Anda di halaman 1dari 1

TUANKU TAMBUSAI

Nama aslinya adalah Muhammad Saleh. Dilahirkan di


Kampar, Riau, pada tanggal 5 November 1784. Ia
adalah putra seorang pejabat tinggi agama di kerajaan
Tambusai. Ketika ia menuntut ilmu agama di
Minangkabau, ia berkenalan dengan Tuanku Imam
Bonjol. Ia kemudian menjadi salah seorang pemimpin
kaum Paderi dan digelari Tuanku Tambusai.

Kepemimpinan Tuanku Tambusai dimulai saat


Tuanku Rao, salah seorang pemimpin Kaum Paderi
lainnya, gugur dalam pertempuran di Air Bengis pada
tahun 1832. Benteng Rao dapat dikuasai sepenuhnya
oleh pasukan Belanda pada bulan September 1832.
Tuanku Tambusai lantas membawa anggota pasukan Kaum Paderi yang tersisa menuju arah
utara dan kemudian mendirikan benteng pertahanan di Dalu-dalu. Dari benteng ini pulalah
Tuanku Tambusai mengorganisir segenap anggota pasukannya untuk menyerang pasukan
Belanda melalui taktik perang gerilya.

Pasukan Belanda yang berusaha keras merebut Bonjol sering kali dibuat pecah konsentrasinya
akibat serangan kaum Paderi pimpinan Tuanku Tambusai. Oleh karena itu meski telah
mengerahkan 14.000 anggota pasukannya untuk mengepung Bonjol, pasukan Belanda
membutuhkan waktu sekitar 3 tahun sebelum akhirnya mampu menguasai Bonjol pada 16
Agustus 1837.

Meskipun Tuanku Imam Bonjol akhirnya tertangkap, namun Kaum Paderi tetap gigih
melancarkan serangan-serangannya dengan dipimpin oleh Tuanku Tambusai. Usaha pasukan
Belanda merebut benteng Dalu-dalu senantiasa kandas mengingat kuat dan kokohnya benteng
pertahanan kaum Paderi tersebut. Baru setelah setahun melakukan pengepungan dan
penyerangan secara besar-besaran, 28 Desember 1838 benteng Dalu-dalu jatuh. Tuanku
Tambusai meloloskan diri menuju Negeri Sembilan, Malaysia. Ia terus berada di Negeri
Sembilan hingga akhirnya wafat pada tanggal 12 November 1882.

Pemerintah Indonesia mengangkat Tuanku Tambusai sebagai Pahlawan Nasional pada tahun
1995.

Anda mungkin juga menyukai