GEOSTRATEGI INDONESIA
a. Pengertian Geostrategi
Geostartegi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi
negara untuk menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai
tujuan nasional. Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi
lingkungan dalam upaya mewujudkan tujuan politik.
166
3. PERKEMBANGAN KONSEP GEOSTRATEGI INDONESIA
Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas Sekolah Staf
dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep
geostrategi Indonesia yang tenimus adalah pentingnya pengkajian terhadap
perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan
meluasnya pengaruh Komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai
sebagai strategi untuk mengembangkan dan membangun kemampuan teritorial dan
kemampuan gerilya untuk menghadapi ancaman komunis di Indocina.
167
a. Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi
penangkalan, geostrategi Indonesia ditujukan menangkal segala bentuk
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas,
serta eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
b. Bersifat developmental/pengembangan, yaitu pengembangan potensi
kekuatan bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankarn
sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
168
kelemahan bidang yang lain, yang dapat memengaruhi kondisi
keseluruhan.
1) Model Astagatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini dengan
memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan kemampuannya. Model yang dikembangkan oleh
Lemhanas ini menyiinpulkan adanya 8 unsur aspek kehidupan nasional
yaitu:
a) Aspek Trigatra Kehidupan Alamiah:
(1) Gatra letak dan kedudukan geografi;
(2) Gatra keadaan dan kekayaan alam; serta
(3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk.
b) Aspek Pancagatra Kehidupan Sosial:
(1) Gatraldeologi,
(2) Gatra Politik,
(3) Gatra-Ekonomi,
(4) Gatra Sosial Budaya, dan
(5) Gatra Pertahanan Keamanan.
2) Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang
cukup banyak. Bila model Lemhanas berevolusi dan observasi empiris
perjalanan perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan secara
analitis. Dalam analisisnya, Morgenthau menekankan pentingnya
kekuatan nasional dibina dalam kaitairnya dengan negara-negara lain.
Artinya, ia menganggap pentingnya perjuangan untuk mendapatkan
169
power position dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya, maka
terdapat advokasi untuk memperoleh power position sehingga muncul
strategi ke arah balanced power.
4) Model Cline
Cline melihat suatu negara dan luar sebagaimana dipersepsikan
oleh negara lain. Baginya hubungan antemegara pada hakikatnya amat
dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk
di dalamnya persepsi atau sistem penangkalan dan negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila
ia memiliki potensi geografi besar atau negara secara fisik yang
wilayahnya besar dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula.
Model ini mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya
tidak akan dapat memproyeksikan diri sebagai negara besar.
Sebaliknya, suatu negara dengan wilayah yang besar, tetapi jumlah
penduduknya kecil juga tidak akan menjadi negara besar walaupun
berteknologi maju.
1) Trigatra
Komponen strategi trigatra ialah gatra geografi, sumber kekayaan alam,
dan penduduk. Trigatra merupakan kelompok gatra yang tangible atau
bersifat kehidupan alamiah.
2) Pancagatra
Komponen strategi pancagatra adalah gatra ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancagatra merupakan
kelompok gatra yang intangible atau bersifat kehidupan sosial.
170
f. Hubungan Komponen Strategi Antargatra
171
DAFTAR PUSTAKA
Ichlasul Amal, Armaidy Armawi (ed). 1996. Sumbangan ilmu Sosial Terhadap
Ketahanan Nasional. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Santoso, Budi. S.S.2002. Peranan Para Pemimpin dan Patriot Bangsa dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hidup Bangsa dan Negara. Jumal
Ketahanan Nasional. Program Studi Ketahanan Nasional S.Ps-UGM:
Yogyakarta.
172