa
keduanya dan muridnya)
berasal dari bertemu
satu dengan
1 seorang hamba
8 dari hamba-
hamba Kami
s yang telah
u kami
m anugerahkan
kepada-
Nya rahmat
b dari sisi Kami
e dan telah Kami
r ajarkan
kepadanya
y
a
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

ilmu dari sisi fenomena dan


Kami. nomena.
Kedua, ilmu Bahkan ada
yang diperoleh wujud yang
atas usaha tidak hanya
manusia yang tidak dapat
dinamakan dilihat,
„ilmu kasbi. 1
Ayatayat yang 9 tetapi
berbicara „imu juga
kasbi jauh tidak
lebih banyak dapat
daripada yang diketahu
berbicara i.
tentang ilmu Secara tepat
ladunni. hukum
Pembagian ini kepastian
disebabkan Allah atau
karena dalam takdir-Nya itu.
andangan Al- Maka ilmu
Qur‟an, ada pengetahuan
hal-hal yang yang benar
ada, tetapi akan dengan
tidak dapat sendirinya
diketahui bermanfaat
melalui upaya untuk manusia.
manusia
sendiri. Ada
wujud yang 18
tidak tampak M. Quraish
Shihab, Wawasan
seperti
Al-Qur’an., 433-
ditegaskan
434.
berkali-kali 19
oleh Al- I M. Quraish
Qur ‟an, antara Shihab, Wawasan
lain dalam Al-Qur’an., 436.
firman-Nya,
Aku
bersumpah Ilmu
dengan yang pengetahuan
kamu lihat dan atau science
yang tidak adalah
kamu lihat prasyarat
(Al-Haqah untuk
(69): 38-39) mewujudkan
Oleh karena salah satu
itu, obyek ilmu tujuan
dalam diciptakannya
perspektif Al- alam raya ini,
Qur‟an yaitu untuk
meliputi materi manfaat
dan nonmateri, manusia.
Ali Masrur
-

Namun, ilmu yang harus


pengetahuan dipahami
itu diberikan olehmanusia
oleh Allah melalui wahyu
kepada ialah
manusia kenyataankeny
melalui ataan yang
kegiatan tidak empiris,
manusia sehingga tidak
sendiri dalam ada
upaya klemungkinan
memahami manusia
alam raya ini. mengetahuinya
Hal ini berbeda kecuali melalui
dengan agama sikap percaya
yang diberikan dan menerima
dalam bentuk 2
pengajaran 0 (iamn dan
atau wahyu islam) atas
lewat para khabar para
utusan Allah. nabi.
Perbedaan itu Dengan
disebabkan demikian,
oleh perbedaan alam menjadi
obyeknya: apa objek
yang harus pemahaman
dipahami
sekaligus
manusia
sumber
melalui ilmu
pengetahuan pelajaran.
ialah halhal Dalam
lahiriah upaya
dengan segala memahami
variasnya, alam sekitar
termasuk yang itu, manusia
tampak seperti mengerahkan
gaib, misalnya, dan
medan magnit mencurahkan
atau gravitasi akalnya. Oleh
dan kenyataan- karena itu alam
kenyatan lain menjadi obyek
yang menjadi pemahaman
bahan kajian sekaligus
fisika sumber
subatomik dan pelajaran hany
fisika baru untuk mereka
lainnya, yang yang berfikir
sampai saja. Bentuk
sekarang kegiatan
masih menjadi memahami
bahan alam itu ialah
kontroversi), akal („aql,
sedangkan tidak sebagai
kata benda
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

konkrit,
melainkan 20
sebagai kata Nurcholish
Madjid, Islam
benda abstrak
Doktrin dan
atau mashdar
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 45
dari kata kerja Peradaban, 292.
aqala ya’qilu
yang artinya
berfikir, jadi seluruh alam
berupa raya. Namun
kegiatan secara
memahami potensial,
atau manusia dapat
mempelajari memahami
dan alam itu.
mengambil Ketika
pelajaran. Oleh terungkap
karena itu, akal seluruh rahasia
bukanlah alat alam ini, baik
pada manusia mikro dalam
untuk diri manuisia
menciptakan sendiri
kebenaran, maupun makro
melainkan dalam seluruh
untuk cakrawala,
memahami maka pada
atau barangkali saat itulah
menemukan manusia akan
kebenaran menyadari
yang memang sepenuhnya
dari semula kebenaran
sudah ada dan ilahi.
berfungsi
dalam  
lingkungan di    
luar diri  
manusia.
 
2. Ilmu  
Pengetahuan    
Mendukung   
Iman
Secara aktual   
manusia    
memang   
belum, dan
mungkin tidak    
akan pernah,   
memahami    
Ali Masrur
-

   mendekati
Allah dan
dalam
 membina
hubungan
Akan Kami yang serasi
perlihatkan dan harmonis
kepada dengan sesama
mereka (m makhluk.
anusia) Maka, selain
tanda-tanda
tidak bersikap
Kami di
eksploitatif,
seluruh
manusia harus
cakrawala
juga
dan dalam
menunjukkan
diri mereka
sendiri, sikap-sikap
sehingga yang lebih
akan
menjadi apresiatif
jelas bagi
mereka terhadap
bahwa Al- alam
Qur‟an atau lingkungannya
bisa juga . Sebab,
Tuhan itu meskipun
benar alam ini
adanya. QS. memang benar
Fushshilat berkedudukan
(41): 53 lebih rendah
daripada
Namun manusia,
manusia, namun hal itu
dalam terjadi hanya
memanfaatkan dalam hirarki
alam itu harus kosmis yang
tidak bersifat
membatasi diri batiniyyah,
hanya untuk yang terbebas
tujuan dari dimensi
mengeksploita ruang dan
si alam, tetapi waktu, seluruh
ia harus alam dan
memanfaatkan manusia
alam itu adalah sama-
sebagai sama
sumber 2
pengambnilan 1
pelajaran makhluk
dalam Allah. Seperti
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

dalam ayat bertashbih


berikut ini: memuji-
Tidaklah Nya,
seekor pun
binatang
21
yang melata Nurcholish
di bumi, Madjid, Islam
Doktrin dan
dan tidak
Peradaban., 295.
pula
seekorpun
Relasi Iman dan
burung Ilmu Pengetahuan
yang dalam Perspektif Al
terbang Qur’an (Sebuah
dengan Kajian Tafsir
kedua Maudhu’i)
sayapnya
tetapi kamu
umat-umat (manusia)
seperti kamu tidak
juga. mengerti
Penegasan tashbih
ini terkait mereka.
dengan Oleh
berbagai karena itu,
penjelasan sekalipun
tentang alam amnusia
raya yang adalah
selalu makhluk
bertashbih tertinggi dan
kepada Allah, khalifah
demikian juga Allah di
semua benda- bumi, dan
benda tanpa sekalipun
kecuali juga alam ini
selalu dibuat lebih
bertashbih rendah
kepada Allah (taskhir) agar
Swt. dapat
Seluruh digunakan
langit yang oleh manusia,
tujuh dan tetapi
bumi hubungan
bertashbih manusia
memujinya, dengan alam
dan juga sekitarnya
makhluk harus disertai
hidup di dengan sikap
dalmnya. rendah hati
Dan tiada yang
sesuatu sewajarnya,
apapunkecu dengan
ali
Ali Masrur
-

melihat alam manusia


sebagai mengenai
sumber ajaran keadaannya,
dan pelajaran potensi-
untuk potensinya,
menerapkan resiko-resiko
sikap tunduk yang
kepada Allah dihadapinya
(islam). sebagai
Manusia manusia, dan
harus nasibnya di
menyertai akhirat nanti.
alam   
sekitarnya
   
dalam
bertashbih  
memuji  
Allah, antara   
lain dengan  
memelihara  
keseimbangan  
alam itu dan
menunbuhkan  
nya ke arah
yang lebih  
baik (ishlah),   
bukan dengan
cara   
melakukan  
kerusakan
  
dan
pengrusakan 
di  
2
2 
m  
uk
  
a
bu 
mi  
( fasad fil
 
ar
dh 
i)  
Dengan
demikian,
ilmu Tidak
pengetahuan pernahkah
empiris tidak mereka
akan ada berjalan di
artinya, jika atas bumi
tidak menjaga sehingga
persepsi batin mereka
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir
Maudhu’i)

memiliki sejarah dan


hati untuk geografi.
memahami Dalam hal ini,
dan Al-Qur‟an
memiliki senantiasa
telinga mendesak
untuk manusia agar
mendengar “berjalan di
? Karena
muka bumi”
yang buta
bukanlah sehingga dapat
mata, menyaksikan
tetapi hati apa yang
di dalam terjadi pada
hati kebudayaanke
mereka. budayaan di
(Al- masa lampau
Hajj/22: 46) dan mengapa
Itulah kebudayaan-
sebabnya kebudayaan itu
mengapa Al- bisa bangkit
Qur‟an dan runtuh.
mementingkan Ketiga,
tiga macam pengetahuan
pengetahuan mengenai
untuk dirinya sendiri
manusia. karena “Kami
Pertama, akan
pengetahuan memperlihatka
menganai alam n kepada
yang telah mereka tanda-
dibuat oleh tanda
Allah tunduk
kepada
manusia atau 22
Nurcholish
sains-sains Madjid, Islam
alamiah. Doktrin dan
Kedua, Peradaban,
pengetahuan
46
Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

Kami di dalam cakrawal dan di dalam diri-diri Sebagai landasar teori (grand theory) dalam
mereka sendiri sehingga mereka dapat meneliti dan menyelidiki ayat-ayat Tuhan
memahami kebenaran – Tidak cukupkah yang tersebar alam, diri manusia dan sejarah.
Tuhanmu sebagai saksi tyerhadap sestiap Sebaliknya, maka temuan-temuan inilah yang
23 harus dipakai untuk menjustifikasi kebenaran
sesuatu? (41:53) kalam Tuhan yang tersurat dalam Al-
Ilmu pengetahuan ini adalah ilmu 24
pengetahuan ilmiah karena didapatkan dari Qur ‟an.
hasil pengamatan dengan mata dan telinga,
tetapi ilmu pengetahuan ini pada akhirnya
harus “sampai ke hati” dan mampu Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami
menghidupkan iman dan persepsi batin yang terdapat di berbagai ufuq dan dalam
manusia. Tanpa memiliki persepsi batin ini, diri mereka sendiri sampai menjadi jelas
ilmu pengetahuan dan teknologi itu dapat bahwa ayat-ayat yang tersurat dalam
menjadi kekuatan yang sangat berbahaya. AlQur’an adalah benar. Belum cukupkah
Dengan demikian, pengembangan ilmu bahwa Tuhanmu Maha menyaksikan segala
pengetahuan, di satu sisi, haruslah dibarengi
sesuatu. (Qs. Hamim As-Sajdah: 53).
dengan kekuatan iman dan penajaman persepsi
batin di sisi lain. Seandainya penelitian ilmiah
Dari sini dapat dikatakan bahwa menurut menggunakan prosedur sebagaimana yang
Al-Qur‟an, tiga daya yang dapat dipakai untuk diungkapkan Alquran maka dapat dikatakan ia
memahami kebenaran, yaitu al-fikr, al-„aql, merupakan seorang yang ulul albab. Yakni,
dan al-fu’ad atau al-qalb merupakan satu orang-orang yang tidak hanya berdzikir dalam
kesatuan oragnik yang sifatnya berlapis dan keadaan duduk, berdiri, dan berbaring, tetapi
berjenjang. Integrasi ilmu pengetahuan dan juga mereka berpikir, meneliti, dan
teknologi, filsafat, dan agama sangat mungkin merenungkan fenomena alam semesta, diri
karena obyek kajiannya mempunyai kesatuan manusia, dan sejarah. Setelah mereka
sumber, yaitu ayat-ayat Tuhan yang ada pada menemukan kebenaran melalui alam raya,
alam semesta, diri manusia dan sejarah, serta mereka mengatakan, rabbana ma khalaqta
yang tersurat dalam kitab suci. Integrasi ketiga hadza bathilan shubhanaka fa qina adzaban
tahapan tersebut sebenarnya merupakan wujud nar .
integrasi dari perpanjangan ayat-ayat Allah. Inilah orientasi keilmuwan Islam yang akan
Integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dikembangkan di UIN nantinya. Jika orang
filsafat, dan agama meruapakn tuntutan Barat mengatakan, science for the sake of
realitas kehidupan itu sendiri di mana science (ilmu untuk ilmu), atau l’art pour
ketiganya dapat saling melengkapi. Jika ilmu l’art, maka kita harus mengatakan science for
pengetahuan dan teknologi digunakan untuk the search of God, ilmu itu untuk mencari dan
memecahkan persoalan-persoaln yang bersifat menuju Tuhan. Oleh karena itu, Cak Nur
teknis, operasional, maka filsafat memberikan menulis buku yang berjudul Pintu-Pintu
landasan hakekat dan maknanya terhadap menuju Tuhan. Jika tidak demikian halnya,
sesuatu hal, memberikan wawasan yang meta maka yang terjadi adalah sebaliknya. Seperti
teknis dan metafisik, dan selanjutnya agam dikatakan oleh Nabi yang bersenjata,
memberikan arah dan tujuan yang paling akhir Muahmmad Saw., Man yazdad „ilman lam
dari hidup manusia agar semua proses itu yazdad hudad, lam yazdad minallahi illa
berjalan sebagai bagian dari penghambaannya bu’dan. Artinya, siapa yang bertanbah
kepada Tuhan dalam dimensi spiritual. ilmunya, tetapi tidak bertambah petunjukknya.
Inilah maksud dari apa yang dikatakan oleh Maka ia akan semakin jauh dari Tuhan.
Kuntowijoyo bahwa ayat Al -Quran hendaknya
24
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi
23 untuk Aksi (Bandung, Mizan, 1991).
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, 51.
Dengan menggunakan bahasa agama,
seperti dikatakan oleh Prof. Mukti Ali, bahwa

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 47
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

ilmu yang dimiliku bukan untuk pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika
mengeksploitasi atau pun berkuasa tetapi Al-Qur‟an berbicara tentang hal itu,
sejatinya untuk ibadah. Senada dengan dikaitkannya dengan kekuasaan dan kebesaran
perkataan Muhamamd Iqbal, dalam The Allah serta keharusan beriman kepada -
Reconstruction of Religious Thought in Islam. Nya.
Orang mukmin adalah cakrawala hanyut Pada saat mengisyaratkan pergeseran
dalam dirinya, sementara orang kafir adalah gunung-gunung dari posisinya, sebagaimana
dirinya hanyut dalam cakrawala. dibuktikan oleh para ilmuwan, informasi itu
dikaitkan dengan kemahahebatan Allah Swt.
( Surat an-Naml/ 27: 88).
3. Iman dan Ilmu Pengetahuan: Sejalan Kamu melihat gunung-gunung yang kamu
atau Bertentangan? mengira tetap di tempatnya, padahal
Jadi, apakah ilmu pengetahuan dan mereka berjalan sebagaimana awan.
teknologi itu mendukung atau menentang Begitulah perbuatan Allah, yang membuat
keimanan kita kepada Allah? Tentu saja,
dengan kokok tiap-tiap sesuatu.
dalam perspektif Al-Qura‟an, ilmu
pengetahuan itu mendukung keimanan kita Sesungguhnya, Allah mengetahui apa yang
kepada Allah Swt. Dengan bukti-bukti berikut kamu kerjakan.
ini. Pertama, ketika Al-Qur‟an tentang alam Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan harus
raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas selalu mengingatkan manusia akan kehadiran
bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan deng dan kemahakuasaan Allah, selain itu
an kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. memberikan manfaat secara luas, sesuai
Misalnya, uraian Al-Qur‟an tentang 25
kejadian alam: dengan prinsip bismi rabbik.
Kedua, Al-Quran sejak awal
         memperkenalkan istilah sakhkhara yang
      makna tersebut bermuara terhadap
kemampuan meraih secara mudah dengan
 
kemampuan teknik ataupun keahlian. Ketika
        Al-Quran memilih kata sakhkhara yang
artinya secara harfiah menundukkan atau
     merendahkan. Mempunyai tujuan yaitu agar
alam raya dengan segala manfaat yang dapat
      diraih darinya harus tunduk dan dianggap
      sebagai sesuatu yang posisinya berada di
bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan
      sebagai khalifah? Tidaklah etis seorang
khalifah tunduk dan merendahkan diri
     terhadap sesuatu yang telah ditundukkan oleh
 Allah untuknya. Apabila khalifah ditundukkan
oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan
Apakah orang-orang kafir tidak dengan maksud Allah Swt.
mengetahui bahwa langit dan bumi itu Sebagaimana telah dikemukakan di atas
keduanya dahulu adalah satu yang padu, bahwa penundukan Allah terhadap alam raya
kemudian Allah memisahkan keduanya bersama potensi yang dimiliki manusia bila
dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu digunakan secara maksimal, akan
yang hidup. Maka mengapa mereka tidak menghasilkan teknologi.
juga beriman? (Al-Anbiya‟/ 21: 30) Dari kedua catatan di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan
Ayat tersebut dipahami kebanyakan ulama teknologi serta hasil-hasilnya disamping harus
kontemporer sebagai isyarat mengenai teori mengingatkan manusia kepada Allah, juga
big bang (ledakan besar) yang mengawali perlu mengingatkan bahwa manusia
terbentuknya langit dan bumi. Para pakar merupakan khaliafah yang mengatur alam raya
boleh berselisih pendapat mengenai makna ini.
ayat tersebut. Atau mengenai proses terjadinya
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

Jika alat atau mesin dijadikan sebagai Berdasarkan petunjuk kitab suci, seorang
gambaran konkrit teknologi, dapat dikatakan muslim dapat menerima hasil -hasil teknologi
yang sumbernya netral, dan tidak
menyebabkan kemaksiatan, apabila
bermanfaat bagi manusia, ditinjau dari unsur
25 “debu, tanah” manusia maupun unsur “ruh
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, 444-445. ilahi” manusia.
26
bahwa pada mulanya, teknologi merupakan Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran., 445-446.
perpanjangan organ manusia. Ketika manusia
menciptakan pisau sebagai alat pemotong,
48 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52
alat ini menjadi perpanjangan tangannya. Alat Apabila aplikasi dari hasil teknologi
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan membuat manusia lalai dari dzikir dan
oragan manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk tafakkur, serta meruntuhkan nilai-nilai
kepada si pemakai, melebihi tunduknya kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya
budak belian. yang harus ditolak, melainkan mestinya kita
Selanjutnya teknologi berkembang pesat, memperingatkan dan mengarahkan manusia
dengan memadukan sekian banyak alat terhadap penggunaan teknologi itu. seandainya
menjadi satu mesin. Seperti: Kereta, mesin hasil teknologi sejak awal dapat mengalihkan
giling, dan sebaginya semuanya berkembang. manusia dari jati dirinya dan tujuan
Energi yang digunakan sebelumnya seperti penciptaannya, maka kehadirannya dari awal
energi manusia atau binatang, diganti dengan harus ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi
energi air, uap, api, angin, dan sebagainya. persoalan besar bagi martabat manusia dalam
Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, memadukan kemampuan mekanik dalam
pesawat udara tidak lagi menjadi penciptaan teknologi, dengan memelihara
perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan nilai-nilai fitrah manusia dengan
atau penciptaan organ baru manusia. 27
Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memadukan pikir dan dzikir, ilmu dan iman.
memungkinkannya untuk terbang? Tetapi Dengan demikian, Ilmu Pengetahuan sudah
dengan pesawat, ia bagaikan meiliki sayap. semestinya berjalan seiring dan sejalan dengan
Alat atau mesin tidak lagi menjadi budak, keimanan seorang manusia kepada Tuhannya.
26 Keseimbangan antara keduanya, yakni
tetapi telah menjadi kawan manusia. memiliki ilmu yang tinggi dan iman yang kuat
Dari hari ke hari, telah tercipta mesin- adalah syarat agar seseorang dapat diangkat
mesin yang semakin canggih. Mesin-mesin oleh Allah Swt. Kepada derajat yang lebih
itu melalui daya akal manusia digabungkan tinggi, baik derajat di dunia maupun derajat di
dengan yang lainnya, sehingga semakin akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam
kompleks serta tidak bisa dikendalikan oleh AlQur‟an berikut ini:
seseorang. Maka akhirnya, mesin yang
diciptakan manusia dapat mengerjakan tugas      
dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini,    
mesin menjadi semacam musuh manusia,    
atau lawan yang harus disiasati agar
mengikuti kehendak manusia.           
Era kontemporer ini telah lahir
teknologi,di bidang rekayasa genetika yang        
ditakutkan dapat menjadikan alat sebagai
majikan. Yang mampu menciptakan bakal-          
bakal majikan yang diperbudak dan
ditundukkan oleh alat. apabila begitu, tentu          
jelas bertentangan dengan kedua catatan yang
disebutkan terdahulu.           
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

          untuk memiliki komitmen kepada nilai-nilai


luhur dan ilmu memberi kita kecakapan teknis
 guna merealisasikannya. Singkatnya, iman dan
ilmu pengetahuan secara bersama akan
Allah akan mengangkat orang-orang membuat manusia menjadi orang baik dan
beriman di antara kamu dan orang-orang sekaligus tahu cara yang tepat mewujudkan
yang telah diberi ilmu beberapa derajat. kebaikan itu. Maka dapat dimengerti mengapa
Dan Allah Maha Tahu atas apa yang kamu iman dan ilmu merupakan jaminan
perbuat. (QS. Al-Mujadalah: 11) 29
Menurut Ibnu Abi Hatim dari Muqatil keunggulan dan superioritas.
bahwa ayat ini diturunkan pada hari Jum‟at Memang secara hirarki nilai, masih tetap
dimana orang-orang yang termasuk ahli Badr dapat dikenali bahwa iman adalah primer,
telah datang, sementara tempatnya sempit dan
belum diperluas untuk mereka. Oleh karena 28
itu, mereka berdiri karena tidak ada tempat Jalaluddin al-Suyuthi, Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-
Nuzūl, (Libanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2012),
186. 29
27
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran,446. Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan,
cet. iii (Jakarta: Paramadina, 1995), 8.
untuk duduk. Melihat hal itu, Nabi Saw.
menyuruh seseorang untuk berdiri agar yang utama, dan ilmu adalah sekunder,
tempatnya bisa diduduki oleh yang lain, tetapi
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 49
orang itu merasa tidak suka. Maka turunlah pelengkap. Ini dapat dilukiskan: “lebih baik
28 seorang yang jujur, meskipun bodoh daripada
ayat ini. seorang yang jahat meskipun berilmu.” Atau,
Ayat ini menunjukkan bahwa iman dan “lebih baik orang yang bodoh tapi jujur,
ilmu pengetahuan tidak bertentangan dan daripada orang pandai tapi jahat.” Sebab
sudah seharusnya berjalan seiring karena kepandaian di tangan orang jahat akan
Allah Swt. mengangkat derajat manusia itu menunjang kejahatannya itu sehingga berlipat
berdasarkan dua hal: iman yang kuat dan ilmu ganda dan semakin merusak, seperti terbukti
pengetahuan yang tinggi. Hanya saja, dalam dari kejahatan kaum Nazi Jerman.
ayat ini, iman lebih didahulukan dari pada Namun, jika masalahnya ialah keberhasilan
ilmu. Dengan demikian, dapat diambil usaha kebaikan yang maksimal, maka
kesimpulan bahwa iman itu lebih penting sesungguhnya iman dan ilmu pengetahuan itu
daripada ilmu pengetahun. Sementara ilmu tidak dapat dipisahkan. Kekalahan orang atau
pengetahuan itu sebagai penunjang untuk kelompok yang baik oleh orang atau kelompok
menyirami dan menumbuh-kembangkan iman yang jahat jelas bukan karena faktor iman
yang ada di dalam diri manusia. Jadi, tidak ada orang atau kelompok yang baik itu, tetapi
pertentangan antara iman dan ilmu hanya karena faktor ilmunya yang kurang itu.
pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki Salah satu wujud nyata peran ilmu adalah,
oleh manusia adalah sarana untuk menemukan misalnya, kemampuan berorganisasi dan
kebenaran Al-Quran dan kebenaran Tuhan itu menyusun kiprah. Oleh karena itu, terkenal
sendiri. sekali diktum, “al-bathil bi nizham yaghlibu
Menurut Nurcholish Madjid, ayat ini dapat al-haqq bi ghayr nizham.” Kepalsuan yang
dimaknai bahwa janji keunggulan, superioritas tersusun rapi akan mengalahkan kebenaran
dan supremasi diberikan oleh Allah kepada yang tidak tersusun rapi. Sesuatu hal yang
mereka yang beriman dan berilmu sekaligus. amat logis dan masuk
Iman akan mendorong manusia untuk berbuat 30
baik untuk mendapatkan ridha Allah, dan ilmu akal.
akan melengkapi manusia dengan kemampuan Masalah yang cukup pelik ialah, jika
menemukan cara yang paling efektif dan tepat seseorang mempunyai iman, namun tidak
dalam pelaksanaan dorongan untuk berbuat berilmu secukupnya, maka ada kemungkinan,
baik itu. Dengan kata lain, iman mendidik kita ia akan melaksanakan suatu itikad baik secara
Ali Masrur Relasi Iman dan Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

kurang tepat atau tidak jarang terjadi,


melaksanakannya begitu rupa sehingga
hasilnya justru hal yang tidak dikehendaki dan
31
berlawanan dengan itikad baiknya sendiri.
Dengan iman dan ilmu pengetahuan,
manusia akan memperoleh derajat ketaqwaan.
Taqwa adalah istilah terpenting dalam
AlQur‟an. Taqwa pada tingkat yang tinggi
menunjukkan kepribadian manusia yang
benar-benar utuh dan integral. Kata taqwa
biasanya diartikan sebagai “takut kepada
Allah” atau “keshalehan”. Jika taqwa
dimaknai sebagai takut kepada Allah, maka
hal itu mengesankan

30
Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan.,
8-9. 31
Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan.,
9.

50
2016): 35-52
Ali Masrur
-

Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al


Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

bahwa Allah adalah sebuah kekuatan yang semakin mendekatkan diri manusia kepada
diktator dan kejam karena rasa takut kepada Allah Swt.
Allah tidak dapat dibedakan dengan rasa takut 2. Pertentangan yang terjadi antara ilmu
kepada srigala. pengetahuan dan teknologi, bukan
Taqwa berasal dari kata waqaya, yang berarti disebabkan oleh oleh ajaran Al-Quran,
berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu. tetapi karena manusia memiliki beberapa
Kata taqwa dengan makna ini digunakan juga kelemahan: a. Memiliki hawa nafsu yang
dalam Al-Qur‟an, seperti dalam Surat 52: 27; mendorong amnusia selalu konflik
40: 45; 76: 11. Jadi, takwa berarti melindungi kepentingan dengan sesamanya b.
diri dari akibat-akibat perbuatan diri sendiri Kesempitan pikiran, yakni manusia lebih
yang buruk dan jahat. Dengan demikian, istilah emmentingkan kepentingan jangak pendek
takut kepada Allah dengan pengertian takut dari pada kepentingan jangka panjang.
kepada akibat-akibat perbuatan diri sendiri, baik
akibat di dunia maupun di akhirat, adalah tepat DAFTAR PUSTAKA
sekali. Dengan kata lain, inilah perasaan takut
Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas Al-
yang timbul karena kita sadar bahwa kita
Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an.
memiliki tanggung jawab dunia akhirat. Rasa Yogyakarta: LKiS, 2001.
takut ini tidak sama dengan rasa takut kepada Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat dan
srigala atau kepada seorang raja yang lalim, Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.
kejam, dan semena-mena karena Tuhan dalam Farmawi, Abd al-Hayy. Metode Tafsir
Al-Qur‟an adalah Tuhan yang Maha Pengasih Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, terj. Suryan
dan Penyayang, walaupun Dia juga menjatuhkan A. Jamrah, cet. ii. Jakarta: PT Rajagrafindo
32 Persada, 1996.
hukuman-Nya di dunia dan di akhirat nanti. Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir-Tafsir
AlQur’an: Perkenalan dengan Metodologi
Tafsir, cet. i. Bandung: Penerbit Pustaka,
E . SIMPULAN 1987.
Dari berbagai ayat Al-Quran, dan penjelasan
para penafsir Al-Quran seperti Furchan, Arief. Peranan Agama dalam
Fazlur Rahman, Quraish Shihah, dan Pembangunan Iptek Nasional 1. Diunduh
Nurcholish Madjid dapat diperoleh beberapa pada tanggal 24 Januari
kesimpulan di bawah ini: 2013 dari http://www.pendidikan
1. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia islam.net/index.php/makalah/41-makalah-
adalah sarana untuk menemukan kebenaran tertulis/272-peranan-agama-dalam-
Al-Quran dan kebenaran Tuhan itu sendiri.
pembangunan-iptek
Ilmu pengetahuan dalam perspektif Al-
Qur‟an diberikan kepada manusia sebagai Ibnu Katsir, Isma‟il. Tafsīr al-Qur’ān al-
bekal manusia menjadi khalifah di muka bumi. „Azhīm. Damaskus: Maktabah Dar al Fiha‟,
1998.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan manusia
Khallaf, Abdul Wahhab. „Ilmu Ushul al-Fiqh.
tidak dapt dipiosahkan dari keiumannnya. Tk.: Dar al-Rasyid, 2008.
Dengan ilmu pengetahuan dan iman yang Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi
dimilikinya, Allah akan mengangkat derajat untuk Aksi. Bandung, Mizan, 1991.
manusia, tdaik hanya di dunia, tetapi juga di Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan
akhirat. Dengan demikian, segala hal yang Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang
terkait dengan pengembangan ilmu Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan
pengetahuan dan teknologi harus diupayakan Kemoderenan, cet. Ii. Jakarta: Paramadina,
dalam rangak 1992.
memperkuat keimanan kepada Allah dan _______. Pintu-Pintu Menuju Tuhan, cet. iii.
Jakarta: Paramadina, 1995.
Ali Masrur

32
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, 43.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52 51
Relasi Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhu’i)

Maran, Rafael Raga. “Agama Iptek dan Masa Shah, A.B. Metodologi Ilmu Pengetahuan.
Depan Kita”, dalam Buletin Ilmiah Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986.
Tarumanagara Th. 9/ No. 31 (1994); 71- Shihab, Quraish. “Membumikan” Al-Qur’an:
77. Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Maqdisi, Hasani. Faydhullah. Fath al-Rahman Kehidupan Masyarakat, cet. i. Bandung, li
Thalibi Ayatil Qur’an. Indonesia: Mizan, 1992.
Maktabah Dahla, Tanpa tahun. _______. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir
Rahman, Fazlur. Tema Pokok Al-Qur’an, terj. Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Anas Mahyuddin, cet. i. Bandung: Penerbit cet. iv. Bandung, Mizan. 1996.Suyuthi,
Pustaka, 1983. Jalaluddin. Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al_______. Islam dan Tantangan
Modernitas Nuzūl. Libanon: Dar al-Kutub altentang Transformasi Intelektual. Bandung:
„Ilmiyyah, 2012.
Penerbit Pustaka, 1995.
Razi, Fakhruddin. Tafsīr Mafātih al-Ghayb. Whittingham, Martin. “Muslim Methods of
Tehran: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, Tanpa Qur‟an Interpretation”, in Whitefield tahun.
Briefing Vol 8. No. 3. (August 2003).

52 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1,1 (Juni 2016): 35-52

Anda mungkin juga menyukai