LP Penyakit DHF Siap Print
LP Penyakit DHF Siap Print
Penyusun:
NPM: 144012413
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD merupakan (dengue
haemorrgagic fever/ DHF) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak
(Sudoyo Aru dkk, 2017).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit akut demam akut yang
disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis
yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tandatanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai
akibat kebocoran plasma yang menyebabkan kematian. Demam berdarah atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama pada anak-anak, dan
saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan
manifestasi perdarahan dan bertedensi manimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian (Depkes, 2018).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue henorraghic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aeges aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya
virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti
(betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain
menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling
bertindak menjadi vektor adalah berturut turut nyamuk (Soegijanto,2017).
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang dibawa oleh
nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B Arthropod borne
virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae dan
mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2
dan DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini
penularan melibatkan tiga factor yaitu menusia, virus dan virus perantara. Nyamuk-
nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara
langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun
secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10
hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit
setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam, 2017).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector
ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi orang itu mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang
berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2019).
3. Patofisiologi
Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka terjadilah viremia (virus
dalam aliran darah). Kemudian aliran darah beredar ke seluruh tubuh maka virus
tersebut dapat dengan mudah menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak organ
yang terserang adalah sistem gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada reaksi
imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien
mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka
virus dengeu tersebut mengganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah
tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun karena hati terserang virus dengeu maka
hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton,
sehingga akan menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana
pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen
(Mansjoer, 2019).
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan faktor koagulasi merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat. Dapat terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan
hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus
bereaksi dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah atau terjadi demam, dimana dapat DHF dengan derajat I, II, III.IV
(Mansjoer,2019).
4. Manifestasi klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan suatu
self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus
Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic
fever dan dengue shock syndrome (Depkes, 2018).
a. Demam Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti
anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada umumnya
gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung antara 2-7 hari
kemudian turun secara lysis.
b. Perdarahan Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk
perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura, echimosis,
epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah melena.
c. Hepatomegali Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang-
kadang juga di temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
d. Shock Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan
ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai
prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai
dengan kulit yang terasa lembab dan dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis
sekitar mulut dan akhirnya shock.
e. Trombositopenia Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila
dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh
sakit.
f. Kenaikan Nilai Hematokrit Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator
yang peka terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara
periodik.
g. Gejala Klinik Lain Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah
epigastrium, muntahmuntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2018).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG (WHO, 2017).
7. Serologi
Uji serologi memakai serum ganda. Serum yang diambil pada masa akut dan masa
konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk
dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue
blot. Uji serologi memakai serum tunggal. Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi
antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas
antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari
kelas Ig M.
8. Pathway dhf
Nyamuk mengandung
virus Dengue
Menggigit
manusia
Komplemen antigen
Peningkatan asam antibodi meningkat
Suhu tubuh meningkat
lambung
Pelepasan peptida
Mual, muntah
Pembebasan histamin
Peningkatan
permeabilitas dinding
pembuluh darah
Perdarahan ekstraseluler
Resiko hipovolemia
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hadinegoro (2017) dan Hendrawanto (2017) Pengobatan demam
berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral
untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder. Cairan pengganti :
Larutan fisiologis NaCl
Larutan Isotonis ringer laktat
Ringer asetat
Glukosa 5%
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan.
Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang
komprehensif dan valid akan menentukan penetapan diagnosis keperawatan dengan
tepat dan benar serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan
(Tarwoto dan wartonah, 2016).
Menurut Christantie Effendy (2016) pengkajian yang akan didapat pada pasien DHF
sebagai berikut :
2. Riwayat penyakit keluarga Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga
klien
Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
3. Riwayat gizi Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami 39 keluhan mual, muntah, dan nafsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
4. Kondisi lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di
kamar).
5. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi.
Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat
kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
6. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki
7. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya. (Carpenito, 2015 didalam (Tarwoto &
Wartonah, 2016)
Perencanaan keperawatan
Evaluasi