Anda di halaman 1dari 14

JURNAL PALIATIF CARE

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN


PALIATIF PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISA DI RUANG HD RSUD A. WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

OLEH :

META SUSANTI

2010152p

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN KONVERSI 2021/2022
KOTA PANGKALPINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan karunianya Saya dapat menyelesaikan analisa jurnal yang
berjudul ” HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN
PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISA DI RUANG HD RSUD A. WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA”.
Diamana jurnal tersebut sebagai pemenuhan mata kuliah paliatifcare.

Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah yang akan Saya buat di masa yang akan datang.

Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca dan juga dapat memberikan manfaat. Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Pangkalpinang, 27 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

1. LEMBAR JUDUL .............................................................................................

2. KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

3. DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

4. JURNAL .............................................................................................................. 3

5. ANALISIS JURNAL........................................................................................

✓ METODE YANG DIGUNAKAN ................................................. 12

✓ KESIMPULAN ................................................................................ 13

6. PENERAPAN...................................... ............................................................... 13
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN PERAWATAN PALIATIF


PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HD RSUD
A. WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Relationship Of Quality Of Life With Paliatif Care Needs On Patient CKD Who
Undergo TherapyHemodialisa In HD Of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda

Hesti Prawita W
Poltekkes Kemenkes Kaltim

ABSTRAK

Pendahuluan: Frekuensi Chronic Kidney Disease (CKD) stadium V atau End Stage Renal
Dissease (ESRD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia terutama di
negara berkembang khususnya Indonesia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta,
Yogyakarta, Surabayadan Bali yang melibatkan sekitar 10.000 pasien dengan metode
Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar
8,9 persen penduduk Indonesia. Pada pasien CKD stadium V, harus dilakukan terapi
pengganti ginjal yang biayanya tidaklah murah untuk hemodialisis (2 kali dalam
seminggu selama 5 jam per sesi) diperlukan biaya per tahun sebesar Rp50 – 80 juta.
Tingginya insiden dan biaya perawatan yang diperlukan bagi pasien dengan CKD
stadium V atau ESRD memberi dampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan oleh
klienpasien yang menderita CKD. Oleh karena itu bagi pasien dengan CKD sangatlah
penting untuk menjaga kualitas hidupnya.
Tujuan: Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kualitas hidup dengan
kebutuhan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di
ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian non
eksperimental. Rancangan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan model
pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional .Jumlah sampel sebanyak 58
responden yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda pada bulan Sepember – November 2016 dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah KDQOL SF 36 dan PPS.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan tingkat
signifikan 0,00 dan korelasi yang kuat dengan nilai r = -0,0493.
Simpulan: Kualitas hidup berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif, semakin
buruk kualitas hidup maka semakin tinggi kebutuhan perawatan paliatifnya.
Saran: Pengukuran kualitas hidup hendaknya dilakukan secara periodik, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perawatan paliatif bagi pasien.

Kata Kunci: Kualitas Hidup, Kebutuhan Perawatan Paliatif, CKD dan Hemodialisa

117
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

ABSTRACT

Background: The frequency of Chronic Kidney Disease (CKD) stage V or End Stage Renal
Dissease (ESRD) is increase every year around the world, especially in developing countries
like Indonesia. Population studies in four cities of Jakarta, Yogyakarta, Surabaya and Bali
involving approximately 10,000 patients with the Modified Diet in Renal Disease
(MDRD) method showed that the prevalence of CKD was 8.9 percent of Indonesia's
population. In stage V CKD patients, renal replacement therapy should be performed which
is not cheap for hemodialysis (2 times a week for 5 hours per session) an annual cost of Rp
50 - 80 million is required. The high incidence and maintenance costs required for patients
with CKD stage V or ESRD have an impact on the high cost incurred by clients who suffer
from CKD. Therefore for patients with CKD is very important tomaintain the quality of
life.
Objective : To get a picture of the relationship between quality of life with palliative care
needs inCKD patients undergoing hemodialysis therapy in HD of RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda
Method : The type and design of the study is correlational with cross sectional design.
The totalsamples are 58 respondents who undergo hemodialysis therapy in HD of
RSUD A. Wahab
Sjahranie Samarinda in September - November 2016 and suitable for inclusion and
exclusioncriteria. The patient measured using KDQOL SF 36 and PPS.
Results : The results of bivariate analysis showed that there was a statistically significant
relationship between quality of life with palliative care needs with a significant level of
0.00 and a strong correlation with r = -0.0493.
Conclusion : Quality of life is related to palliative care needs, the worse the quality of life
the higherthe need for palliative care.
Suggestion: Measurements of quality of life should be done periodically, so that it can be
used as a basis in determining palliative care for patients.

Key word: Quality of Life, Palliative Care Needs, CKD and Hemodialysis

PENDAHULUAN dunia terutama di negara berkembang


Chronic Kidney Disease (CKD) khususnyaIndonesia. Studi populasi di empat
merupakan gangguan ginjal yang kota yakniJakarta, Yogyakarta, Surabaya dan
progresif dan irreversibel di mana Bali yang melibatkan sekitar 10.000 pasien
kemampuan tubuh gagal untuk dengan metode Modification Diet in Renal
mempertahankan metabolisme dan Disease(MDRD) menunjukkan bahwa
keseimbangan cairan dan elektrolit, prevalensi CKD sebesar 8,9 persen
menyebabkan uremia (retensi urea dan penduduk Indonesia.Pada pasien CKD stadium
sampah nitrogen lain dalam darah V, harus dilakukan terapi pengganti
(Brunner & Suddarth, 2010; 1448). ginjal yang biayanya tidaklah murah
Saat ini, frekuensi untuk hemodialisis (2 kali dalam seminggu
Chronic KidneyDisease (CKD) selama 5 jam per sesi) diperlukan biaya per
stadium V atau End Stage Renal tahun sebesar Rp 50 – 80juta, Countinous
Dissease (ESRD) cenderung terus Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
meningkat setiap tahun di seluruh biaya yang diperlukan untuk pemasangan
kateter sebesar Rp 10 juta danbiaya
118
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

pertahun sebesar Rp paliatif.


50-75 juta sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk
transplatasi ginjal biaya yang Memperoleh gambaran mengenai hubungan
diperlukan untuk antara kualitas hidup dengan kebutuhan
pretransplantasi dan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani
prosedur sebesar Rp 200 juta dan terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab
biaya per Sjahranie Samarinda.
tahun sebesar Rp 75 – 150 juta
Tingginya insiden dan biaya perawatan METODE PENELITIAN
yang diperlukan bagi pasien dengan CKD Rancangan Penelitian
stadium V atau ESRD memberi dampak
Jenis dan rancangan penelitian yangdilakukan
pada tingginya biaya yang dikeluarkan
oleh klienpasien yang menderita CKD. merupakan korelasional dengan model
Oleh karena itu bagi pasien dengan CKD pendekatan subyek yang digunakan adalah cross
sangatlah penting untuk menjaga sectional.
kualitas hidupnya.
Kualitas hidup menjadi ukuran Polulasi dan Sampel
penting setelah pasien menjalani Populasi pada penelitian ini adalahseluruh
terapi pergantian ginjal seperti pasien dengan diagnosa CKD yang menjalani terapi
hemodialisis atau transplatasi ginjal hemodialisa di ruangHD RSUD A. Wahab Sjahranie
(Sathvik et all, 2008). Menurut Mittal Samarinda. Setelah dilakukan penghitungan besar
et all (2001), kualitas hidup pasien sampel diperoleh 58 sampel yang memenuhi
yang menjalani hemodialisis semakin kriteria inklusi dan eksklusi.
menurun karena pasien tidak hanya
menghadapi masalah kesehatan yang Variabel Penelitian
terkait dengan CKD tetapi juga terkait Variabel penelitian ini terdiri dari kualitas
dengan terapi yang berlangsung hidup dan kebutuhan perawatan paliatif.
seumur hidup, akibatnya kualitas
hidup pasien yang menjalani Instrumen Penelitian
hemodialisis lebih rendah Instrument yang digunakan dalampenelitian
dibandingkan pada pasien dengan ini berupa kuisioner. Kuisioner untuk mengukur
gagal jantung kongestif, penyakitparu- kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
paru kronis, atau kanker. menjalani hemodialisis adalah Kidney Disease
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Quality Of Life Short Form 36 (KDQOL SF 36),
Pakpour et al (2010), menunjukkan KDQOL SF - 36 terdiri dari 36 pertanyaan yang
bahwa pasien yang menjalani akan mengukur delapan dimensi yang terkait
hemodialisis memiliki kualitas hidup dengan kualitas hidup yaitu: fungsi fisik,
yang buruk dan cenderung mengalami keterbatasan peran karena
komplikasi seperti depresi, kekurangan masalah fisik, keterbatasan peran karena
gizi, dan peradangan. Banyak dari masalah emosional, fungsi sosial, kesehatan
mereka menderita gangguan kognitif, mental/ psikologis, vitalitas, nyeri tubuh, dan
seperti kehilangan memori, konsentrasi persepsi kesehatan secara umum. Sedangkan
rendah, gangguan fisik, mental, dan untuk mengukur kebutuhan perawatan paliatif
sosial yang nantinya mengganggu menggunakan PPS (Palliative Performance Scale).
aktifitas sehari -hari. Oleh karena itu, Skala inimemasukkan lima parameter yang di nilai:
kebutuhan pasien tidak hanya pada berjalan, aktivitas, merawat diri, asupan makanan
pemenuhan atau pengobatan gejala dan nilai kesadaran.
fisik,namun juga pentingnya dukungan Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
terhadap kebutuhan psikologis, sosial Pengumpulan data dilakukan dari bulan
dan spiritual yang dilakukan dengan September – November 2017. Responden
119
pendekatan interdisiplin. Perawatan yang memenuhi kriteria inklusi diberikan
inilah yang dikenal dengan perawatan penjelasan tentang tujuan, manfaat serta
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

risiko yang mungkin di alami Tabel 1 Karakteristik Responden


selama penelitian. Responden
yang menyatakan bersedia untuk No Karakteristik n % Mean SD Median
ikut sebagai responden penelitian, 1. Umur:
19 – 23 Tahun 1 1,7
48,09 10,658 48,83

di mintamenandatangani informed 24 – 29 Tahun 3 5,2 1,399


30 – 34 Tahun
consent. Peneliti kemudian 35 – 39 Tahun
2
4
3,4
6,9
memberikan penjelasan kepada 40 – 44 Tahun 9 15,5
45 – 49 Tahun
respnden tetang cara pengisian 50 – 54 Tahun
12
12
20,7
20,7
kuisioner dan memberikan 55 – 59 Tahun 10 17,2
60 – 64 Tahun
kesempatan kepada responden 65 – 69 Tahun
1
2
1,7
3,4
untuk bertanya apabila di dalam 70 – 74 Tahun 2 3,4
kuisioner terdapat hal-hal yang 2. Jenis Kelamin:
Laki-laki 27 46,6
belum di mengerti. Perempuan 31 53,4
Dalam menganalisis hubungan 3. Pendidikan:
SD 13 22,4
kualitas hidup dengan kebutuhan SMP 11 19
perawatan paiatif pada pasien CKD SMA
D1
22
1
37,9
1,7
yang menjalani terapihemodialysis D3 5 8,6
D4/ S1 6 10,3
di Ruang HD RSUD A. Wahab 4. Lama 23,40 24,399 15,20
Sjahranie Samarinda, digunakan Menjalani HD: ± 3,96
< 6 Bulan 16 27,6
uji korelasi person dengan 7 – 12 Bulan 9 15,5
menggunakan program SPSS for 1 – 3 Tahun
4 – 6 Tahun
24
7
41,4
12,1
window versi 19.0. dengan taraf 7 – 9 Tahun 1 1,7
signifikansi (α) = 0,05 dan 95% ≥ 10 tahun 1 1,7

Coefidence Interval (CI), dengan


ketentuan P value < 0,05. Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum kualitas
hidup
HASIL PENELITIAN 5. Riwayat
Tabel 1 menunjukkan bahwa Penyakit:
Hipertensi:
rerata umur responden 48,09 ± Ya 41 70,7
1,399 tahun dan rerata lama Tidak 17 29,3

responden menjalani terapi DM


hemodialisa adalah 23,40 ± 3,96 Ya
Tidak
18
40
31
69
bulan.
Sebagian besar responden Asam Urat:
Ya 17 29,3
pada kelompok umur 40 – 49 Tidak 41 70,7
tahun dengan jumlah responden baik dengan rata-rata status kesehatan
24 responden (41,4%) dan sebagian fisik sebesar 37,27 sedangkan rata-rata status
kecil berumur 19 – 23 tahun (1,7%). kesehatan mental sebesar 45,80. Sebagian besar
Berdasarkan jenis kelamin responden memiliki kesehatan fisik baik sebanyak
sebagian besar responden berjenis 31 responden (53,4%) sedangkan 36 responden
kelamin perempuan sebanyak 31 memiliki status kesehatan mental baik sebanyak 36
responden (53,4%) sedangkan responden (62,1%).
responden berjenis kelamin laki-laki
Tabel 2 Kualitas Hidup
sebanyak27 responden (46,6).
Berdasarkan riwayat penyakit yang
di derita oleh responden sebagian besar Scale
(number of items in
Frekuensi
Mean Median
Sta
n
n

responden mempunyai riwayat scale)


Symptom/problem list (12)
Baik Buruk
79.06 81.25
Dev
14.54 58
penyakit hipertensi sebanyak 41 Effects of kidney disease (8) 63.95 67.19 20.70 58

responden (70,7%), DM berjumlah 18 Burden of kidney disease (4)


SF-12 Physical Health 31 27
34.59 37.50 18.96
120
58

responden (31%) dan asam urat Composite (53,4%) (46,6%) 37.27 36.82 8.67 58

sebanyak 17 responden (29,3%). SF-12 Mental H 36 22 45.80 45.73 8.49


58
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

kualitas hidup yang lebih buruk dan cenderung lebih


depresi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Tabel 3
karakteristik berdasarka pendidikan, diperoleh data
Kebutuhan Perawatan Paliatif sebagian besar responden berpendidikan SMA. Menurut
Frekuens Perce Valid Qulativ penelitian yang dilakukan oleh Paraskevi (2011), pasien
i n perce e yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap
n percen kualitas hidup pasien yang menjalani terapi
hemodialisa.
Renda 39 62,7 62,7 62,7
h
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik
Tinggi 19 32,8 32,8 100
responden berdasarkan riwayat penyakit sebelum
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar menderita GGK, sebagian besar responden menderita
responden dengan kebutuhan perawatan paliatif penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan pendapat
rendah sebanyak 39 responden (67,2%) dan Wilson (2005) yang menyatakan bahwa perjalanan
kebutuhan paliatif rendah sebanyak 19 responden penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
(32,8%). mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-
tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna.
Tabel 4
Guyton dan Hall (2008) menyatakan bahwa hipertensi
Hubungan kualitas hidup dan kebutuhan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal terminal
perawatan paliatif melalui suatu proses yang mengakibatkan hilangnya
Kualitas Kebutuhan
Hidup Paliatif sejumlah nefron fungsional yang progresif dan
Kualitas Hidup irreversible. Penurunan jumlah nefron akan
Pearson Correlation 1 -.493 menyebabkan proses adaptif, yaitu meningkatnya aliran
Sig. (2-tailed) .000
N 58 58 darah, penimgkatan GFR (Glomerural Filtration Rate)
Kebutuhan Perawatan Paliatif dan peningkatan keluaran urin di dalam nefron yang
Pearson Correlation -.493 1
Sig. (2-tailed) .000
masih bertahan. Dalam jangka waktu yang lama, lesi-lesi
N 58 58 sklerotik yang terbentuk dari kerusakan nefron semakin
banyak sehingga dapat menimbulkan obliterasi
glomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat ginjal lebih lanjut dan menimbulkan lingkaran setan
hubungan antara kualitas hidup dengan yang berkembang secara lambat dan berakhir sebagai
kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai penyakit gagal ginjal terminal. Hal ini di perkuat dengan
signifikan 0,000 (p < 0,05) dengan kekuatan pedapat Tessy (2009) yang menyatakan bahwa beratnya
hubungan kuat (-0,493), di mana jika pengaruhhipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya
responden mempunyai kualitas hidup yang tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi.
baik maka kebutuhan perawatan paliatif akan Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu yang lama
rendah (berkurang). maka semakin berat komplikasi yang ditimbulkan
terutama pada ginjal.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran kebutuhan perawatan
paliatif pada responden di peroleh data sebagian besar
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
responden kebutuhan perawatan paliatif rendah.
karakteristik responden berdasarkan dengan jenis
Kebutuhan perawatan paliatif dipengaruhi masalah-
kelamin diperoleh data sebagian besar responden
masalah yang timbul akibat perubahan faktor fisik,
berjenis kelamin perempuan (53,4%). Hal ini
psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Faktor fisik
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dipengaruhi oleh keluhan atau penderitaan/ gejala fisik
Paraskevi (2011), dimana pasien dengan jenis
yang mengganggu. Faktor psikologis dipengaruhi oleh
kelamin perempuan cederung mempunyai kua
emosi, kecemasan dan depresi. Faktor sosial dipengaruhi
litas hidup yang lebih rendah dibandingkan
oleh kesulitan di bidang finansial serta keterbatasan atau
denganpasien berjenis kelamin laki-laki.
kehilangan aktivitas fisik. Faktor kultural dipengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan oleh pemahaman yang keliru tetang penyakit, nyeri dan
karakteristik responden berdasarkan usia, di kematian, faktor emosional sesuai kulturnya, hal - hal
peroleh data sebagian besar responden yang berhubungan dengan ras, kendala bahasa,
121
berada pada rentang usia 45 - 54 tahun. kepercayaan religius atau non religius, kebiasaan, tradisi,
Menurut Paraskevi (2011), pada pasien struktur keluarga. Faktor spiritual dipengaruhi oleh
dengan usialanjut cenderung mempunyai perasaan bahwa hidup pasien masih tetap mempunyai
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

arah/ tujuan yang jelas dan berarti bagi dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai
sesamanya. Berdasarkan hasil pengukuran signifikan 0,000 (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan
kualitas hidup pada responden diperoleh penelitian yang dilakukan oleh Maradewi (2015)
data sebagian besar kualitas hidup baik menyatakan bahwa pasien dengan adekuasi hemodialisis
dengan domain kesehatan fisik baik baik memiliki kualitas hidup yang baik juga (p < 0,05).
sebanyak 53,4% sedangkan domain Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) dapat
kesehatan mental baik sebanyak 62,1%. disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kualitas
Pasien GGK sebelum menjalani terapi hidup dan kebutuhan perawatan paliatif kuat. Semakin
hemodialisis akan sangat terganggu baik kualitas hidup, maka semakin rendah kebutuhan
aktivitasnya baik untuk bekerja maupun perawatan paliatif.
bergaul, juga kesulitan dalam tidur karena Kualitas hidup menjadi ukuran penting setelah
rasa sakit yang dirasakan. Di samping itu pasien menjalani terapi penggantian ginjal seperti
berbagai keluhan fisik dikeluhkan pasien hemodialisi atau transplantasi ginjal (Sathvik,
tergantung dari tingkat keparahan Parthasarathi, Narahari dan Gurudev, 2008).
penyakitnya dan komplikasi yang menyertai Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat
yang tidak sama antara satu pasien dengan mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus akan
pasien yang lainnya. Hal ini sesuai dengan mengubah pola hidup pasien. Perubahan ini mencakup
teori yang menyatakan bahwa paien GGK diet pasien, tidur dan istirahat, penggunaan obat-obatan
akan merasakan adanya rasa tidak nyaman, dan aktivitas sehari-hari (Schatelldan Witten, 2012).
sesak, edema, nyeri dada, rasa mual maupun Menurut Headley dan Wall (2000),
muntah, serta kram otot yang menyebabkan menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup
nyeri hebat (Brunner & Suddarth, pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis
2010).untuk itu pasien sangat tergantung diperlukan pendekatan secara menyeluruh baik
pada terapi hemodialisis untuk dukungan dari tenaga medis, keluarga, sosial dan dari
meningkatkan kualitas hidupnya. kepatuhan pasien sendiri.
Setelah menjalani terapi hemodialisis Pasien dengan penyakit kronik tidak hanya
keadaan fisik responden mengalami mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak
perbaikan yang berarti walaupun tidak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
semua r esponden menyatakan demikian. juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual
Responden sesudah menjalani terapi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
hemodialisis tampak berkurang sesaknya keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium
dan responden tampak lebih rileks. lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/
Perubahan ini karena zat-zat toksik dalam pengobatan gejala fisik namun juga perlu diberikan
darah dikeluarkan, juga cairan dalam tubuh dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
responden telah dibuang sesuai dengan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan
kondisi klinis responden. Kondisi ini akan interdisiplin yangt dikenal sebagai perawatan paliatif
membuat responden dapat tidur dan istirahat (Doyle & Macdonald, 2003).
serta mampu melakukan aktivitas fisik Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan
sehari-hari (Corwin, 2000). untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang
Setelah menjalani terapi hemodialisis, mengancam nyawa dengan memberikan penghilang
kualitas hidup pada domain mental rasa sakit dan gejala, dukungan spiritual dan
(psikologis) mengalami peningkatan pada psikososial sejak tegaknya diagnosis hingga akhir
tingkat kualitas hidup yang baik. Responden kehidupan serta periode kehilangan keluarga yang
setelah melewati satu jam pertama tindakan sakit. (WHO, 2007).
hemodialisis sudah mulai tenang yang Tujuan utama perawatan paliatif ialah mencapai
ditunjukkan dengan tidur pulas atau kualitas hidup yang terbaik bagi penderita dan
berbincang dengan sesama pasien atau keluarganya, maka diperlukan pendekatan yang
keluarga pasien lainnya. Pada umumnya dilakukan secara tim. Tim perawatan paliatif bersifat
pasien tidak mempunyai perasaan interdisiplin, yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat,
negatif,masih dapat berpikir, mengingat dan fisioterapi, gizi, psikolog/ psiater, radiolog, pekerja
berkonsentrasi dengan baik (Hudak & sosial, relawan dan rohaniawan. Masing-masing
Gallo, 1997). anggota tim sama pentingnya dan saling melengkapi
Berdasarkan hasil analisis hubungan (complementary skill and expertise), sehingga tim ini
antara kualitas hidup dengan kebutuhan mampu memberikan pelayanan yang paripurna 122
perawatan paliatif menunjukkan bahwa (comprehensive) bagi penderita sebagai manusia yang
terdapat hubungan antara kualitas hidup utuh dengan berbagai aspek kehidupannya.
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

Untuk mencapai kualitas hidup yang baik Matzo, ML & Sherman, D.W. Palliative Care Nursing:
diperlukan perawatan paliatif. Dengan menilai Quality Care To TheEnd Of
kualitas hidup pasien secara periodik, jelas dan Life. 2. ed.New York: Spinger Publishing
menyeluruh dapat membantu menentukan Company. 2006.
kapan harus memberikan perawatan paliatif Mittal, et al. Selfassessed physical and mental
(WHO QOL, 2010). function of haemodialysis patients.
Nephrology, Dialysis, Transplantation.
KESIMPULAN DAN SARAN 2001: 16,1387–1394.
Kesimpulan Muckaden, M. et al. Pediatric palliative care:
Terdapat hubungan antara kualitas hidup theory to practice. Indian Journal of
dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan advance nursing. Vol 48 (5). 2011:P
nilai R (-0,493) dengan nilai signifikan 0,000 457-483.
(<0,05). Semakin baik kualitas hidup pasien, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
maka semakin berkurang (rendah) kebutuhan (Menkes RI). Kebijakan Perawatan
akan perawatan paliatif. Paliatif. 2007 (online),
(http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes
Saran 812707.pdf
Hendaknya dilakukan penilaian kualitas Kemenkes RI. Kepmenkes RI Nomor: 812/
hidup bagi pasien CKD yang menjalani terapi Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
HD secara periodik sehingga pasien dapat Perawatan Palliative. 2007
menjalani kehidupan lebih baik. Kizilcik,Z, et al. Prevalence of depression in
patients on hemodialysis and its impact
REFERENSI on quality of life. Journal Medical
Anderson, et al. Palliative Performance Scale Science. 2012: 28 (4), 695-699.
(PPS): A New Tool. J. Palliat Care. 1996: Pakpour, et al. Health related quality of life in
12 (1): 5-11. a sample of iranian patients on
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan hemodialysis. International journalkidney
Medikal Bedah. Edisi. Jakarta: EGC. disease,. 2010: 4, 50-59.
2010. Paraskevi, T. The Role Of Sociodemographic
Corwin. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Factor In Health Related Quality Of Life
EGC. 2002. Of Patients With End Stage Renal
Data Rekam Medik Ruang HD RSUD A. Disease. International Journal Of Caring
Wahab Sjahranie Samarinda. Tanggal 01 Science. 2011: 4 (1) p. 40 -50
Maret 2016 Ron D. Hays, et al. A Manual For Use And
Djauzi, S, et al. Perawatan Paliatif dan bebas Scoring Kidney Disease Quality Of Life
nyeri pada penyakit kanker. Jakarta: YPI. Short Form. Was.hington D.C: RAND.
Press. 2003. 2007
Doyle, Hanks and Macdonald. Oxford Santos, P., et al. Quality of life among women
Textbook Of Palliative Medicine.Oxford with sexual dysfunctionundergoing
Medical Publications (OUP). 3rd. end hemodialysis: a cross sectional
.2003. observational study. Health and quality
Guyton, A.C., and Hall, J.E. Buku Ajar of life outcomes, 2012: 10, 1-5.
Fisiologi Kedokteran. 11th ed, Jakarta: Sathvik B.S. An Assesment Of Qualitu OfLife
EGC. 2008: pp. 231-237 dan 326-327. In Hemodialysis Patients Using The
Harrold, et al. Is The Palliative Performance WHOQOL-BREF Questioonare. Indian
Scale A UsefulPredictor of Mortality in Journal Of Nefrology. 2008: 18 (4) 141-
A Heterogeneous Hospice Population?. J. 9.
Palliat Med. 2005: 8 (3):503-509. Suzanne C. Smeltzer, et al. Brunner &
Headley, CM dan Wall, B. Advanced Practice Suddarth’s Textbook Of Medical –
Nurses: Role In The Hemodialysis Surgical Nursing. 12th. Ed. Philadelphia:
Unit.Nefrology Nursing Journal. 2000: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.
27. 177-178. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik Dalam
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Pendekatan Holistik, 1997: 6 (II). Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
123
Maradewi M. Hubungan Keadekuatan Penyakit Dalam FKUI. 2009.
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup. Testa MA, Simonson DC. Assesment of
Jurnal Majority. 2015: 4 (1). 39 – 46. Quality of Life outcomes. The New
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017

England Journal of
Medicine.1996; 334: 835-39.
Tessy, A., 2009. Hipertensi Pada
Penyakit Ginjal. In: Sudoyo,
A.W., Setiyobudi, B., Alwi,
I., Simadibarata, M., Setiati,
S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II. 5th ed,
Jakarta: Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam. 2009: pp.
1086-1089
Ware JE, Sherbourne CD. The
MOS 36- Item Short Form
Health Survey (SF 36).
Conceptual Framework and
Item selection. Medical
Care. 1992; 30:473-
483.

WHOQOL Group. Study Protocol


for the World Health
Organization Projecy To
Develop A Quality Of Life
Assesment Instrumen
(WHOQOL). Qual Life
esment Instrumen
(WHOQOL). QualLife Res.
2010.
Yong, DSP., Kwok, AOL., Wong,
DML. Symptom burden and
quality of life in end stage
renal disease: a study of 179
patients on dialysis and
palliative care. Palliative
medicine Journal.2009:
23,111-
119.DOI10.1177/026921630
8101099

124
ANALISIS JURNAL

A. JUDUL

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP DENGAN KEBUTUHAN


PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI
TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HD RSUD A. WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

B. PENULIS
Hesti Prawita W

C. MENGAPA JURNAL INI DITERBITKAN


Untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kualitas hidup
dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani terapi
hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda

D. KAPAN JURNAL INI DI TERBITKAN


Jurnal ini di buat Mei tahun 2017 di ESUD A. Wahab Sjahranie

E. METODE YANG DIGUNAKAN


Jenis dan rancangan penelitian yang dilakukan merupakan korelasional dengan
model pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional. Populas pada
penelitian ini adalahseluruh pasien dengan diagnosa CKD yang menjalani
terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Setelah
dilakukan penghitungan besar sampel diperoleh 58 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel penelitian ini terdiri dari kualitas
hidup dan kebutuhan perawatan paliatif.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner.
Pengumpulan data dilakukan dari bulan September – November 2017.
Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang
tujuan, manfaat serta risiko yang mungkin di alami selama penelitian.
Responden yang menyatakan bersedia untuk ikut sebagai responden
penelitian, di minta menandatangani informed consent. Peneliti kemudian
memberikan penjelasan kepada respnden tetang cara pengisian kuisioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila di dalam
kuisioner terdapat hal-hal yang belum di mengerti.
Dalam menganalisis hubungan kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan
paiatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialysis di Ruang HD
RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda, digunakan uji korelasi person dengan
menggunakan program SPSS for window versi 19.0. dengan taraf signifikansi
(α) = 0,05 dan 95% Coefidence Interval (CI), dengan ketentuan P value
<0,05.
F. Kesimpulan

Dari jurnal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Terdapat hubungan antara
kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai R (-0,493)
dengan nilai signifikan 0,000 (<0,05). Semakin baik kualitas hidup pasien, maka
semakin berkurang (rendah) kebutuhan akan perawatan paliatif.
Hal tersebut sejalan dengan tori teori yang ada sehingga di mungkinkan untuk
setiap tim kesehatan atau pelayanana ksesehatan untuk melakukan perawatan
palitif pada pasien pasien terminal.

PENERAPAN DI TEMPAT BEKERJA


Tempat saya bekerja adalah Puskesmas dengan rawat inap. Di Puskesmas tidak banyak pasein
terminal karena biasanya psien pasein terminal langsung di rujuk ke rumasakit.
Pada umumnya pasien pasien ini mengalami penurunan kualitas hidup. Namun karena di
tempat saya bekrja tidak ada kasus pasien terminal maka tidak di perlukannya pelayanan
paliatif care, akan tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat akan adanya pelayanan rawat
inap yang di mungkinkannya ada pasien pasien dengan kasus terminal. Maka dari itu perlunya
persiapan di Puskesmas tersebut untuk persiapan jika sewaktu waktu ada pasien terminal.
Menurut penelitian ini Terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan
paliatif, tentu saja bukan hanya menurut penelitian ini saja, namun banyak sekali yang
menyatakan akn hal itu, tak terkecuali literartur dari buku dan tinjauan teoritis. Tapi saya
menarik kesimpulan bahwa di tempat saya belerja belum saatnya untuk menerapkan
perawatan paliatif care seperti pada metode/ penelitian ini di kareanakan tidak adanya objek
implementasi (pasien terminal)

Anda mungkin juga menyukai