Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


CVT (Continously Variable Transmission) merupakan cara paling flexible
dalam memindahkan tenaga yang dihasilkan mesin kepada roda-roda
kendaraan. Sistem ini menghasilkan pergerakan secara otomatis sesuai
dengan putaran mesin, sehingga pengendara terbebas dari keharusan
memindah gigi. Hasilnya, pengendara lebih nyaman dan santai dalam
mengendarai motor. CVT juga menghindari hentakan mesin yang biasa
timbul pada pemindahan transmisi manual pada mesin mesin konvensional.
Pergantian transmisi pada sistem CVT pun sangat lembut, seiring dengan
penambahan tenaga mesin dan kecepatan
Praktek Kerja Industri dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
merupakan kesatuan sistem yang harus dilaksanakan oleh Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dimana yang melatar belakangi Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) di SMK Negeri 1 Denpasar adalah:
1. Keahlian Profesional pada dasarnya Mengandung unsur ilmu
pengetahuan, teknik, dan kiat. Dari sisi kiat inilah yang perlu siswa
praktekan langsung di lapangan, karena di sekolah tidak mendapat
pengetahuan seperti di dunia usaha/industri. Dengan harapan pihak
dunia usaha/industri dapat memberikan keahlian profesional yang
didukung oleh peralataan yang modern dan lengkap.
2. Pendidikan Siswa Ganda (PSG) merupakan salah satu model
pendidikan yang paling efektif mendekati kesatuan antara supply
dan demand ketenagakerjaan sesuai dengan kebijaksanaan Dinas
Pendidikan Nasional tentang ‘’Link and Match’’

1.2 Tujuan Pembuatan Laporan


1. Meningkatkan kopetensi siswa dalam membuat laporan
2. Menuangkan keterampilan dan pengalaman ke dalam pengetahuan

1
3. Memperoleh pengalaman belajar dari karya tulis
4. Memperoleh pengalaman kerja sesuai standar industri
5. Meningkatkan etos kerja
6. Menumbuhkan dan melatih dalam karya menulis
7. Menyiapkan diri menjadi manusia produktif
8. Bukti secara tertulis telah melaksanakan praktek industri
9. Untuk mendapat nilai praktek industri

1.3 Pembatasan Ruang Lingkup


1. Perawatan Sistem Transmisi CVT Vario Cw
2. Pada laporan praktek kerja lapangan ini saya akan membahas
bagaimana cara melakukan perawatan pada sistem transmisi CVT
(Continously Variable Transmission). Pada pembahasan kali ini saya
hanya membatasi pada ruang lingkup daripada sistem transmisi CVT

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Umum


Transmisi adalah suatu komponen yang berfungsi memindahkan tenaga
dari mesin ke roda dengan pengaturan torsi atau momentum yang semuai
dengan beberapa kondisi . Atau sederhananya transmisi ini menjadi penyalur
tenaga mesin
Untuk jenis motor skuter atau matic menggunkan transmisi berjenis CVT
Transmisi ini bekerja dengan menggunakan dua buah roda gigi yang memiliki
diameter yang bervariasi.Transmisi matic ini memang cukup efektif
khususnya bagi kaum wanita. Karena motor yang dibekali transmisi matic
hanya perlu menekan tombol start lalau tarik gas dan motor bisa langsung
jalan
CVT (Continously Variable Transmission) adalah sistem transmisi yang
tidak memiliki gigi perseneling seperti pada motor bertransmisi manual
ataupun bertransmisi otomatis konvensional. Jadi untuk posisi gigi 1,2,3,4
tetap pada gigi satu jadi tidak perlu mengoper pedal perseneling.

3
2.2 Konstruksi/Model

2.3 Nama Bagian dan Fungsinya


1. Primery sheave
2. Secondary sheave
3. V-belt
4. Gear reduksi

 Bagian premery sheave

NAMA BAGIAN FUNGSI


Fixed Sheave
FIXED SHEAVE berfungsi
sebagai penahan v-belt.
Komponen ini tidak bergerak
dan berbentuk
piringan.Biasanya bagian
sisinya menyerupai tali kipas

4
sebagai pendingin mesin.
Collar dan Sliding Sheave
SLIDING SHEAVE berfungsi
menekan v-belt dalam putaran
tinggi,karena sliding shave ini
tidak dapat bergerak kekanan
atau kekiri. COLLAR berfungsi
sebagai tempat dudukan dari
fixed sheave , sliding sheave
dan cam.
Weight/ Roller
WEIGHT atau yang sering
disebut dengan ROLLER
berfungsi sebagai penekan
sliding sheave, cara kerjanya
sesuai dengan putaran mesin.
Apabila mesin pada putaran
tinggi, weight ini menekan
sliding sheave dan begitu pula
sebaliknya. Gaya ini disebut
dengan gaya sentrifugal.

Cam
Cam berfungsi sebagai dudukan
slider. 

5
Slider
SLIDER berfungsi sebagai
pendorong weight, yang weight
sendiri mendorong slider
sheave. Slider ini bergerak pada
putaran tinggi.

 Bagian Secondary sheave

NAMA BAGIAN FUNGSI


Cluth Housing
CLUTH HOUSING berfungsi
meneruskan putaran v-belt ke
poros roda 

Cluth Carrier
Cluth carrier berfungsi sebagai
penghubung putaran poros roda
belakang.

Sliding Sheave
SLIDING SHEAVE berfungsi
menekan v-belt, perbedaan
sliding sheave pada pulley
secondary dengan sliding sheave
pada pulley primary adalah tidak
memiliki sirip pada sliding
sheave tersebut.

6
Fixed Sheave
FIXED SHEAVE berfungsi
menahan v-belt atau bagian
statis.

Torque Cam
TORQUE CAM berfungsi
membantu menekan otomating
sliding sheave pada saat motor
memerlukan akselerasi.

Sping Pulley Secondary


SPRING berfungsi sebagai
pendorong sliding sheave.

Starter Pinion
Starter Pinion berfungsi
memperbesar momen dan
meneruskan putaran ke drave
pulley.

7
 Bagian V-Belt
NAMA BAGIAN FUNGSI
V-Belt
Fungsinya sendiri adalah sebagai
penghubung antara sliding
sheave dan secondary sheave
yaitu meneruskan putaran mesin
dari sliding sheave.biasanya v-
belt ini memiliki gerigi-gerigi
yang di rancang agar v-belt tidak
terlalu panas akibat gesekan
terus menerus.

 Bagian Gear Reduksi


NAMA BAGIAN FUNGSI
Gear Reduksi
Fungsinya sendiri sebagai
penyeibang putaran mesin
dengan roda. Selain itu juga
sebagai pendongkrak tenaga,
biasanya ada oli khusus untuk
melumasi gear untuk
mengurangi panas, dan merusak

8
gear akibat gesekan terus
menerus.

2.4 Cara Kerja


Kerja CVT pada sepeda motor yang biasanya disebut dengan sepeda motor
tipe skuter, CVT ( continuous variable transmission ) sistem ini tidak lagi
menggunakan roda-roda gigi untuk melakukan pengaturan rasio transmisi
melainkan menggunakan sabuk ( V-belt ) dan pully variable untuk
memperoleh perbandingan gigi yang bervariasi, bagaimana
kelebihan,kontruksi dan cara kerja pada motor matic tersebut.

Cara kerja CVT yaitu sebagai berikut :

Tenaga kerja mesin diteruskan oleh drive pulley >>>> V belt >>>> driven
pulley >>>> unit kopling centrifugal >>>> roda belakang

1. Saat putaran mesin rendah atau langsam


Saat putaran langsam atau stasioner gaya centrifugal yang terjadi saat
sepatu bergesek dari unit kopling centrifugal belum mampu mengalahkan
tegangan pegas centrifugal, sepatu gesek tidak mampu memutarkan
rumah kopling sehingga kopling centrifugal belum bekerja, tenaga
putaran mesin yang sudah diteruskan oleh tranmisi diam pada unit
kopling centrifugal sehingga sampai keroda dan sepeda motor tidak
berjalan.

2. Saat putaran mesin meninggi atau saat berjalan


Pada saat putara mesin ditambah kurang lebih 3000 rpm, gaya
centrifugal yang terjadi pada sepatu bergesek sudah cukup besar. Sepatu
kopling akan terlempar keluar dan menempel dengan rumah kopling,
pada saat seperti ini kopling centrifugal mulai meneruskan tenaga putaran
mesin keroda belakang sehingga sepeda motor mulai berjalan.
Sedangkan gaya centrifugal yang telah diterima roller pemberat pada
pulley belum cukup untuk mengalahkan tegangan pegas pada driven

9
pulley. Saat seperti ini menyebabkan driven pulley menyempit yang
menghasilkan diameter yang besar, karena panjang sabuk tetap maka
drive pulley akan menyesuaikan untuk berada pada posisi melebar,
( diameter kecil ) rasio tranmisi besar sehingga menghasilkan
perbandingan putaran yang ringan dan torsi yang besar.

3. Saat mesin diputaran menengah


Saat putaran mesin menaik hingga kecepatan menengah gaya
centrifugal yang diterima roller pemberat pada drive pulley cukup besar
sehingga roller terlempar keluar menekan pulley geser pada bagian drive
pulley untuk bergerak kearah yang menyempit dan mendorong sabuk
kebagian diameter drive pulley yang lebih besar, panjang sabuk tetap
sehingga sabuk pada bagian driven pulley ke posisi yang lebih (diameter
mengecil) keadaan ini pastinya membuat rasio tranmisi mengecil
sehingga laju saat kecepatan sepeda motor bertambah.

4. Saat putaran mesin saat kecepatan meninggi


Saat mesin putaran meninggi maka gaya centrifugal yang diterima
roller pada drive pulley semakin kuat sehingga roller terlempar kesisi
terluar, semakin kuat menekan pulley pada bagian drive pulley untuk
bergerak kearah menyempit dan mendorong sabuk kebagian diameter
drive pulley yang paling besar. Saat tarikan sabuk pada bagian driven
pulley akan semakin besar menekan pegas driven pulley untuk
menggeser drive pulley keposisi yang paling lebar ( diameter terkecil )
keadaan ini membuat rasio tranmisi semakin kecil sehingga laju
kecepatan sepeda motor semakin tinggi

2.5 Gangguan-gangguan
1. Motor Terasa Getar

10
Penyebab biasanya mangkok kopling kotor di dalam CVT
yang membuat motor terasa getar pada saat tarikan awal /pada saat
tanjakan.
2. Tarikan Berat//Tetahan
Pennyebab biasanya usia pakai dan beban overload yang
sering dibawa skutik,hal ini juga di sebabkan oleh rumah roller
yang bergerak terus menurus dan akhirnya aus.
3. Bunyi Klok-klok
Berjumlah tiga buah dan punya tugas menahan getaran dari rumah
roller. Gejalanya terdengar bunyi klok-klok ketika putaran mesin
stationer. Disarankan setiap mengganti roller, damper ini juga ikut
diganti.
4. Retak Pada Karet V_Belt
Berbahan karet dan selalu terkena panas, lama-lama pasti getas.
Gejala rusaknya harus dilihat langsung, jika sudah retak-retak lebih
baik langsung ganti baru. Jika tidak, sewaktu-waktu v-belt bisa putus
dan skutik tak bisa bergerak.
5. Bunyi Mendecit Pada CVT
Sering dengar bunyi mendecit karena kampas sudah tipis. Tanda
lainnya mesin sudah teriak tapi kecepatan skutik tak terlalu tinggi.
Solusinya harus ganti.
6. Motor ngerudug atau jalannya anggut anggut
Penyebab biasanya ada kebocoran oli dalam CVT yang membuat
ngerudug, hal ini di sebabkan karena ada seal yang bocor seperti seal
crankshaft.
2.6 Keselamatn Kerja
1. Diri sendiri
a. Pakailah pakaian kerja
b. Jagalah kebersihan pakaian anda waktu bekerja sebab oli atau kotoran
pada pakaian atau tangan anda akan mengotori kendaraaan

11
c. Pilihlah sepatu kerja yang mempunyai sol yang tidak licin dan berkulit
keras
d. Menggunakan sarung tangan
e. Jagalah agar tempat kerja selalu bersih, dan saat pekerjaan selesai
kembalikan segala sesuatunya dengan teratur
f. Bersihkan dengan segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk yang
tertumpah
g. Anda harus mengetahui dimana letak alat pemadam kebakaran dan
cara menggunakannya
h. Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat
mengotori kendaraan. Karena itu tangan dan alat-alat harus dijaga
agar tetap bersih

2. Alat
a. Siapkan kunci : T8, Mata Shock 19 dan 22, Gagang L dan kunci
spesial CVT
b. Bersihkan alat sebelum dan sesudah praktek
c. Gunakan alat sesuai kegunaannya agar tidak merusak komponen pada
bahan maupun pada alat

3. Bahan
a. 1 unit motor vario CW
b. Buku pedoman atau manual book

12
BAB III
PELAPORAN

3.1 Pembongkaran
Proses pembongkaran dari awal hingga akhir harus benar-benar teliti.
Karena jika sudah membongkar dengan cermat dan teliti maka hasil yang
didapat akan sesuai dengan keinginan kita.

GAMBAR KETERANGAN

Lepaskan baut cover CVT


menggunakan kunci T8

Lepaskan mur pada


secondary sheave
menggunnakan torsi mata
shock 19 dan tahanan
universal pada bagian atas
pedal.
Lepaskan stater pinion dan
lepas mur pada primery
sheave menggunakan torsi
mata shock 22 dan tahan
pada bagian atas
menggunakan mata shock
19 agar gear reduksi tidak
berputar saat mur dilepas.
Setelah itu lepaskan seluruh
komponen secondary
sheave dan primery sheave.

3.2 Pemeriksaan

13
Berikut komponen CVT yang harus diperiksa:

GAMBAR KETERANGAN

Periksa V-belt apakah


mengalami keretakan atau
tidak.

Periksa mangkok CVT apa


bila dinding mangkok berisi
grase berarti seal pada
sentrifugal mengalami
kebocoran, maka ganti seal
sentrifugal.

Periksa sliding sheave (rumah


roller), roller dan collar
(bosh)

14
Periksa slider (piece slide)
pada cam (tutup roller) bila
longgar lakukan pengganjalan
menggunakan double tip
untuk sementara. Atau
lakukakn penggantian

Periksa ketebalan kampas


kopling. Bila kampas tipis
lakukan penggantian

3.3 Memasang dan Menyetel

GAMBAR KETERANGAN

Memasang seluruh komponen


secondary sheave, v-bel dan
primery sehave

Kencangkan mur pada


primery sehave menggunakan
torsi mata shock 22 dan tahan
menggunakan mata shock 19
pada bagian bawah gear

15
reduksi dengan momen
100N/m
Kenvangkan mur pada
secondary sheave
menggunakan torsi mata
shock 19 dan tahanan
universal pada bagian bawah
pedal dengan momen 80N/m
Pasang kembali stater pinion
pada tempatnya.
Kemudian pasang keembali
cover CVT menggunakan T8

3.4 Kesimpulan Gangguan


Dari proses pengamatan diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan
bahwa gangguan yang terjadi pada CVT dapat mengakibatkan kerusakan
pada sepeda motor, seperti kerusakan pada v-belt yang tiak pernah diganti,
seal bocor akan mengakibatkan ruangan di dalam cvt kotor, jadi dalam proses
perawatan system transmisi CVT harus benar benar memperhatikan masalah
apa yang sering muncul. Selain itu kita juga harus teliti dan memperhatikan
keselamatan kerja dalam proses pembongkaran, pemeriksaan dan
pemasangannya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

System Transmisi dibutuhkan untuk meneruskan putaran Fly well


dari engine, transmisi sangat dibutuhkan kendaraan karena kendaraan tanpa
16
transmisi tidak mungkin akan bisa berjalan. Cara kerja dari system transmisi
otomatis lebih simple dibandingkan dengan system transmisi manual. System
transmisi otomatis lebih caggih daripada transmisi manual.

4.2 Saran
Saran saya untuk perawatan system transmisi CVT adalah dengan
mengikuti prosedur yang sudah ditentukan oleh pihak pembuat motor seperti
malakukan servis CVT kurang lebih setiap 4.000 km . Mengganti v-belt
setiap 24.000km agar v-belt tidak putus saat dipakai diperjalanan atau saat
digunakan, mengganti kampas bila kampas sudah tipis agar tidak
mempengaruhi kecepatan sepeda motor, mengganti sliding sheave (rumah
roller) bila collar sudah longgar karena dapat mempengaruhi kinerja motor
saat jalan menanjak.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://xikodiremucokojuku.ml/f401a-makalah-sistem-transmisi-manual-pada-
sepeda-motor-767ab

18

Anda mungkin juga menyukai