Anda di halaman 1dari 12

TATAP MUKA 12

Pendahuluan
Kasus impor jamu beberapa waktu lalu, impor bawang dan impor bahan pangan
lainnya membuat pertanyaan di benak bangsa kita, apakah negara kita tidak mampu dalam
mencukupi kebutuhan dalam negeri, dalam hal ketahanan pangan saja negara kita masih
belum bisa mandiri apakah dalam bidang lain ini juga terjadi?
Pada kasus lain ada kegamangan dalam pertahanan budaya, dimana generasi muda
mulai enggan menggunakan budaya nasional dan mulai terimbas budaya global. Oleh
sebab itu, perjuangan mengisi kemerdekaan pada saat ini harus berdasarkan pada
kemampuan nasional dan dibina secara berkelanjutan walaupun dihadapkan pada berbagai
jenis kendala, seperti pluralisme masyarakat, kondisi geografis, dan dinamika lingkungan
yang dampaknya tidak mungkin diabaikan. Untuk itu diperlukan suatu strategi guna
mewujudkan cita-cita tersebut.
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiaip bangsa baik pada masa
lampau, kini, maupun mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa
yang telah menegara membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah Negara sebagai
ruang hiduup nasional untuk menentukan kebijakan, sarana dan sasaran perwujudan
kepentingan dan tujuan nasional melalui pembangunan sehingga bangsa itu tetap eksis
dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial-budaya, dan Hankam. (Herdiawanto;186)

MEDIA PEMBELAJARAN
Untuk mendukung proses pembelajaran pada mata kuliah ini maka diperlukan media
pembelajaran yang interaktif. Adapun media pembelajaran yang digunakan pada tatap muka
ini berkaitan dengan materi Ketahanan Nasional adalah buku ajar mata kuliah pendidikan
Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi, modul, dan slide power point.

JUDUL
Ketahanan Nasional Indonesia Sebagai Geostrategi Indonesia

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Penjelasan dalam materi ini akan membahas pengertian tentang geostrategi atau
ketahanan nasional, juga akan dibahas tentang tujuan, fungsi, sifat dan konsepsi ketahanan
nasional.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang geostrategi dalam memanfaatkan
konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk
mencapai tujuan nasional bangsa.
URAIAN MATERI
A. Pengertian Geostrategi / Ketahanan Nasional
Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002). Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi
geografis negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi memberi arahan tentang bagaimana
merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman
dan sejahtera.
Geostrategi/Ketahanan Nasional Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan
konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-
sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia, serta memberi arahan tentang
bagaimana merancang strategi pembanguinan guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, aman, dan sejahtera. Geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk
kepentingan politik dan perang tetapi untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi “Ketahanan Nasional”.
Geostrategi/Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus
diwujudkan. Kondisi kehidupan tersebut sejak dini dibina secara terus menerus dan sinergis
mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah, dan nasional. Proses berkelanjutan untuk
mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategic berupa
konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan
konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan konsepsi ketahanan nasional
Indonesia.

B. Latar Belakang Geostrategi/Ketahanan nasional


Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan negara
Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan ancaman dari dalam negeri maupun luar
negeri yang hamper membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan
posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam, serta besarnya jumlah dan kemampuan
penduduk yang dimilikinya, Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dalam
perebutan pengaruh negara-negara besar. Hal tersebut secara langsung maupun tidak
langsung akan menimbulkan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan dan
mempengaruhi, bahkan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi negara
kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara dimasa kini dan dimasa yang
akan datang, bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu
dibina secara konsistensi dan berkelanjutan.
Dengan demikian, kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan
nasional, yaitu kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia.
 
C. Tujuan Geostrategi / Ketahanan Nasional
Geostrategi/Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas
pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteraan
dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan
hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan
diri.
 
D. Fungsi Geostrategi / Ketahanan Nasional
Geostrategi/Ketahanan Nasional Indonesia mempunyai fungsi sebagai:
1.   Daya tangkal. Dalam kedududukannya sebagai konsepsi penangkalan, geostrategic
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara
Indonesia dalam aspek.
a.   Ketahanan pada aspek ideologi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin
kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.
b.   Ketahanan pada aspek politik. Untuk mengejar ketinggalan dari negara maju, kita
perlu mengadakan proses perubahan atau modernisasi, penegakan hukum, dan
menegakkan disiplin nasional.
c.   Ketahanan pada aspek ekonomi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam
kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan
jasa, usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara individu
maupun kelompok.
d.   Ketahanan pas aspek sosial budaya. Ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin
kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia.
e.   Ketahanan pada aspek pertahanan keamanan. Ketangguhan kekuatan
pertahanan nasional dan upaya untuk melindungi kepentingan bangsa dan
negara demi tetap terwujudnya kondisi kelangsungan hidup bangsa.
Berfungsi sebagai pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (hankam)
sehingga tercapai kesejahteraan rakyat. Ketahanan Nasional sebagai pengarh berfungsi
menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan
multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP (rencana jangka
panjang) yang dulu dikenal dengan GBHN. RJP yang dibuat pemerintah dan disetujui
DPR membuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk
mencapai tujuan nasional masyarakat adil dan makmur.

E. Sifat Geostrategi/Ketahanan Nasional


Untuk mewujudkan Ketahanan Nasional, dilaksanakan dengan mengelola dan
menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap sistem kehidupan nasional.
Sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara,
metode pendekatan dan pengkajian Ketahanan Nasional terdiri atas pendekatan keamanan
dan pendekatan kesejahteraan.

Sifat-sifat Ketahanan Nasional adalah sebagai berikut :


1.   Manunggal
Dalam membangun Ketahanan Nasional adanya kesatuan yang bersifat
komprehensif-integral antara trigatra dan pancagatra. Sifat integrative tidak
mempunyai arti mencampuradikan semua aspek sosial secara begitu saja, tetapi
integrasi dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan harmonis.
2.   Mawas ke Dalam
Geostrategi/Ketahanan Nasional ditujukan ke dalam diri bangsa dan negara sendiri
karena bertujuan untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya.
3.   Kewibawaan
Geostrategi/Ketahanan Nasional bertujuan untuk mewujudkan kewibaan nasional,
dan harus diperhitungkan oleh pihak lain.
4.   Berubah menurut Waktu
Geostrategi/Ketahanan Nasional bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan
situasi dan kondisi bangsa.
5.   Tidak Membenarkan Sikap Adu Kekuasaan dan Adu Kekuatan
Konsepsi Ketahanan Nasional dapat dipandang sebagai suatu alternative lain dari
konsepsi yang mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan adu kekuatan yang
masih dianut oleh negara-negara maju pada umumnya.
6.   Percaya pada Diri Sendiri
Geostrategi/Ketahanan Nasional dikembangkan dan ditingkatkan berdasarkan sikap
mental percaya pada diri sendiri. Suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat harus
percaya dan yakin, bahwa ia dapat mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri
dengan baik dan tidak tergantung kepada bantuan luar. Andai kata diperlukan
bantuan, maka hal tersebut bersifat komplementer.
7.   Tidak Tergantung pada Pihak Lain
Geostrategi/Ketahanan Nasional dibangun dan dikembangkan atas dasar
kemampuan sendiri dengan memanfaatkan segenap aspek kehidupan nasional.
Pengembangan kemampuan nasional dalam meningkatkan daya saing bangsa
diupayakan untuk tidak tergantung pada pihak lain. Walaupun kebanyakan negara
berkembang merupakan bekas daerah jajahan dan masih dipengaruhi mental
kolonial dan rasa tergantung kepada bekas penjajahannya.

F. Konsepsi Dasar Geostrategi/Ketahanan Nasional


Konsepsi adalah teori atau model yang merupakan pedoman dalam menciptakan
Ketahanan Nasional melalui pembangunan seluruh aspek Ketahanan Nasional. Selurh
aspek yang dimaksud adalah meliputi aspek trigatra (tiga gatra) dan aspek pancagatra (lima
gatra) yang keduanya dikenal dengan astagatra (delapan gatra).
Model-model yang ada dalam konsepsi Ketahanan Nasional meliputi:
1. Model Astagatra
Model Astagatra merupakan model yang berisi delapan gatra yang terdiri atas
trigatara (Geografi, SDA, Demografi) dan Pancagatra (Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial dan Budaya, serta Pertahanan, dan Keamanan). Secara matematis, model ini
dapat dirumuskan senagai berikut:
K (n) = f (Trigatra, Pancagatra) t = f (G, D, A), (I, P, E, S, H)t
Keterangan:
K(n) = Kondisi Kekuatan Nasional yang Dinamis
G = Kondisi Geografi
D = Kondisi Demografi
A = Kondisi Kekayaan Alam
I = Kondisi Pemahaman dan Pengamatan Ideologi
P = Kondisi Sistem Politik
E = Kondisi Sistem Ekonomi
S = Kondisi Sistem Sosial Budaya
H = Kondisi Sistem Hankam
F = Fungsi dalam Pengertian Matematis
T = Dimensi Waktu
Antara trigatra dan pancagatra ada korelasi atau hubungan dan interdepensi atau saling
ketergantungan. Juga keduanya bersifat komprehensif integral didalam astagatra.

2. Model Morgenthau
Morghentau mengadakan observasi atas tata kehidupan nasional secara mikro
dilihat dari luar sehingga ketahanan masyarakat bangsa ditampilkan sebagai
kekuatan.
Secara matematis, model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
K (n) = f (Unsur Stabil), (Unsur Berubah)
K (n) = f (G, A), (T, M, D, C, L, O)
Keterangan :
K(n) = Kekuatan Nasional
G = Kemampuan Geografi
A = Kemampuan SDA
T = Kemampuan Industri
M = Kemampuan Militer
D = Kemampuan Demografi
C = Karakter Nasional
L = Moral Nasional
O = Kualitas Diplomasi

Model yang menekankan pentingnya Kekuatan Nasional dibina dalam kaitannya


dengan negara-negara lain. Artinya model ini menganggap pentingnya perjuangan
untuk mendapatkan power position (posisi yang kuat) dalam satu kawasan. Sebagai
konsekuensinya maka terdapat advokasi untuk memperoleh power position sehingga
muncul strategi ke arah balance of power (kekuatan penyeimbang).

3. Model Alfred Thayer Mahan


Model ini menganggap bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi
apabila bangsa tersebut memenuhi unsur-unsur berikut: geografi, bentuk dan wujud
bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional atau bangsa, dan sifat
pemerintahan. Menurut Mahan, kekuatan negara tidak hanya tergantung pada luasa
wilayah daratan, akan tetapi sangat tergantung juga pada factor luasnya akses
kelaut dan bentuk pantai dari wilayah negara. Mahan juga berpendapat bahwa ada
empat factor yang membentuk kekuatan laut suatu negara.
Keempat factor tersebut adalah:
a. Situasi geografi, khususnya mengenai morfologi tofografinya yang dikaitkan
dengan akses kelaut dan penyebaran penduduk.
b. Kekayaan alam yang dikaitkan dengan kemampuan industri serta kemandirian
dalam penyediaan pangan.
c. Konfigurasi wilayah negara yang akan memengaruhi karakter rakyat dan
orientasinya.
d. Jumlah penduduk.

4. Model Cline
Cline melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain.
Baginya hubungan antar negara pada hakikatnya sangat dipengaruhi oleh persepsi
suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk didalamnya persepsi atas sistem
penangkalan dari negara lainnya. Dalam bentuk matematis, model cline ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
P (p) = (Cr + M + E) (S + W)
Keterangan:
P(p) = Perceived Power, kekuatan nasional sebagai dipersepsikan oleh
negara lain
Cr = Critical Mass, yaitu strategi antara potensi demografi dengan
geografi
M = Kemampuan Militer
E = Kemampuan Ekonomi
S = Strategi Nasional
W = Kemauan Nasional atau tekad rakyat untuk mewujudkan strategi
nasional.

Model ini (Cr + M + E) merupakan faktor yang berwujud (tangible), sedangkan


(S + W) yaitu bagian yang tidak berwujud (Intangible). Factor yang tangible, yaitu
critical mass, yang dipersentasikan sebagai penjumlahan dari potensi demografi
dan geografi yang efektif untuk menunjang pembentukan kekuatan nasional.
Menurut Cline bahwa suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar
apabila ia memiliki potensi geografi besar (wilayah besar) dan SDA yang besar
pula. Model ini mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya
tidak akan bisa memproyeksikan diri sebagai negara besar. Sebaliknya, suatu
negara dengan wilayah yang besar akan tetapi jumlah penduduknya yang kecil
juga tidak akan menjadi negara yang besar walaupun berteknologi maju.

G. Komponen Strategi Astragatra


Komponen ini adalah komponen strategi yang terdiri atas delapan gatra (aspek).
Delapan gatra (aspek) ini dapat diklasifikasi dalam dua bagian yang meliputi:
1.   Trigatra
Adalah komponen yang bersifat alamiah (tetap). Komponen ini meliputi tiga unsur
yaitu:
a.   Aspek Geografi
Aspek geografi adalah aspek yang berkaitan dengan letak kondisi bumi di mana
negara berada. Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan geopolitik
(wawasan nusantara) dan geostrategic (ketahanan nasional)
Beberapa wawasan nasional yang tumbuh karena pengaruh geografi adalah
seperti:
1)   Wawasan benua adalah cara pandang negara yang dilandasi lingkungan
negara yang serba daratan (benua) atau yang dikanal dengan Land Locked
Contry.
2)   Wawasan bahari adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh kondisi
negara yang bersifat archipelago, tetapi negaranya sendiri bersifat daratan.
3)   Wawasan dirgantara adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi wilayah dirgantara yang strategis bagi penempatan GSO (Geo
Stationary Orbit).
4)   Wawasan kombinasi adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi geografis negara yang memiliki wilayah daratan, lautan, dan udara
yang strategis (relative berimbang)
Dalam kaitan dengan wawasan nasional di atas, negara Indonesia dapat
dikategorikan sebagai negara kesatuan yang menganut wawasan kombinasi atau
wawasan nusantaa.

b.   Sumber Daya Alam


Kekayaan alam yang terkandung dalam sumber daya alam (SDA) Indonesia
dapat dibagi tiga golongan, yaitu:
1)   Hewani (fauna) adalah sumber daya alam yang menjadi sumber bahan
makanan yang berasal dari binatang (hewan)
2)   Nabati (flora) adalah sumber daya alam yang dapat menjadi sumber bahan
makanan yang berasal dari unsur tumbuh-tumbuhan.
3)   Mineral (tambang) adalah sumber daya alam yang memiliki nilai tambah bagi
devisa negara yang berasal dari eksplorsi dalam bumi.

Pola dasar pengelolaan sumber daya alam di atas, dilakukan berdasarkan pada
asas.
1)   Maksimal, yaitu prinsip pengelolaan sumber daya manusia secara
menyeluruh dan sungguh-sungguh oleh seluruh elemen bangsa dan negara.
2)   Lestari, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang mengutamakan kelangsungan
lingkungan hidup secara berkelanjutan (substainable)
3)    Daya saing, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang berorientasi pada kualitas
dan kuantitas yang bisa memiliki daya saing dengan produk SDA negara
asing (luar negeri).

Untuk mengatasi kesejangangan (gap) antara potensi SDA dengan penduduk,


maka diupayakan:
1)    Menyusun pola pengelolaan SDA
2)    Mengembangkan IPTEK
3)    Membina kesadaran nasional
4)    Mengadakan program pembangunan yang serasi
5)    Mengadakan pembentukan modal yang cukup
6)    Menciptakan daya beli konsumen yang cukup

c.   Keadaan dan Kemampuan Penduduk


Penduduk adalah orang yang mendiami suatu tempat dalam wilayah tertentu
dengan tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut.
Masalah yang dihadapi dalam kependudukan adalah meliputi:
1)  Jumlah Penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam jumlah penduduk adalah
makin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak memiliki kualitas, baik
dirinya, masyarakat, dan negara.
2)   Komposisi penduduk adalah susunan penduduk menurut usia, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, dan pendidikan.
3)   Distribusi penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam distribusi penduduk
adalah penyebaran penduduk yang tidak merata ke seluruh wilayah negara
(tanah air).

 
2.   Pancagatra
Komponen pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek
Ketahanan Nasional dalam kehidupan sosial (intangible). Komponen pancagatra
meliputi:
a.   Ketahanan di Bidang Ideologi
Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan pemahaman dan pengalaman nilai
ideologi Pancasila yang dapat menjadi landasan sikap dan perilaku untuk
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik yang
datang dari luar negeri maupun dari dalam yang membahayakan kelangsungan
kehidupan Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
b.   Ketahanan Nasional di Bidang Politik
Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan kehidupan politik yang damai, tertib,
adil, jujur dan demokratis, serta tercipta stabilitas politik, yang dapat untuk
mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam
negeri yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.
c.   Ketahanan Nasional di Bidang Ekonomi
Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pangan, sandang, lapangan
kerja, perumahan, menurunnya angka kemiskinan sehingga dapat mengatasi
segala ATHG, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam yang
membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi bangsa dan negara
Indonesia.
d.   Ketahanan Nasional di Bidang Sosial dan Budaya
Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pendidikan murah dan
berkualitas, hormat-menghormati, sopan santun, beretika, dan bangga menjadi
anak Indonesia. Melalui adanya ketahanan sosial dna budaya diatas, diharapkan
dapat menjadi saringan untuk mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari
luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kelangsungan
kehidupan sosial dan budaya bangsa dan negara Indonesia.
e.   Ketahanan Nasional di Bidang Hankam
Ketahanan Nasional yang berintikan adanya rasa aman, damai, tidak sengketa
dengan bangsa dan negara lain, percaya pada kemampuan sendiri. Melalui hal
diatas, diharapkan mampu mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar
negeri maupun dari dalam yang membahayakan kelangsungan kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia.

H. Hubungan Komponen Strategi Antargatra


1. Komponen Strategi Trigatra
a. Gatra Geografi Dan Sumber Kekayaan Alam
Hubungan gatra geografi dan SDA dapat menjadi sumber/tempat bagi tumbuh dan
berkembangnya potensi sumber kekayaan alam yang dapat member nilai tambah
bagi kesejahteraan keseluruhan rakyat Indonesia.
Demikian pula sebaliknya, potensi sumber kekayaan alam yang dieksplorasi dari
geografi (bumi) dapat member nilai tambah (nilai ekonomis) bagi pengembangan dan
pelestarian kondisi geografis Indonesia.
Asas pengelolaan dan pengembangannya adalah a). kemanfaatan b).kelestarian
lingkungan hidup c). kesinambungan d). pemerataan e). keadilan serta f). pasal 33
UUD 1945.

b. Gatra Geografi dan Penduduk


hubungannya adalah gatra geografi dapat menjadi sumber/tempat bagi penduduk
untuk memperoleh nilai tambah dalam meningkatkan taraf hidup, pendapatan
perkapita, dan lingkungan hidup yang sehat bagi kesejahteraan seluruh rakyat
negara Indonesia. Sebaliknya, potensi penduduk (demografi) dapat memberi nilai
tambah (nilai ekonomis) bagi pengembangan dan pelestarian kondisi geografis
Indonesia.
Untuk itu dalam pembinaan dan pengelolaan penduduk perlu beberapa strategi,
yaitu:
1. Penciptaan kualitas penduduk
2. Distribusi penduduk (transmigrasi) yang merata.

c. Gatra kekayaan alam dan penduduk


Hubungannya adalah gatra kekayaan alam dapat menjadi sumber bagi penduduk
untuk memperoleh nilai tambah dalam meningkatkan taraf hidup, pendapatan per
kapita, dan lingkungan hidup yang sehat bagi kesejahteraan keseluruhan rakyat
Indonesia. Sebaliknya, potensi penduduk (demografi) dapat memberi nilai tambah
(nilai ekonomis) bagi pengembangan dan pelesatrian kondisi kekayaan alam agar
tidak habis atau rusak bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

2. Hubungan Antar Komponen dalam Pancagatra


Komponen ini bersifat intangible atau bersifat kehidupan sosial. Komponen ini
meliputi:
a. Gatra Ideologi
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, berfungsi mengarahkan perjuangan
bangsa mencapai cita-cita dan tujuan nasional.
Membina ideologi pada hakikatnya adalah merupakan upaya meningkatkan
ketahanan nasional. Hubungan gatra ideologi memengaruhi aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam (POLEKSOSBUDHANKAM).
b. Gatra Politik
Politik dalam arti kebijakan merupakan suatu proses alokasi sistem nilai dan norma
kehidupan bernegara yang diyakini benar oleh suatu bangsa yang dilakukan oleh
sebuah institusi yang berwenang, agar menjadi pedoman pelaksanaan dalam
mewujudkan cita-citanya. Hubungan gatra politik memengaruhi aspek ideologi,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam (EKSOSBUDHANKAM).
c. Gatra Ekonomi
Proses kehidupan ekonomi mempunyai pengaruh yang porsitif dalam meningkatkan
kesejahteraan dan keseimbangan antara pengadaan, permintaan dan distribusi
barang dan jasa. Karenanya ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap
ketahanan nasional. Hubungan gatra ekonomi memengaruhi aspek ideologi, politik,
sosial budaya, dan hankam (POLSOSBUDHANKAM).
d. Gatra Sosial Budaya
pada kenyataannya nilai budaya hanya dapat berkembang dalam situasi aman dan
damai. Kemegahan nilai sosial budaya biasanya mencerminkan tingkat
kesejahteraan bangsa, baik fisik maupun dan kejiwaan warganya. Sebaliknya
keadaan sosial yang timpang serta adanya erosi dan kemerosotan warga negara
dalam memahami dan menghayati nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa dapat
menimbulkan ketegangan sosial (social entrophy) yang dapat membahayakan
ketahanan nasional. Hubungan gatra sosial budaya memengaruhi aspek ideologi,
politik, ekonomi, dan hankam (IPOLEKHANKAM).
e. Gatra Hankam
kondisi hankam yang baik, stabilitas nasional yang aman dan damai merupakan
prasyarat bangsa untuk dapat membina dan mengembangkan aspek-aspek
kehidupan bangsa (IPOLEKSOSBUD). Hubungan gatra hankam memengaruhi
aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (IPOLSOSBUD).
I. Implementasi Ketahanan Nasional
Implementasi Ketahanan Nasional diartikan melaksanakan atau menggunakan
kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan yang dilandasi sikap ulet dan tangguh
untuk mengembangkan daya saing bangsa sehingga menjadi bangsa yang kompretitif dan
dihormati di dunia.
Untuk menjadikan bangsa yang berdaya saing, maka bangsa Indonesia harus
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan efisien, transparan, dan
accountable. Beberapa permasalahan besar adalah masalah politik yang terkait dengan
kesiapan menghadapi globalisasi, politik luar negeri yang bebas dan aktif, masalah
disintegrasi dan otonomi, sistem partai politik dan birokrasi. Permasalahan dalam bidang
ekonomi adalah ekonomi biaya tinggi dengan adanya pungutan liar (pungli), kebijakan
ekonomi yang tidak berorientasi produk domestik, ekspor kebutuhan pangan, dan masih
kecilnya investasi.
Masalah dalam bidang sosial budaya dicerminkan rendahnya angka HDI (Human
Development Index) pada tahun 2004 pada nomor 117 dari 175 negara, pendidikan 60%
pendudik masih SD, kesadaran akan lingkungan dan disiplin yang masih rendah. Kondisi ini
di atas tahun 2007 menurut data HDI, Indonesia masih berada pada posisi yang banyak
berubah yaitu berada pada urutan 103 dari 133 negara. Masalah dalam bidang hukum
adalah lemahnya penegakan hukum, banyaknya kasus korupsi, dan pelanggaran HAM.
1.   Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Politik
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang politik, maka sejumlah
tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta situasi politik yang kondusif bagi
peningkatan daya saing bangsa. Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah :
a.   Dalam rangka menghadapi globalisasi, maka perlu diambil langkah-langkah
mengadakan proses perubahan atau modernisasi. Peningkatan kompetensi
diplomat diperlukan dalam rangka menghadapi berbagai perundingan
internasional seperti ASEAN, AFTA, APEC, PBB, dan WTO, sehingga kondisi
Indonesia memperoleh keuntungan. Modernisasi juga menyangkut sumber daya
manusia (SDM) melalui pendidikan sehingga kompetensinya sama dengan SDM
luar negeri, membangun watak bangsa, serta modernisasi sarana pertahanan
nasional untuk mempertahankan wilayah NKRI, dan mengembangkan paradigma
baru dalam TNI atau reformasi TNI. Peningkatan anggaran dalam bidang
pendidikan dan pertahanan merupakan salah satu implementasi dalam bidang
politik.
b.   Mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini dilakukan
dengan berperan serta dalam proses perdamaian di dunia internasional dan
berpartisipasi aktif dalam peristiwa yang bersifat global.
c.   Masalah disintegrasi dan otonomi. Masalah disintegrasi bangsa harus
diselesaikan dengan baik. Banyak kasus disintegrasi disebabkan adanya
ketidakadilan dalam bidang hukum, politik, ekonomi, dan budaya. Keberhasilan
kasus Aceh merupakan wujud dari Ketahanan Nasional. Oleh sebab itu,
implementasi HAM, pemberlakuakn hukum sesuai dengan adat, serta
memberikan otonomi dalam pengelolaan ekonomi merupakan kunci masalah
disintegrasi dan otonomi. Pemberlakuan otonomi harus terus disempurnakan,
yaitu memberi kebebasan sesuai dengan kebutuhan lokal, namun menghindari
kebangsaan daerah yang sempit yang justru menjadi bibit disintegrasi.
d.   Penataan sistem politik yang menjamin kestabilan pemerintahan.
Pengembangan demokrasi berupa pemilihan umum langsung ternyata berjalan
dalami, baik DPR, Presiden, maupun Kepala Daerah. Hal ini menunjukkan
bahwa kedewasaan warga negara semakin tinggi dan merupakan kekuatan
bangsa di masa depan. Dalam bidang politik juga perlu dilakukan pengembangan
sistem yang terbuka dan demokratis, meningkatkan kemandirian partai serta
melakukan pendidikan politik yang intensif dan komprehensif.
e. Sistem birokrasi yang efisien. Efisiensi birokrasi dilakukan dengan penataan
tanggung jawab yang sesuai dengan fungsinya, sistem penilaian kinerja yang adil
dan terbuka serta sistem numerasi yang memadai dan layak. Dalam bidang
birokrasi juga perlu dilakukan penataan peran lembaga pemerintahan dan
penyempurnaan peraturan perundang-undangan.
 
2.   Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Ekonomi
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang ekonomi, maka sejumlah
tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi perekonomian yang kondusif
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan.
Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah:
a.   Menata kebijakan fiskal terutama yang terkait dengan pajak serta restribusi.
Peraturan baik UU maupun Perda yang memberatkan dunia industri harus
dicabut. Kebijakan fiskal harus mampu membuat dunia industri efisien dan efektif
serta berdaya saing untuk ekspor.
b.   Mengembangkan industri yang berorientasi pada produk dalam negeri. Krisis
moneter sudah meruntuhkan industri elektronika dan tekstil. Oleh sebab itu, perlu
dikembangkan industri berbasis pertanian, karena kondisi Indonesia sangat
cocok untuk pertanian dan hampir 50% penduduknya hidup dari pertanian.
c.   Menggiatkan swasembaga pangan. Pangan adalah kebutuhan pokok, krisis
pangan dapat membuat stabilitas politik terganggu. Indnesia merupakan negara
dengan penduduk mencapai 200 juta dan kebutuhan pangan mencapai 50 juta
ton. Oleh sebab itu, program swasembada pangan harus dikembangkan dan
memberikan harga yang memadai bagi petani.
d.   Mengembangkan iklim investasi yang baik. Pembenahan sistem investasi
dilakukan dengan mempermudah prosedur perizinan dan memberi insentif yang
memadai seperti keringanan pajak, sarana infrastruktur, dan kepastian hukum
dalam ketenagakerjaan.
e.   Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dan mendorong usaha kecil dan
menengah dengan mengembangkan kredit mikro dan penunjang yang memadai
seperti pengembangan informasi pasar dan teknologi.
f.    Mengembangkan sistem pasar dengan mengurangi campur tangan pemerintah
dengan mendirikan lembaga yang mengawasi persaingan usaha sehingga tidak
terjadi monopoli yang merugikan konsumen.
g.   Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, dan efisien untuk menjadi
sumber permodalan.
h.   Mengelola kebijakan mikro dan makro secara hati-hati sehingga tingkat inflasi
rendah dan tingkat suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
i.    Meningkatan efisiensi BUMN dan BUMD dengan melakukan reorganisasi dan
restrukturisasi, sehingga fungsi dan tanggung jawab BUMN berjalan dengan
baik.
 
3.   Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial dan Budaya
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang sosial dan budaya, maka
sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi sosial budaya yang
mendukung daya saing bangsa dengan terciptanya sumber daya manusia yang
kompeten, kondisi sosial yang stabil, dan berkembangnya budaya sebagai hasil
karya manusia Indonesia. Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah :
a.   Meningkatkan HDI Indonesia dengan melakukan: peningkatan mutu pendidikan
dengan penerapan standarisasi pendidikan, meningkatkan jumlah wajib belajar
sembilan tahun, meningkatan daya saing perguruan tinggi, peningkatan
kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan fasilitas lingkungan.
b.   Meningkatkan taraf pendidikan dari 60% lulusan SD menjadi lebih tinggi dengan
memberikan dana pendidikan minimal 20% dari APBN.
c.   Meningkatkan perbaikan lingkungan dengan upaya: penataan daerah industri
melalui tata guna lahan, pengendalian konversi hutan, pengelolaan sampah, dan
pengendalian pencermaran udara, air, dan tanah.
d.   Meningkatkan disiplin masyarakat dengan upaya pemberian penyuluhan tentang
kedisplinan, sosialisasi peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah,
serta memberikan sanksi sosial yang tegas untuk memberikan efek jera.
e.   Meningkatkan kualitas pendidikan agama, kerukunan umat beragama, dan
mempermudah umat beragama dalam menjalankan ibadahnya dengan upaya
peningkatan toleransi antar umat beragama, dialog, dan kerja sama antarumat
beragama.
f.    Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh warga negara untuk
memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja, kematian, dan pelayanan
hari tua.
g.   Mengembangkan kebebasan berekspresui dalam bidang kesenian, kebudayaan,
dan peristiwa dengan memerhatikan etika, moral, estetika, dan agama.
h.   Meningkatkan peran serta perempuan dalam bidang politik dan ekonomi sesuai
dengan peranan kaum pria.
I. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi pemuda untuk untuk mengembangkan
kegiatan organisasi dan olahraga dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
dan prestasi.
J. Mempercepat proses pembangunan daerah tertinggal sehingga terjadi
keseimbangan antar-daerah dalam menikmati hasil pembangunan.

4. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Hukum


Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang hukum, maka sejumlah
tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi tertib hukum dan menjamin
kepastian hukum, sehingga tercipta tertib sosial dan kondusif bagi investasi dalam
mendukung perkembangan bangsa Indonesia. Beberapa yang harus dilaksanakan
adalah:
a. Meningkatkan profesionalitas aparat penegak hukum dan dukungan sarana
penunjang yang memadai.
Lemahnya penegak hukum diupayakan dengan melengkapi peraturan baik Undang-
Undang maupun peraturan pemerintah sehingga penegakan hukum mempunyai
dasar kuat dalam menjalan tugasnya dan tidak melanggar HAM. Koordinasi antar
penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, KPK, dan badan peradilan
(Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung, serta Mahkamah
Konstitusi) yang lebih intensif, sehingga penanganan suatu permasalahan hukum
dapat cepat diselesaikan.
b. Meningkatkan pemberantasan korupsi.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, maka
pemberantasan korupsi harus membuat efek jera. Beberapa lembaga
pemberantasan korupsi seperti KPK, Timtastipikor, dan peradilan korupsi dibentuk
dengan maksud menurunkan tingkat korupsi, disamping lembaga penegak hukum
lainnya.
c. Meningkatkan kesadaran HAM.
Penegak hukum, aparat keamanan, serta masyarakat masih banyak yang melakukan
pelanggaran HAM. Oleh sebab itu, pendirian Komnas HAM, pengadilan HAM
dimaksudkan untuk memberikan pendidikan tentang HAM, sehingga kasus
pelanggaran HAM menurun.
d. Mengembangkan budaya hukum disemua lapisan masyarakat.
Denagan menata sistem hukum yang menyeluruh dan terpadu, dengan melakukan
reorganisasi sistem peradilan yang dibawah satu paying MA, dan mengembangkan
Mahkamah Konstitusi untuk menguji perundangan dan Mahkamah Yudisial untuk
memberikan pengawasan kinerja aparat peradilan dalam menjamin kepastian
hukum dan keadilan.
e. Menyelenggarakan proses pengadilan yang cepat, mudah, murah, dan terbuka untuk
meningkatkan kepastian hukum.
Semua tindakan yang disampaikan di atas diharapkan dapat mengatasi segala
permasalahan, sehingga kehidupan bangsa dapat berjalan baik dan mempunyai
daya saing untuk terus berkembang ditengah percaturan dunia. Keberhasilan dari
implementasi Ketahanan Nasional juga ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Kepercayaan diri akan kompetensi, kemampuan, dan kekuatan, sendiri yang
didasari sikap jujur dan disiplin.
2) Kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan pada hukum yang berlaku.
3) Menjaga keseimbangan diri antara tuntutan hak dan menjalankan kewajiban.
4) Mengembangkan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman
dan mendaya gunakan terhadap kebutuhan masyarakat.
5) Meningkatkan etos kerja, pengabdian, disiplin, dalam rangka meningkatkan
kesadaran akan cinta tanah air.
6) Mengembangkan kepribadian yang berisi semangat kerjasama tim (team work)
dan beriman kepada Tuhan.

RANGKUMAN
Geostrategi Indonesia adalah pada dasarnya strategi nasional bangsa Indonesia
dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional guna
merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Konsepsi
“Ketahanan Nasional”.
Ketahanan nasional bertujuan untuk terciptanya nasionalisme, kesejahteraan dan
persatuan. Ketahanan Nasional dapat diwujudkan bila bangsa dan Negara memiliki
kemampuan mengantisipasi ancaman dari luar dan dari dalam, dan adanya kondisi nasional
yang dinamis, yaitu melalui penguatan persatuan, nasionalisme dan kesejahteraan serta
penguatan ideologi Negara Indonesia, Yaitu Pancasila. Ketahanan Nasional akan terwujud
bila ada integrasi antara seluruh ideologi yang hidup di Indonesia dan ketahanan nasional
dapat diwujudkan bila secara terus menerus mengembangkan kemandirian, teknologi dan
peradaban bangsa.

Anda mungkin juga menyukai