Anda di halaman 1dari 3

H.

OBSTIPASI

1.Deifinisi

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada
saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan
mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak te rjadi, maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi
ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan t idak
menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak
sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam
dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.

2. Etiologi

1.Kebiasaan makan

Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini
terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.

2.Hypothyroidisme

Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat
cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.

3.Keadaan mental

Faktor kejiwaan memegang peranan penting te rhadap terjadinya obstipasi terutama depresi berat
sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2
tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung
tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan
karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa
hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, se hingga
anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih
untuk buang air be sar.
4.Penyakit organis

Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan divericulitis.
Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir
yang mengalami trombosis.

5.Kelaina konjenital

Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit hirscprung).
Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.

Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak me ngeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.

6.Penyebab lain

Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya peristaltik.
Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan c airan.

3.Patofisiologi

Patofisiologi Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kec uali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang ter jadi sekali atau
duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :

1.Asupan cairan yang adekuat.

2.Kegiatan fisik dan mental.

3.Jumlah asupan makanan berserat.

4 tanda dan gejala

1.Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak
mengeluarkan 3 hari atau lebih

2.sakit dan kejang pada perut.

3.Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot.

4.Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.

5.Bising usus yang janggal.

6.Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala

7.Terdapat luka pada anus.

5.Penatalaksanaan

1.Mencari penyebab

2.Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan dan kondisi psikis
3.Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, laksativa.

6.Pencegahan

Untuk mencegah sembelit, perhatikan asupan serat anak. Jika bayi masih mendapatkan ASI, maka
pola makan ibu harus diperhatikan. Untuk bayi yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI
beri juga buah-buahan yang bisa merangsang pergerakan tinja.

Sembelit juga dapat dicegah dengan memberikan cukup cairan, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan.

Melakukan pemijatan pada perut bayi secara lembut juga bisa membantu. Pemijatan dilakukan
sesuai pergerakan usus, yakni dari arah kanan bawah ke kanan atas, dilanjutkan ke kiri atas lalu kiri
bawah secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai