LANDASAN TEORI
TRANSMISI OTOMATIS
1. Pengertian CVT
CVT adalah suatu sytem perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai
dengan putaran mesin.Mesin ini tidak memakai gigi transmisi, tapi sebagai
gantinnya menggunakan dua buah pulley(Depan dan Belakang) yang dihubungkan
dengan sabuk(v-belt).
Manual yaitu CVT merupakan transmisi otomatis yang dipasang ada beberapa
tipe kendaraan saat ini.Pada sistem CVT ini akan menghsilkan perbandingan
reduksi antara roda gigi secara otomatis sesuai dengan kecepatan putaran
mesin,sehingga mengendara terbebas dari memindahkan transmisi/persneling atau
gigi secara manual sehingga akan membuat pengendara lebih nyaman dan santai.
Untuk bagian-bagian dari sistem CVT dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Terus bagaimana cara kerja dari sistem CVT itu? Cara kerja dari sistem CVT pada
sepeda motor terutama matic dimulai dari putaran stasioner hingga putaran tinggi.
Sistem kerja dari CVT pada sepeda motor matic, antara lain:
1. Putaran stasioner
Pada putaran ini, yaitu pada putaran stasioner (langsam), putaran dari poros
engkol atau crank shaft akan diteruskan ke pully primer kemudian putaran tersebut
diteruskan pada pully sekunder yang dihubungkan dengan menggunakan V-belt.
Selanjutnya putaran dari pully sekunder akan diteruskan ke kopling sentrifugal.
Namun pada saat putaran stasioner ini, putaran pully sekunder masih rendah
sehingga kopling sentrifugal belum bekerja. Hal tersebut disebabkan karena gaya
tarik dari per kopling masih lebih kuat dari pada gaya sentrifugalnya, sehingga
kampas kopling belum menyentuh rumah kopling, sehingga roda belakang tidak
berputar.
Pada saat putaran menengah, diameter dari V-belt baik pada pully primer
dan sekunder akan berada pada posisi balance atau hampir sama besar. Hal ini
terjadi karena gaya sentrifugal weight pada pully primer bekerja dan akibatnya
akan mendorong sliding sheave ke arah fixed sheave (semakin mendekat). Tekanan
pada sliding sheave mengakibatkan V-belt bergeser dan membuat diameternya
membesar pada pully primer. Selanjutnya V-belt pada pully sekunder mengikuti,
sehingga diameter V-bel pada pully sekunder mengecil.
Pada kondisi ini yaitu pada saat kendaraan berjalan pada putaran tinggi,
diameter V-belt pada pully primer lebih besar dari pada V-belt pada pully
sekunder.
Untuk kelebihan dari sistem CVT ini adalah dengan sistem ini dapat
memberikan perubahan kecepatan dan gaya putar mesin ke roda bagian belakang
secara otomatis. Tentunya dengan perubahan rasio yang sangat tepat dan akurat
tanpa harus memindahkan gigi persneling. Saat perpindahan giginya juga lebih
halus karena tidak terdapat hentakan seperti pada sistem transmisi manual.
Kita bisa lihat gambar dibawah inididalam CVT ada 5 komponen utama yaitu
Primary Sheave
V-Belt
Secondary Sheave
Gear Reduksi
Clutch Houshing
Berikut ulasan dari kompenen-kompenen diatas:
Primary Sheave
V-Belt
Secondary Sheave
Jika Roller CVT rusak, atau sudah habis usia pakainya ,maka akan terasa
getaran atau virasi pada putaran bawah dan tenaga pada putaran atas tidak
maksimal dengan kata lain,akselerasi pada putran atas seperti tertahan.
Tanda kerusakan mangkuk kopling CVT
Terjadi slip merupakan tanda kerusakan pada komponen corong CVT. Ada
kemungkinan grease atau gemuk bocor. Sehingga V-belt, kampas kopling dan
komponen lainnya menjadi slip.
B.Praktek Pengerjaan
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dengan hasil Analisis Kami dan berdasarkan sunber yang kami dapatkan
selama membuat makalah ini bahwa dapat di simpulkan :
Cara kerja dari mesin matic atau CVT (Continuous Varible Transmission)
pada sepeda motor. Ternyata lebih sederhana dari mesin konvensional atau mesin
bertransmisi.
B. Saran
Selalu cek dang anti secara periodic oli transmisi gear reduksinya