OLEH :
META SUSANTI
2010152p
Penulis
DAFTAR ISI
4. JURNAL .............................................................................................................. 3
5. ANALISIS JURNAL........................................................................................
✓ KESIMPULAN ................................................................................ 13
6. PENERAPAN...................................... ............................................................... 13
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017
Relationship Of Quality Of Life With Paliatif Care Needs On Patient CKD Who
Undergo TherapyHemodialisa In HD Of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
Hesti Prawita W
Poltekkes Kemenkes Kaltim
ABSTRAK
Pendahuluan: Frekuensi Chronic Kidney Disease (CKD) stadium V atau End Stage Renal
Dissease (ESRD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia terutama di
negara berkembang khususnya Indonesia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta,
Yogyakarta, Surabayadan Bali yang melibatkan sekitar 10.000 pasien dengan metode
Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar
8,9 persen penduduk Indonesia. Pada pasien CKD stadium V, harus dilakukan terapi
pengganti ginjal yang biayanya tidaklah murah untuk hemodialisis (2 kali dalam
seminggu selama 5 jam per sesi) diperlukan biaya per tahun sebesar Rp50 – 80 juta.
Tingginya insiden dan biaya perawatan yang diperlukan bagi pasien dengan CKD
stadium V atau ESRD memberi dampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan oleh
klienpasien yang menderita CKD. Oleh karena itu bagi pasien dengan CKD sangatlah
penting untuk menjaga kualitas hidupnya.
Tujuan: Memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kualitas hidup dengan
kebutuhan perawatan paliatif pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di
ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian non
eksperimental. Rancangan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan model
pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional .Jumlah sampel sebanyak 58
responden yang menjalani terapi hemodialisa di ruang HD RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda pada bulan Sepember – November 2016 dan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah KDQOL SF 36 dan PPS.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara
statistik antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan tingkat
signifikan 0,00 dan korelasi yang kuat dengan nilai r = -0,0493.
Simpulan: Kualitas hidup berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif, semakin
buruk kualitas hidup maka semakin tinggi kebutuhan perawatan paliatifnya.
Saran: Pengukuran kualitas hidup hendaknya dilakukan secara periodik, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perawatan paliatif bagi pasien.
Kata Kunci: Kualitas Hidup, Kebutuhan Perawatan Paliatif, CKD dan Hemodialisa
117
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017
ABSTRACT
Background: The frequency of Chronic Kidney Disease (CKD) stage V or End Stage Renal
Dissease (ESRD) is increase every year around the world, especially in developing countries
like Indonesia. Population studies in four cities of Jakarta, Yogyakarta, Surabaya and Bali
involving approximately 10,000 patients with the Modified Diet in Renal Disease
(MDRD) method showed that the prevalence of CKD was 8.9 percent of Indonesia's
population. In stage V CKD patients, renal replacement therapy should be performed which
is not cheap for hemodialysis (2 times a week for 5 hours per session) an annual cost of Rp
50 - 80 million is required. The high incidence and maintenance costs required for patients
with CKD stage V or ESRD have an impact on the high cost incurred by clients who suffer
from CKD. Therefore for patients with CKD is very important tomaintain the quality of
life.
Objective : To get a picture of the relationship between quality of life with palliative care
needs inCKD patients undergoing hemodialysis therapy in HD of RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda
Method : The type and design of the study is correlational with cross sectional design.
The totalsamples are 58 respondents who undergo hemodialysis therapy in HD of
RSUD A. Wahab
Sjahranie Samarinda in September - November 2016 and suitable for inclusion and
exclusioncriteria. The patient measured using KDQOL SF 36 and PPS.
Results : The results of bivariate analysis showed that there was a statistically significant
relationship between quality of life with palliative care needs with a significant level of
0.00 and a strong correlation with r = -0.0493.
Conclusion : Quality of life is related to palliative care needs, the worse the quality of life
the higherthe need for palliative care.
Suggestion: Measurements of quality of life should be done periodically, so that it can be
used as a basis in determining palliative care for patients.
Key word: Quality of Life, Palliative Care Needs, CKD and Hemodialysis
responden (31%) dan asam urat Composite (53,4%) (46,6%) 37.27 36.82 8.67 58
arah/ tujuan yang jelas dan berarti bagi dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai
sesamanya. Berdasarkan hasil pengukuran signifikan 0,000 (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan
kualitas hidup pada responden diperoleh penelitian yang dilakukan oleh Maradewi (2015)
data sebagian besar kualitas hidup baik menyatakan bahwa pasien dengan adekuasi hemodialisis
dengan domain kesehatan fisik baik baik memiliki kualitas hidup yang baik juga (p < 0,05).
sebanyak 53,4% sedangkan domain Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) dapat
kesehatan mental baik sebanyak 62,1%. disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kualitas
Pasien GGK sebelum menjalani terapi hidup dan kebutuhan perawatan paliatif kuat. Semakin
hemodialisis akan sangat terganggu baik kualitas hidup, maka semakin rendah kebutuhan
aktivitasnya baik untuk bekerja maupun perawatan paliatif.
bergaul, juga kesulitan dalam tidur karena Kualitas hidup menjadi ukuran penting setelah
rasa sakit yang dirasakan. Di samping itu pasien menjalani terapi penggantian ginjal seperti
berbagai keluhan fisik dikeluhkan pasien hemodialisi atau transplantasi ginjal (Sathvik,
tergantung dari tingkat keparahan Parthasarathi, Narahari dan Gurudev, 2008).
penyakitnya dan komplikasi yang menyertai Hemodialisis yang dilakukan oleh pasien dapat
yang tidak sama antara satu pasien dengan mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus akan
pasien yang lainnya. Hal ini sesuai dengan mengubah pola hidup pasien. Perubahan ini mencakup
teori yang menyatakan bahwa paien GGK diet pasien, tidur dan istirahat, penggunaan obat-obatan
akan merasakan adanya rasa tidak nyaman, dan aktivitas sehari-hari (Schatelldan Witten, 2012).
sesak, edema, nyeri dada, rasa mual maupun Menurut Headley dan Wall (2000),
muntah, serta kram otot yang menyebabkan menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup
nyeri hebat (Brunner & Suddarth, pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis
2010).untuk itu pasien sangat tergantung diperlukan pendekatan secara menyeluruh baik
pada terapi hemodialisis untuk dukungan dari tenaga medis, keluarga, sosial dan dari
meningkatkan kualitas hidupnya. kepatuhan pasien sendiri.
Setelah menjalani terapi hemodialisis Pasien dengan penyakit kronik tidak hanya
keadaan fisik responden mengalami mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak
perbaikan yang berarti walaupun tidak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
semua r esponden menyatakan demikian. juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual
Responden sesudah menjalani terapi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
hemodialisis tampak berkurang sesaknya keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium
dan responden tampak lebih rileks. lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/
Perubahan ini karena zat-zat toksik dalam pengobatan gejala fisik namun juga perlu diberikan
darah dikeluarkan, juga cairan dalam tubuh dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
responden telah dibuang sesuai dengan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan
kondisi klinis responden. Kondisi ini akan interdisiplin yangt dikenal sebagai perawatan paliatif
membuat responden dapat tidur dan istirahat (Doyle & Macdonald, 2003).
serta mampu melakukan aktivitas fisik Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan
sehari-hari (Corwin, 2000). untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang
Setelah menjalani terapi hemodialisis, mengancam nyawa dengan memberikan penghilang
kualitas hidup pada domain mental rasa sakit dan gejala, dukungan spiritual dan
(psikologis) mengalami peningkatan pada psikososial sejak tegaknya diagnosis hingga akhir
tingkat kualitas hidup yang baik. Responden kehidupan serta periode kehilangan keluarga yang
setelah melewati satu jam pertama tindakan sakit. (WHO, 2007).
hemodialisis sudah mulai tenang yang Tujuan utama perawatan paliatif ialah mencapai
ditunjukkan dengan tidur pulas atau kualitas hidup yang terbaik bagi penderita dan
berbincang dengan sesama pasien atau keluarganya, maka diperlukan pendekatan yang
keluarga pasien lainnya. Pada umumnya dilakukan secara tim. Tim perawatan paliatif bersifat
pasien tidak mempunyai perasaan interdisiplin, yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat,
negatif,masih dapat berpikir, mengingat dan fisioterapi, gizi, psikolog/ psiater, radiolog, pekerja
berkonsentrasi dengan baik (Hudak & sosial, relawan dan rohaniawan. Masing-masing
Gallo, 1997). anggota tim sama pentingnya dan saling melengkapi
Berdasarkan hasil analisis hubungan (complementary skill and expertise), sehingga tim ini
antara kualitas hidup dengan kebutuhan mampu memberikan pelayanan yang paripurna 122
perawatan paliatif menunjukkan bahwa (comprehensive) bagi penderita sebagai manusia yang
terdapat hubungan antara kualitas hidup utuh dengan berbagai aspek kehidupannya.
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017
Untuk mencapai kualitas hidup yang baik Matzo, ML & Sherman, D.W. Palliative Care Nursing:
diperlukan perawatan paliatif. Dengan menilai Quality Care To TheEnd Of
kualitas hidup pasien secara periodik, jelas dan Life. 2. ed.New York: Spinger Publishing
menyeluruh dapat membantu menentukan Company. 2006.
kapan harus memberikan perawatan paliatif Mittal, et al. Selfassessed physical and mental
(WHO QOL, 2010). function of haemodialysis patients.
Nephrology, Dialysis, Transplantation.
KESIMPULAN DAN SARAN 2001: 16,1387–1394.
Kesimpulan Muckaden, M. et al. Pediatric palliative care:
Terdapat hubungan antara kualitas hidup theory to practice. Indian Journal of
dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan advance nursing. Vol 48 (5). 2011:P
nilai R (-0,493) dengan nilai signifikan 0,000 457-483.
(<0,05). Semakin baik kualitas hidup pasien, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
maka semakin berkurang (rendah) kebutuhan (Menkes RI). Kebijakan Perawatan
akan perawatan paliatif. Paliatif. 2007 (online),
(http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes
Saran 812707.pdf
Hendaknya dilakukan penilaian kualitas Kemenkes RI. Kepmenkes RI Nomor: 812/
hidup bagi pasien CKD yang menjalani terapi Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
HD secara periodik sehingga pasien dapat Perawatan Palliative. 2007
menjalani kehidupan lebih baik. Kizilcik,Z, et al. Prevalence of depression in
patients on hemodialysis and its impact
REFERENSI on quality of life. Journal Medical
Anderson, et al. Palliative Performance Scale Science. 2012: 28 (4), 695-699.
(PPS): A New Tool. J. Palliat Care. 1996: Pakpour, et al. Health related quality of life in
12 (1): 5-11. a sample of iranian patients on
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan hemodialysis. International journalkidney
Medikal Bedah. Edisi. Jakarta: EGC. disease,. 2010: 4, 50-59.
2010. Paraskevi, T. The Role Of Sociodemographic
Corwin. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Factor In Health Related Quality Of Life
EGC. 2002. Of Patients With End Stage Renal
Data Rekam Medik Ruang HD RSUD A. Disease. International Journal Of Caring
Wahab Sjahranie Samarinda. Tanggal 01 Science. 2011: 4 (1) p. 40 -50
Maret 2016 Ron D. Hays, et al. A Manual For Use And
Djauzi, S, et al. Perawatan Paliatif dan bebas Scoring Kidney Disease Quality Of Life
nyeri pada penyakit kanker. Jakarta: YPI. Short Form. Was.hington D.C: RAND.
Press. 2003. 2007
Doyle, Hanks and Macdonald. Oxford Santos, P., et al. Quality of life among women
Textbook Of Palliative Medicine.Oxford with sexual dysfunctionundergoing
Medical Publications (OUP). 3rd. end hemodialysis: a cross sectional
.2003. observational study. Health and quality
Guyton, A.C., and Hall, J.E. Buku Ajar of life outcomes, 2012: 10, 1-5.
Fisiologi Kedokteran. 11th ed, Jakarta: Sathvik B.S. An Assesment Of Qualitu OfLife
EGC. 2008: pp. 231-237 dan 326-327. In Hemodialysis Patients Using The
Harrold, et al. Is The Palliative Performance WHOQOL-BREF Questioonare. Indian
Scale A UsefulPredictor of Mortality in Journal Of Nefrology. 2008: 18 (4) 141-
A Heterogeneous Hospice Population?. J. 9.
Palliat Med. 2005: 8 (3):503-509. Suzanne C. Smeltzer, et al. Brunner &
Headley, CM dan Wall, B. Advanced Practice Suddarth’s Textbook Of Medical –
Nurses: Role In The Hemodialysis Surgical Nursing. 12th. Ed. Philadelphia:
Unit.Nefrology Nursing Journal. 2000: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.
27. 177-178. Suwitra, Ketut. Penyakit Ginjal Kronik Dalam
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Pendekatan Holistik, 1997: 6 (II). Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
123
Maradewi M. Hubungan Keadekuatan Penyakit Dalam FKUI. 2009.
Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup. Testa MA, Simonson DC. Assesment of
Jurnal Majority. 2015: 4 (1). 39 – 46. Quality of Life outcomes. The New
Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya Vol.1 No. 2, Mei 2017
England Journal of
Medicine.1996; 334: 835-39.
Tessy, A., 2009. Hipertensi Pada
Penyakit Ginjal. In: Sudoyo,
A.W., Setiyobudi, B., Alwi,
I., Simadibarata, M., Setiati,
S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid II. 5th ed,
Jakarta: Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam. 2009: pp.
1086-1089
Ware JE, Sherbourne CD. The
MOS 36- Item Short Form
Health Survey (SF 36).
Conceptual Framework and
Item selection. Medical
Care. 1992; 30:473-
483.
124
ANALISIS JURNAL
A. JUDUL
B. PENULIS
Hesti Prawita W
Dari jurnal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Terdapat hubungan antara
kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai R (-0,493)
dengan nilai signifikan 0,000 (<0,05). Semakin baik kualitas hidup pasien, maka
semakin berkurang (rendah) kebutuhan akan perawatan paliatif.
Hal tersebut sejalan dengan tori teori yang ada sehingga di mungkinkan untuk
setiap tim kesehatan atau pelayanana ksesehatan untuk melakukan perawatan
palitif pada pasien pasien terminal.