Laporan Praktikum Kerja Lapangan - Apotek Central Care
Laporan Praktikum Kerja Lapangan - Apotek Central Care
Di Susun Oleh :
Angel Christine Margareth (03422118036)
Anisya Dwiyanti (03422118044)
Annisa Masyita Putri (03422118050)
Dina Fadhillah (03422118129)
Febriyanti Lestari (03422118169)
Fitri Nur Rafik (03422118177)
Ismihani Sofiyani (03422118205)
Jihan Safira Al Zahra (03422118208)
Lolita Intan Saputri (03422118231)
Margaretha Dian Anggraeni (03422118239)
Mengetahui,
Direktur STIKes Farmasi IKIFA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih serta dapat
menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan ini, banyak hal yang telah
kami dapatkan untuk menambah wawasan, pengalaman tentang peranan
Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan juga sebagai studi
banding antara pengetahuan yang didapat di akademi dengan yang kami
dapatkan di tempat Praktik Kerja Lapangan
ii
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Namun kami tetap berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................... 1
B. TUJUAN........................................................................................................... 2
BAB IV...................................................................................................................21
PENUTUP...............................................................................................................21
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 21
Saran.............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22
LAMPIRAN............................................................................................................23
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang - Undang No.39 Tahun 2009 kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat.
Menurut PMK No. 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di STIkes IKIFA. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga
mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek sehingga
setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi
1
mahasiswa STIkes IKIFA dan memberikan pengalaman dalam
mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli Madya Farmasi di Apotek.
Mahasiswa yang telah lulus dari STIkes IKIFA dengan gelar Ahli Madya
Farmasi (D3 Farmasi) diharapkan mampu untuk memenuhi pelayanan
kesehatan secara umum dan pemberian konsultasi, informasi dan edukasi (KIE)
kepada masyarakat dengan optimal, khususnya di pelayanan bidang farmasi.
B. TUJUAN
A. Menerapkan teori yang telah dipelajari selama perkuliahan di Akademi
Farmasi Ikifa.
B. Memahami peran sebagai Ahli Madya Farmasi di Apotek Central Care
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
C. Mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem
manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan obat di
Apotek Central Care secara online.
C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PKL
A. Waktu
Praktik Kerja Lapangan di Apotek Central Care di laksanakan secara
online pada tanggal 30 Juni, 3 Juli, 7 Juli, dan 10 Juli.
B. Tempat
Praktik Kerja Lapangan di laksanakan di Apotek Central Care.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
2. Struktur Organisasi
Apoteker
Pengelola Apotek
Tenaga Teknis
Kefarmasian
1
Tugas-tugasnya :
a. Apoteker Pengelola Apotek
1) Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggung jawab terhadap
pengembangan serta kelangsungan hidup apotek
2) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai
dengan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana,personalia dan
anggaran dan strategi kerja agar program yang telah ditetapkan dapat
terlaksana dengan baik
3) Memeberi pelayanan kefarmasian masyarakat,melalui pelayanan
teknis farmasi dan informasi.
4) Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi
administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan
personalia.
5) Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi
yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika.
6) Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan
merencanakan usaha pengembangan apotek, meningkatkan
pelaksanaan dan kegiatan usaha di bidang manajemen apotek.
7) Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM
Bandung.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
1) Menyiapkan permintaan resep (menimbang,meracik,dan mengemas
etiket) sesuai permintaan resep
2) Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan,jummlah obat,nama,nomor resep dan cara
pemakaian obat
3) Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang
perlu diulang,obat yang baru diserahkan sebagian,obat yang belum
diserahkan atas permintaan pasien
2
4) Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk
5) Mengontrol persediaan obat di ruang racik
6) Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis
7) Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan informasi lain yang diperlukan.
8) Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir, melayani
penjualan obat bebas dan menggantikan juru resep.
9) Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok
10) Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan dan sanitasi atau kebersihan di
ruang peracikan
c. Pembantu umum
Bertugas dan bertanggungjawab terhadap kelancaran usaha
apotek, pelayanan, dan administrasi.
d. Kasir/Administrasi
Bertanggung jawab terhadap masuk keluarnya uang apotek,
mencatat jumlah pendapatan apotek setiap hari.
3
3) Metode kombinasi yaitu gabungan dari metode epidemiologi dan
metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan
pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi
periode sebelumnya.
4) Metode just in time yaitu dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang
tersedia di apotek dalam jumlah terbatas. Digunakan untuk obat-obat
yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta
memiliki waktu kadaluarsa yang pendek
Di Apotek perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan
dan alat kesehatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data obat-obatan
yang akan dipesan. Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu jika barang
habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada
bulan-bulan sebelumnya.
4
Untuk produk yang termasuk ke dalam pareto C dilakukan pemesanan bila
produk tersebut akan habis.
b. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek dilakukan oleh bagian unit
pembelian yang meliputi pengadaan obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras tertentu, narkotika dan psikotropika, dan alat kesehatan. Pengadaan
perbekalan farmasi dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1) Pengadaan Rutin
3) Konsinyasi
5
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara Apotek dengan
suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan produknya untuk dijual
di apotek, misalnya alat kesehatan, obat-obat baru, suplemen kesehatan,
atau sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan yang baru beredar di
pasaran. Setiap dua bulan sekali perusahaan yang menitipkan produknya
akan memeriksa produk yang dititipkan di apotek, hal ini bertujuan untuk
mengetahui berapa jumlah produk yang terjual pada setiap dua bulannya.
Pembayaran yang dilakukan oleh apotek sesuai jumlah barang yang laku.
Apabila barang konsinyasi tidak laku, maka dapat diretur/dikembalikan ke
distributor/perusahaan yang menitipkan.
c. Pembelian
6
penerimaan akan mengembalikan atau menolak barang yang dikirim
(retur) disertai nota pengembalian barang dari apotek. Kualitas barang
serta tanggal kadarluasa. Kadaluarsa tidak kurang dari satu tahun untuk
obat biasa dan tiga bulan untuk vaksin.
3) Salinan faktur dikumpulin setiap hari lalu dicatat sebagai data arsip
faktur dan barang yang diterima dicatatat sebagai data stok barang
dalam komputer.
Jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat kerusakan
fisik maka bagian pembelian atau membuat nota pengembalian barang (retur)
dan mengembalikan barang tersebut ke distrbitor yang bersangkutan untuk
kemudian ditukar dengan barang yang sesuai. Barang-barang yang tidak sesuai
dengan faktur harus dikembalikan, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
praktek penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh pihak tertentu.
d. Penyimpanan
7
Sistem penyimpanan obat di Apotek antara lain:
8
6) Alat kesehatan disimpan dalam etalase dekat penyimpanan obat bebas.
e. Distribusi
5. Pelayanan KIE/PIO
KIE adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada
9
pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien
memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar
termasuk swamedikasi.
a. Tujuan umum KIE adalah meningkatkan keberhasilan terapi,
memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping,
meningkatkan cost effecfiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien
2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi
8) Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9) Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
10
terapi sempit (digoksin, phenytoin) Pasien yang menggunakan banyak obat
(polifarmasi) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah
2) Sarana dan Prasarana Ruangan atau tempat konseling Alat bantu
konseling (Kartu pasien/catatan konseling)
6. Pelayanan swamedikasi
Pelayanan swamedikasi atau pengobatan sendiri membutuhkan pengawasan
dari tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya, karena apabila obat
digunakan tidak sesuai dengan aturan pemakaian dan cara penggunaannya dapat
membahayakan pasien, bahkan dapat menimbulkan efek toksik (Rikomah, 2016).
Dalam melakukan pelayanan swamedikasi terdapat beberapa profil pelayanan yang
dilakukan oleh petugas apotek kepada pasien swamedikasi yang terdiri dari patient
assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi.
a. Patient Assessment
Patient assessment merupakan suatu penilaian terhadap keadaan pasien yang
dilakukan untuk pertimbangan apoteker dalam penentuan identifikasi pasien
sebelum membuat sebuah rekomendasi. Beberapa metode yang dapat digunakan
dalam rangka menggali informasi pasien antara lain metode WWHAM (Who is
patient?, What are the symptoms?, How long have the symptoms been present?,
Action taken?, Medication being taken?) ASMETHOD (Age/appearance,
Self/someone else, Medication, Extra medicines, Time symptoms, History, Other
symptoms, Danger symptoms). Patient assessment dalam penelitian ini merujuk
pada metode ASMETHOD. Pertanyaan nomor 1 sampai nomor 8 pada variabel
patient assessment dinilai 2 jika petugas apotek melakukan tindakan patient
assessment dan dinilai 0 jika petugas apotek tidak melakukan tindakan patient
assessment.
b. Rekomendasi
11
Pada variabel rekomendasi terdapat dua komponen yaitu berupa rujukan ke
dokter dan rekomendasi obat. Rekomendasi yang tepat dapat diberikan sesuai
dengan patient assessment yang telah ditanyakan oleh petugas apotek, sehingga
patient assessment adalah komponen yang mendasari untuk memberikan
rekomendasi selanjutnya. 27 Penilaian pertanyaan nomor 9 dalam variabel
rekomendasi diberi nilai 0 jika petugas apotek memberikan rekomendasi rujukan ke
dokter dan nilai 2 jika petugas apotek tidak memberikan rujukan ke dokter.
Penilaian ini berdasarkan skenario penelitian yang dibuat, bahwa pasien sedang
demam ringan yang belum memerlukan rujukan ke dokter. Pertanyaan nomor 10
dalam variabel rekomendasi diberi nilai 2 jika petugas apotek memberikan
rekomendasi obat dengan tepat yaitu memberi obat golongan bebas dan bebas
terbatas
12
BAB III
TINJAUAN APOTEK CENTRAL CARE
3. Struktur Organisasi
apt. M. Tri Kurniawan, S.Si, sebagai apoteker, owner dan founder dari
apotek central care yang telah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun
pada industri dan Pelayanan Retail Farmasi Nasional.
13
4. Profil Apotek
Apotek central care mempunyai komsep yang berbeda dengan apotek
yang lainnya, diantaranya menetapkan konsep jeli akan peluang, retail
modern (dengan konsep swalayan farmasi), potek yang health car, bukan
hanya menerima resep saja tetapi menetapkan segmentasi, targetting dan
positioning dengan jelas sehingga apotek mempunyai konsep tersendiri.
Kalau berada di lingkungan rumah sakit, praktek dokter dan harapannya
adalah dapat memenuhi targetting. Beberapa praktek dokter diantaranya: dr.
Ice Juliana Manik, dr.Lanny Ardianty
Penempatan untuk kosmetik yang dijual di apotek begitu masuk ke apotek
central care langsung terlihat apotek yang berbeda. Obat-obatan peresepan
dilengkapi karena disekitar apotek central care terdapat banyak pratek dokter.
Beberapa apotek sudah banyak yang menggunakan software supaya
memudahkan transaksi dan mudah menganalisa, dapat melihat stock obat hal
ini sangat efektif sehingga mengurangi exipired date.
Apotek central care berawal dari tekad untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang prima sehingga apotek central care hadir ditengah
masyarakat. Apotek central care melayanu kebutuhan kesehatan, seperti:
konsultasi apoteker, prakter dokter layanan antar obat, pemeriksaan rapid
kesehatan.
14
Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar,
proses perencanaan persediaan obat meliputi:
1. Tahap pemilihan obat, obat dipilih berdasarkan jenis dan
memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola
kemampuan masyarakat.
2. Tahap kompilasi pemakaian obat, kompilasi pemakaian obat adalah
rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan yang
bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).
3. Tahap perhitungan kebutuhan obat, perhitungan kebutuhan obat
dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan melakukan
analisis trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta
menggunakan metode morbiditas yakni perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit.
4. Tahap proyeksi kebutuhan, perhitungan kebutuhan obat yang
dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan data
pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih
berjalan.
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-obatan di apotek
biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan
melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan medis.
Pengadaan dilakukan dengan menggunakan metode ABC:
1. Barang bernilai tinggi, jumlahnya 20% dari total persediaan, nilainya
80% dari nilai total persediaan.
2. Barang bernilai sedang, jumlahnya 30% dari total persediaan, nilainya
15% dari nilai total persediaan.
3. Barang bernilai rendah, jumlahnya 50% dari total persediaan, nilainya
5% dari nilai total persediaan.
15
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian
kedatangan barang dengan surat pesanan di antaranya kesesuaian jenis
obat maupun jumlah yang dipesan. Penerimaan merupakan kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting
untuk dilakukan karena obat merupakan salah satu faktor terpenting
dalam pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan harus
memperhatikan beberapa hal berikut seperti:
1. Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan
ke wadah lain, harus dicegah agar tidak terkontaminasi dan ditulis
informasi yang jelas), wadah obat juga harus memuat
nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
2. Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas
terapi obat, bentuk sediaan (liquid, semisolid, dan solid), stabilitas
obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kelembaban), serta disusun
berdasarkan abjad.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First in First Out). FEFO yaitu obat yang sudah mendekati
tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan
FIFO artinya obat yang datang lebih dulu, akan dikeluarkan pertama.
5. Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus
dua pintu dengan ukuran 40×80×100 cm dilengkapi kunci ganda.
6. Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus
yang dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, tidak
16
mudah dipindahkan dengan ukuran 40x80x100 cm dilengkapi kunci
ganda. Lemari khusus ini diletakkan di tempat yang aman serta tidak
terlihat oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker
penanggung/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
7. Distribusi
FIFO, sebuah barang pertama kali masuk harus juga pertama kali
yang dikeluarkan atau dijual. Jadi, pencatatan persediaan yang
terdapat di dalam laporan akan serupa dengan stok yang ada di dalam
gudang.
FEFO, menjual produk dengan jangka waktu kadaluarsa pendek
terlebih dahulu kepada pelanggan. Dengan kata lain, pemilik usaha
tidak perlu memikirkan kapan produk itu masuk melainkan kapan
produk itu akan kadaluarsa. Jadi, ia bisa saja menjual produk yang
baru saja masuk.
17
e. Harga obat/produk lain benar sesuai permintaan dalam resep
atau yang dibutuhkan pasien/klien.
f. Dokter mengetahui bila persediaan obat/produk lain tidak
ada, dan sampaikan kepada pasien/klien penggantian
obat/produk lain dilakukan atas persetujuan dokter.
g. Obat disiapkan dengan seksama (cepat, tepat, benar), hindari
kesalahan yang mungkin terjadi dan sampaikan “Silahkan
menunggu”.
h. Obat yang telah disiapkan diperiksa kembali sebelum
diserahkan, tandai dengan paraf seluruh proses pelayanan
baik obat Racikan maupun non racikan.
i. Pemeriksaan akhir obat dilakukan oleh Apoteker/Asisten
Apoteker (Nama/Dosis/Cara Penggunaan/Jumlah/Kemasan/
Nama pasien/Nomor Resep/Terdapat salinan resep/kuitansi
bila diperlukan), beri paraf dengan jelas bahwa obat siap
untuk diserahkan.
j. Obat yang diserahkan sesuai dengan pasien & resep.
k. Periksa kembali nama pasien dan nomor resep saat obat
diserahkan, bila meragukan cek kembali dengan identitas
lainnya.
l. Pasien paham Informasi obat dan Edukasi kesehatan yang
diberikan. Gunakan Three Prime Questions untuk
mendapatkan informasi lebih banyak tentang pasien agar
informasi yang diberikan tidak berbeda dengan apa yang
disampaikan dokter. Untuk Pasien atau Obat tertentu,
mintalah pasien mengulang penjelasan yang kita berikan.
Berikan no. telp apotek, bila membutuhkan informasi lebih
lanjut atau konsultasi langsung dengan Apoteker.
18
9. Pelayanan KIE/PIO
Mutu pelayanan:
a. Kecepatan pelayanan resep non racikan: maksimum 15
menit
b. Kecepatan pelayanan resep racikan: maksimum 30 menit
c. Kesalahan obat : zero
d. Service level: 98%
e. Sesuai sop
Pembinaan pelayanan:
a. Pembinaan pelanggan dilakukan terhadap pelanggan tunai
maupun kredit.
b. Pelanggan tunai: telefarma, home care, temu pelanggan,
dll
c. Pelanggan kredit: hubungan baik dengan pimpinan dan
staf di instansi/perusahaan tersebut, dll
d. Pembinaan dokter inhouse dan exhouse.
e. Menangani keluhan pelanggan dengan segera dan tuntas
19
c. Penggunaanya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Pengunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
e. Memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat di pertanggung
jawabkan
After sales service, artinya pelayanan setelah terjadinya transaksi,
supaya mendekatkan kepada customer. Misalnya seperti chat melalui
whatsapp terima kasih sudah order di apotek central care, supaya di
simpan oleh customer supaya membangun marketing.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Central Care dapat
disimpulkan bahwa :
1. Apotek Central Care telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik
sesuai dengan peraturan dan penyimpanan obat yang berlaku,serta pelayanan obat
kepada masyarakat.
2. Perkembangan Apotek Central Care selama ini cukup baik karena didukung
oleh lokasi yang strategis, dan fasilitas yang baik, serta dedikasi karyawan dan
manajemen pemasarannya
B. Saran
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Central Care kami
menyarankan agar :
1. Perlu diadakan peningkatan pelayanan obat kepada masyarakat dan pihak yang
membutuhkan terutama pelayanan mengenai informasi obat baik untuk obat
dengan resep maupun obat tanpa resep
2. Kerjasama antar Apotek Central Care dengan STIKes IKIFA, agar terus
dikembangkan serta dipertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bangunan Apotek
23
Lampiran 2. Stock Opname
24
Lampiran 3. Surat pesanan Prekursor Farmasi
25
Lampiran 4. Surat Pesanan Obat
Tertentu
26
Lampiran 5. Surat Pesanan
Psikotropika
27
Lampiran 6. Rekapitulasi Laporan Psikotropika
28
Lampiran 7. Laporan Rekapitulasi Narkotika
29