Mukhlis Rahmanto
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pendahuluan
Dinamika hadis hingga tingkat aplikasinya di lingkungan Muhammadiyah
tidak dapat dilepaskan dari semboyan ar-ruj il al-Qurn was-Sunnah al-Maqblah.
Hal-hal yang terkait dengan masalah agama dan keagamaan adalah proyeksi
dari kedua sumber tersebut. Suatu kewajaran jika muncul dinamika umum yang
berkembang dan dapat diwakili dalam satu ungkapan misalnya, Kita melakukan
amalan ini dalilnya apa? Hadisnya sahih atau tidak? Semangat di atas menandakan
bahwa budaya berislam di lingkungan Muhammadiyah dapat dikatakan ilmiah.
Namun pengetahuan mengenai konsekuensi epistemologi dari semboyan di atas
belum membudaya. Terdapat kecenderungan epistemologi apologis, bahwa apa
yang diputuskan oleh Majelis Tarjih adalah finalisasi dari semangat tersebut.
Epistemologi hadis secara khusus berbeda dengan Al-Quran yang qaiy
al-wurd (mutlak). Hadis bersifat anni al-wurd (relatif), sehingga memerlukan
proses validasi untuk didapatkan mana yang otentik dari Nabi dan yang tidak.
Proses ini mengalami siklus sejalan dengan perkembangan Islam. Dalam keilmuan
hadis muncul istilah mutaqadimn dan mutaakhirn, klasifikasi hadis sebelum
dan pasca at-Tirm, dan istilah-istilah lain yang dimuncul-kembangkan oleh
para ulama. Dampak yang timbul adalah adanya ikhtilf al-manhij (perbedaan
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
52 Mukhlis Rahmanto
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Diskursus Hadis di Muhammadiyah 53
harus ditinggalkan (al-wahi).4 Sebelum pada rawi meliputi tiga sisi, yaitu: (a)
at-Tirm, hadis yang dapat diamalkan cacat pada kualitas moral atau tidak
meliputi hadis sahih dan hadis daif yang adil, (b) cacat kapasitas intelektual
masih dalam batas toleransi, yang juga atau tidak dabit, dan (c) cacat karena
sering disebut hadis sahih menurut versi ketidakjelasan identitas, sehingga
fukaha.5 tidak diketahui kapasitas moral dan
Dari beragam definisi yang intelektualnya. Faktor ini memunculkan
dikemukakan oleh para ahli hadis kategori-kategori hadis sebagai munkar,
dapat dipilih bahwa hadis daif adalah mall, sy, muarib, maqlb, mukhtali,
hilangnya satu syarat dari syarat- muaaf, mubham, dan muhmal.7
syarat suatu hadis yang dapat disebut Kesimpulan penilaian para
maqbl,6 baik pada sisi sanad maupun kritikus hadis terhadap para perawi
matannya. Dari sisi sanad, kedaifan diungkapkan dalam lafal al-jar wa tadl
hadis dapat dipilah menjadi dua yang dapat dipetakan menjadi dua;
macam, yaitu (a) karena keterputusan pertama, lafal umum (sekitar 14 lafal)
sanad dan (b) karena cacat pada rawi yang dipakai oleh sebagian besar kritikus
yang menyebabkan hadisnya tertolak, dan kedua, lafal khusus, yang dimuncul-
meski sanad hadisnya bersambung. gunakan oleh masing-masing kritikus
Terputusnya sanad memunculkan sehingga berbeda satu sama lainnya.8
kategori-kategori hadis sebagai muallaq, Misalnya az-ahab yang membagi
munqai, mual, mudallas, mursal, mauqf, pemeringkatan al-jar wa al-tadl beserta
maq, matruk, dan mau. Cacat lafal-lafal di setiap tingkatannya ke
4.Ibn Taimiyah, Ilm al-ad, hlm. 22. dalam 10 tingkat; 4 tingkat tadl dan
5.Kasman, Hadis dalam Pandangan Mu- sisanya 6 (satu tambahan dari al-Iraqi)
hammadiyah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. I, untuk tingkat tajr.
2012), hlm. 123. Buku ini hemat penulis adalah Lafal-lafal tadl yang 4 mewakili
kajian terbaik dan studi terkini yang berisikan
penjelasan mengenai pemikiran Muhammadi- tingkatan tertinggi dari para rawi yang
yah tentang kehujjahan hadis ditambah kritik hadis-hadisnya diterima (maqbl).
catatan, masukan dan penjelasan penting Tingkat 1 dan 2 mewakili kategori
terkait kaidah-kaidah hadis dalam Manhaj Tarjih hadis sahih, tingkat 3 hadis hasan, dan
yang selama ini masih menyisakan pertanyaan. tingkat 4 harus dianalisa lebih jauh (al-
6.Nurudin Itr, Manhaj Naqd fi Ulm al-
ad (Damaskus: Dar al-Fikr, 1998), hlm. 286. itibar) karena bisa jadi sahih atau hasan.
Ibn ajr al-Asqaln juga memilih definisi ini. 7.Syamsul Anwar, Interkoneksi Studi
Suatu hadis dikategorikan sahih jika memenuhi Hadis dan Astronomi (Yogyakarta: Suara Muham-
lima kriteria: (a) bersambung sanadnya, (b) madiyah, 2011), hlm. 29-31.
rawinya adil, (c) rawinya dabit, (d) bebas dari 8.Lafal-lafal ini dibuat pemeringkatan
syu (anomali/penyimpangan), (e) bebas dan yang pertama kali melakukannya adalah
dari ilat (kecacatan yang tersembunyi. Lihat Ibn Abu tim ar-Rzi. Penambahan dan modifi-
a-al, Muqaddimah Ibn a-ala wa Masin kasi dilanjutkan oleh kritikus selanjutnya seperti
al-Isil, edisi Aisyah Abdurrahman (Kairo: Ibn al, a-ahab, al-Iraqi, Ibn Hajar al-
Dr al-Maarif, 1989), hlm. 151. Asqalani, dan as-Sakhw.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
54 Mukhlis Rahmanto
Lafal tajrih yang 10 tingkat dimulai Islam mengenai hadis dapat dilihat pada
dari kategori ringan hingga berat. Para keputusan-keputusan organisasinya, di
perawi yang masuk dalam tingkat 1 antaranya Matan Keyakinan dan Cita-Cita
hadis-hadisnya masih dapat dijadikan Hidup Muhammadiyah (selanjutnya ditulis
argumen, sebab kelemahannya tidak MKCH)11 dan Himpunan Putusan Tarjih
berat dan kemungkinan besar derajatnya (selanjutnya ditulis HPT).12
naik ke tingkat 4 dari tingkat tadl (sli Dalam MKCH tertulis bahwa
lil-itibr). Untuk tingkat 2 hingga Muhammadiyah dalam mengamalkan
terakhir, hadis-hadisnya tertolak dan Islam berdasarkan Al-Quran (yaitu)
tidak dapat dijadikan pertimbangan.9 Kitab Allah yang diwahyukan kepada
Di sisi kedaifan matan, suatu Nabi Muhammad Saw; Sunnah Rasul
hadis dapat dipilah menjadi dua macam, (yaitu) penjelasan dan pelaksanaan
yaitu (a) bebas dari syuu dan (b) ajaran-ajaran Al-Quran yang diberikan
illat. Bebas dari syuu memiliki tiga oleh Nabi Muhammad Saw dengan
unsur, yaitu: bebas dari pertentangan, menggunakan akal pikiran sesuai
pencemaran, dan kekeliruan. Jika dengan jiwa ajaran Islam.13 Dalam HPT,
terdapat pertentangan dikategorikan pernyataan dalam MKCH dijelaskan
sebagai hadis maqlb, sy, mazd, dan lebih detail dalam Kitab Masalah
muarib. Jika terdapat pencemaran Lima, bahwa agama yakni agama Islam
dikategorikan sebagai hadis mudraj. yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Jika terdapat kekeliruan dikategorikan Saw ialah apa yang diturunkan di dalam
sebagai hadis musaaf dan mukharraf. Al-Quran dan yang tersebut dalam
Bebas dari illat sebagai kriteria formal Sunnah yang sahihah.14 Yang dimaksud
kritik matan mencakup unsur-unsur: (a) dengan Sunnah Sahihah dalam definisi
bebas dari kontradiksi internal dan (b) agama Islam di atas bukan hadis sahih
bebas dari adanya interpenetrasi matan dalam istilah ilmu hadis, melainkan
(percampuran satu matan dengan hadis maqbl (yang dapat diterima),
matan yang lain).10 walaupun tidak sahih dalam pengertian
11.MKCH pada dasarnya merupakan
Konsep Muhammadiyah Seputar rumusan ideologi Muhammadiyah yang meng-
Hadis gambarkan hakikat, faham agama, dan misi
Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa
Pandangan Muhammadiyah dan bernegara.
sebagai sebuah oganisasi keagamaan 12.HPT adalah kodifikasi keputusan-
9.Mukhlis Rahmanto, Dari Khazanah keputusan Majelis Tarjih Pusat.
al-Jarh wa al-Tadil: Menelisik Studi Kritik Hadis 13.Hamdan Hambali, Ideologi dan Strategi
Perspektif al-Hafizh Syamsudin al-Dzahabi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muham-
al-Turkamani al-Syafii al-Dimasqi, Jurnal al- madiyah, cet. VII, 2011), hlm. 47.
Umran, vol. 2-2010, hlm. 41-46. 14.Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
10. Syamsul Anwar, Interkoneksi Studi Himpunan Putusan Tarjih (Yogyakarta: Suara Mu-
Hadis dan Astronomi, hlm. 33. hammadiyah, cet. 1433 H-Mei 2012), hlm. 278.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Diskursus Hadis di Muhammadiyah 55
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
56 Mukhlis Rahmanto
1) Hadis mauqf murni tidak dapat dan tadls-nya tidak sampai merusak
dijadikan hujah. keadilannya.
2 Hadis mauqf yang termasuk ke 10)Penafsiran sahabat terhadap lafal
dalam kategori marf dapat dijadikan (pernyataan) musytarak dengan salah
hujah. satu maknanya wajib diterima.
3) Hadis mauqf termasuk kategori 11)Penafsiran sahabat terhadap lafal
marf apabila terdapat qarnah yang (pernyataan) lahiriyah dengan makna
dengannya dapat dipahami ke- lain, maka yang diamalkan adalah
marf-annya kepada Rasulullah makna lahiriyah tersebut.22
saw, seperti pernyataan Ummu
Aiyyah: Kita diperintahkan supaya Jika dipetakan dari kesebelas
mengajak keluar wanita-wanita yang rumusan di atas, lima di antaranya (1, 2,
sedang haid pada Hari Raya.dst, 3, 10, 11) terkait dengan hadis mauqf;23
dan sebagainya. tiga poin (4, 5, 6) terkait bahasan hadis
4) Hadis mursal tabii murni tidak dapat mursal; poin 7 terkait kriteria hadis daif
dijadikan hujah. yang dapt diterima (maqbl); poin 8
5) Hadis mursal tabii dapat dijadikan tentang kaidah al-jar wa al-tadl jika
hujah apabila besertanya terdapat terjadi perbedaan penilaian dari para
qarnah yang menunjukkan kritikus hadis terhadap rawi; dan poin
kebersambungannya. 9 membahas mengenai hadis mudallas.
6) Hadis mursal aabi dapat dijadikan Konsep hadis Muhammadiyah lain yang
hujah apabila padanya terdapat menjadi sorotan dan kritik dari para
qarnah yang menunjukkan pengamat adalah penggunaan riwayat
kebersambungannya. mutawatir dalam masalah akidah. 24
7) Hadis-hadis daif yang satu sama Kritik muncul dikarenakan adanya
lain saling menguatkan tidak dapat inkosistensi dari manhaj yang dipakai
dijadikan hujah kecuali apabila dengan putusan-putusan yang ada dan
banyak jalannya dan padanya dihasilkan, khususnya dalam akidah.
terdapat qarnah yang menunjukkan
keotentikan asalnya serta tidak Diskursus Hadis di Muhammadi
bertentangan dengan al-Quran dan yah: Relasi Struktural dan Kultural
hadis sahih. Seperti organisasi keagamaan
8) Jar (cela) didahulukan atas tadl lain, Muhammadiyah memerlukan
setelah adanya keterangan yang jelas
dan sah secara syarak. 22.Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
9) Riwayat orang yang terkenal suka Pusat Muhammadiyah, Manhaj Tarjih, hlm.
melakukan tadls dapat diterima 103-105.
23.Kasman, Hadis dalam Pandangan
apabila ia menegaskan bahwa apa Muhammadiyah, hlm. 98.
yang ia riwayatkan itu bersambung 24.Lihat catatakan kaki no. 20.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Diskursus Hadis di Muhammadiyah 57
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
58 Mukhlis Rahmanto
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Diskursus Hadis di Muhammadiyah 59
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
60 Mukhlis Rahmanto
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Diskursus Hadis di Muhammadiyah 61
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
62 Mukhlis Rahmanto
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M