Anda di halaman 1dari 9

BAB II

A.LANDASAN TEORI
TRANSMISI OTOMATIS
CVT(CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISSION)
1. Pengertian CVT
CVT adalah suatu sytem perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai
dengan putaran mesin.Mesin ini tidak memakai gigi transmisi, tapi sebagai
gantinnya menggunakan dua buah pulley(Depan dan Belakang) yang
dihubungkan dengan sabuk(v-belt).
Manual yaitu CVT merupakan transmisi otomatis yang dipasang ada
beberapa tipe kendaraan saat ini.Pada sistem CVT ini akan menghsilkan
perbandingan reduksi antara roda gigi secara otomatis sesuai dengan kecepatan
putaran mesin,sehingga mengendara terbebas dari memindahkan
transmisi/persneling atau gigi secara manual sehingga akan membuat
pengendara lebih nyaman dan santai.

1. Untuk bagian-bagian dari sistem CVT dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

Terus bagaimana cara kerja dari sistem CVT itu? Cara kerja dari sistem CVT
pada sepeda motor terutama matic dimulai dari putaran stasioner hingga putaran
tinggi. Sistem kerja dari CVT pada sepeda motor matic, antara lain:

1
1. Putaran stasioner

Pada putaran ini, yaitu pada putaran stasioner (langsam), putaran dari
poros engkol atau crank shaft akan diteruskan ke pully primer kemudian putaran
tersebut diteruskan pada pully sekunder yang dihubungkan dengan
menggunakan V-belt. Selanjutnya putaran dari pully sekunder akan diteruskan
ke kopling sentrifugal. Namun pada saat putaran stasioner ini, putaran pully
sekunder masih rendah  sehingga kopling sentrifugal belum bekerja. Hal
tersebut disebabkan karena gaya tarik dari per kopling masih lebih kuat dari
pada gaya sentrifugalnya, sehingga kampas kopling belum menyentuh rumah
kopling, sehingga roda belakang tidak berputar.

2. Saat mulai berjalan

Ketika putaran mesin meningkat, maka putaran dari pully sekunder pun
akan meningkat sehingga kopling sentrifugal meningkat putarannya dan roda
pun mulai berputar. Ini terjadi karena adanya gaya sentrifugal yang semakin
kuat dibandingkan dengan gaya tarik per. Pada saat mesin meningkat, sepatu
kopling akan terlempar sehingga kampas kopling akan menyentuh rumah
kopling (terjadi pengkopelan antara kampas kopling dan rumah kopling). Pada
kondisi ini V-belt pada bagian pully primer diameternya akan mengecil dan V-
belt pada bagian pully sekunder diameternya akan membesar.

2
3. Saat putaran menengah

Pada saat putaran menengah, diameter dari V-belt baik pada pully primer
dan sekunder akan berada pada posisi balance atau hampir sama besar. Hal ini
terjadi karena gaya sentrifugal weight pada pully primer bekerja dan akibatnya
akan mendorong sliding sheave ke arah fixed sheave (semakin mendekat).
Tekanan pada sliding sheave mengakibatkan V-belt bergeser dan membuat
diameternya membesar pada pully primer. Selanjutnya V-belt pada pully
sekunder mengikuti, sehingga diameter V-bel pada pully sekunder mengecil.
4. Saat putaran tinggi
Pada kondisi ini yaitu pada saat kendaraan berjalan pada putaran tinggi,
diameter V-belt pada pully primer lebih besar dari pada V-belt pada pully
sekunder.
Untuk kelebihan dari sistem CVT ini adalah dengan sistem ini dapat
memberikan perubahan kecepatan dan gaya putar mesin ke roda bagian
belakang secara otomatis. Tentunya dengan perubahan rasio yang sangat tepat
dan akurat tanpa harus memindahkan gigi persneling. Saat perpindahan giginya
juga lebih halus karena tidak terdapat hentakan seperti pada sistem transmisi
manual.
Komponen-kompenen CVT Pada sepeda motor:

Komponen CVT dan Fungsinya yaitu sebagai berikut:

3
Kita bisa lihat gambar dibawah inididalam CVT ada 5 komponen utama
yaitu

1. Primary Sheave
2. V-Belt
3. Secondary Sheave
4. Gear Reduksi
5. Clutch Houshing

Berikut ulasan dari kompenen-kompenen diatas:

1. Primary Sheave

a. Fixed sheave , Berfungsi sebagai penahan v-belt. Kompenen ini


tidak bergerak dan berbentuk piringan.Biasanya bagian sisinya
menyerupai tali kipas sebagai pendingin mesin.
b. Sliding Sheave, Berfungsi menekan V-Belt dalam putaran
tinggi,karena slinding sheave ini tidak dapt bergerak kekanan
atapun kekiri
c. Collar,Berfungsi sebagai tempat dudukan dari Fixed
Sheave,Sliding Sheave dan Cam
d. Cam,Berfungsi sebagai tempat dudukan Slider
e. Slider,Berfungsi sebagai pendorong roller, yang roller sendiri
pendorong Sliding Sheave.Slider ini bergerak saat mesin pada
putaran tinggi.
f. Roller,berfungsi sebagai penekan Sliding Sheave ,cara kerja sesuai
putaran mesin.

4
2. V-Belt

V-Belt berfungsi sebagai penghubung antara sliding sheave dan


secondary sheave, yaitu meneruskan putaran mesin dari sliding sheave. 

Biasanya v-belt ini memiliki gerigi-gerigi yang di rancang agar v-belt tidak
terlalu panas akibat gesekan terus menerus.

3. Secondary Sheave

Didalam Secondary sheave juga ada beberapa kompenen penting yaitu:

 Sliding Sheave,Berfungsi menekan v-belt .Perbedaan Sliding


Sheave di secondary sheave dengan sliding sheave pada primary
sheave adalah tidak sirip.
 Fixed Sheave, Berfungsi sebagai menahan v-belt atau bagian statis
 Per,Berfungsi mendorong sliding sheave
 Torque Cam,Berfungsi membantu menekan otomatis sliding
sheave pada saat motor memerlukan akselerasi.
 Clucth housing (rumah kopling),Berfungsi meneruskan putaran v-
belt ke poros roda
 Sepatu kopling,Berfungsi sebagai penghubung putaran ke poros
roda belakang sistem kerjanya tipe centrifugal yaitu bekerja sesuai
dengan tinggi rendahannya putaran mesin
5
4. Gear reduksi

fungsinya sendiri adalah sebagai menyeimbangkan putaran mesin dengan


roda.selain itu juga sebagai pendongkrak tenaga.bisanya ada oli khusus untuk
melumasi gear agar mengurangi gesekan.

5. Clucth Housing atau Outer Clutch

Berbentuk seperti teromol atau mangkuk yang berfungsi sebagai


penerima putaran dari kanvas kopling sentrifugal yang kemudian akan
dikirim kan bagian transmisi hingga akhirnya ke roda belakang.

A.Tanda kerusakan pada roller CVT

Jika Roller CVT rusak, atau sudah habis usia pakainya ,maka akan terasa
getaran atau virasi pada putaran bawah dan tenaga pada putaran atas tidak
maksimal dengan kata lain,akselerasi pada putran atas seperti tertahan.

6
B. Tanda kerusakan mangkuk kopling CVT

Ketika mangkuk kopling bermasalah,maka gejala yang timbul pada saat


motor dijalankan pada putaran bawah dan atas terasa jedug-jedug,ndut-
ndutan,atau terasa seakan tersendat.

C. Tanda Kerusakan Kampas Sentrifugal

Bila Kampas Sentrifugal Aus,maka akselerasi motor anda akan


melambat,dan kecepatan menjadi berkurang dari pada kondisi mootor normal.

D. Tanda Kerusakan komponen Secondary Sliding Sheave CVT


Jika ada kerusakan pada kompenen Secondary Sliding Sheave ini,maka
putaran menengah motor akan terasa tertahan sesaat dan kemudian normal
kembali.

E. Tanda Kerusakan pada komponen secondary fixed sheave

      Komponen secondary Fixed Sheave biasanya aus pada tiga lubang pin

guidenya, dengan ciri-ciri ketika aus tiga lubang tersebut melebar. Jika tidak
segera diganti, maka akan berpengaruh pada komponen CVT lainnya.

7
F. Tanda Kerusakan pada corong CVT
      Terjadi slip merupakan tanda kerusakan pada komponen corong CVT. Ada
kemungkinan  grease atau gemuk bocor. Sehingga V-belt, kampas kopling dan
komponen lainnya menjadi slip.

B.Praktek Pengerjaan

8
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dengan hasil Analisis Kami dan berdasarkan sunber yang kami dapatkan
selama membuat makalah ini bahwa dapat di simpulkan  :
CVT adalah kepanjangan dari Continuos Variable Transmission, yaitu
system perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai dengan putaran
mesin, mesin ini tidak memakai gigi transmisi, tapi sebagai gantinya
menggunakan dua buah pulley (depan dan belakang) yang dihubungkan dengan
sabuk (v-belt).
Cara kerja dari mesin matic atau CVT (Continuous Varible Transmission)
pada sepeda motor. Ternyata lebih sederhana dari mesin konvensional atau
mesin bertransmisi.
B. Saran

Adapun saran-saran yang ingin Kami sampaikan sebagai berikut :


1. Ganti Belt yang sudah tua
2. Selalu cek dang anti secara periodic oli transmisi gear reduksinya
3. Rawat selalu mesin dengan baik dan teratur

Anda mungkin juga menyukai