Anda di halaman 1dari 43

1|M a j ala h K omu ni ta s Riw aya h

Penerbit :
Grup Majelis Sama’, Ijazah dan Biografi Pengantar Redaksi
Ulama
Tim Redaksi :
Abu Abdillah Rikrik Aulia as-Surianji,
Firman Hidayat Marwadi, Pada Edisi ke-5 ini, kiriman dari
Abu Rifki Fauzi Junaidi Lc, guru kami Dr. Khalid Marghub al-Hindi
Abdussalam bin Hasan al-Makasari, telah kami terjemahkan beberapa bagian-
Tommi Marsetio,
Habibi Ikhsan al-Martapuri.
nya. Sesuai pesan beliau, agar risalahnya
ditampilkan dengan bertahap. Pada
Desain Sampul: artikel ini Syaikh mengingatkan penting-
Randy Alam Ghazali. nya menggabungkan antara dirayah dan
riwayah agar sempurna padanya syarat
E-mail : muhaditsin.
antisejarah@gmail.com,
InsyaAllah pernerjemahan risalah-
FB :
risalah beliau akan berlanjut pada episode
https://www.facebook.com/groups
selanjutnya. Dan mudah-mudahan bisa
/362707183839087/
kita ambil faidahnya.
Donasi :
BRI Syariah (an. Rikrik Aulia Rahman), Redaksi
No. Rek. 1018976184
Kompirmasi SMS ke 087746600300
Dengan format : Donasi*Nama*Jumlah Donasi

Sajian Edisi Ini


 Pentingnya Memadukan Riwayah dan Dirayah
 Sanad-Sanad Muttasil Kepada Kitab Tafsir
 Sanad Syaikh Muhammad alu Syaikh & Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri
 Kajian Sejarah Kodifikasi Hadits II
 Pembelaan al-Kurani dan Abdul Karim Amrullah atas Ibnu
Taimiyah
 Biografi Muhammad Hamid al-Faqi
 Serial Syarh Arba‟in Nawawiyyah 2

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 2


Dari Masyaikh

Pentingnya Menggabungkan
Ilmu Riwayah Dan Dirayah

Oleh : Dr. Khalid Marghub al-Hindi

Sesungguhnya menggabungkan (ilmu) semisalnya, dan jenis ini terdapat beberapa


Riwayah dan Dirayah sangat penting agar macam:
seorang perawi memenuhi kriteria (didalam
1- Kitab khusus berkaitan dengan
dirinya) sifat – sifat Muhaddits dan Hafidz. Ahkam (hukum – hukum), termasuk yang
Sesungguhnya ilmu hadits yang mulia ini paling dikenal adalah:
terbagi kepada dua bagian: satu bagian yang
berkaitan dengan Riwayatnya dan bagian „Umdatul Ahkam karya al-Hafidz
lainnya berkaitan dengan Dirayahnya. Abdul Ghani al-Maqdisi, dan termasuk
Syarahnya adalah kitab Ihkamul Ahkam karya
Adapun ilmu riwayat Hadits adalah Ibnu Daqiqil Id, dan Bulughul Maram karya
ilmu tentang penukilan sabda – sabda Nabi al-Hafidz Ibnu Hajar dan termasuk Syarahnya
Shallallahu „Alaihi Wasallam dan perbuatan – adalah kitab Subulus Salam, dan kitab
perbuatannya dengan cara mendengar yang Muntaqal Akhbar karya Majdud Din Ibnu
sambung bersambung, serta penguasaan dan
Taimiyyah dan termasuk Syarahnya adalah
penelitiannya. Nailul Authar karya asy-Syaukani.
Adapun kitab-kitab dasar yang perlu 2- yang mencakup Ahkam, Targhib
diperhatikan riwayat dan penguasaan
(motivasi kebaikan) dan Tarhib (peringatan
(dirayah)nya, terutama dizaman-zaman dari keburukan), dan termasuk yang paling
sekarang ini adalah Shahih al-Bukhari, Shahih
dikenal adalah:
Muslim, al-Muwaththa‟, Sunan Abu Dawud,
at-Tirmidzi, an-Nasa‟i, Ibnu Majah dan At-Targhib wat Tarhib karya al-
Musnad Ahmad, kitab Musnad yang paling Mundziri, Riyadhush Shalihin karya an-
terkenal. Nawawi, Mashabihus Sunnah karya al-
Baghawi dan Misykatul Mashabih karya at-
Serta sebagian kitab hadits yang Tabrizi.
khusus membahas tema tertentu, seperti kitab
al-Adabul Mufrad karya al-Bukhari, asy- 3- Ringkasan dari kitab tertentu
Syama‟il karya at-Tirmidzi, az-Zuhd karya seperti Mukhtashar al-Bukhari yang dikenal
dan „Amalul Yaumi wal-Lailah karya an- dengan at-Tajridush Sharih karya az-Zubaidi.
Nasa‟i. Dan termasuk kitab permulaan dari
Dan sebagian dari kitab-kitab yang ilmu yang paling terkenal, yang memotivasi
berisi matan-matan hadits, yang tidak untuk menghafalkannya adalah kitab al –
mencantumkan isnad-isnad, yang merupakan Arba‟in karya an – Nawawi, dan ini (berisi)
ringkasan dari kitab-kitab matan diatas dan Hadits –hadits yang termasuk Jawami‟ul

3|M a j ala h K omu ni ta s Riw aya h


Kalim, dan kitab ini memiliki Syarah yang Syarah-syarah dari kitab-kitab Hadits dan
banyak, yang terkenal adalah Jami‟ul „Ulum terbiasa dalam penentuan Harakat-harakat
wal Hikam karya al-Hafidz Ibnu Rajab al- kalimat yang terdapat didalam Hadits-hadits
Hanbali. dan merujuk makna-maknanya didalam kitab-
kitab tentang Gharibul Hadits.
Dan ilmu Dirayah Hadits adalah ilmu
untuk mengetahui macam-macam riwayat, Dan ini adalah bab yang sangat luas
hukum-hukumnya, macam-macam hadits- yang harus ditetapi oleh seorang Muhaddits,
hadits riwayat, syarat-syarat perawi dan agar ia dapat terus tersibukkan dalam jangka
keadaan-keadaan mereka. waktu yang lama untuk membacakan kitab –
kitab Hadits dengan disertai merujuk kepada
Dan tempat mempelajari ilmu ini
para ahli ilmu dan kitab – kitab mereka ketika
adalah kitab-kitab Mushthalahul Hadits,
ia menjumpai kemusykilan, baik dalam
seperti kitab „Ulumul Hadits karya Ibnush
penentuan harakat kata – kata dan syarahnya.
Shalah, kitab Ushulul Mushthalah seperti
kitab al-Ma‟rifah karya al-Hakim dan kitab Dan al-Imam al-Hafidz Syihabuddin
al-Kifayah karya al-Khathib Abu Bakar bin Abu Syamah al-Maqdisi telah menjelaskan
Tsabit al-Baghdadi, dan kitab Furu‟ul apakah yang dimaksud dengan ilmu Hadits, ia
Musthalah juga seperti kitab at-Taqrib karya berkata didalam kitabnya “al-Muqtafa Fi
an-Nawawi yang disyarah oleh as-Suyuthi Mab‟atsil Mushthafa Shallallahu „Alaihi
didalam kitab Tadrib ar-Rawi dan seperti Wasallam“ : “Ilmu Hadits sekarang terdapat
Nukhbatil Fikar karya al-Hafidz Ibnu Hajar. tiga macam:
Dan termasuk kitab permulaan di- 1- Yang paling mulia adalah menghafal
dalam ilmu ini yang memikat (para penuntut matan – matannya dan mengetahui lafadz –
ilmu) adalah al-Mandzumah al-Baiquniyyah, lafadznya yang Gharib dan Fiqihnya.
dan memiliki banyak kitab Syarah, yang 2- Menghafal Isnad-isnadnya dan
paling terkenal adalah at-Taqrirat as-Saniyyah mengetahui para perawinya dan memilah-
karya al-Masyath. milah yang shahih dan yang dha‟if.
Dan ada macam yang ketiga yang Dan dahulu (pada mulanya) ilmu
diperselisihkan apakah termasuk kedalam sangat penting, dan (setelah itu) Ulama yang
ilmu riwayah atau ilmu dirayah, yaitu ilmu
menyibukkan diri dengan ilmu ini telah
Fiqih tentang Ahkam Hadits – hadits dan ilmu tercukupi dengan kitab – kitab Hadits yang
tentang lafadz-lafadz Hadits yang Gharib, telah ditulis, maka tidak ada faedahnya
tentang penentuan harakat-harakat lafadz mencapai sesuatu yang sudah tercapai.
Hadits dan tentang menyempurnakan bacaan
nya, sekiranya seorang Muhaddits memiliki 3- dan yang ketiga adalah menghimpun
penguasaan tinggi yang dapat menjaminnya Hadits, menulisnya, mendengarnya, mengum-
terhindar secara umum dari kekeliruan dan pulkan Thuruq (jalur – jalur sanad), mencari
kesalahan didalam I‟rabnya. sanad yang „Aliy dan mengembara ke negeri-
negeri (dalam rangka mencari Hadits-hadits).
Dan untuk mengetahui macam ini,
seorang Muhaddits membutuhkan penge- Dan orang yang menyibukkan dengan
tahuan akan perbandingan bahasa Arab yang ilmu ini sama dengan menyibukkan diri dan
dapat menguatkan ilmunya ini sehingga dapat mengabaikan perkara yang lebih penting
menjaganya dari kekeliruan, dan ia juga daripada ilmu-ilmunya yang bermanfaat,
membutuhkan kemahiran untuk merujuk terlebih lagi ia juga mengabaikan mengamal-
kannya, yang itu merupakan tujuan pertama,

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 4


Allah berfirman: “ Dan tidak Ku ciptakan jin atasnya: jika pembukuan (Isnad-isnad Hadits
dan manusia melainkan agar mereka ber- dan para perawinya) mengharuskan kita untuk
ibadah pada-Ku “ 1 , hanya saja sesungguhnya mengandalkannya sepenuhnya dan tidak perlu
ini tidak mengapa bagi para pengangguran, lagi menyibukkan diri (untuk menghimpun-
sebab ini dapat melanggengkan mata rantai nya) maka seperti itu pula keadaannya pada
sanad yang bersambung sampai pada manusia cabang ilmu Hadits yang pertama (menghafal
termulia Shallallahu „Alaihi Wasallam, sebab Matan – matannya dan mengetahui lafadz –
ini termasuk kekhususan umat ini. Dan lafadznya yang Gharib dan Fiqihnya), sebab
termasuk tidak diperhatikannya demikian ini sesungguhnya telah banyak kitab – kitab yang
adalah perkara ini dapat diketahui oleh dibukukan dalam Fiqih Hadits dan Syarah
(umumnya orang seperti) anak kecil, orang Gharibul Hadits, bahkan seandainya ada
dewasa, orang bodoh, orang yang faham, seseorang yang mengklaim bahwa kitab –
orang jahil dan Alim. Dan al-A‟masy telah kitab yang dibukukan tentang ini lebih banyak
berkata: “Sebuah Hadits yang beredar dibandingkan kitab – kitab yang dibukukan
dikalangan Fuqaha‟ lebih saya sukai daripada tentang identitas – identitas Rijalul Hadits dan
Hadits yang beredar dikalangan orang-orang tentang penjelasan shahih dan Dha‟ifnya,
tua. Dan pernah ada seseorang mencela Imam maka tidaklah jauh dari kebenaran ucapannya,
Ahmad Rahimahullah disebabkan beliau bahkan itulah kenyataan yang ada. Lalu jika
menghadiri majelisnya Imam asy-Syafi‟i menyibukkan diri dengan cabang ilmu yang
Rahimahullah dan meninggalkan majelisnya pertama (menghafal Matan – matannya dan
Sufyan bin „Uyainah, lalu beliau berkata mengetahui lafadz – lafadznya yang Gharib
padanya: “Diam kamu! Jika kamu tidak dan Fiqihnya) dianggap penting maka
mendapatkan Hadits dengan sanad yang menyibukkan diri dengan cabang ilmu yang
„Aliy, akan tetapi kamu mendapatkan yang kedua (Menghafal Isnad – isnadnya dan
bersanad Nazil maka tidak mengapa bagimu, mengetahui para perawinya dan memilah –
dan jika kamu tidak mendapatkan akal milah yang shahih dan yang dha‟if) itu lebih
pemuda ini (asy-Syafi‟i) maka saya kuatir penting 3 , sebab ilmu ini merupakan tangga
kamu tidak menjumpainya (dimana pun) “ 2 . menuju cabang ilmu yang pertama. Maka
barangsiapa yang mengabaikan ilmu ini (yang
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah
kedua) maka akan bercampurlah antara Hadits
berkata ketika mengomentari ucapan al-
yang shahih dengan yang dha‟if dan antara
Hafidz Abu Syamah: “Dan didalam
perawi yang dita‟dil (dianggap adil) dengan
ucapannya ini terdapat beberapa bahasan dari
perawi yang ditajrih (dianggap cacat/lemah)
beberapa sisi:
dalam keadaan ia tidak merasa. Dan cukuplah
Yang pertama: Ucapannya: (Dan dinyatakan aib bagi seorang Muhaddits yang
dalam hal ini, yang menyibukkan diri dengan demikian itu.
ilmu ini telah tercukupi dengan kitab – kitab
Maka yang benar adalah masing –
Hadits yang telah ditulis), maka dikatakan
masing dari kedua ilmu ini penting didalam
ilmu Hadits, tidak ada yang melebihi atas
1
- QS. Adz – Dzariyat: 56. lainnya. Iya, seandainya ia berkata:
2
- Ucapan dinukil secara panjang lebar oleh al –
3
Hafidz az – Zarkasyi Rahimahullah didalam kitab “an – - Barangkali yang lebih baik apabila dikatakan bahwa
Nukat ‘Ala Muqaddimah Ibnush Shalah” 1/41 – 54, menyibukkan diri dengan cabang ilmu yang kedua
dan juga dinukil oleh al – Hafidz Ibnu Hajar secara memang penting dan menyibukkan diri diri dengan
ringkas “an – Nukat ‘Ala Muqaddimah Ibnush Shalah” cabang ilmu yang pertama lebih penting, sebab ini
1/228 – 229. tujuan asal (mempelajari ilmu Hadits).

5|M a j ala h K omu ni ta s Riw aya h


menyibukkan diri dengan cabang ilmu yang kami terangkan. Inilah penjelasan dari
pertama lebih penting, maka ucapannya juga permasalahan ini 4 .
dapat diterima walau ada sedikit perbedaan.
Sifat – sifat Muhaddits dan Hafidz
Dan tiada keraguan lagi bahwa siapa saja
yang menggabungkan kedua ilmu tersebut Dari penjelasan yang telah lalu, maka
maka ia memperoleh kedudukan tinggi, dan jelas bagi kita pentingnya menggabungkan
siapa saja yang mengabaikan keduanya maka antara (ilmu) riwayah dan dirayah agar
tiada bagian baginya masuk kedalam jajaran seorang perawi mendapatkan predikat sebagai
Muhaddits. Dan barangsiapa yang yang dapat seorang Muhaddits dan Hafidz. Dan Syaikh
mahir pada cabang ilmu yang pertama dan Abul Fath bin Sayyidun-nas pernah ditanya
mengabaikan yang kedua maka ia jauh dari tentang pengertian Muhaddits dan Hafidz,
predikat Muhaddits menurut kebiasaan lalu beliau menjawab bahwa sesungguhnya
(dikalangan para Muhadits). Dan ini adalah Muhaddits dizaman kita ini adalah seseorang
yang tidak diragukan lagi. yang menyibukkan diri dengan (ilmu)
hadits secara riwayah, dirayah dan tulisan,
Sekarang tinggal kita membahas
serta menelaah (keadaan) banyak perawi-
cabang ilmu Hadits yang ketiga, yaitu
perawi dan riwayat-riwayat dimasanya
mendengar (Hadits – hadits, menghimpunnya
dan berwawasan tentangnya sehingga ia
dan menulisnya) serta yang disebutkan
dapat menghafalnya dan dikenal kekuatan
bersamanya. Dan tidak diragukan lagi bahwa
hafalannya terhadap Hadits.
siapa saja yang menggabungkan cabang ilmu
ini dengan yang pertama maka ia lebih Lalu jika ia dapat memperluas
sempurna dan lebih banyak bagiannya wawasannya dan mengetahui keadaan-
(didalam bidang Hadits). Akan tetapi apabila keadaaan perawi yang telah lalu yakni guru-
ia mencukupkan diri dengan cabang yang guru dari guru-gurunya pada tiap-tiap
ketiga saja maka ia lebih buruk bagiannya dan Thabaqah (tingkatan), sekiranya ia dapat
lebih banyak hafalannya. selamat dari kerancuan didalam perawi-
perawi yang masyhur secara umum dan juga
Dan barangsiapa yang menggabung- ia lebih banyak mengetahui keadaan/identitas
kan tiga cabang ilmu ini maka ia adalah
para perawi Hadits daripada yang ia tidak
seorang Faqih serta Muhaddits yang ketahui, maka ini adalah seorang Hafidz.
sempurna. Dan barangsiapa hanya meng-
gabungkan dua cabang saja maka kedudukan- Dan adapun yang pernah dinukil dari
nya dibawah yang pertama. Dan jika terpaksa para Ulama terdahulu tentang demikian itu
hanya menguasai dua cabang ilmu saja maka berupa luasnya hafalan bagi seorang
hendaklah ia menguasai yang pertama dan Muhaddits dan tuntutan yang tidak selayak-
yang kedua. Adapun seseorang yang tidak nya agar seseorang dapat djuluki sebagai
menguasai cabang yang pertama dan hanya Muhaddits, sebagaimana ucapan sebagian
menguasai cabang yang kedua dan yang mereka, maka kami tidak menganggap
ketiga maka ia adalah Muhaddits yang murni, sebagai ahli Hadits, seseorang yang tidak
tidak ada perbedaan didalam hal ini. Dan mencatat 20 ribu Hadits secara Imla‟. Maka
siapa saja yang hanya menguasai yang
pertama maka tiada bagian baginya didalam
jajaran Muhaddits sebagaimana yang telah
4
- an – Nukat ‘Ala Muqaddimah Ibnush Shalah” 1/229
– 231.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 6


yang demikian itu tergantung zaman – zaman Hadits – hadits yang dihafalnya lebih banyak
mereka 5 . daripada yang ia tidak hafal 6 .
Maka kesimpulannya adalah bahwa Dan Tahqiq (yang sebenarnya)
seorang yang menyibukkan diri dengan didalam hal ini adalah kembali pada
Hadits sesuai dengan syarat – syarat yang kebiasaan (disuatu zaman), dan memang
telah lalu maka para Ulama Hadits kebiasaan para Ulama terdahulu adalah sangat
menjulukinya sebagai Muhaddits. ketat didalam kriteria – kriteria seorang
Muhaddits.
Dan seseorang dapat dijuluki dengan
kemahirannya dalam bidang Hadits sebagai Dan berangkat dari sinilah maka Imam
Hafidz apabila dijumpai pada dirinya Tajuddin as-Subki Rahimahullah didalam
beberapa hal berikut ini: kitab Mu‟idin Ni‟am: “Muhaddits adalah
orang yang mengetahui isnad – isnad, illat –
1- Menyibukkan dengan membaca kitab –
illat Hadits, nama – nama perawi, sanad yang
kitab Hadits dan bertalaqqi/mempelajarinya
„Aliy dan yang Nazil dan menghafal matan –
dari para Masyayikh.
matan Hadits dalam jumlah banyak, serta
2- Memiliki Fiqih tentang Ahkam (hukum mendengar Kubussittah, Musnad Ahmad bin
– hukum) Hadits – hadits dan mengetahui Ahmad, Sunan al – Baihaqi, Mu‟jam ath –
tentang lafadz – lafadz Hadits yang Gharib Thabrani dan ditambah lagi menghafal 1000
dan penentuan harakat – harakat Hadits, Juz dari kitab – kitab Juz Hadits. Inilah
selamat secara umumnya dari kesalahan dan tingkatan Muhaddits yang paling rendah 7 .
kekeliruan didalam I‟rab dengan mengetahui
Akan tetapi banyak sekali para Ulama
bandingannya dalam bahasa Arab.
yang memandang bahwa ilmu dan para
3- Mengetahui para perawi dan keadaan – pembawanya lama – kelamaan semakin
keadaan mereka, baik Ta‟dilnya dan menurun, maka mereka meluaskan didalam
Tajrihnya di tiap – tiap Thabaqah/tingkatan, hal ini dan tidak mensyaratkan semua ini
sekiranya ia dapat selamat secara umumnya harus bertalaqqi pada para Masyayikh,
dari keragu – raguan didalam perawi – perawi terlebih lagi bahwa tujuan utama dari ilmu
yang masyhur dikalangan dan dari kekeliruan riwayat yaitu menetapkan Hadits – hadits
didalam menyebutkan nama – nama mereka. telah terwujud dengan adanya kitab – kitab
4- Mengetahui Istilah – istilah didalam Hadits telah terbukukan dan tercatat didalam
Hadits dan memilah – milah Hadits yang kitab – kitab yang telah dihimpun oleh para
shahih, yang dha‟if dan yang diperselisihkan Imam Hadits. Dan akhirnya tujuan utama dari
statusnya. ini adalah memelihara faedah – faedah
lainnya yang bercabang, yang menyebabkan
5- Menghafal banyak matan – matan dan
jalur – jalur sanad Hadits.
Dan sebagian dari Ulama terdahulu 6
- Lihatlah: al – Muhaddits al – Fashil (238 – 350), al –
ada yang mensyaratkan jumlah Matan –
Muqidzah (67 – 68), Bughyat al – Multamis (218),
matan Hadits yang harus dihafal, yaitu apabila Nuzhatul Albab Fil Alqab (1/188), an – Nukat ‘Ala
Ibnish Shalah (1/268), al – Jawahir Wad – Durar (17,
25, 26, 28, 30, 34, 39, 41), Kasyfudz Dzunun (1/635), al
– Huththah Fi Dzikri ash – Shihah as – Sittah (78 – 79),
Qawa’id at – Tahdits (77 – 78), al – Hafidz Abdul Ghani
5 al – Maqdisi Muhadditsan (187 – 189).
- an – Nukat ‘Ala Muqaddimah Ibnush Shalah” karya
7
az – Zarkasyi (1/41 – 54). - Mu’idun Ni’am Wa Mubiidin Niqam (81).

7|M a j ala h K omu ni ta s Riw aya h


kita cukup menetapi sebagian syarat saja yang menyelidikinya dikarenakan ia telah
telah disebutkan diatas. mengetahui Thabaqaat/tingkatan – tingkatan
perawi dan dapat pula memilah – memilah
Dan oleh karena itulah, Imam Syaikh
Isnad yang terbalik dan yang benar,
Waliyullah ad – Dihlawi Rahimahullah telah
disebabkan ia telah mengetahui Sanad – sanad
menuturkan didalam kitab Ithafun Nabih,
Mutaba‟at dan Syawahid dan langsung
bahwa menghafal Hadits dan kesempurnaan
menyadari adanya Tashif (kesalahan dalam
didalam mengetahuinya memiliki beberapa
menyebut nama perawi), disebabkan ia telah
tahapan yang berbeda – beda. Dizaman para
mengetahui Rijalul Hadits dan mendalami
Sahabat dan Tabi‟in, mereka dahulu
didalam mempelajari matan – matan Hadits,
menghafalkan Hadits – hadits diluar kepala.
serta ia juga dapat mengetahui bahwa disini
Kebanyakan perhatian mereka adalah mem-
ada yang gugur (tidak tertulis) dan lafadz
perbaiki dalam menulisnya dan mentashihkan
begini dan begitu, dan ia mengetahui pula
kitab dan menjaganya dari basah, terbakar dan
apakah sebagian redaksi Hadits berhubungan
lain – lainnya. Kemudian tatkala telah ditulis
dengan lainnya atau tidak, dapat pula
kitab Syarah – syarah kitab Hadits, kitab –
mengetahui jalur riwayat secara Ma‟na
kitab berisi nama – nama Rijalul Hadits dan
(kesimpulan) dan meringkas Hadits yang
kitab Syarah Gharibul Hadits maka mudahlah
panjang dan sebagian kalimat Hadits, dan lain
menghafalkannya dan menyempurnakannya
– lainnya. Dan jika tidak, maka siapa saja
dengan cara membiasakan menelaah Syarah –
yang memiliki kemahiran didalam
syarah dan kitab – kitab ini. Seorang yang
mengetahui Isnad – isnad dan Matan – matan
lebih banyak penelaahannya, kesibukkannya
Hadits, serta tidak dapat memilah – milah
untuk mengetahui riwayat Hadits dan
Isnad yang terbalik dan benar, Hadits yang
menghafalnya, maka juga akan lebih hafal.
shahih dan yang dha‟if, tidak mengetahui
Maka dizaman ini tidak mendesak kebutuhan
tingkatan kitab – kitab Hadits, adab – adabnya
untuk mentashih kitab Hadits berdasarkan
riwayat dan keliru didalam membaca lafadz
sejumlah naskah – naskah kitab dan untuk
Hadits dan memahami isinya maka ia
menjaganya dari basah dan selainnya,
bukanlah Muhaddits, akan tetapi ia hanya
terkhusus kitab – kitab Hadits yang masyhur
termasuk penulis saja.
yang memiliki banyak naskah, sehingga
dengan seperti ini tidak cukup menjadi ukuran Kemudian beliau (Syaikh ad-Dihlawi)
seseorang diakui sebagai Hafidz atau menuturkan bahwa para Ulama belakangan
Muhaddits. Sebagaimana pada Thabaqah yang terdiri dari tingkatan pertengahan dan
pertengahan tidak mendesak pula kebutuhan Ulama lain setelahnya kebanyakan men-
untuk menghafal dengan luar kepala, akan dengar sejumlah kitab dari banyak Masyayikh
tetapi bagi siapa saja yang mau menjadi dan menyibukkan diri untuk dapat menga-
Muhaddits maka ia harus membaca kitab – jarkannya dan memperdengarkan bacaan
kitab Hadits secara pembahasan mendalam kitab – tersebut (para murid – muridnya), dan
dan dirayah dan memperdengarkannya akhirnya jadilah pengkhususan suatu kitab
kepada Muhaddits lainnya dan ia juga harus dari kitab – kitab yang masyhur dengan
menelaah Syarah – syarah Hadits, kitab – Syaikh tertentu karena memandang pada
kitab Rijalul Hadits dan Gharibul Hadits, tingginya Isnad atau mendengar keseluruhan
sehingga ia dapat mengetahui Isnad – isnad, kitab, dan jika tidak maka umumnya mereka
matan – matan, shahih dan kekeliruan mempelajari setiap kitab dari para Masyayikh
didalam Hadits. Dan apabila gugur seorang dalam jumlah yang banyak, dengan cara
perawi didalam suatu Isnad maka dapat mendengar langsung dan ijazah, berbeda

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 8


dengan tingkatan-tingkatan Ulama terdahulu, Tafaqquh (menuntut ilmu Fiqih) dan tidaklah
yang mereka dahulu hanyalah terbatas merasa cukup dengan membaca riwayat –
mempelajari kitab – kitab dari seorang atau riwayat Hadits dengan cepat dan agar kita
dua orang Syaikh atau meriwayatkan sebuah juga tidak menjadikan Ijazah dan riwayat
kitab atau dua kitab, sehingga dikenallah sebagai tujuan kita yang paling utama
seorang Ulama misalnya bernama Yahya bin didalam membaca Hadits. Dan seandainya
Abdullah bin Yahya bin Yahya al-Qurthubi demikian itu barokah dengan sanad yang
dengan riwayat kitab al-Muwaththa‟ dari muttashil dan mendengar Hadits, terlebih lagi
paman bapaknya bernama Abu Marwan menjadikan demikian itu sebagai tujuan untuk
Ubaidullah bin Yahya , dari bapaknya Yahya mencari kedudukan dan sanjungan dari
bin Yahya al-Laitsi, dari Imam Darul Hijrah manusia maka kita berlindung kepada Allah
Malik bin Anas Rahimahullah Ta‟ala 8 . dari demikian itu.
Dan sebagaimana penerapan masa kini Maka sesungguhnya orang yang telah
terhadap apa yang telah lalu berupa menjadikan ini dan lainnya sebagai tujuannya,
keringanan dari para Ulama tentang syarat – maka terkadang ia membaca Hadits dengan
syarat kriteria seorang Alim disebut sebagai pembacaan yang buruk yang dikuatirkan dosa
Muhaddits atau Hafidz, maka Syaikh Allamah karenanya bagi pelakunya dan bagi siapa saja
Dzafar at-Tahanawi Rahimahullah telah yang menyertakannya daripada ia meniatkan-
menuturkan bahwa Muhaddits dizaman ini nya sebagai Taqarrub ilallah. Dan sesungguh-
adalah orang yang banyak menyibukkan nya pembacaan Hadits hanya akan bermanfaat
diri menelaah kitab-kitab Hadits, mempe- apabila memperhatikan penguasaan (didalam-
lajarinya dan mengajarkannya berdasar- nya), menghendaki Ridha Allah Subhanahu
kan Ijazah Syaikh kepadanya, disertai Wa Ta‟ala dan berniat mengamalkan Sunnah
dengan mengetahui makna-makna Hadits, yang mulia.
baik secara riwayah dan dirayah. Sedang Dan al-Hafidz az-Zarkasyi Rahim-
kan Hafidz adalah seorang yang apabila ahullah telah menukil ucapan Syaikh Atsirud
mendengar Hadits maka ia akan Din Abu Hayyan al – Andalusi al – Gharnathi
mengetahui bahwa Haidts tersebut tertulis kemudian al-Mishri –dan beliau adalah
didalam kitab-kitab Shahih atau selainnya termasuk Imam dibidang ini secara riwayat
dan ia juga dapat menghafal 1000 Hadits dan dirayah– 10 : “Dan sesungguhnya
atau lebih secara makna (kesimpulan) 9 .
Dan saya akan mengambil intisari dari 10
- Beliau adalah Muhammad bin Yusuf bin Ali bin
apa yang telah lalu dengan mengisyaratkan Yusuf bin Hayyan asy – Syaikh al – Imam al – Allamah,
pada ungkapan yang terbaik tentang riwayat yang tiada taranya dimasanya, seorang dizamannya,
kitab – kitab Hadits, lalu saya mengajak diri dan Imam para ahli Nahwu al – Gharnathi kemudian al
– Mishri, penulis banyak karya, diantaranya: al –
saya pribadi dan saudara – saudara saya dari Bahrul MuhithFi Tafsiril Qur’anil ‘Adzim, Kitab al-
para penuntut ilmu yang mulia agar Irtidha’ Fil Farqi Baina adh – Dhad Wa adz – Dza’,
memperhatikan penguasaan ilmu dan ber- sebuah Juz didalam Hadits dan Masyikhah Ibnu Abi
Manshur – salah satu Syaikhnya - , beliau
menyampaikan Hadits dari para Muhaddits di negeri
8
- Ithafun Nabih Fima Yahtaju Ilaihil Muhaddits Wal Andalus, Kairo, dan selain mereka, dan beliau sangat
Faqih (78 – 81, 135 – 141). perhatian terhadap bidang Hadits, Fiqih, Tafsir dab
9 bahasa Arab. Adapun bahasa Arab maka beliau adalah
- ar – Raf’u Wat – Takmil (59), I’la’us Sunan (1/21),
pembawa benderanya. Dan telah banyak para kafilah
Muqaddimah Ibnush Shalah (108 – 109), at – Takmilah
yang membawa namanya, karya – karyanya, Nadzam –
Liwafayatin Naqalah (1/212, No. 248), Fihrasul Faharis
nadzamnya, Natsrnya. Banyak Imam – imam yang
(408).
keluar dari didikannya, dan beliau mengajar di al –

9|M a j ala h K omu ni ta s Riw aya h


penduduk negeri ini telah menempuh didalam – kitab Hadits menurut para Ulama Haramain
mendengar dan mempelajari Hadits pada jalan dizaman beliau terdapat 3 metode:
selain yang telah ditempuh oleh penduduk 1- Metode pembacaan cepat, yaitu
Andalus, yaitu mereka (penduduk Andalus) seorang Syaikh yang memperdengarkan dan
mendengar dan mempelajari Hadits dari yang membaca kitab tanpa menyinggung
orang-orang awam yang jahil, orang-orang bahasan – bahasan yang berkaitan dengan
fasiq dan yang melakukan kefasikan secara bahasa, Fiqih, nama – nama Rijalul Hadits
terang-terangan dan mereka mendengar dan lain – lainnya. Dan sekumpulan Ulama
bacaan orang-orang banyak kesalahan- Haramain memilih metode ini karena
kesalahannya, yang tidak menetapi I‟rabnya memang diperuntukkan bagi para ulama
yang akhirnya mereka masuk kedalam Hadits: khusus yang telah melaut (ilmunya), agar
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku mereka dapat mendengarkan Hadits dan
(Nabi) dengan sengaja maka hendaklah ia mentashihkan Matan dan Isnadnya dengan
menempati tempatnya di neraka “ 11 . Dan cepat, dan mereka mengalihkan syarah –
adapun kami di negeri – negeri kami ini
syarah kitab Hadits pada bahasan – bahasan
(Mesir) maka kami tidaklah mendengar dan lainnya, sebab pokok dari penguasaan Hadits
meriwayatkan Hadits melainkan para ahli pada masa kini adalah pada penelaahan
ilmu yang adil dan dengan bacaan orang – syarah – syarah ini secara menyeluruh.
orang yang menetapi I‟rab. Dan anak – anak
kecil tidaklah menghadiri majelis Sama‟ 2- Metode pembahasan dan pengu-
Hadits sehingga seorang dari mereka dapat raian, yaitu seorang Syaikh setelah membaca
memikirkan apa yang ia dengar dengan Hadits berhenti pada lafadz yang Gharib,
akalnya dan memahami mayoritasnya …”. susunan – susunan kalimat yang sulit
difahami, nama – nama Rijalul Hadits yang
Dan Imam Syaikh Waliyullah ad – Dihlawi jarang didalam Isnadnya dan pertanyaan yang
Rahimahullah telah menuturkan didalam
Nampak pada permasalahan yang tertulis
kitab Ithafun Nabih, bahwa mempelajari kitab didalam redaksi Hadits dan beliau mengurai
hal – hal ini dengan ucapan yang terlalu
Qubbah al – Manshuriyyah, dan selainnya. Beliau panjang. Kemudian barulah berpindah pada
berkata didalam Ijazahnya kepada Shalahuddin Khalil Hadits berikutnya seperti apa yang dilakukan
bin Abik ash – Shafadi, penulis karya a”al – Wafi bil
Wafayat” ketika beliau menyebutkan kitab – kitab pada Hadits sebelumnya. Dan pemilihan
yang diriwayatkannya: “ al - Kutubussittah, al - metode ini oleh sekumpulan Ulama Haramain
Muwaththa’, Musnad Abdu Ibnu Humaid, Musnad ad karena memandang para pemula dan yang
– Darimy, Musnad asy – Syafi’I, Musnad ath –
sudah menengah didalam mempelajari Hadits,
Thayalisi, al – Mu’jam al – Kabir dan ash – Shagir karya
ath – Thabrani, Sunan ad – Daruquthni, dan lain – agar mereka dapat menguasai apa yang wajib
lainnya. Adapun kitab – kitab Juz Hadits maka jumlah diketahui didalam ilmu Hadits dan
banyak sekali . . . dan adapun para Masyayikh-ku yang mengambil faedah darinya. Dan mereka
saya riwayatkan dari mereka dengan cara Sama’ atau
dengan Qira’ah maka mereka juga banyak “, kemudian didalam keadaan ini menaruh didepan mereka
beliau menyebutkan segolongan dari mereka. Dan sebuah kitab Syarah yang mereka dapat rujuk
beliau Rahimahullah wafat di Kairo pada tanggal 18 pada saat bahasan tersebut.
Shafar 745 H. silahkan lihat al – Wafi fil Wafayat
1/687, al – ‘Ibar 1/304 dan Dzailu Tadzkirah al – 3- Metode meneliti dengan seksama
Huffadz 1/23 – 26. dan memperdalam, yaitu seorang Syaikh
11
- Hadits ini Mutawatir, yang telah diriwayatkan oleh berbicara panjang lebar tentang setiap kata
sejumlah Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum, diantaranya
dari Hadits … dan segala yang berkaitan
adalah Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Muttafaq
‘Alaihi. dengannya. Misalnya ia menerangkan

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 10


perbedaan – perbedaan pendapat dikalangan
para Ulama yang masyhur, dan ketika
mensyarah kata – kata Hadits yang Gharib
kemusykilan didalam I‟rab maka ia akan terus
menyebutkan Syawahid (penguat – penguat)
Donasi Radio Data (Dakwah
dari syair dan menjelaskan materi lughoh dan
Isytiqaq – isytiqaqnya (asal kata). Dan ketika Tauhid) Belitang, Sumsel
sampai pada Rijalul Hadits maka ia akan
menjelaskan biografi – biografi mereka dan Alhamdulillah, satu lagi radio dakwah yang akan
menyebutkan identitas – identitas mereka, dan hadir di Kota Belitang. Kota yang menjadi
ia juga tidak cukup mentashih nama – nama lumbung padi nasional di daerah Sumatera
mereka dan mengetahui kepastian keberadaan Selatan.
mereka didalam kitab – kitab Hadits, dan
khususnya seperti para Rijalul Hadits (perawi) Berlokasi di Di kompleks Masjid Jami' Mujahidin
yang ada pada Shahih Bukhari dan Shahih lantai dua, Tulus Ayu, Belitang Madang Raya,
Muslim. Metode ini layak bagi para Ulama OKU Timur, Sumatera Selatan, insya Allah Radio
yang ahli memberikan nasehat dan tidak Data akan menjadi pencerah bagi kaum
cocok bagi riwayat dan memperoleh ilmu, muslimin di Belitang dan sekitarnya.
bahkan dikuatirkan bagi pelaku metode ini
akan memiliki tujuan menampakkan ilmu dan Salurkan donasi pembentukan Radio Dakwah
Belitang Anda -semoga Allah meluangkan rezeki
kelebihannya 12 [Fauzi Junaidi]
Anda- ke rekening berikut:
* Mandiri Syariah: 7075260738 a/n Lukmanudin
* BNI: 0302004843 a/n Adam Zaini
Konfirmasi ke 085711165200

Informasi:
- Ust. Adam Zaini (087713613677 /
085245974304), alumni STDI Jember
- Ust. Firman Hidayat Marwadi (Mahasiswa
LIPIA) 087838168628

Dewan Pembina:
1. Ust Aris Munandar SS., MP.i
2. Ust Said Yai Lc.,MA
3. Ust Abdussalam Busro Lc
4. Ust Amrullah Akadhinta ST

Informasi lebih lanjut bisa dilihat di link berikut:


http://mauhub.wordpress.com/radio-dakwah-
belitang/

12
- Ithafun Nabih Fima Yahtaju Ilaihil Muhaddits Wal-
Faqih (154 – 155).

11 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Kajian Utama

Sanad-Sanad Muttasil
Kepada Sebagian Kitab-Kitab Tafsir

Sanad ini adalah kekhususan bagi umat penulis dan yang sering digunakan orang-orang
Islam khususnya manhaj salaf atau ahlus dizaman sekarang saja. Terlepas dari adanya
sunnah, dan umumnya bagi kaum muslimin kesalahan didalamnya yang mungkin terdapat
semuanya. Sanad ini tidak didapati pada umat pada sebagiannya. Karena siapa diantara kita
sebelum kita seperti telah maklum, sebagaimana yang tidak lepas dari keliru dan salah?. Banyak-
dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah banyak lah memaklumi, sebagaimana kita mau
rahimahullahu, dimaklumi, seperti maklumat yang sering kita
dengar dari Masyaikh kita:

”Kembalilah kepada ulama kalian dan


“Isnad adalah kekhususan bagi umat ini, maafkanlah sebagian kesalahan mereka”.
merupakan kekhususan Islam, kemudian lebih
khusus lagi ahlus sunnah”. 13 Penulis akan menyebutkan sumber rujukan
sanad seperti nash ijazah, atsbat, kitab-kitab
Segala macam kitab tentang ilmu ad-Din fihris, mu‟jam dan semacamnya. Juga
seperti kitab-kitab hadits, lughoh, faroid, qiro‟at menyebutkan sebagian sanad-sanad penulis
dan begitu pula dalam bidang tafsir dan ilmu- yang paling „aliy darinya yang tersambung
ilmu al-Qur‟an masih didapati sanad-sanad yang kepada kitab-kitab sumber rujukan yang
muttasil kepada para penulisnya sampai dimaksud. Lalu menyebutkan faidah-faidah
sekarang. Bahkan beberapa tafsir yang termasuk ringkas tentang sanad-sanad dari sumber
tafsir kontemporer seperti Tafsir al-Manar, rujukan tersebut kepada kitab-kitab tafsir.
Tafsir As-Sa‟di, dan Tafsir Adhwa al-Bayan
masih mempertahankan ketersambungan sanad- Penulis tidak akan memberi penjelasan
nya. Sampai-sampai ada beberapa tafsir yang terkait isi dan biografi pengarang tafsir secara
sanadnya masih tersambung dengan ijazah detail, melainkan penuturan akan jalan-jalan
ammah ditangan banyak manusia, tapi kitabnya sanad kepadanya saja. Namun terkadang kami
sudah tidak wujud lagi, atau masih berupa akan kutipkan perkataan sebagian imam yang
manuskrip yang hanya dijumpai diperpustakaan memberi komentar tentang tafsir yang dimaksud
pribadi sebagian masyaikh. secara singkat saja.

Pada kesempatan kali ini, kami akan Mudah-mudahan apa yang kami lakukan
membahas seputar sanad-sanad kepada berbagai ini bermanfaat bagi kita semua. Sebagai awal
macam kitab tafsir yakni apa yang mudah bagi bab bagi siapa yang mau leluaskan penelitian.

13
Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah (7/37).

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 12


Muhammad al-Farghani yang secara ijazah dari Abu
Tafsir ath-Thabari Ja‟far ath-Thabari.

Jalan kedua : dari Abi al-Qasim bin


Basykawal yang meriwayatkan secara ijazah dari
Jami' al-Bayan fi Abdurrahman bin Muhammad „Atab yang
Ta'wil al-Qur'an yang dikenal meriwayatkan secara ijazah dari Abu al-Mathafar
dengan Tafsir Ath-Thabari Abdurrahman bin Marwan al-Qanaza‟i yang secara
adalah kitab tafsir Al-Qur'an ijazah Abu Ath-Tahyyib Ahmad bin Sulaiman al-
paling lengkap dan paling Jariri dari ath-Thabari.
populer di kalangan ulama Dari dua jalan ini dinukil oleh orang-orang
dan pencari ilmu. Ditulis oleh setelahnya seperti Syaikh Ahmad al-Ghumari dalam
Imam Muhammad Abu Ja'far bin Jarir ath-Thabari Al-Bahr al-Atiq (2/137).
(838 - 923 M), ulama asal Tabaristan (Persia).
Sebagian besar kitab tafsir setelahnya pasti tidak Bagi penulis ada beberapa sanad „aliy
bisa lepas dari kitab ini sebagai rujukan, kepada kitab al-Hafizh Ibn Hajar tersebut. Sebagian
di antaranya :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar,
"Adapun dari tafsir-tafsir yang ada di tangan Dengan Ijazah dari Syaikhana al-Mu‟ammar
manusia, yang terbaik adalah tafsir Ibnu Jarir Ath- Ali Abi al-„Aisy al-Urduni rahimahullah dan
Thabari. Tafsir ini menyebutkan ucapan-ucapan para Syaikhana al-Mu‟ammar Yusuf Abu Kamal al-Atum
salaf dengan sanad-sanad yang kokoh, tidak menukil al-Urduni rahimahullah (1),
kebid‟ahan, dan tidak menukil dari orang-orang
yang diragukan agamanya." (Fatawa Ibnu Taimiyah, Keduanya dari Syaikh al-Muhadits Badr ad-
2/192). din al-Hasani (2) dari Syaikh Abi an-Nashr al-
Khathib (3), dari Syaikh Muhammad Mushthafa
Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata, “Inilah Rahmati (4) dari Ayahnya (5) dari Ibrahim al-Kurani
tafsir seorang Imam dalam ayat-ayat yang berbicara (6) dari an-Najm al-Ghazi (7) dari Ayahnya al-Badr
tentang sifat-sifat Allah yang dipenuhi dengan al-Ghazi (8) dari Imam s-Suyuthi dan Syaikh
perkataan para Salaf yang menetapkannya, bukan Zakaria al-Anshori (9). Keduanya dari al-Hafizh
yang menafikannya, dan tidak mentakwilkannya, Ibnu Hajar.
dan Dia (Allah) tidak menyerupai makhluk selama-
lamanya.” (Siyar A‟lam an-Nubala‟, 14/280). Sanad ini menjadikan antara kami dan al-
Hafizh Ibnu Hajar 9 perantara.
Dikeluarkan sanadnya oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar dalam Mu‟jamnya (1/108) dengan jalan yang Kemudian dari jalan yang lebih „aliy dari
tersambung (dengan 3 perowi) kepada Abi al-Qasim jalan di atas, melalui Syaikh al-Mu‟ammar
Abdurrahman bin Maki dari dua jalan : dari al-Imam Abdurrahman al-Habsyi (1) yang meriwayatkan
Abu Thahir Ahmad bin Muhammad as-Silafi dan langsung melalui ijazah kepada Syaikh Abi an-
Abi al-Qasim bin Basykuwal. Nashr al-Khathib (2).

Jalan pertama : dari al-Imam Abu Thahir Atau riwayat Abi an-Nashr melalui
Ahmad bin Muhammad as-Silafi ijazah lisan, yang Abdurrahman al-Kuzbari (3) dari al-Murtadha al-
secara ijazah dari Abu Abdillah Muhmmad bin Zabidi (4) dari Dawud bin Sulaiman al-Khirbatawi
14
Ahmad bin Ibrahim bin al-Hattab ar-Razi yang (5) dari asy-Syamsy al-Fayumi (6) dari Yusuf al-
secara sima‟i dari Abi Muhammad Abdullah bin Armayuni (7) dari as-Suyuthi (8) dari al-Hafizh Ibnu
Hajar.
14
Lihat al-Juz’ fihi Mashyakhat al-Syaikh al-Ajall Abii ‘Abd
Sanad ini menjadikan antara kami dan al-
Allaah Muh ̣ammad ibn Ah ̣mad ibn Ibrahiim al-Razi, al-
ma’ruf bi-Ibn al -Ḥaṭṭab, (434-525 H) wa-thabatu Hafizh Ibnu Hajar 8 perantara dan 16 perowi sampai
masmu’atih (1/200). kepada Ibn Jarir ath-Thabari.

13 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir Al-Qur'anil 'Adzim yang dikenal


dengan Tafsir Ibnu Katsir. Kepopuleran tafsir ini
tidak diragukan lagi, karena ia lebih ringkas dan
lebih mudah dipahami dari Tafsir Ibn Jarir walaupun
menggunakan metode yang kurang lebih sama.
Pengarangnya Abul Fida‟, Imaduddin Ismail bin
Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-
Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir
(701 – 774 H). Bagi Imam as-Suyuthi ada jalan lain
sebagaimana disebutkan Syaikh al-Fadani dalam al-
Dikeluarkan dalam Mu‟jam asy-Syuyukh
Maslak al-Jali (hal. 19) dan al-Wafi (hal. 61) seperti
(hal. 194-195) karya Najmuddin Umar bin
melalui jalur Ayah dari Syaikh Najmuddin yaitu
Muhammad Taqiyuddin, dikenal dengan Ibn Fahd
Syaikh Taqiyuddin Ibn Fahd yang meriwayatkan
al-Makki (w. 885 H) beliau berbicara tentang
dari al-Hafizh Jamaluddin bin Thahirah dari al-
Syaikhnya yang bernama Umar bin Musa bin Hasan
Hafizh Ibn Katsir.
al-Mahjumi al-Homshi Sirojuddin, syaikhnya ini
bertemu dengan Imaduddin Ibnu Katsir dan Untuk menyambungkan sanad kepada Imam
mendengar darinya sedikit dari kitab Tafsirnya as-Suyuthi bisa melalui sanad sebelumnya pada
melalui bacaan Bapaknya, lalu Ibnu Katsir menulis Tafsir Ibn Jarir dengan 7 perawi antara penulis
ijazah untuk mereka.15 dengan Imam as-Suyuthi. Juga bisa melalui
Syaikhuna dalam ijazah khusus Prof. Dr. Abdul
Najmuddin Umar Ibn Fahd al-Makki
Qadir bin Muhammad Makki al-Kattani yang mana
termasuk guru dari al-Imam Jalaluddin asy-Suyuthi,
secara khusus beliau ijazahi kami dengan semua
sebagaimana disebutkan dalam Mu‟jamnya (hal.
kitab-kitab Imam as-Suyuthi. Beliau meriwayatkan
159-162). Dan Imam as-Suyuthi ini berguru kepada
dari Ayahnya dengan ijazah ammah, tetapi lebih
banyak anggota keluarga Ibn Fahd al-Makki dengan
nazil dari sanad yang lalu.
bacaan dan ijazah, mulai dari Syaikh Taqiyuddin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Diantara hal yang mengagumkan adalah se-
Fahd al-Makki, ayah dari Syaikh Najmuddin. Juga sungguhnya guru kami, asy-Syaikh al-Musnid Abdul
kepada saudaranya, „Athiyah, yang disebut juga Wakil bin Abdul Haq al-Hasyimi, membaca
Waliyuddin, juga kepada Fathimah, Taqiyah, Abu keseluruhan Tafsir Ibnu Katsir ini kepada Ayahnya.
Bakar Ahmad, dan Ummu Hani, semuanya dari Suatu hal yang jarang ada dizaman kita yang
keluarga Ibn Fahd al-Makki. semangat penuntut ilmunya semakin melemah.
Syaikh Abdul Wakil meriwayatkan dari Ayahnya
Jika dirunut, maka sanad Imam as-Sayuthi
dari Nazdir Husein ad-Dihlawi dari Syaikh
kepada Ibn Katsir hanya terpaut dua perawi saja.
Muhammad Ishaq ad-Dihlawi dari Abdul Aziz ad-
Yaitu melalui Najmuddin Umar Ibn Fahd al-Makki
Dihlawi dari Syah Waliyullah ad-Dihlawi dari Abu
dengan ijazah, yang meriwayatkan dari Sirajuddin
Thahir bin Ibrahim al-Kurani dari Ayahnya semisal
Umar bin Musa al-Homshi 16 yang meriwayatkan
sanad Ibnu Jarir sampai kepada Imam as-Suyuthi.
secara sama‟i dan ijazah kepada al-Hafizh Ibnu
Katsir. Maka yang paling „aliy, terdapat 10 perowi
saja antara kami dengan al-Hafizh Ibnu Katsir
15
Ini menunjukan bahwa kebisaan membaca sebagian
rahimahullahu.
dari sebuah kitab lalu ijazah khusus atau umum bagi
sisanya sudah ada sejak zaman beliau.
Banyak juga jalan yang lain selain dari arah
16
Imam as-Suyuthi rahimahullahu.
Lihat juga al-Wafi hal. 61.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 14


Tafsir Adhwa al-Bayan Tafsir as-Sa’di
asy-Syinqithi

Tafsir Adhwa'al-Bayan Fi Idhah al-Qur`an


bi al-Qur`an merupakan karya al-Allamah
Muhammad Al-Amin Ibn Muhammad Al-Mukhtar
Ibn 'Abdil-Qadir Al-Jakni As-Syinqithi. Lahir tahun
1325 H di Syinqith, sebuah tempat di Mauritania.
Meninggal tahun 1393 H di Mekkah dan dishalatkan
oleh jamaah dengan Syaikh Abdul Aziz ibn Baz
sebagai imamnya.

Di antara yang meriwayatkan darinya


dengan ijazah adalah Syaikh Abu Turab adz-Dzahiri,
sebagaimana beliau katakan sendiri kepada murid-
muridnya. Disebutkan pula bahwa Syaikh Shalih bin
Ahmad bin Idris al-Arkani juga meriwayatkan dari
Syaikh Muhammad Amin, tapi sebagian riwayat
beliau diingkari oleh sebagian ulama, di antaranya
oleh Syaikh Ismail al-Anshari, sebagaimana dalam Diantara tafsir yang menakjubkan di zaman
Hadi as-Saari hal 169-171. Guru kami yang ini, adalah karangan al-Allamah Abdurrahman bin
meriwayatkan dari mereka berdua adalah Syaikh Nashr as-Sa‟di rahimahullahu (w. 1376 H). Tafsir ini
Muhammad Ziyad Tuklah hafizahullahu. ringkas namun sarat dengan faidah yang mungkin
Adapun yang „aliy, kami meriwayatkan tidak didapat dalam kitab tafsir yang lain.
dengan bacaan dan ijazah dari Syaikh Abdurrahman Adalah Syaikh al-Faqih al-Muhadits al-
bin al-Allamah Ubaidullah al-Mubarakfuri, yang Qadhi Muhammad Abdullah bin Muhammad bin
mana beliau bertalaqi kitab ini dari penulisnya Aadu al-Jakni asy-Syinqithi yang mendapatkan
langsung. ijazah bagi semua karya tulis Syaikh as-Sa‟di. Telah
meriwayatkan dari Syaikh asy-Syinqithi ini, guru
kami, Syaikh al-Muhadits Prof. Dr. „Ashim bin
Abdullah al-Quryuthi sebagaimana dalam ijazahnya
kepada kami.
Ini artinya, antara penulis dan Syaikh as-
Sa‟di hanya terpaut dua perowi saja.
Begitu pula telah meriwayatkan Tafsir as-
Sa‟di muridnya yang dikenal dengan Qadhi
Hanabilah Syaikh al-Allamah Ibn Aqil an-Najdi.
Beliau menyertai gurunya begitu lama sehingga
banyak bacaan yang beliau selesaikan di hadapan
gurunya tersebut, di antaranya kitab tafsir ini. Telah
meriwayatkan dari Qadhi Habailah sejumlah guru
kami, di antaranya yang menulis Tsabatnya, Syaikh
Muhammad Ziyad Tuklah.
Tsabat itu sarat faidah, maka rujuki lah.

15 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
kan musalsal gurunya al-Arif al-Qawuqji, dan kami
Tafsir al-Manar pun saling memberi ijazah (mudabbaj)..”
Dan telah meriwayatkan secara „aliy dari
Syaikh Abdul Hafizh al-Fihri, dua guru kami Syaikh
al-Mu‟ammar Muhammad Bu Khubzah dan Syaikh
Abdurrahman bin Abdul Hay al-Kattani. Jalur ini
lebih „aliy satu derajat dibandingkan yang pertama
tadi, yakni dengan hanya melewati dua perowi saja.

Tafsir al-Qasimi

Tafsir al-Manar karya al-Allamah


Muhammad Rasyid ibn Ali Ridho ibn Muhammad
Syamsuddin, lahir tahun 1282 H dan meninggal
tahun 1365 H. Tafsir al-Manar cukup terkenal di Mahasin at-Ta‟wil, dikenal dengan Tafsir al-
masanya, bahkan Syaikh Abdurrahman as-Sa‟di Qasimi karya Al-Allamah al-Muhaddis Syam
tidak luput untuk mengambil faidah dari kitab ini. Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Said bin
Qasim bin Shalih bin Ismail bin Abu Bakar yang
Adapun yang diketahui meriwayatkan dari
lebih dikenal dengan al-Qasimi (w. 1332 H). Tafsir
Syaikh Muhammad Rasyid Ridho dengan ijazah
karya al-Qasimi ini dipublikasikan pertama kali di
ammah adalah Syaikh al-Allamah al-Muhadits
Kairo sebanyak 17 juz atas usaha muridnya Syaikh
Ahmad bin Muhammad Syakir rahimahullahu,
Muhammad Bahjat al-Baithar.
pentahqiq Musnad Ahmad, sebagaimana disebutkan
dalam al-Imdad hal 323, tsabat Syaikh Abdul Fatah Tersambung kepadanya lewat guru kami al-
Abu Ghadah. Dari arah ini, meriwayatkan melalui Allamah Muhammad Amin Bu Khuzbah dan al-
guru kami Syaikh Muhammad Ziyad Tuklah yang Musnid Abdurrahman bin Abdul Hay al-Kattani,
meriwayatkan dari Syaikh Zuhair Syawisy, Syaikh keduanya meriwayatkan dari al-Allamah Abdul
Abu Turab adz-Dzahiri, dan Syaikh Abdul Fatah Hafizh al-Fasi dan al-Allamah Abdul Hay al-
Abu Ghadah, ketiganya dari Syaikh Ahmad Syakir. Kattani, keduanya dari penulisnya dengan ijazah
Yang juga meriwayatkan dari Sayyid ammah.
Muhammad Rasyid Ridho adalah al-Allamah al-
Juga bisa melalui jalan Syaikh Ahmad
Musnid Abdul Hafizh bin Muhammad Thahir al-
Syakir yang juga meriwayatkan dari Syaikh
Fasi al-Fihri sebagaimana disebutkan dalam
Jamaluddin al-Qasimi, dimana Syaikh al-Qasimi
ijazahnya untuk Syaikh al-Mu‟arikh Muhmmad bin
menulis dalam ijazahnya untuk Ahmad Syakir dan
Hadi al-Manuni, lihat dalam kumpulan Ijazahnya hal
saudaranya Ali, “Aku ijazahi kalian berdua apa-apa
32. Syaikh Abdul Hafizh berkata, “Di antara ulama
yang ada pada kami dari karya tulis kami…”.17
yang aku jumpai di Mesir adalah al-„Alim al-Kabir
ulama terkenal Sayyid Rasyid Ridha, pemilik kitab Sanad kepada Syaikh Ahmad telah
tafsir, al-manar, dan tulisan-tulisan masyhur. Saya disebutkan pada sanad Tafsir Adhwa al-Bayan.
mendengar darinya musalsal bil awwaliya,
sebagaimana beliau juga mendengar dari saya 17
Rihlati ila al-Madinah al-Munawarah, al-Ajmi hal. 94-
karena permintaannya, beliau pun memunawalah 95.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 16


Tafsir al-Alusi Tafsir Nawawi al-Bantani

Syekh Nawawi Banten memiliki nama


Ruh al-Ma'ani fi Tafsir al-Quran 'Adzim wa
lengkap Abu Abd al-Mu‟ti Muhammad ibn Umar al-
al-Sab'i al-Matsani dikenal dengan Tafsir al-Alusi.
Tanara al-Jawi al-Bantani (w. 1314 H). Terdapat tiga
Konon Penulisnya, al-Allamah Iraq Abu Tsana‟
nama yang diberikan Syaikh Nawawi pada tafsirnya
Mahmud bin Abdullah al-Alusi (w. 1270 H), pernah
yaitu Marah Labid, Tafsir al Nawawi, dan al Tafsir
bermimpi seolah-olah Allah Ta‟ala menyuruhnya
al Munir li Ma'alim al Tanzil. Tafsir al-Munir
menyusun kitab tafsir. Kitab ini disusun kurang
pertama kali ditulis oleh Syeikh Nawawi pada tahun
lebih selama 15 tahun, dan disempurnakan oleh
1860-an dan selesai pada tahun 1884 M, yang berarti
anaknya, Sayyid Nu‟man.
proses penulisannya berlangsung selama 15 tahun-
Riwayat kepada Mahmud al-Alusi dan kitab an. Ini salah satu tafsir karya ulama Nusantara yang
tafsirnya bisa melalui beberapa jalan. Di antara yang mendunia.
paling „aliy di zaman kita ini, melalui Syaikhana al-
Bagi penulis, yang paling „aliy adalah apa
Mu‟ammar Subhi bin Jasim as-Samara‟i
yang diriwayatkan oleh Syaikhana al-Mu‟ammar
rahimahullahu (1) yang meriwayatkannya dari al-
Abdurrahman bin Abdul Hay al-Kattani (1) dari
Allamah Abdul Karim ash-Sha‟aqah (2) dari al-
Syaikh al-Mu‟arikh Abdussattar bin Abdul Wahab
Allamah Baghdad Nu‟man Khairuddin al-Alusi (3)
ad-Dihlawi (2) dari Syaikh Nawawi Banten.
dari bapaknya. Atau melalui Syaikhuna al-
Mu‟ammar Abdurrahman bin Abdul Hay al-Kattani
(1) dari Ahmad Abi Khair al-Makki (2) dari Nu‟man
al-Alusi (lihat al-Fihris hal. 140). Tafsir Ibnu ’Asyur
Telah jelas kalau Sayyid Nu‟man mendapat at-Tahrir wat-Tahrir min at-Tafsir karya
otoritas meriwayatkan tafsir bapaknya sebagaimana Syaikh Zaituniyah Tunis : Muhammad Thahir bin
dalam ijazahnya untuk Syaikh Jamaluddin al- Muhammmad bin Muhammad Thahir bin
Qasimi, kata beliau “Dan aku ijazahi kitab tafsir Muhammad bin Muhammad Syazili bin „Abd al-
ayahku yang terkenal, disebut juga “Ruhul Ma‟ani” Qadir bin Muhammad bin „Asyur yang masyhur
–sungguh telah dicetak oleh Bulaq Mesir- dan semua dengan Ibnu „Asyur lahir pada tahun 1296 H dan
karya tulis ayahku”. (Liqa‟ul „Asyr 109/48) wafat pada tahun 1393 H.

Secara „aliy, penulis meriwayatkannya dari


guru kami Syaikh al-Mu‟ammar Muhammad Bu
Khubzah langsung dari Muhammad Thahir bin
„Asyur sebagaimana dalam ijazahnya kepada kami.

Begitu pula melalui guru kami Syaikh al-


Mu‟ammar Abdurrahman bin Abdul Hay al-Kattani
darinya langsung.

17 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Adapun kepada Syaikh Mahfudz at-Turmusi
Tafsir al-Baghawi melalui Syaikh Ahmad Abu Bakr al-Habsyi dan
Saudaranya Muhammad (1), keduanya dari Syaikh
Ma‟alim At-Tanzil, Umar Hamdan (2) darinya (3).
yang dikenal dengan Tafsir al-
Baghawi karya Imam Husain Adapun kepada Syah Waliyullah ad-Dihlawi
bin Mas'ud Al-Baghawi (w. yang paling „aliy darinya melalui Syaikh Ahmad
1122 M), ditulis sebagai Abu Bakr al-Habsyi dan saudaranya Muhammad (1)
ringkasan dari tafsir milik dari al-Allamah Abdul Baqi al-Luknawi (2) dari
Ahmad bin Muhammad Ats- Fadhlurrahman al-Murad Aabadi (3) dari Syah
Tsa'labi (w. 1035 M). Abdul Aziz ad-Dihlawi (4) darinya (5).
Kemudian datang orang Adapun kepada al-Kurani dan Ibn Hajar,
setelahnya meringkas Tafsir telah disebutkan sebelumnya.
al-Baghawi pula, yang dikenal
dengan Tafsir al-Khazin.
Dikeluarkan oleh Shalih al-Fulani dalam Tafsir Asy-Syaukani
Quthf ats-Tsamr hal. 44, dari Muhammad bin Sanah
dari Syarif Muhmmad bin Abdullah dari Ali al- Fath-hul Qadir al-Jami‟
Ajhuri dari Siroj Umar al-Ja‟iy dari Zakaria al- Baina Fannay ar-Riwayah Wa
Anshori. Juga oleh Musnid Indonesia, Syaikh ad-Dirayah Min „Ilm at-Tafsir,
Mahfudz at-Turmusi, dalam Kifayatul Mustafid (hal. dikenal dengan Tafsir asy-
10), dengan sanadnya sampai kepada Zakaria al- Syaukani. Penulisnya Imam yang
Anshori dari Abdurrahim bin al-Furat dari Shalih bin tidak asing lagi, Muhammad bin
Abi Umar dari al-Fakhr Ali bin Al-Bukhori. Ali bin Muhammad bin Abdullah
Juga oleh Syah Waliyullah ad-Dihlawi asy-Syukani (w. 1250 H). Walau
dalam al-Irsyad (hal. 57) dan Ibrahim al-Kurani pun berasal dari lingkungan
dalam Al-Umam li Iqazh Al-Himam (hal. 68) Zaidiyah, tafsirnya ini sangat
dengan sanad keduanya, semuanya melalui al-Fakhr ahlus sunnah.
Ibn Bukhori dari Fadhlullah bin (abi) Sa‟ad an- Riwayat yang aliy padanya berasal dari
Nauqani18 dari penulisnya langsung. ulama Zaidiyah Syaikh al-Mu‟ammar Muhammad
Dikeluarkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam bin Muhammad bin Ismail al-Manshur (1) dari al-
al-Mu‟jam (1/112) yang meriwayatkannya melalui Allamah Ali as-Sadami atau as-Salami (2) dari al-
Abu Manshur Muhammad bin As‟ad al-Athari yang Qadhi Muhammad bin Muhammad al-Amrani (3)
melalui jalan yang nazil dan „aliy. Jalan yang „aliy dari penulisnya (4).
melalui Abu Hurairoh bin al-Hafizh adz-Dzahabi
Meriwayatkan pula melalui al-Allamah al-
secara ijazah dari Abi Nashr asy-Syirazi:
Mu‟ammar al-Qadhi Muhammad bin Ismail al-
memberitakan kepada kami Abu al-Mahasin Yusuf
Amrani (1) yang meriwayatkan dari Syaikh Abdul
bin Rafi‟ bin Syaddad di dalam kitabnya dari Abu
Manshur yang meriwayatkan langsung dari Wasi‟ bin Yahya al-Wasi‟i (2) dari al-Allamah
Husein bin Muhsin al-Anshori (3) dari al-Qadhi
penulisnya.
Ahmad bin Muhammad bin Ali asy-Syaukani (4)
Kepada Syaikh Shalih al-Fulani, penulis dari Bapaknya (5).
melalui Syaikh al-Mu‟ammar Abdurrahman al-
Habsyi (1) dari Abu Nashr al-Khathib (2) dari Atau melalui Syaikhana al-Mu‟ammar
Abdurrahman al-Kuzbari (3) darinya (4). Muhammad bin Abdurrahman alu Syaikh (1) dari al-
Allamah Sa‟ad bin Atiq (2) dari al-Allamah Shidiq
Hasan Khan (3) dari al-Mu‟ammar Abdul Haq bin
Fadhlullah al-Banarisi (4) darinya (5). Dan lainnya
18
Lihat Husn al-Wafa li Ikhwan ash-Shafa – Falih adz- banyak sekali.
Dzahiri hal. 51.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 18


Tafsir al-Qurtubi Tafsir Jalalain & Tafsir
Dur al-Mantsur

Al-Jami‟ li ahkam al-Qur‟an wa al-


Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa
Ayi al-Furqan atau yang lebih dikenal sebagai Tafsir Al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma'tsur
Qurthubi dalam 20 jilid besar. Penulisnya Abu karya Imam as-Suyuthi dalam 17 juz. Sedangkan
'Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al- Tafsir Jalalain, Imam as-Suyuthi menyusunnya
Anshari al-Qurthubi (w. 671 H) dari Cordoba, bersama al-Mahali.
Spanyol.
Sanad kepada Imam as-Suyuthi telah kami
Dikeluarkan oleh Shalih al-Fulani (hal. 44- sebutkan. Adapun sanad kepada Jalalain, dikeluar-
45) dari arah sebagaimana Tafsir al-Baghawi sampai kan oleh Imam asy-Syaukani dalam Tsabat Ithaf al-
kepada Abdurrahim bin al-Furat al-Hanafi dari al- Akabir (hal. 27), dari gurunya, Abdul Qadir al-
Qadhi Abdul Aziz bin Jama‟ah dari Abi Ja‟far Ibn Kaukabani, dari Sulaiman bin Yahya al-Ahdal dari
al-Zubair dari al-Qurthubi. Jalan Ibn Jama‟ah dinukil Ahmad bin Muhammad al-Ahdal dari Ahmad al-
pula dalam Tsabat Ibn Balban al-Hanbali (hal. 37) Nakhli dari Muhammad bin al-„Ala‟ al-Babili dari
melalui gurunya, Muhammad al-Khajrozi al- Salim bin Muhammad as-Sanhuri dari Muhammad
Balbani, dari Ahmad al-Aisyawi dari Ibnu Thulun bin Abdurrahman al-„Alqami dari Keduanya/Jalalain
dari Abdul Aziz bin Umar al-Alawi dalam kitabnya (Imam as-Suyuthi dan Imam al-Mahali). Lihat juga
dari Abdurrahim bin Muhammad al-Hakim dari Ibn al-Wafi (hal. 62).
Jama‟ah.
Sanad kepada Imam asy-Syaukani telah
Jalan kepada Shalih al-Fulani sudah disebutkan pada Tafsir asy-Syaukani.
disinggung sebelumnya. Adapun kepada Ibn Balban,
bisa melalui jalan Abdul Qadir Taghlabi. Kami
meriwayatkannya dari Syaikh al-Mu‟ammar
Abdurrahman al-Habsyi (1) dari Abu Nashr al-
Khathib (2) dari Abdurrahman al-Kuzbari (3) dari
Tafsir Abi Hayan
Murthada al-Zabidi (4) dari as-Safarini (5) dari Tafsir Bahrul Muhit setebal 8 jilid,
Abdul Qadir at-Taghlabi (6) dari Ibn Balban. pengarangnya Muhammad bin Yusuf bin Hayyan al-
Andalusi Al-Gharnathi Al-Hayyani. Lahir pada
tahun 654 H dan Meninggal pada tahun 754 H.

Dikeluarkan oleh Imam asy-Syaukani dalam


Tsabat Ithaf al-Akabir (hal. 27), melalui jalannya
sampai kepada al-Babili dari Abu al-Amdad Ibrahim
bin Ibrahim bin Hasan dari Umar bin al-Ja‟i dari as-
Suyuthi dari Shalih bin Umar al-Bulqini dari
bapaknya dari penulisnya.

[as-Surianji]

19 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Ulama & Sunnah

Pembelaan Ibrahim Al-Kurani


Atas Ibnu Taimiyyah

Siapa yang tidak mengenal Al- Syaikh „Abdurrauf bin „Ali Al-Fanshuri Al-
„Allamah Al-Muhaddits Burhanuddin Abu Jawi, penulis tafsir pertama di Nusantara
Thahir Ibrahim bin Hasan bin Syihabuddin Turjuman Al-Mustafid fi Tafsir Al-Quran Al-
Al-Kurani Asy-Syahrazuri (Asy-Syahrani) Majid.
Asy-Syafi‟i –rahimahuah- (1023-1101 H). Namun tahukah Anda, apakah aqidah
Beliau adalah seorang ulama kenamaan yang dan manhaj beliau? Selama ini banyak orang
pandai dalam pelbagai disiplin ilmu syariat yang berkesimpulan bahwa beliau ber-
semacam hadits, tafsir, fiqih, dan seterusnya. madzhab Asy‟ari-Shufi, sebagaimana yang
Beliau juga merupakan ulama yang namanya dilakukan Azyumardi Azra dalam “Jaringan
tidak hanya harum di bumi Timur Tengah,
Ulama Timur Tengah” secara paksa. Namun
akan tetapi namanya juga berkibar di bumi saya mendapati bahwa beliau memiliki
Timur Jauh (Nusantara/Melayu). sebuah kitab „aqidah yang jika dilihat dari
Dalam „Aun Al-Ma‟bud syarh Sunan judulnya dapat diasumsikan beliau ber-
Abi Dawud, Syaraful Haqq Al-„Azhimabadi madzhab Ahlussunnah wal Jama‟ah. Kitab itu
(1273-…) memilihnya sebagai mujaddid berjudul “Ittihaf Al-Khalaf fi Tahqiq Madzhab
(pembaharu) Islam abad ke-11/17. Al-Muradi As-Salaf”. Meski saya tidak bisa memastikan
dalam Silk Ad-Durar menyebutnya sebagai, secara pasti, namun tentu saja permasalahan
“Sebuah gunung di antara pegunungan ilmu ini memerlukan penelitian yang lebih
dan sebuah laut di antara lautan „irfan mendalam lagi agar permasalahannya menjadi
(pengetahuan).” jelas dan gamblang.
Sejarah mencatat bahwa ada sejumlah Berikut pembaca akan saya ajak
ulama Jawa (Nusantara) yang nyantri padanya menyimak bagaimana pembelaan beliau
saat ia tinggal di Makkah Al-Mukarramah. terhadap manhaj Salaf dan pengembannya.
Murid-muridnya yang dari Jawa itu pun Berkata Al-„Allamah Ibrahim Al-
banyak berkonsultasi tentang permasalahan
Kurani –rahimahullah- dalam hasyiyahnya
keagamaan yang terjadi di negeri mereka. yang bertajuk “Mujalla Al-Ma‟ani „ala Syarh
Atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan „Aqaid Ad-Dawani”, “Ibnu Taimiyyah tidak
pada beliau oleh santri-santrinya yang berpendapat tajsim. Sungguh beliau telah
berbangsa Jawa itu, beliau menyambutnya menegaskan dalam sebuah risalah yang
dengan penyambutan yang hangat dan
membahas tentang hadits turunnya Allah ke
dijawablah persoalan-persoalan itu dalam langit bumi, bahwa Allah Ta‟ala itu bukanlah
bentuk kitab yang bertajuk “Jawab Sualat min jisim. Di sebuah risalah lain, beliau
Baladah Sahil Ash-Shin Jawah”. Di antara mengatakan, “Siapa yang berpendapat bahwa
muridnya yang berbangsa Melayu adalah Allah Ta‟ala itu seperti tubuhnya manusia

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 20


atau Allah Ta‟ala menyerupai suatu makhluk, “Kemudian Allah bersemayam di atas „Arsy,”
maka ia telah berdusta atas nama Allah secara lahirnya yang sesuai dengan kemulian
Subhanah.” Dzat Allah Ta‟ala, bukan secara lahir yang
termasuk sifat-sifat makhluk yang membawa
Selanjutnya Al-„Allamah Al-Kurani
pemikiran tajsim…
berkata, “Bahkan beliau berada di atas
madzhab Salaf, yaitu mengimani (nash-nash) Kesesuaian yang dinampakkan Ibnu
yang mutasyabihat disertai pensucian, “Tidak Taimiyyah adalah kesesuaian yang benar,
ada yang serupa dengan-Nya sesuatu apa tidak mengharuskan tajsim, tidak berpendapat
pun.” seperti itu (baca: tajsim) sebagaimana yang
disangka Ibnu Hajar (Al-Haitami). Bahkan
Al-Alusi dalam Jala‟ Al-„Ainain
berada di atas kejelasan yang benar pada
menukil pernyataan Ibrahim Al-Kurani dalam
kenyataannya diiringi penyucian dengan,
kitabnya, “Ifadhah Al-„Allam”, di saat beliau
“Tidak ada yang serupa dengan-Nya sesuatu
membawakan perkataan Ibnu Hajar terhadap
pun.”
Syaikhain (Ibnu Taimiyyah & Ibnul Qayyim)
dan beliau (Al-Kurani) pun mengkritiknya, Pernyataan Ibnu Taimiyyah secara
“Adapun menetapkan jihat (arah) dan jisim umum dan khusus menunjukkan bahwa Allah
yang dinisbatkan kepada keduanya (Ibnu Yang Maha Benar nampak dengan bentuk
Taimiyyah & Ibnul Qayyim), maka perkara- apapun sebagaimana yang Dia kehendaki
nya sudah jelas, bahwa keduanya tidak diiringi penyucian bahwa tidak ada yang
menetapkan jisim sama sekali. Bahkan serupa dengan-Nya sesuatu pun dalam setiap
keduanya menegaskan penafiannya di tidak keadaan, sampai pun penampakan-Nya pada
hanya pada satu tempat dalam karangan- kenyataan. Inilah puncak keimanan dan juga
karangan keduanya. Keduanya juga tidak keilmuan.” (Ara‟ Ibnu Hajar Al-Haitami Al-
menetapkan jihat dengan sisi yang I‟tiqadiyyah hlm. 87, karya Muhammad bin
menjerumuskan kepada larangan. Akan tetapi „Abdul „Aziz Asy-Syayi‟). Allahua‟lam.
keduanya menetapkan firman Allah, [Firman Hidayat]

Kehebatan al-Hafizh Muhammad bin Fadhluddin al-Jundalwi

Mengkhabarkan kepada kami Syaikhuna Prof. Dr. Ashim bin Abdullah al-Quryuthi –
hafizahullahu- beliau berkata: Berkata kepada saya al-Allamah Muhammad ‘Athoullah Hanif –
rahimahullahu- : “Sesungguhnya Syaikh al-Hafizh Muhammad bin Fadhluddin al-Jundalwi
tidak melewatkan selama lebih dari 50 tahun takbiratul ihram dalam shalat lima waktu
bersama jama’ah”.

Mengkhabarkan kepada kami Syaikhuna Prof. Dr. Ashim bin Abdullah al-Quryuthi –
hafizahullahu- beliau berkata: Mengkhabarkan kepada kami akhi asy-Syahid dengan izin Allah,
orang yang menjadi duri penyumbat di kerongkongan Rafidhah, Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir –
rahimahullahu- dan beliau adalah menantu guru kami - Syaikh al-Hafizh Muhammad bin
Fadhluddin al-Jundalwi- , sesungguhnya Syaikh al-Jundalwi tidak membaca koran dan majalah
agar tidak menghapalnya, sesungguhnya beliau itu jika membaca sesuatu, niscaya beliau
menghapalnya sebagaimana photocopi”.

21 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Kajian Sejarah Kodifikasi Hadits (2)

Bersungguh-sungguhnya Para Sahabat


Dalam Kodifikasi Sunnah

Generasi yang diberkahi ini telah 'anhu menulis beberapa hadits Nabawiyyah dan
bersungguh-sungguh dalam meletakkan fondasi keputusan-keputusan Abu Bakr, 'Umar dan
awal pada kodifikasi sunnah, menghapalnya 'Utsmaan kemudian mengirimkannya kepada
kemudian menyampaikannya kepada ummat, Marwaan bin Al-Hakam[2].
sebagaimana bersungguh-sungguhnya para sahabat
b. Jaabir bin Samurah radhiyallaahu 'anhu menulis
-semoga Allah meridhai mereka semua- dalam
beberapa hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
fondasi awal pada penyebaran agama,
wasallam serta mengirimkannya kepada 'Aamir bin
pembentukan 'aqidah dan penjagaan sunnah dari
Sa'd bin Abi Waqqaash yang ia lakukan atas dasar
semua yang menodainya.
permintaan 'Aamir bin Sa'd[3].
Berikut adalah beberapa contoh dari
c. Zaid bin Arqam radhiyallaahu 'anhu menulis
kesungguhan tersebut, dan kita akan lihat betapa
beberapa hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
usaha mereka dalam menyampaikan sunnah Nabi
wasallam dan mengirimkannya kepada Anas bin
Shallallaahu 'alaihi wasallam kepada ummat adalah
Maalik[4].
usaha yang tidak main-main.
d. Zaid bin Tsaabit radhiyallaahu 'anhu menulis
1. Motivasi untuk menghapal dan
mengenai perkara warisan untuk kakek kepada
memantapkan hapalan
'Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu 'anhu, dan
Hingga konon banyak dari para sahabat ia menuliskannya atas dasar permintaan 'Umar
memerintahkan murid-muridnya untuk menulis sendiri[5].
demi memantapkan hapalan mereka kemudian
e. Samurah bin Jundab radhiyallaahu 'anhu
menghapus semua yang telah ditulis agar para
mengumpulkan hadits Rasulullah Shallallaahu
muridnya tidak bergantung kepada tulisan.
'alaihi wasallam yang ia miliki dan
Al-Khathiib Al-Baghdaadiy rahimahullah berkata : mengirimkannya kepada putranya, Sulaimaan. Al-
Imam Muhammad bin Siiriin memuji risalah
"...bukan hanya satu orang dari para salaf yang
Jundab ini, seraya berkata, "Pada risalah Samurah
membantu hapalan haditsnya dengan menulis dan
kepada putranya ini terkandung ilmu yang
mempelajarinya dari tulisannya tersebut. Sehingga
banyak."[6]
jika ia telah menyelesaikan hapalannya, maka
mereka akan menghapus tulisannya karena mereka f. 'Abdullaah bin Abu Aufaa menulis hadits-hadits
khawatir bahwa hati akan bergantung kepadanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam kepada
hingga membuat daya hapal berkurang dan 'Umar bin 'Ubaidillaah[7].
meninggalkan perhatian terhadap sesuatu yang
3. Para sahabat memotivasi murid-murid
seharusnya dihafal.[1]"
mereka untuk menulis hadits dan mengikatnya
2. Beberapa orang sahabat menulis sunnah
Mereka yang melakukannya adalah :
kepada sahabat yang lain
a. Anas bin Maalik radhiyallaahu 'anhu menyuruh
Contoh dari point ini akan disebutkan, yaitu :
anak-anaknya untuk menuliskan ilmu. Ia berkata,
a. Usaid bin Hudhair Al-Anshaariy radhiyallaahu "Wahai anak-anakku, ikatlah ilmu kalian dengan

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 22


kitab." Anas juga mengatakan, "Dahulu kami tidak menulis surat kepada Anas yang berisi tentang
menganggap ilmu dari orang yang tidak kewajiban zakat. Surat tersebut dicap dengan
menuliskan ilmunya."[8] stempel Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam.
Di dalamnya berisi : Inilah kewajiban zakat yang
b. Al-Khathiib meriwayatkan dengan sanadnya
telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallaahu
dari sejumlah murid-murid 'Abdullaah bin 'Abbaas
'alaihi wasallam bagi kaum muslimin."[13]
-sang tinta ummat-, bahwasanya ia -radhiyallaahu
'anhu- pernah mengatakan, "Ikatlah ilmu kalian b. Shahifah 'Aliy bin Abi Thaalib.
dengan tulisan karena sebaik-baik pengikat ilmu
Al-Khathiib dan Ibnu 'Abdil Barr meriwayatkan
adalah tulisan."[9]
dengan sejumlah jalur dari 'Aliy bin Abi Thaalib
c. Dan diriwayatkan pula dengan sanad-sanadnya bahwasanya ia sedang berkhutbah kepada orang-
dari sejumlah jalur hingga 'Umar bin Al- orang, seraya berkata :
Khaththaab radhiyallaahu 'anhu, bahwa ia pernah
"Barangsiapa menyangka bahwa di sisi kami ada
mengatakan, "Ikatlah ilmu kalian dengan
sesuatu yang kami membacanya selain Kitabullah
tulisan."[10]
Ta'ala dan lembaran ini, maka sungguh ia telah
d. Dari 'Aliy bin Abi Thaalib radhiyallaahu 'anhu, berdusta!"
ia berkata, "Siapa yang membeli ilmu dariku
Perawi berkata, "Lembaran itu digantungkan pada
dengan harga 1 dirham?" Abu Khaitsamah
pedangnya dan padanya terdapat penjelasan
rahimahullah berkata, "'Aliy bermaksud membeli
mengenai umur unta dan hukum jirayat, kemudian
lembaran kertas dengan harga 1 dirham yang ia
sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam :
gunakan untuk menuliskan ilmu."[11]
"Madinah adalah tanah haram antara 'Air dan
4. Kodifikasi hadits dalam lembaran-lembaran
Tsaur, maka barangsiapa mengada-adakan perkara-
dan penukilannya antara para syaikh dan
perkara baru (maksudnya adalah bid'ah, -pent) di
murid-muridnya
dalamnya atau melindungi pelaku bid'ah, niscaya
Sungguh, lembaran-lembaran ini adalah permulaan ia akan mendapat laknat Allah, malaikat dan
dari kitab-kitab hadits yang ditulis pada kurun abad seluruh manusia."[14]
kedua dan ketiga hijriyah berupa Jawaami',
c. Shahifah 'Abdullaah bin 'Amr bin Al-'Aash
Masaaniid, Sunan dan yang lainnya.
radhiyallaahu 'anhuma, dikenal dengan nama Ash-
Al-Haafizh Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah Shahiifah Ash-Shaadiqah.
berkata, "Mereka yang menulis pada zaman
Dari Mujaahid rahimahullah, ia berkata :
sahabat dan tabi'in tidak menuliskannya dengan
tartib dan bab-bab tertentu, karena sesungguhnya "Aku mendatangi 'Abdullaah bin 'Amr lalu aku
mereka menulis dengan hapalan dan muraja'ah. mengambil lembaran dari bawah ranjangnya maka
Kemudian pada masa tabi'ut tabi'in mulailah ia menghalangiku. Aku berkata, "Dahulu engkau
mereka menulis dengan mengatur (per babnya). tidak pernah menghalangiku dari sesuatu."
Segolongan ahli ilmu pada masa itu 'Abdullaah bin 'Amr berkata, "Ini adalah Shahiifah
mengumpulkan kalam Nabi Shallallaahu 'alaihi Ash-Shaadiqah, berisi riwayat yang aku
wasallam dan segolongan lagi mengumpulkan mendengarnya langsung dari Rasulullah
kalam para sahabat."[12] Shallallaahu 'alaihi wasallam, tidak ada perantara
antara aku dengan beliau."[15]
Contoh lembaran-lembaran tersebut adalah :
Ketiga shahifah yang telah disebutkan ditulis pada
a. Shahifah Abu Bakr Ash-Shiddiiq yang berisi
masa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam
kewajiban zakat.
masih hidup, dan masih ada lagi shahifah lain yang
Al-Khathiib meriwayatkan dengan sanadnya ditulis pada masa hidup beliau. Diantaranya :
hingga Anas bin Maalik :
d. Shahifah 'Abdullaah bin Abu Aufaa, Al-Imam
"Sesungguhnya Abu Bakr Ash-Shiddiiq Al-Bukhaariy menyebutkannya dalam kitab Al-
mengutusnya sebagai pengambil zakat dan dia Jihaad, bab Ash-Shabru 'inda Al-Qitaal[16].

23 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
e. Shahifah Abu Muusaa Al-Asy'ariy radhiyallaahu Kitaabah Al-'Ilm, Al-Fath 1/204 no. 111; Taqyiid
'anhu[17]. Al-'Ilm hal. 88; Jaami' Bayaan Al-'Ilm 1/71.
f. Shahifah Jaabir bin 'Abdillaah radhiyallaahu [15] Taqyiid Al-'Ilm hal. 84; Jaami' Bayaan Al-'Ilm
'anhuma[18]. 1/73; Riwayat tersendiri mengenai shahifah ini ada
pada Musnad Al-Imam Ahmad 2/158-226.
g. Shahifah Ash-Shahiihah yang diriwayatkan
Hammaam dari Abu Hurairah radhiyallaahu [16] Lihat Fathul Baariy 6/45 no. 2833.
'anhu[19].
[17] Dr. Akram Al-'Umariy menyebutkannya
dalam disertasi doktoralnya dengan jelas, pada hal.
228, disebutkan bahwa shahifah tersebut ada di
Sumber : "Tadwiin As-Sunnah An-Nabawiyyah,
perpustakaan Syahiid 'Aliy di Turki.
Nasya' tuhu wa Tathawwuruhu min Al-Qarn Al-
Awwal ilaa Nihaayah Al-Qarn At-Taasi' Al- [18] Al-Imam Ibnu Hibbaan rahimahullah
Hijriy", karya Syaikh Dr. Muhammad bin Mathar menyebutkannya dalam kitab Masyaahiir 'Ulamaa'
Az-Zahraaniy, Maktabah Daar Al-Minhaaj, Al-Amshaar hal. 11; Al-Haafizh Adz-Dzahabiy
Riyaadh, cetakan pertama. dalam Tadzkiratul Huffaazh 1/43. Dr. Akram Al-
'Umariy mengisyaratkan bahwa shahifah ini ada di
perpustakaan Syahiid 'Aliy di Turki. Hal ini sesuai
Footnotes : dengan kutipan yang dinukil dari Muqaddimah Al-
[1] Taqyiid Al-'Ilm hal. 58. Khulaashah, tulisan Shubhiy As-Saamiraa'iy hal.
228.
[2] Musnad Al-Imam Ahmad 4/226.
[19] Shahifah ini berisi 138 hadits yang
[3] Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Al-
Shahiih-nya, kitab Al-Imaarah hal. 10; Musnad Al- Musnad dan telah dicetak dengan tahqiiq
Imam Ahmad 5/89. Muhammad Humaidillaah.
[4] Musnad Al-Imam Ahmad 4/370-374 serta [Tommie Marsetio]
Tahdziibut Tahdziib karya Ibnu Hajar Al-
'Asqalaaniy 3/394.
[5] Sunan Ad-Daaraquthniy 4/93-94.
[6] Tahdziibut Tahdziib 4/236-237, dan lihat pula
Sunan Abu Daawud 1/314-315 no. 456.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhaariy
dalam Shahiih-nya, kitab Jihaad no. 22.
Ijazah Dari Khabar Tsiqah
[8] Taqyiid Al-'Ilm hal. 96; Thabaqaat Ibni Sa'd
7/14.
[9] Taqyiid Al-'Ilm hal. 92; Jaami' Bayaan Al-'Ilm “Mengkhabarkan kepada saya Bapak saya ..
1/72. Sesungguhnya Syaikhuna al-Imam asy-Syihab
[10] Ibid. al-Athar pada tahun 1203, telah memberi ijazah
kepadanya dan kepada hamba yang faqir ini
[11] Thabaqaat Ibni Sa'd 6/116; Taqyiid Al-'Ilm
dari Imam al-Musnidin dan penutup al-
hal. 90.
Muhaditsin: as-Sayyid Murthada al-Zabidi ..”
[12] Syarh 'Ilal At-Tirmidziy 1/37.
[13] Lihat Shahiih Al-Bukhaariy, kitab Az-Zakat,
bab Zakaat Al-Ghanam, Al-Fath 3/317 no. 1454; Tsabat Abdurrahman al-Kuzbari
Taqyiid Al-'Ilm hal. 87.
[14] Shahiih Al-Bukhaariy, kitab Al-'Ilm, bab

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 24


Ulama dan Sanadnya

Muhammad
bin Ibrahim alu Syaikh
“Sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab hampir saja rubuh, tetapi semoga Allah tetap
menyisakan atap yang kokoh ini, Syaikh Muhammad bin
Ibrahim, agar menjaga dan membela kehormatannya”
(Syaikh Abdullah al-Angkori)

Karena keterbatasan penglihatannya sejumlah ulama kenamaan dalam berbagai


sebagaimana banyak menimpa manusia di kesempatan tidak ia lewatkan untuk meminta
Hijaz dan sekitarnya di zaman itu, Syaikh ijazah riwayat kepada mereka.
Muhammad Alu Syaikh –Mufti Saudi Kadang beliau mengirim surat istid‟a
sebelum Syaikh Bin Baz- tidak banyak (permintaan ijazah) kepada seorang musnid
melakukan rihlah ilmiyah ke negeri-negeri sebagaimana yang beliau lakukan kepada
sebagaimana banyak dilakukan rekan- Syaikh Abdurrahman al-Mubarakfuri. Kaidah
rekannya di masa itu. Sebut saja seperti para ulama,
Syaikh Abdullah al-Qar‟awi dan Syaikh Ali
Abu Wadi‟ (w. 1361 H) yang pergi ke India19,
dan Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz al-
Mani‟ (w. 1385 H) 20 yang berkeliling ke
sejumlah negara seperti Iraq dan Syam. “Apa-apa yang tidak bisa dilakukan
semuanya, jangan ditinggalkan semuanya”.
Namun Syaikh Muhammad tidak
melewatkan kedekatannya dengan sejumlah Maksudnya adalah jika kita tidak bisa
ulama di negerinya (Najd) untuk menimba melakukan sesuatu amalan secara sempurna,
ilmu dari mereka, seperti kepada Ayahnya maka tidak mengapa kita melaksanakan
sebagiannya saja sesuai dengan kemampuan
Syaikh Ibrahim bin Abdul Latif, pamannya al-
kita. Jika kita tidak mampu belajar lama,
Qadhi Abdullah bin Abdul Latif, al-Allamah membaca kitab-kitab dan mengambil banyak
Hamd bin Faris, al-Allamah Sa‟ad bin Atiq faidah dari seorang ulama, maka jangan kita
dan lainnya. Begitu pula pertemuan dengan melepaskan sesuatu yang mudah seperti
ijazah.
19
Biografi Syaikh Ali Abu Wadi disebutkan dalam
muqadimah Najm al-Badi’ fi ‘Awaali Muqrawa’at al- Guru Beliau dalam Ijazah
Allamah Ibn ‘Aqil ‘Ala Syaikhuhu al-Muhadits Ali Abu
Wadi. Adapun guru Syaikh Muhammad bin
20 Ibrahim yang memberi beliau ijazah ammah
Lihat Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz al-Mani
Hayatuhu wa Aatsaruhu karya Prof. Dr. Athiyah Abdul dalam riwayah, di antaranya :
Halim, Jami’ah Ummul Qura’ Mekkah

25 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
1. al-Allamah al-Muhadits Sa’ad Wakil al-Hasyimi. Kadangkala, Syaikh
bin ‘Atiq an-Najdi (w. 1349 H). Muhammad bin Ibrahim alu Syaikh
mengirimkan kepada ayah mereka beberapa
Kepada Syaikh Sa‟ad beliau membaca
pertanyaan seputar takhrij hadits-hadits yang
berbagai kitab dari macam-macam ilmu
masih asing.
seperti hadits, tafsir, fiqh dan lainnya, di
antaranya Bulughul Marom, Alfiyah al-Iraqi, Adapun Syaikh Abdul Haq, sejumlah
dan lain-lain. Syaikh Sa‟ad kemudian ulama meragukan riwayatnya dari Syaikh
memberinya ijazah dengan lafazh yang sangat Nadzir Husein apakah dengan ijazah ammah
panjang. li ahl ashr ataukah bukan. Namun, anaknya
yang juga guru kami, Syaikh Abdul Wakil al-
Syaikh Sa‟ad bin „Atiq meriwayatkan
Hasyimi, mengatakan bahwa di akhir hayat
dari sejumlah ulama kenamaan di antaranya :
Syaikh Nadzir Husein, bapaknya
Syaikh Nadzir Husein, Syaikh Husein bin
mendatanginya untuk membacakan shahih
Muhsin al-Anshori, Syaikh Nu‟man al-Alusi,
bukhori kepadanya. Lalu dibacalah di
Syaikh Shidiq Hasan Khan, Syaikh Ahmad
hadapannya beberapa hadits dengan bacaan
bin Ibrahim bin Isa dan lain-lain.
yang bagus oleh Syaikh Abdul Haq, lalu
2. Al-Allamah Abdurrahman bin Syaikh Nadzir Husein berkata, “Cukup,
Abdurrahim al-Mubarakfuri (w. Cukup !!, aku ijazahi kamu, aku ijazahi”, jika
1353 H) demikian, maka ini ijazah ammah secara
Tercatat pula Syaikh Muhammad khusus kepada Syaikh Abdul Haq bukan
mendapatkan ijazah riwayat dari ahli hadits ijazah li ahl ashr yang dilemahkan sebagian
India, Syaikh Abdurrahman bin Abdurrahim muhaditsin.
al-Mubarakfuri21 -penulis Tuhfatul Ahwadzi- Syaikh Abdul Haq meriwayatkan pula
dengan cara berkirim surat (mukatabah) 22 . dari banyak musnid lainnya, di antara yang
Ijazah dengan metode ini diperbolehkan paling „aliy darinya adalah riwayat dari
sebagaimana sering diamalkan oleh gurunya yang bernama Syaikh Ahmad bin
muhaditsin dulu dan sekarang. Abdullah bin Salim al-Madani.
Syaikh Abdurrahman meriwayatkan Syaikh Abdul Haq dikatakan telah
dari sejumlah ulama di negerinya semisal meninggalkan setengah dari jumlah guru-guru
Syaikh Nadzir Husein, Syaikh Husein bin dalam riwayat karena dianggapnya sebagai
Muhsin dan Syaikh Muhammad bin Abdul ahli bid‟ah.
Aziz al-Ja‟fari al-Majhali Syahri.
4. Syaikh Abdullah al-Angkori (w.
3. al-Muhadits Abdul Haq bin 1373 H)
Abdul Wahid al-Hasyimi (w.
Syaikh berjumpa dengan Syaikh
1392 H)
Abdullah bin Abdul Aziz al-Angkori salah
Demikian pula ijazah riwayat dari satu ulama Najd yang disegani, dan
muhajir india di Mekkah, Syaikh al-Muhadits mengijazahinya dengan ijazah ammah. Lama
Abdul Haq bin Abdul Wahid al-Hasyimi, belajar kepadanya dan gurunya ini sangat
sebagaimana nukilan dari anaknya Syaikh mencintai beliau. Beliau meriwayatkan dari :
Abu Turob adz-Dzahiri dan Syaikhuna Abdul Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin
Abdurrahman Alu Syaikh, Syaikh Hasan bin
21
Lihat Natsr al-Jawahir (1/669-670) Husein bin Ali alu Syaikh, Syaikh Ishaq bin
22 Abdurrahman bin Hasan alu Syaikh, Syaikh
Lihat al-Ghayah karya Syaikh al-Ushoimi hal. 13.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 26


Muhammad bin Ibrahim bin Mahmud, Syaikh Kemudian Syaikh Hammad al-
Hammad bin Faris, Syaikh Sa‟ad bin Atiq, Anshori sebagaimana disebutkan oleh
dan Syaikh Abdussatar ad-Dihlawi. 23 anaknya, Syaikh Abdul Awwal bin Hammad
al-Anshori, kata beliau, “Di tahun 1411 H,
5. Syaikh Abdussattar bin Abdul
aku mendengar bapakku berkata kepada
Wahab ad-Dihlawi (w. 1355 H)
Syaikh Abdullah as-Sa‟ad: “Bagiku tidak ada
Ahli sejarah, musnid di zamannya, ijazah ilmiyah dari satupun ahli Najd kecuali
pengajar di masjidil harom, banyak sekali dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim”. 26
karangannya tentang biografi, sejarah dan
Kemudian Syaikh Shalih bin Ahmad
sanad-sanad periwayatan. Berguru kepada
bin Idris al-Arkani, namun riwayatnya dari
Syaikh Abu Bakar Arif Khuwaqir, Syaikh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu Syaikh
Ahmad bin Ibrahim bin Isa, dan banyak lagi
diingkari oleh Syaikh Ismail al-Anshori, kata
lainnya. Sebagian penulis biografi menyebut
beliau : aku pernah mengunjungi Syaikh
beliau dengan berbagai julukan, “Ash-
Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin
Shadiqi, ad-Dihlawi, al-Hindi, kemudian al-
Ibrahim alu Syaikh dan bertanya kepadanya
Makki al-Hanafi, kemudian al-Atsari..”. 24
tentang riwayat al-Arkani. Kemudian Syaikh
Syaikh Muhammad mendapatkan Shalih berkata, “Al-Arkani berdusta, Syaikh
ijazah darinya ijazah riwayah ammah. 25 Muhammad bin Ibrahim tidak pernah
Murid beliau dalam riwayah mengijazahi seorang pun, bahkan anaknya
bukan orang yang mendapat ijazahnya.
Banyak yang membaca kepada Syaikh
Kecuali bapakku –Syaikh Abdul Aziz- hanya
seperti Syaikh Bin Baz, Syaikh Ibn Humaid
ijazah munawalah (sebagian kitab)”.27
dan lainnya. Namun ada sebagian ulama yang
menganggap kalau Syaikh Muhammad alu Menurut pendapat penulis, sesungguh
Syaikh tidak pernah sekalipun memberi ijazah nya beberapa ulama bersaksi akan ijazah
kepada murid-muridnya. Namun, yang tahu Syaikh Muhammd bin Ibrahim, bagaimana
menjadi hujjah kepada yang tidak tahu. mungkin diterima klaim “Tidak pernah
Sebabnya, sebagian ulama lain menyebutkan mengijazahi seorang pun” di atas. Adapun
kesaksian mereka akan ijazahnya dari Syaikh ketidaktahuan beliau bukanlah hujjah, yang
Muhammad, di antaranya : tahu menjadi hujjah bagi yang tidak tahu.
wallahu‟alam. [as-Surianji]
Guru kami, Syaikh al-Mu‟ammar
Muhammad bin Abdurrahman alu Syaikh,
sebagaimana dinukil sebagian rekan kami, di
samping itu beliau meriwayatkan pula
musalsal bil awwaliya, serta kitab-kitab
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab lewat
bacaan.

23
Hadi as-Sari ila Asanid Syaikh Ismail al-Anshori hal
164.
24
Lihat Natsr al-Jawahir (1/708-710).
26
25 Al-Majmu (2/860)
Lihat tulisan guru kami, Syaikh Muhammad Ziyad
27
Tuklah : Hadi as-Sari ila Asanid Syaikh Ismail al-Anshori hal.
http://www.alukah.net/culture/0/754/#ixzz3Iut8eTHS 173.

27 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Ulama & Sunnah

Pembelaan Abdul Karim Amrullah


Atas Ibnu Taimiyyah

Nama Ahmad bin „Abdul Halim bin Ketika keadaan sudah seperti itu, tiba-
„Abdussalam bin Tamiyyah Al-Harrani yang tiba ada orang „kemarin sore‟ yang bernama
lebih akrab dengan sapaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang berani mengusik
Ibnu Taimiyyah nampaknya sosok yang „ketenangan‟ ini. Beliau –rahimahullah-
ditakuti banyak kalangan terutama oleh ahlul menjelaskan duduk permasalahan yang
bida‟ wal ahwa‟. Pasalnya melalui tangan sesungguhnya, bahwa pada hakikatnya semua
beliau ini, Allah Ta‟ala membongkar ini adalah kekeliruan dan kesesatan yang harus
kesesatan-kesesatan yang selama ini menjadi dijauhi serta dimusnahkan. Maka melalui lisan
kebiasaan dan tradisi banyak orang, tak dan tulisannya, beliau menjelaskan dengan
terkecuali para ulamanya. Berbagai amalan gamblang beserta hujjah dan argumen Al-
bid‟ah yang sudah dianggap ibadah itu lama Quran dan Sunnah akan kelirunya amalan ini.
diyakini banyak kaum muslimin sampai- Walhasil banyak kaum muslimin yang
sampai timbul statemen, bahwa siapa yang menerima penjelasan beliau dan pada akhirnya
tidak mengamalkan amalan bid‟ah tersebut, syaikh-syaikh yang selama ini mereka anuti
maka ia dinilai telah berbuat bid‟ah dan telah lambat laun ditinggalkan dan „diterlantarkan‟.
meninggalkan sunnah (!). Ambil contoh Melihat kenyataan „buruk‟ ini, para syaikh
misalnya ziarah ke makam para nabi dan kaum yang „diterlantarkan‟ ini mulai membuat
shalih untuk ngalap berkah, istighatsah, dan makar atas Ibnu Taimiyyah dengan tipu
semacamnya. Dan selama itu tidak ada muslihat yang licik. Fitnah, tuduhan, dan
seorang pun di kalangan ulama yang julukan-julukan miring dialamatkan kepada
mengingkari atau mempermasalahkannya. Ibnu Taimiyyah dan para muridnya. Kenapa
Padahal jelas-jelas ritual tersebut belum demikian? Karena beliau lah yang
pernah dikenal di masa generasi pertama. „menelanjangi‟ kesesatan mereka sehingga
umat mengetahui mana yang haq dan mana
Contoh lain, misalnya, anggapan
yang bathil.
banyak ulama bahwa pintu ijtihad sudah
tertutup sehingga tidak ada jalan lain bagi Para syaikh tersebut memperingatkan
kaum muslimin dalam beragama kecuali harus umat akan „kesesatan‟ Ibnu Taimiyyah agar
taqlid kepada salah satu imam yang umat kembali ngaji kepada mereka dan mereka
madzhabnya sudah dibukukan dan pun kembali memperoleh job.
dikumpulkan. Dampaknya Al-Quran dan Kenyataan ini juga terjadi di Indonesia.
Sunnah justru ditinggalkan, sementara Banyak kiai yang mencekoki kaum awam
pendapat para imam dijadikan sebagai syariat dengan doktrin-doktrin miring yang intinya
yang wajib diikuti (!). supaya tidak terpengaruh „pemikiran‟ Ibnu

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 28


Taimiyyah yang pada hakikatnya adalah semoga Allah Ta‟ala merahmatinya- lepas
kebangkitan Islam. Dan ternyata para kiai dan daripada tuduhan itu, dengan menilik kepada
syaikh negeri ini untuk sementara waktu karangan-karangannya yang sampai kepada
berhasil mendoktrin tidak sedikit orang awam. kita itupun.” Wallahua‟lam.
Namun di saat seperti itu muncullah segelintir Berkata Allah Ta‟ala, artinya, “Bahwasanya
anak „kemarin sore‟ yang menghidupkan Tuhan engkau lebih mengetahui akan siapa
perjuangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, orang yang sesat daripada Agama-Nya, dan Ia
yaitu memurnikan ajaran Islam dari berbagai lebih tahu dengan orang yang dapat
noda kebid‟ahan. Di antara mereka adalah petunjuk.”
Syaikh KH Ahmad Dahlan Al-Jogjawi dan
Syaikh Dr. „Abdul Karim Amrullah serta Tetapi sungguh pun begitu, tuduhan orang
kaum mudo Minangkabau. kepadanya, ikrar juga segala ulama dengan
keadaannya. Hafizh yang kebilangan pada
Berikut adalah pernyataan Syaikh hadits. Sehingga berkata setengah ulama,
„Abdul Karim bin Muhammad Amrullah Ad- “Tiap- -tiap hadits yang tiada dimengetahui
Danawi Al-Minangkabawi tentang pembelaan akan dia oleh Ibnu Taimiyyah, maka tiada ia
beliau terhadap Syaikhul Islam – hadits.”
rahimahullah-.
Maka karena itulah, hamba tidak
Beliau -rahimahullah- berkata: menghiraukan orang yang menuduh-nuduh
Tentang membahas asal kejadian ini, teringat itu.” (Qathi‟ Riqab Al-Mulhidin fi „Aqaid Al-
pada pendahuluan pikiran hamba, bahwasanya Mufsidin, hlm. 38-40), Wallahua‟lam.
banyak pembaca yang akan salah penerimaan [Firman Hidayat]
kepada hamba karena dua sebab:
Pertama, karena tersebut Ibnu Taimiyyah
yang dikata orang bahwasanya ia orang sesat!
Kedua, karena keadaan asal kejadian daripada Wahai Syu’aib, tidaklah
“nur Muhammad” itu masyhur daripada bermanfaat apa yang engkau tulis
kebanyakan ulama. Padahal hamba
menukilkan akan perkataan orang yang
sampai engkau mengetahui
mendustakan. bahwa : Sholat diperbolehkan
Tetapi yang sebetulnya, sepanjang ingatan (bermakmum kepada) orang yang
hamba itu, tidaklah akan hamba hiraukan. baik dan orang fajir. Dan perkara
Kareba kata Allah Ta‟ala, artinya: “Dan jika
jihad disyari’atkan hingga datang-
engkau ikuti akan kebanyakan orang yang di
dalam bumi, niscaya menyesatkan mereka itu nya hari kiamat. Dan bersabar di
akan engkau daripada jalan Allah Ta‟ala.” bawah kepemimpinan seorang
Wallahua‟lam.
penguasa baik yang lalim ataukah
Dan berkata Ia, artinya: “Tiadalah mengikuti
mereka itu melainkan menurut anggak-anggak
yang adil.
hati saja.” (I’tiqad Al Imam Sufyan Ats-Tsauri)
Maka pada Ibnu Taimiyyah itu amat
banyaklah barang yang dituduhkan orang
kepadanya, daripada kesesatan. Padahal ia -

29 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Ulama dan Sanadnya

Shafiyurrahman al-
Mubarakfuri
(1362 – 1427 H)

Jika anda pecinta ulama tentu anda ingat 4. Syaikh Muhammad Basyir Rahman al-
nama ini, beliau adalah ahli sejarah, al-Muhadits, as- Mubarakfuri, membaca kepadanya sebagian
Salafi al-Allamah Syafiyurrahman bin Abdullah bin dari Shahih Muslim,
Muhammad Akbar bin Muhammad Ali bin Abdul 5. Syaikh Abdurrahman al-Ma‟awi, membaca
Mu‟min bin Faqirullah al-Mubarakfuri al-Adhomi. kepadanya Shahih Muslim dan Sunan Nasai,
Kitabnya ar-Rahiqul Makhtum, telah diterjemahkan 6. Syaikh Habiburrahman al-Faidh, membaca
ke dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Di kepadanya bagian awal dari Sunan Abu
samping menulis, beliau juga mengajar di Jama‟ah Dawud dan Jami at-Tirmidzi
as-Salafiyyah di Beneres India, sekaligus pemimpin 7. Syaikh Abdul Aziz al-A‟dzami 28 , yang
Jama‟ah Ahli Hadits India. Beliau pernah pula terakhir ini meriwayatkan dari Muhammad
mengajar di Madinah dan menjadi peneliti di Nu‟man al-Ma‟awi dari Nadzir Husein.
Maktabah Dar Salam Riyadh.
Murid Beliau Dalam Riwayah
Guru-Guru Beliau Dalam Riwayah
Di antara murid beliau dalam ijazah hadits
Di antara guru Syaikh Shafiyurrahman adalah:
dalam qira‟at dan ijazah adalah :
1. Syaikhuna Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi
1. Syaikh Ubaidullah bin Abdussalam al- dengan mudabbaj diantara keduanya.
Mubarakfuri, penulis Syarh al-Misykat, 2. Syaikhuna Dr. Walid Idris al-Manisi,
kepadanya beliau membaca athraf sebagaimana ijazahnya kepada kami,
kutubusittah dan ijazah riwayat ammah 3. Syaikhuna Abdul Wahab al-Ziyad, bagi
secara tertulis. Biasanya seorang ahli hadits, beliau tidak kurang dari 40 guru Musnid
ketika tidak bisa membaca kamil kitab-kitab semuanya salafi.
pokok semacam kutubusittah dan lainnya, 4. Syaikhuna Hammad Akram al-Bukhori,
mereka membaca athrafnya saja, lalu meriwayatkan dengan qiro‟at dan ijazah dari
sisanya ijazah. banyak sekali masyaikh.
2. Syaikh Syamsul Haq as-Salafy, membaca 5. Syaikhuna Yusuf al-Mar‟asyali, ahli sejarah
kepadanya Shahih Bukhori, sebagian Sunan Libanon dan musnidnya, pemilik tulisan
Tirmidzi, dan athraf untuk kitabusittah berupa kitab-kitab yang bermanfaat.
selebihnya. 6. Syaikh Abdullah al-Mukhalafi
3. Syaikh Nadhir Ahmad ar-Rahmani al- 7. Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi dan
„Amlawi, membaca kepadanya beberapa lainnya.[as-Surianji]
bagian dari Shahihain. Gurunya ini
meriwayatkan dari Syaikh Ahmadullah al- 28Juhud asy-Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri fi Taqrir al-
Qurasyi dari Nadzir Husein ad-Dihlawi. Aqidah wa Difa’ anha hal. 23-26.

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 30


Biografi Ulama

Syaikh Muhammad Hamid al-Faqii

orang tuanya inilah Syaikh al- ketiga beliau mulai


Faqii kecil tumbuh mempelajari ilmu-ilmu
berkembang, menghafal al- tambahan, di antaranya
Qur‟an. Usia beliau ketika itu mempelajari ilmu manthiq. Di
12 tahun. tahun keempat beliau
mempelajari ilmu Tauhid. Di
Adalah ayah beliau tahun kelima menyertai ilmu
ketika beliau menghafal al- nahwu, ilmu sharaf, beliau
Qur‟an itu selalu menjelaskan juga mempelajari ilmu sharaf.
kepada beliau tentang kalimat- Di tahun keenam beliau
kalimat yang asing serta mempelajari ilmu balaghah
mengajarkan kepada beliau dan cabang-cabangnya, dan
dasar-dasar ilmu fikih, pada tahun ini juga, tahun
Kelahiran dan Pertumbuhan sehingga ketika itu beliau 1910, beliau mulai
Beliau : telah berhasil menghafal al- mempelajari hadits dan tafsir,
Qur‟an, sekaligus juga beliau umur beliau saat itu 18 tahun.
Syaikh al-Faqii mengausai dasar-dasar Allah pun membukakan
dilahirkan di desa Naklaal keilmuan dari pengajaran pandangan mata kepala dan
‟Inaab pada tahun 1310 H ayahnya itu, sehingga bisa mata bashirahnya kepada
yang bertepatan dengan tahun dikatakan beliau telah siap petunjuk Rasulullah
1892 M. Pada Markiz untuk melanjutkan studinya di shallallahu alaihi wasallam
Syibraakhiit Mudiiriyatul al-Azhar sesuai dengan untuk berpegang kepada
Bahiirah. Beliau tumbuh metode pembelajaran yang sunnahnya secara lahir dan
dalam pemeliharaan kedua biasa digunakan saat itu. bathin.
orang tua beliau yang
penyayang. Ayah beliau Selanjutnya Syaikh al- Awal Mula Dakwah Syaikh
Ahmad Abduh al-Faqii, Faqii melanjutkan studinya
Untuk Menyebarkan
pernah belajar di al-Azhar, dalam ilmu Nahwu dengan Sunnah yang Shohih.
walaupun tidak selesai karena kitab al-Kafrawii, dalam Fikih
situasi dan kondisi yang tak kitab Maraqiil Falaah. Di Manakala Syaikh
memungkinkan beliau untuk tahun kedua beliau memfokuskan penelaahannya
terus melanjutkan studinya. mempelajari dua kitab, yaitu terhadap hadits, juga kitab-
Adapun Ibu beliau adalah kitab Syaikh Khalid dalam kitab para Salafus Shalih yang
seoranng yang hafal al- ilmu Nahwu, dan Kitab shahih dan para Imam-imam
Qur‟an, bagus dalam tulisan Manlaa Miskin dalam kitab besar semisal Imam Ibnu
dan bacaan. Di tangan kedua Fikih. Selanjutnya di tahun Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu

31 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Hajar, Imam Ahmad bin akan tetapi mereka enggan Sunnah Rasul Shollallahu
Hanbal, asy-Syaathibi, dan dengan beralasan bahwa alaihi wasallam, serta
imam-imam yang lainnya. perkara ini akan sangat berat, meninggalkan dan membuang
Beliau pun menyeru untuk manusia akan menjauihi semua jenis kebid‟ahan.
berpegang kepada Sunnah mereka. Syaikh al-Faaqi pun Dalam hal ini Syaikh al-Faqii
Rasul yang shahih dan berucap bahwa dakwah juga mengingkari semboyan
menjauh dari kebid‟ahan serta Sunnah ini adalah Dakwah pergolakan ketika itu : Agama
berbagai perkara yang diada- yang Haq, Allah pasti akan untuk Allah, dan tanah air
adakan dalam agama, dan menolongnya, tidak boleh untuk semua , juga semboyan :
memberitahukan bahwa apa tidak (pasti). Akan tetapi penggunaan hijab mar‟ah
yang menimpa umat Islam mereka tak memberikan adalah sebuah ketertinggalan.
saat ini adalah disebabkan tanggapan apa-apa. Dan pergolakan ini pun
jauhnya mereka dari Sunnah berakhir, sementara Syaikh
Sehingga Syaikh al-
yang shahih serta tetap dengan mauqifnya
Faqii membawa beban ini di
merajalelanya kebid‟ahan, tersebut.
khurafat dan segala punggungnya sendirian, hanya
penyimpangan. Allah yang menyertainya, Setelah peristiwa itu
maka di tahun 1917 setelah beliau beliau pun berdakwah
Sehingga berhasil mendapatkan Ijazah selama bertahun-tahun
berhimpunlah di sekeliling „Aalimiyah dari al-Azhar sehingga terbuka banyak jalan
Syaikh al-Faqii sekelompok beliau terus berlanjut dengan dan terlihat buah perjuangan
orang dari rekan-rekan, teman- dakwahnya, ketika itu usia beliau selama ini, yaitu
teman, dan para pecinta beliau 25 tahun. Selanjutnya gagasan beliau mendirikan
beliau, mereka menganggap Syaikh setelah selesai dari jama‟ah Anshorus Sunnah
Syaikh al-Faqii adalah Syaikh studinya di al-Azhar beliau Muhammadiyyah, yang
mereka, dan usia beliau di kala benar-benar memperuntukkan merupakan buah perjuangan
itu 18 tahun, yaitu pada tahun dirinya hanya berkhidmat beliau selama bertahun-tahun,
1910 M. setelah beliau telah kepada Kitabullah dan Sunnah yaitu sejak tahun 1910 hingga
melalui masa belajar beliau di RasulNya shollallahu alaihi 1926, yaitu tahun mulai
al-Azhar selama enam tahun. wasallam. dikenal luasnya gerakan
Ini semua adalah pertanda Anshorus Sunnah ini.
kelebihan Syaikh di masa Pada tahun 1919
mudanya. terjadilah sebuah pergolakan, Selanjutnya beliau juga
dalam hal ini beliau memiliki menerbitkan majallah al-Huda
Mulai tahun 1910 M mauqif bahwa keluar untuk an-Nabawii yang kemunculan
itu Syaikh berdakwah dengan melepaskan diri dari berbagai perdananya pada tahun 1937
semangat membara hingga belenggu kehinaan bukanlah H. Adapun jama‟ah Anshorus
masa sebelum beliau selesai dengan demo-demo yang Sunnah Muhammadiyyah
berstudi di al-Azhar tahun mengikut sertakan para wanita beliau dirikan tahun 1345 H/
1917 M, beliau ketika itu yang bertabarruj dan para pria, 1926 M kurang lebih, beliau
menyeru teman-teman takkan pernah semua itu menggunakan sebuah rumah
dekatnya untuk menyertai dan mampu membebaskan aqidah di „Abidin. Dan sungguh para
membantu beliau dalam wala dan bara bagi Allah dan pegawai di perkantoran di
mengembangkan dakwah RasulNya, sebab kunci untuk „Abidin itu berusaha keras
kepada Sunnah yang shahihah mendapatkan kebebasan itu menghalangi usaha dakwah
dan menjauhi kebid‟ahan ini, adalah dengan kembali kepada beliau ini dengan berbagai

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 32


jalan yang bisa mereka pernah dikenal istilah takut
gunakan, agar orang-orang tak dalam diri beliau dalam
Jenggot
bisa menemui dan mendengar berhadapan dengan manusia,
dakwah beliau, sampai-sampai atau berlindung dari ketakutan
para pejabat itu menyuruh itu, sebab bagi beliau
seseorang yang mampu untuk ketakutan yang sebenaranya “Aku mendengar sebagian mereka
berucap :
membunuhnya. Akan tetapi hanyalah yang datang dari
teriakan kebenaran mampu Allah yang memegang seluruh “Kita menjumpai kebanyakan dari
menutupi telinga-telinga kisi-kisi hatinya. Beliau mereka yang memelihara jenggotnya
mereka, kalimat Allah memanggil setiap siapa pun adalah orang-orang yang berbuat
melemahkan jama‟ah-jama‟ah dengan nama yang di miliki keburukan (fahisyah), mereka
mereka, hingga menanglah oleh setiap orang tersebut, memelihara jenggot mereka hanya
kebenaran dengan sokongan beliau tak pernah berpura-pura sebagai tameng dan penutup,
karena itu dalam dugaan kami yang
keimanan mengalahkan dalam bicaranya, tak pernah
terbaik adalah dengan meninggalkan
kebid‟ahan dan berbagai menghias-hiasi bicaranya
penampakan yang sebenarnya
macam kebathilan. (Demikian dengan berbagai polesan hanya sebagai pelindung saja.”
kutipan dari majalah Asy- kepalsuan, sebab beliau
Syubbanul Muslimiin, Rajab menganggap itu semua adalah Aku katakan, sebagai
1371 H). kemunafikan, dan beliau jawaban pernyataan tersebut : “Ini
menganggap berdiam dari adalah fikiran yang keliru, sebab
Jihad Beliau sebuah amal yang baik apabila
mengungkapkan kebenaran
dilakukan oleh seorang yang
Berkata Syaikh adalah sebuah kehinaan dan
bertabiat rusak, amalan itu takkan
kepengecutan.”
Abdurrahman al-Wakil ikut menjadi rusak juga, sebagai-
tentang Syaikh Hamid al- Syaikh al-Faqii mana amalan buruk jika dilaksana-
Faqii, “Sungguh, Orang tua kan oleh seorang yang baik, ia
rahimahulloh hidup untuk
kami ini, Syaikh Muhammad takkan ikut menjadi baik.
dakwah semata, sebelum
Hamid al-Faqii – dirinya hidup untuk hal yang Jika kita menjadikan fikiran
rahimahullah-, adalah seorang lainnya, beliau hidup untuk ini sebagai asas amal kita, maka
“Imam Tauhid” di alam Islami jamaahnya sebelum hidup takkkan tersisa sedikitpun amal
lebih dari masa 40 tahun, untuk rumahnya sendiri, kebaikan ; berapa banyak manusia
beliau berjihad di jalan Allah, adalah dakwahnya yang mempelajari al-Qur’an dan
berdiri tegak menghadang hadits yang kita mendapati mereka
menjunjung keharmonisan
dahsyatnya kekuatan yang menyimpang dari jalan yang lurus,
yang sempurna antara
jahat dengan penuh kesabaran, menjual agama mereka dengan
pembawa dakwah dan mereka dunia, sehingga mereka justru lebih
melalui berbagai rintangan di yang diberikan dakwah, beliau merusak bagi agama dibanding
atas berbagai kesukaran, seorang yang sangat penyabar musuh-musuh agama itu sendiri,
berusaha menggenggam dalam menghadapi berbagai maka dalam hal ini apakah
kemenangan dalam berbagai kejadian yang menyakitkan.29 dibenarkan tindakan kita mesti
keadaan, ingin menggoncang meninggalkan al-Qur’an al-Karim
dunia seisinya, hingga bumi [Habibi Ihsan] dan Hadits?”
pun tergoncang dari
bawahnya, akan tetapi hal itu (Al-Allamah Al-Mu’arikh al-Musnid
tak mampu membelokkan arah Abdussattar bin Abdul Wahab ad-
29 Sumber :
Dihlawi)
tujuan beliau, tak sedikitpun http://www.subulsalam.com/play.php?cat
membuat dirinya takut, tak smktba=13208

33 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
Kajian Kitab

Serial Syarh Arba’in Nawawiyyah (2)


Oleh : al-Ustadz Firman Hidayat

Memahami Setengah Ajaran Islam

Teks Hadits

.
Dari Amirul Mukminin „Umar bin Al-Khaththab –radhiyallahu „anhu-, ujarnya, „Aku mendengar
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa sallam-, “Amal perbuatan itu hanya tergantung pada
niatnya, dan setiap orang hanya akan menerima sesuai dengan apa yang diniatkannya. Siapa yang
berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu sampai pada Allah dan Rasul-Nya.
Namun siapa yang melakukan hijrah karena motivasi dunia yang inging ia raih atau wanita yang
akan ia nikahi, maka hijrahnya tersebut sesuai apa yang ia maksudkan.”
HR Imam Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju‟fi Al-Bukhari
dan Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi.

Biografi Shahabat Perawi: dipercaya menjadi delegasi mereka ke luar


daerah. Beliaulah yang dimaksud dengan dua
Nasab „Umar Al-Khathtab (40 SH-23 H/584-
„Umar dalam do‟a Rasululullah –shallallahu
644 M) ialah „Umar bin al-Khaththab bin
„alaihi wa sallam-, agar Allah memuliakan
Nufail bin „Abdul „Uzza bin Riyah bin
dan menguatkan keberadaan Islam dengan
„Abdullah bin Qurth bin Razah bin „Adi bin
keislaman salah seorang dari dua „Umar.
Ka‟b bin Luaiy Al-Qurasyi Al-„Adawi, Abu
Hafsh. Jika dilihat dari nasab tersebut, dapat „Umar bin Al-Khaththab memeluk Islam 5
diketahui bahwa nasab beliau bertemu dengan tahun sebelum hijrah, setelah sebelumnya
nasab Rasulullah –shallallahu „alaihi wa sangat memusuhi, membenci, dan phobia
sallam- di kakek yang ke-8, yaitu Ka‟b bin terhadap Islam. Karena keislamnya itu, Ibnu
Luaiy. Mas‟ud pernah mengenang, “Dahulu kami
tidak bisa mengerjakan shalat di dekat Ka‟bah
Shahabat „Umar bin Al-Khaththab merupakan
sampai „Umar memeluk Islam.” „Ikrimah
khalifah kedua dalam Islam. Beliaulah yang
berkata, “Dahulu Islam masih terus
kali pertama mendapat gelar Amirul
menyembunyikan jati dirinya hingga „Umar
Mukminin. Kepemimpinannya yang begitu
memeluk Islam.”
adil kerap dijadikan sebagai permisalan dan
petuah. Sebelum keislamannya, beliau „Umar bin Al-Khaththab dibaiat menjadi
termasuk tentara suku Quraisy dan kerap khalifah pada hari kewafatan Abu Bakar –

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 34


radhiyallallahu „anhu-. Di masa menjadi urusannya, maka hal tersebut
kepemimpinannya, telah terhitung berbagai tertolak,‟
negeri yang berhasil ditakhlukkan orang-orang  Hadits An-Nu‟man bin Basyir,
Muslim, antara lain; Syam, Iraq, Baitul „Perkara yang halal itu sudah jelas,
Maqdis, Mesir, dan seterusnya. Beliau pulalah dan yang haram pun sudah jelas.‟
yang kali pertama menetapkan penanggalan
hijriah, setelah sebelumnya orang-orang „Arab Imam Ahmad juga pernah mengomentari
biasa bertanggal dengan berbagai pristiwa ketika disebutkan beberapa hadits berikiut,
tertentu. “Amal perbuatan itu hanya tergantung pada
niatnya…,” “Sesungguhnya penciptaan kalian
Di antara kepemimpinan „Umar bin al- ialah dikumpulkan selama empat puluh hari di
Khaththab yang menakjubkan ialah rahim ibu kalian…,” “Siapa yang mengada-
kebiasaannya yang sering „blusukkan‟ di ada dalam urusan agama kami yang bukan
tengah kampung untuk mencari orang-orang menjadi urusannya, maka hal tersebut
yang dianggap perlu diberi bantuan dan tertolak.”
memutuskan dua orang yang bersengketa jika
beliau jumpai. Katanya, “Seyogyanya hadits-hadits ini
diletakkan dalam setiap karangan. Sebab, itu
Diriwayatkan bahwa „Umar memiliki cincin semua merupakan pokok-pokok hadts.”[2]
yang bertuliskan, “Hai „Umar, kematian itu
sudah cukup dijadikan sebagai penasehat.” Abu Sa‟id „Abdurrahman bin Mahdi –
rahimahullah- pernah berkata, “Siapa yang
Nabi Muhammad –shallallahu „alaihi wa hendak mengarang suatu kitab, seyogyanya ia
sallam- memberinya gelar Al-Faruq dan memulai dengan hadits ini.”[3]
memberinya kun-yah Abu Hafsh.
Imam Abu Sulaiman Al-Khaththabi –
Pada suatu shalat shubuh ketika beliau rahimahullah- berkata, “Guru-guru kami
bertindak sebagai imam shalat, tiba-tiba tanpa
dahulu suka mendahulukan hadits, „Amal-amal
diduga seorang bernama Abu Luklu‟ Fairuz tergantung pada niat,‟ pada setiap sesuatu
Al-Farisi Al-Majusi, budak milik Al-Mughirah perkara agama yang dimulai, mengingat
bin Syu‟bah, menikamnya dengan khanjar, keumuman hajat kepadanya dalam berbagai
yaitu sebilah pisau yang memiliki dua mata. macamnya.”[4]
Setelah tikaman itu, beliau masih sempat
menghembuskan nafas hingga tiga malam Dan memang demikianlah realita yang dapat
berikutnya.[1] kita jumpai. Lihat saja misalnya Imam Al-
Bukhari dalam Shahih-nya, „Abdul Ghani Al-
Kedudukan Hadits Maqdisi dalam „Umdah Al-Ahkam, Al-
Hadits di atas merupakan salah satu dari tiga Baghawi dalam Mashabih As-Sunnah Syarh
hadits yang dipandang sebagai pokok ajaran Sunnah, An-Nawawi dalam kitab Al-Arba‟in fi
Islam. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, Mabani Al-Islam wa Qawa‟id Ad-Din,
“Pokok-pokok ajaran Islam itu terdapat dalam „Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi
tiga hadits: dalam Al-Jami‟ Ash-Shaghir, Muhammad Idris
bin „Abdurrauf Al-Fadani Al-Marbawi Al-
 Hadits „Umar, „Amal perbuatan itu
Azhari dalam Mukhtashar Shahih At-Tirmidzi
hanya tergantung pada niatnya,‟
yang kemudian diberinya syarah dengan tajuk
 Hadits „Aisyah, „Siapa yang mengada- Bahr Al-Maadzi, „Abdurrahman bin Nashir
ada dalam perkara kami yang bukan As-Sa‟di dalam Bahjah Qulub Al-Abrar, dan

35 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
lainnya telah mempraktekkan motifasi Makna Hadits Secara Umum:
tersebut. Sebagaimana persaksian-persaksian sejumlah
Ishaq bin Rahawaih berkata, “Ada empat imam di atas, menjadi semacam bukti betapa
hadits yang menjadi pokok-pokok ajaran agungnya hadits yang tengah kita pelajari ini.
agama: hadits „Umar, „Amal perbuatan itu Sekiranya hadits tersebut dijelaskan dalam
hanya tergantung pada niatnya…,‟ hadits, bentuk tulisan, tentu akan membutuhkan satu
„Perkara yang halal itu sudah jelas, dan yang jilid besar atau bahkan lebih. Hal tersebut
haram pun sudah jelas…,‟ hadits, „Sesungguh karena maknanya yang padat serta
penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim kedudukannya yang begitu agung. Namun di
ibu kalian selama empat puluh hari…,‟ dan sini penulis hanya akan membahas beberapa
hadits, „Siapa yang membuat perkara baru hal yang kiranya dianggap paling urgen dan
dalam urusan kami, maka hal itu tertolak.‟”[5] penting apa saja yang bersangkutan dengan
hadits di atas.
„Utsman bin Sa‟id meriwayatkan dari Abu
„Ubaid, katanya, “Nabi –shallallahu „alaihi wa Nabi Muhammad –shallallahu „alaihi wa
sallam- mengumpulkan seluruh urusan akhirat sallam- menjelaskan bahwa segala bentuk
dalam satu kalimat, „Siapa yang membuat-buat perbuatan itu hasilnya tergantung pada niat
dalam urusan kami yang bukan berasal orang yang melakukannya. Oleh karena itu, ia
darinya, maka tertolak,‟ dan beliau pun hanya akan memetik hasil sesuai apa yang
menghimpun seluruh perkara dunia dalam satu menjadi motifasinya mengerjakan perbuatan
kalimat, „Amal perbuatan itu tergantung pada tersebut. Kemudian Rasululullah –shallallahu
niatnya….‟ Kedua hadits tersebut masuk „alaihi wa sallam- memberikan contoh
dalam seluruh bab.”[6] kongkrit agar apa yang beliau katakan
sebelumnya menjadi lebih mudah dimengerti
Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi‟i
dan dipahami. Bahwa ada dua manusia yang
pernah berkata pula, “Hadits tersebut masuk
sama-sama mengerjakan ketaatan, menurut
dalam 70 bab fiqih.”
gambaran lahiriahnya, yaitu hijrah dari negeri
Beliau juga berkata, bahwa hadits tersebut kafir menuju negeri Islam. Namun kedua
meruapakan setengahnya ilmu. Sementara orang tadi memiliki nait dan tujuan yang
Imam Ahmad berpendapat, sepertiganya ilmu. berbeda. Satu di antaranya berniat agar
Yang lain mengatakan, seperempatnya hijrahnya ini mendapat ridha dan pahala dari
ilmu.[7] Allah Ta‟ala serta dekat dengan Rasulullah –
Bahkan karena urgennya hadits tersebut, shallallahu „alaihi wa sallam- , sementara
sampai-sampai Mulla Burhanuddin Ibrahim yang lain menginginkan manfaat duniawi
bin Hasan bin Syihabuddin Al-Kurani Asy- semacam lapangan kerja atau ada seorang
Syafi‟i (w. 1101) –rahimahullah-, mujaddid wanita yang berada di negeri Islam yang
abad ke-11 menurut penulis „Aun Al-Ma‟bud hendak dinikahinya. Oleh karena kedua tujuan
Syarh Sunan Abi Dawud dan guru daripada dan motifasi kedua orang ini berbeda, maka
„Abdurrauf bin „Ali As-Sinkili Al-Fanshuri apa yang mereka peroleh pun berbeda pula.
Al-Asyi[8], menulis satu kitab tersendiri Orang yang bertujuan karena Allah dengan
membahas hadits tersebut yang kemudian mengikuti jejak Rasulullah –shallallalahu
diberi tajuk I‟mal Al-Fikr wa ar-Riwayat fi „alaihi wa sallam- melakukan hijrah dari
Syarh Hadits Innama Al-A‟mal Bi An-Niyyat negeri kafir menuju negeri Islam, tentu
setebal 200-an halaman. memperoleh pahala dan ganjaran yang
setimpal atau bahkan lebih dari apa yang ia

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 36


lakukan. Sementara orang yang melakukan ia memperolehnya dan terkadang pula gagal
hijrah yang nampaknya bernilai ibadah, namun tanpa hasil.
karena motifasinya duniawi, maka apa yang Allah berfirman,
diperolehnya pun dunia. Hanya saja orang
model kedua ini tidak secara otomatis
memperoleh apa yang diharapkannya.
Terkadang ia memperoleh sesuai harapannya,
dan terkadang pula gagal di tengah jalan
“Siapa menghendaki kehidupan sekarang
setelah berletih susah. Berbeda halnya dengan
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di
orang pertama di atas, ia pasti memperoleh apa
dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi
yang ia niatkan. Sebab, “Allah tidak akan
orang yang Kami kehendaki dan Kami
pernah menyia-nyiakan pahala orang-orang
tentukan baginya neraka jahannam; ia akan
yang berbuat baik.”
memasukinya dalam keadaan tercela dan
Ulasan Hadits terusir.”[9]
Sabda Rasulullah –shallallahu „alaihi wa Perhatikanlah, Dia tidak berfirman, “Kami
sallam-, “Amal perbuatan itu hanya segerakan baginya apa yang menjadi
tergantung pada niatnya,” kalimat ini keinginannya,” namun Dia berfirman, “Kami
merupakan sebab. Maksudnya, Nabi – segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami
shallallahu „alaihi wa sallam- menjelaskan, kehendaki bagi yang Kami kehendaki.”
bahwa setiap perbuatan, baik yang bersifat
Kemudian perhatikan bagaimana Allah
lahiriah maupun yang terpendam dalam hati,
membalas orang yang menghendaki akhirat,
harus ada niatnya. Bahkan mustahil ada orang
yang akalnya masih berfungsi sehat dan ‫و‬
melakukan sesuatu menurut kehendaknya
sendiri, tanpa paksaan, tidak ada niat yang
mendasarinya. Malahan sebagian ulama ada
yang menyatakan, “Seaindainya Allah “Dan barangsiapa yang menghendaki
memberi kita beban melakukan sesuatu tanpa kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu
ada niat, tentu hal tersebut termasuk taklif dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah
yang tidak akan bisa dilaksanakan.” mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik.”[10]
“…dan setiap orang hanya akan menerima
sesuai dengan apa yang diniatkannya.” Allah berjanji akan mengabulkan apa yang
Kalimat ini merupakan hasil daripada kalimat menjadi keinginannya tersebut. Dan itu pasti
sebelumnya. Artinya, orang yang melakukan tergapai, tanpa memandang siapa pun.
sesuatu dengan motifasi tertentu, maka orang Jadi, kalimat pertama bermakna tidak ada
tersebut hanya akan memperoleh hasil sesuai orang yang melakukan perbuatan kecuali ada
apa yang ia niatkan, dan apa yang bukan niat yang mendasari dan memotofasinya. Akan
menjadi niatnya sama sekali tidak akan pernah tetapi niat itu berbeda-beda, seperti halnya
ia capai. Jadi, tidak ada istilah satu amalan perbedaan yang jauh antara langit dan bumi;
memiliki hasil ganda yang datang secara antara barat dan timur.
otomatis. Jika akhirat yang diniatkan dan
Ada orang yang memiliki niat yang bernilai
diharapkan, maka itulah untuknya, namun jika
sangat tinggi dan berharga, dan di lain pihak
yang diinginkan hanya dunia, maka terkadang
ada orang yang berniat sangat buruk dan

37 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
rendahan, di bawah standar orang mukmin. memperoleh pahala, sementara orang kedua
Contoh riilnya, ada dua orang yang berdiri tidak demikian.[12]
mengerjakan shalat. Keduanya memiliki gerak Demikian pula dengan seorang ibu rumah
yang sama, bacaan yang sama, di tempat yang tangga, seperti mengurusi si bayi dan
sama, dan dalam waktu yang sama pula. Akan semacamnya. Jika pekerjaan yang ia lakukan
tetapi siapa yang tahu jika masing-masing dari itu didasari atas perintah Allah, maka ganjaran
keduanya memiliki perbedaan pahala yang dari Allah akan segera menghampirinya.
amat jauh, sebagaimana jauh jarak antara Namun apabila pekerjaan rumah tangga yang
Timur dan Barat. ia lakukan didasari „umumnya‟ ibu rumah
Dua Muslim yang sama-sama mengerjakan tangga, maka tentu pahala tidak secara
shalat dua rakaat di satu masjid dan satu waktu otomatis menyapanya.
yang bersamaan. Oleh karena yang pertama Dari sini mulai nampak, bahwa memang
mengerjakan shalat dengan niat shalat Sunnah niatlah yang menjadi poros dan pokok, besar
tahiyatul masjid atau semacamnya, sementara kecilnya pahala yang akan diperoleh seseorang
yang lain mengerjakan shalat zhuhur, karena ia ketika melakukan suatu pekerjaan.
seorang musafir yang sudah diperbolehkan
melakukan qashar. Meski gerakan mereka Kesimpulannya, niat menurut timbangan
sama, namun nilai pahala yang mereka peroleh syariat memiliki dua pembahasan:
berbeda. Pertama, ikhlas karena Allah semata. Inilah
Dua orang yang sama-sama mandi. Satu di makna yang paling agung. Pembahasan inilah
antaranya bermaksud mengerjakan mandi yang kerap diperbincangkan ulama tauhid dan
wajib, sementara yang lain bermaksud mandi „aqidah.
seperti umumnya orang jika hendak berangkat Kedua, pembeda ibadah, apakah itu ibadah
ke kantor atau kondangan. Orang pertama sunnah ataukah ibadah wajib. Pembahasan ini
akan memperoleh pahala, sementara yang yang biasa dibahas oleh ulama-ulama pakar
kedua tidak memperoleh apa-apa. fiqih.[13]
Ada dua orang yang sama-sama bekerja Kemudian, ketahuilah bahwa para ulama telah
banting tulang mencari nafkah untuk istri dan bersepakat dan berkonsesus bahwa niat itu
anaknya. Satu di antaranya mendasari tempatnya di hati, hatilah yang bertugas
pekerjaannya tersebut karena mengharap mengeluarkan „surat jalan‟. Sedangkan lisan
pahala dari Allah, sebab mencari nafkah bagi tidak ada sangkut pautnya dengan niat. Abu
seorang suami merupakan kewajiban yang „Abdil Mu‟thi Muhammad Nawawi bin „Umar
Allah tetapkan untuk para suami. Allah Al-Bantani mengatakan[14], “Tempatnya niat
berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah adalah di hati.” Muhammad bin Ahmad Al-
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Khathib Asy-Syarbini juga mengatakan[15],
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki- “Menutut konsesus ulama, niat itu dengan hati.
laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan Sebab itu merupakan maksud. Karenanya,
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sekedar berucap tidaklah mencukupi dengan
sebagian dari harta mereka.”[11]. Sebaliknya, hati yang linglung. Demikian menurut ijma‟.
orang satunya mendasari pekerjaannya Dalam seluruh bab pun demikian.” Ibnu Rajab
mencari nafkah hanya karena menunaikan Al-Hanbali mengatakan, “Niat adalah maksud
pekerjaan umumnya laki-laki sebagai kelapa hati. Sama sekali tidak diwajibkan melafalkan
keluarga. Tentu saja orang pertama akan niat yang ada dalam hati ketika
beribadah.”[16] Oleh sebab itu, niat tidak perlu

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 38


diucapkan di lisan, apalagi sampai menunaikan apa yang diwajibkan oleh Allah,
diperdengarkan orang lain. Bahkan jika ada menjauhi larangan Allah, dan membetulkan
orang yang melafalkan niatnya, dengan niat ketika melakukan peribadatan kepada
motifasi pahala, tentu perkaranya lebih bahaya Allah.”
lagi. Bukan hanya perbuatannya tadi tidak Sebagian ulama Salaf berkata, “Boleh jadi
memperoleh pahala, bahkan diganjar dosa dan amalan kecil berpahala besar karena niatnya,
bernilai bid‟ah. Sebab, ia telah memasukkan dan ada pula amalan besar yang berpahala
perkara baru yang sama sekali tidak pernah kecil karena sebab niatnya.”
diajarkan Rasululullah –shallallahu „alaihi wa
sallam-. Yahya bin Abu Katsir berkata, “Pelajarilah
niat. Sebab niat lebih mengena daripada amal.”
Penulis Faidh Al-Bari Syarh Shahih Al-
Bukhari[17], Muhammad Anwar Syah Al- Dari Abu Al-„Abbas „Abdullah bin „Abbas –
Kasymiri –rahmatullah „alaih- mengatakan, radhiyallahu „anhuma-, dari Rasulullah –
“Malahan Ibnu Taimiyyah dan ulama lain shallallahu „alaihi wa sallam-, seperti yang
menegaskan, bahwa melafalkan niat itu tidak beliau riwayatkan dari Rabb-nya,
pernah diriwayatkan dari Nabi –shallallahu “Sesungguhnya Allah telah mencatat seluruh
„alaihi wa sallam- sepanjang hidupnya, tidak kebaikan dan keburukan. Kemudian Dia
pula diriwayatkan dari satu kalangan para menjelaskan, siapa yang berkehendak
shahabat dan tabi‟in, dan tidak juga dari imam mengerjakan kebajikan namun belum sempat
madzhab yang lima –semoga Allah Ta‟ala melaksanakannya, maka Allah tuliskan
merahmati mereka semua-.” untuknya satu kebajikan sempurna. Apabila ia
berkeinginan melakukan kebaikan dan sudah
Faidah: Syaikh Dr. „Abdul Karim Amrullah sampai dilaksanakannya, Allah akan
Ad-Danawi yang biasa disapa “Haji Rasul” – menuliskan untuknya 10 kebaikan hingga 700
rahmatullah „alaih- pernah menulis satu lipat hingga kelipatan banyak. Dan siapa yang
risalah khusus tentang masalah hukum berkeinginan melakukan suatu keburukan dan
melafalkan niat menurut ulama empat belum sempat terlaksana, Allah akan
madzhab. Risalah tersebut kemudian diberinya menuliskan untuknya satu pahala penuh.
tajuk Al-Fawaid Al-Jaliyyah fi Ikhtilaf „Ulama
Namun orang yang berkehendak melakukan
fi At-Talaffuzh Bi An-Niyyah. Kitab tersebut keburukan hingga sempat terlaksana, Allah
ditulis setelah penulisnya menelaah kitab Zad
akan menuliskan untuknya satu keburukan.”
Al-Ma‟ad fi Hady Khair Al-„Ibad karya Imam (HR Al-Bukhari-Muslim)
Ibnu Qayyimil Jauziyyah yang ketika
membahas masalah niat yang dilafalkan, Abu „Isa At-Tirmidzi meriwayatkan,
beliau memandangnya sebagai perkara bid‟ah bahwasannya Rasulullah –shallallahu „alaihi
yang sama sekali tidak pernah dicontohkan wa sallam- bersabda, “Dunia itu milik empat
oleh Rasulullah –shallallahu „alaihi wa jenis manusia. (1) Seseorang yang diberi rizki
sallam-. Kemunculan kitab tersebut membuat oleh Allah berupa harta dan ilmu. Dalam
gempar hampir seluruh masyarakat Muslim membelanjakan hartanya, ia bersikap taqwa
Minangkabau. Pasalnya, amalan melafalkan kepada Allah. Ia menyambung tali silaturahim
niat ketika hendak melakukan ibadah dengan hartanya dan mengetahui hak-hak
merupakan perkara yang mereka anggap Allah. Inilah kedudukan terbaik menurut
wajib. Allah. (2) Seseorang yang diberi ilmu oleh
Allah namun tidak diberi harta. Ia berkata,
Faidah lainnya: „Umar bin Al-Khaththab „Seandainya aku punya harta, tentu akan
berkata, “Amal yang paling afdhal adalah

39 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
melakukan seperti yang dilakukan si A. Pahala „Abdurrahman bin Nashir As-Si‟di –
dua orang tadi sama. rahimahullah- memaparkan[18],
(3) Seseorang yang diberi Allah harta “Niat juga berlaku pada urusan-urusan mubah
namun tidak diberi ilmu. Ia membelanjakan dan perkara-perkara yang bersifat keduniaan.
harta dengan penuh kebodohan, tidak Orang melakukan pekerjaan yang bersifat
bertaqwa kepada Allah, tidak menyambung keduniaan dan kebiasaan dengan maksud
tali silaturahim dengan hartanya, serta tidak untuk dijadikan sebagai pelumas menunaikan
mengetahui hak Allah. Kedudukan orang haq Allah dan mengerjakan perkara wajib dan
seperti ini paling buruk di sisi Allah. (4) Dan sunnah; makan, minum, tidur, santai, serta
seseorang yang oleh Allah tidak diberi harta bekerjanya diiringi dengan niat yang baik ini,
dan tidak pula ilmu. Ia berujar, „Sekiranya maka kebiasaan tersebut akan berubah menjadi
aku punya harta, tentu aku akan berbuat memiliki nilai ibadah. Allah akan memberkahi
seperti apa yang dilakukan si anu,‟ dengan gerak-gerik hamba tersebut dan Dia akan
niatnya. Keduanya akan memperoleh dosa membukakan untuknya pintu-pintu kebaikan
yang sama.” dan rizki; perkara yang tidak pernah
diusahakannya dan tak pernah terbetik dalam
Karena adanya hadits-hadits semacam inilah
para ulama kemudian membuat kesimpulan benaknya. Oleh karena itu orang yang
meninggalkan niat yang baik ini disebabkan
kenapa ada orang Mukmin yang hidupnya di
karena kebodohannya atau karena
dunia hanya sementara namun kelak di akhirat
kecerobohannya, sebaiknya ia mencela dan
mendapat surga kekal selama-lamanya, dan
menyalahkan dirinya sendiri. Dalam sebuah
orang kafir yang kekafirannya di dunia hanya
hadits shahih[19], dari Rasulullah –shallallahu
beberapa saat kelak di akhirat dimasukkan di
„alaihi wa sallam-, „Sejatinya tidaklah kamu
neraka selama-lamanya. Di antara alasannya
melakukan suatu pekerjaan yang dengannya
adalah niat. Niatlah yang menyebabkannya.
kamu niatkan mengharap Wajah Allah,
Seorang yang Mukmin telah memasang niat
melainkan kamu akan diberi pahala, sampai
dalam hatinya seandainya ia terus hidup
pun apa yang kamu suapkan ke mulut
selama-lamanya akan tetap beriman. Begitu
isterimu.‟”
pula dengan orang kafir. Dia telah memang
bertekat bukan untuk terus kafir selama “Siapa yang berhijrah menuju Allah dan
hidupnya. Sehingga karena niatnya itulah Rasul-Nya, maka hijrahnya itu sampai pada
mereka mendapatkan balasan kekal. Yang Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Nabi
pertama di surga sementara yang satunya di Muhammad –shallalllahu „alaihi wa sallam-
neraka. Semoga Allah mewafatkan kita dalam hendak menjelaskan lebih lanjut ucapan beliau
keadaan beriman. sebelumnya dengan perkara yang kongrit
terjadi, sehingga dengan contoh tersebut
Penjelasannya bisa disimak, misalnya, dalam
penjelasan akan semakin mudah difahami.
Al-Asybah wa An-Nazhair karya Jalaluddin
Oleh karena itu, sering kita dengar pribahasa
As-Suyuthi dan Ad-Durar Al-Bahiyyah fi
(„Arab) yang mengatak, “Bil mitsal,
Idhah Al-Qawa‟id Al-Fiqhiyyah karya
yattadhihul maqal.” Maksudnya, dengan
Muhammad Nuruddin Marbu.
mengutarakan permisalan seacar riil, perkataan
Timbul pertanyaan, amal niat di sini akan semakin jelas.
maksudnya apa? Apalah khusus niat untuk
amalan yang bernilai syariat atau masuk pula Contoh kongrit yang Rasulullah –shallallahu
„alaihi wa sallam- adalah perkara ibadah
niat ketika hendak perbuatan umum lainnya?
hijrah. Hijrah ialah berpindah dari negeri kafir,

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 40


menuju negeri Islam agar memungkinkan tengah kita bahas, sementara satu
menjalankan ajaran-ajaran Islam lebih hadits lainnya ialah hadits ibunda
sempurna. Demikian makna secara khususnya. „Aisyah –radhiyallahu „anha- , “Siapa
Adapun hijrah secara umum, yaitu berhijrah yang mengerjakan suatu amalan yang
atau berpindah dari perbuatan yang tidak bukan termasuk perkara kami, maka
bernilai ibadah atau bahkan cenderung dosa amalan tersebut tertolak.” Hadits
menuju perbuatan yang bernilai ibadah di sisi pertama merupakan timbangan seluruh
Allah. amalan batin, sementara hadits kedua
merupakan timbangan seluruh
Dalam menjalankan hijrah tersebut, orang-
pekerjaan lahiriah.
orang pun memiliki niat yang berbeda-beda.
 Tidak ada amal perbuatan yang
Pertama, ada orang yang berhijrah dan
dikerjakan kecuali ada niat yang
meninggalkan negerinya menuju Allah dan
memotifasi dan mendasarinya.
Rasul-Nya. Maksudnya menuju syariat Allah
yang Dia syariatkan melalui lisan Rasul-Nya.  Bahwasannya besar kecilnya pahala
Orang semacam inilah yang akan memperoleh perbuatan itu tergantung pada niatnya.
kebaikan dan apa yang menjadi maksudnya.  Kewajiban melakukan ibadah dengan
Sebab, Rasulullah –shallallahu „alaihi wa didasari ikhlas. Sebab ikhlas
sallam- mengatakan, “…maka hijrahnya itu merupakan satu dari dua syarat
sampai pada Allah dan Rasul-Nya.” Artinya ia diterimanya suatu ibadah yang
memperolah apa yang menjadi niatnya. dikerjakan seorang hamba. Sedangkan
Kedua, ada orang yang berhijrah dengan syarat kedua agar suatu ibadah diterima
harapan dunia yang ingin diraihnya. Allah ialah mengikuti tatacara yang
Contohnya ada orang yang suka Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
mengumpulkan harta benda, lantas ia sallam-.
mendengar bahwa di negeri Islam sana ada Dalam melakukan suatu ketaatan, seseorang
lowongan kerja yang berpenghasilan besar, terbagi menjadi beberapa macam. Pertama,
maka ia pun bergegas menuju negeri Islam orang yang melakukan suatu ketaatan karena
tersebut dengan meninggalkan negeri kafirnya murni riya‟, pekerjaannya ia lakukan semata-
karena motifasi dunia, tanpa berniat agar mata agar orang-orang mengagumi dan
agamanya lebih lurus dan istiqamah. Hartalah memujinya, apa yang ia inginkan murni dunia.
yang semata-mata menjadi keinginannya. Orang semacam ini hampir tidak dijumpai di
Ketiga, ada di antara orang yang melakukan tengah-tengah orang mukmin dan tidak ragu
hijrah tersebut karena wanita yang menjadi lagi bahwa orangnya berhak memperoleh
kekasih hatinya berada di negeri Islam. murka dan siksa dari Allah „Azza wa Jalla.
Kedua, terkadang amal yang dilakukan
Kedua jenis manusia terakhir di atas tidak
seseorang ikhlas karena Allah, namun kadang
dikatakan hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya.
kala dibarengi rasa riya‟. Status orang
Fiqih Hadits: semacam ini masih bisa dirinci. Jika asal dan
 Hadits ini merupakan salah satu dari pokok perbuatannya tersebut berdasarkan
pokok-pokok ajaran islam. riya‟, tentu amalnya dipandang tidak sah.
Sebagiamana di atas, bahwa poros Akan tetapi jika pokok perbuatannya
ajaran Islam terdapat dalam dua hadits. berdasarkan ikhlas karena Allah, namun di
Hadits pertama adalah hadits yang tengah jalan datang rasa benalu riya‟ kemudian
orangnya berusaha untuk membuang jauh-jauh

41 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h
benalu tersebut, maka hal tersebut sama sekali memperoleh sesuai harapan dan
tidak mempengaruhi keikhlasannya.[20] terkadang tidak.
 Seorang hamba yang melakukan suatu
ibadah yang ia maksudkan untuk
Footnotes :
mendekatkan diri kepada Allah, jika ia
lakukan karena motifasi kebiasaan, [1] Al-A‟lam (XV/45-46).
maka akibatnya tidak ada jatah pahala [2] Jami‟ Al-„Ulum wa Al-Hikam (I/62), tahqiq
untuknya, meskipun secara lahiriah „Abdul Qadir Al-Arnauth.
teranggap sah. Dan inilah yang
[3] Al-Adzkar (hlm. 33) dan Al-Minhaj Syarh
membedakan antara orang yang belajar
Shahih Muslim (XIII/53).
dengan orang yang mencukupkan diri
dengan apa yang didengarnya dari [4] Ibid.
tetangganya. [5] Jami‟ Al-„Ulum wa Al-Hikam (I/62)
 Keharusan membedakan ibadah antara [6] Ibid.
satu dengan yang lain serta antara
ibadah dan muamalat. [7] Faidh Al-Bari (I/80), karya Muhammad
Syah Al-Kasymiri.
 Seorang guru hendaknya menggunakan
misal ketika menjelaskan pelajarannya [8] Ulama kenamaan Aceh yang pertama kali
agar lebih mudah difahami dan menulis tafsir Al-Quran di kepulauan
dimengerti. Nusantara.

 Hijrah termasuk perkara ibadah yang [9] QS Al-Isra‟: 18.


akan diberi ganjaran besar. [10] QS Al-Isra‟: 19.
 Keutamaan hijrah mengikuti perintah [11] QS An-Nisa‟: 34.
Rasulullah –shallallahu „alaihi wa
[12] Demikian yang penulis dengar dari guru
sallam-. Dalam hadits Shahih Muslim
penulis, Al-Ustadz Aris Munandar –jazahullah
disebutkan, “Tahukah kamu bahwa
„anil Islam khaira-.
Islam itu mampu menghapuskan (dosa)
sebelumnya, bahwasannya hijrah [13] Taisir Al-„Allam (hlm. 15-16).
mampu menghapus (dosa) sebelumnya, [14] Nihayah Az-Zain (hlm. 24).
dan bahwasannya ibadah haji dapat
[15] Al-Iqna‟ fi Hall Alfazh Abi Syuja‟ (I/293).
menghapus (dosa) sebelumnya.”
[16] Jami‟ Al-„Ulum wa Al-Hikam (I/92).
 Seseorang itu diberi pahala atau dosa
sesuai dengan niatnya. [17] Faidh Al-Bari (I/84) cet. Dar Al-Kotob
Al-Ilmiyah.
 Orang yang melakukan ibadah
berdasarkan niat ikhlas pasti tidak akan [18] Bahjah Qulub Al-Abrar (hlm. 9).
pernah kecewa. [19] Riwayat Al-Bukhari.
 Sementara orang yang beribadah [20] Taisir Al-„Allam (hlm. 16).
karena motifasi selainnya, terkadang ia

Edisi 5/Bln 11/Thn 1/1436 | 42


Alhamdulillah ………..!!!
Ijazah terbaru dari Syaikh al-Mu’arikh Dr.
Yusuf bin Abdurrahman al-Marasyali, Syaikh
al-Mu’ammar Mu’awadh Awadh Ibrahim
dan Syaikh Dr. Ali Taufiq Nuhas kepada
Redaksi Majalah Riwayah.

43 | M a j a l a h K o m u n i t a s R i w a y a h

Anda mungkin juga menyukai