Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REVIEW JURNAL

JURNAL OBAT SISTEM SARAF PUSAT UNTUK ANTI ANXIETAS

& JURNAL OBAT ANASTESI

Dosen : Fathia Michella Thaurisandy Putri M.,Farm

Disusun oleh :

Sri Wahyu Indahyani


1924823
Farmasi Regular B

Tahun 2019/2020
A. IDENTITAS
JURNAL (1)

Sumber Jurnal Jurnal Teknosains


Judul Jurnal Identifikasi efek depresan SSP (Susunan Saraf Pusat), Antikejang Dan
Neurotoksisitas Senyawa 4-Klorobenzoiltiourea pada mencit putih
jantan.
Tujuan Jurnal Mengidentifikasi obat antidepresan senyawab 4-Klorobenzotiurea pada
mencit putih jantan
Reviewers Sri Wahyu Indahyani
Volume Jurnal Volume 2
Tanggal Publikasi 22 Desember 2012
Jurnal
Nama peneliti 1. Aguslina Kirtishanti
2. Dini Kesuma
B. ISI

Latar Belakang Pada tahun 1998, Siswandono telah melakukan sintesis benzoilurea
Penelitian (Background melalui reaksi asilasi antara salah satu gugus amina primer urea dengan
) gugus benzoil dari benzoil klorida dan telah melakukan penelitian
hubungan kuantitatif struktur-aktivitas turunan benzoilurea. Penelitian
tersebut mendapatkan hasil bahwa ada hubungan non-linier (parabolik)
antara perubahan struktur, parameter sifat-sifat lipofilik (log P),
elektronik (δ), dan sterik (Es) dari senyawa-senyawa turunan benzoilurea
dengan aktivitas pada sistem saraf pusat berupa gangguan koordinasi
gerak pada mencit. Kesuma (2004) melakukan sintesis senyawa
benzoiltiourea dengan mengganti atom oksigen pada posisi C2 dengan
atom sulfur yang terdapat pada tiourea.Penggantian atom O pada urea
dengan atom S menjadi tiourea, di mana sifat elektronegativitas atom O
lebih besar dari atom S, dan diharapkan meningkatkan lipofilitas
senyawa benzoiltiourea. Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa senyawa
benzoiltiourea tersebut mempunyai efek sebagai penekan sistem saraf
pusat, sehingga benzoiltiourea dapat dijadikan sebagai senyawa induk
untuk dikembangkan lebih lanjut dalam usaha mendapatkan senyawa
baru dengan aktivitas penekan saraf pusat yang lebih tinggi (Kesuma,
2004).
Pengembangan senyawa turunan benzoiltiourea sebagai penekan sistem
saraf pusat (SSP), didasarkan pada struktur senyawa yang mengandung
gugus ureida asiklik yang merupakan isosterik dari struktur obat penekan
SSP pada umumnya. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan modifikasi struktur benzoiltiourea menggunakan model
Topliss, berdasarkan perubahan sifat lipofilik dan elektronik yang makin
meningkat, diramalkan dapat memberikan aktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan senyawa induk. Pada pengamatan ini dilakukan identifikasi
efek depresan SSP, antikejang, dan neurotoksisitas dari senyawa hasil
sintesis yaitu 4-klorobenzoiltiourea. Identifikasi efek depresan SSP
menggunakan metode Barbiturat Sleeping Time, identifikasi efek
antikejang dengan menggunakan metode MaximumElectroshock Seizure,
dan efek neurotoksisitas menggunakan batang berputar (rotarod) pada
mencit (Mus musculus).
Metode Penelitian Dalam ppengamatan metode penelitian ini menggunakan mencit (Mus
musculus) galur Balb C, jantan, dewasa berumur 2-3 bulan dengan berat
badan 20-35 gram, tidak ada kelainan yang tampak pada bagian tubuh.
Dua minggu sebelum perlakuan, dan mencit diadaptasikan pada ruangan
tempat penelitian. Mencit dipuasakan selama 12 jam sebelum perlakuan
dan setiap mencit hanya digunakan sekali (Levy et.al, 1989; Loscher and
Lehmann, 1996). alat Electroshock Seizure yaitu alat yang digunakan
untuk melihat efek kejang mencit karena alat ini memberikan arus listrik
sebesar 50 mA yang diinduksikan pada mata mencit, batang berputar
(rotarod) yaitu alat yang berupa batang diputar dengan kecepatan 6 rpm
untuk melihat lama waktu bertahan mencit pada batang berputar tersebut
sebagai parameter dari efek neurotoksisitas, Neraca Analitik Sartorius
2472, disposible syringe Terumo 1 ml, timbangan mencit, alat pencatat
waktu (stop watch), dan bak mencit.
kelompokkan menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 ekor,
yaitu kelompok kontrol yang diberi suspensi CMC Na 0,5% secara oral,
kelompok pembanding diberi Phenobarbital Na 125 mg/kg BB secara
oral, dan kelompok uji I sampai uji III berturut-turut diberi senyawa 4-
klorobenzoiltiourea dengan dosis 15 mg/kgBB, 45 mg/kgBB, dan 75
mg/kgBB secara oral, maka setelah 30 menit (waktu aktivitas puncak
senyawa uji) semua mencit kelompok uji diberi Phenobarbital Na 125
mg/kg BB secara oral. Parameter yang diamati adalah lama waktu tidur
mencit mulai waktu mencit tidur (righting reflex negative) sampai mencit
bangun (righting reflex positive). Data waktu tidur mencit dianalisa
menggunakananova one way.
Hasil Penelitian Identifikasi Efek Depresan SSP
Data mengenai waktu tidur mencit pada berbagai kelompok dan hasil
statistiknya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2, diagram batang rata-rata
waktu tidur mencit dapat dilihat pada gambar
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05)
yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna antara kelompok kontrol,
kelompok pembanding, dan kelompok uji. Ini berarti waktu tidur mencit
kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok pembanding dan
uji di mana rata-rata waktu tidur kelompok uji lebih tinggi dibanding
kelompok pembanding dan kontrol begitu juga waktu tidur mencit
kelompok pembanding lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.
Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase perpanjangan waktu tidur
mencit antara kelompok Phenobarbital Na dan kelompok uji untuk
mengetahui apakah terdapat korelasi linier antara dosis senyawa 4-
Klorobenzoiltiourea dengan perpanjangan waktu tidur mencit.Persentase
perpanjangan.

Berdasarkan data tabel 3 dilakukan analisa regresi linier untuk


mengetahui apakah ada hubungan linier antara peningkatan dosis
senyawa 4-Klorobenzoiltiourea terhadap peningkatan waktu tidur mencit.
Berikut ini adalah hasil regresi linier:
Hasil analisis menunjukkan bahwa rhitung(0,949) > rtabel (0,878), yang
berarti bahwa ada korelasi linier yang signifikan antara dosis senyawa uji
dan persentase perpanjangan waktu tidur mencit. Hal ini menunjukkan
bahwa dosis senyawa uji makin meningkat maka waktu tidur mencit juga
meningkat. Dilihat dari persentase rata-rata perpanjangan waktu tidur
bahwa senyawa uji dengan dosis 75 mg/kg BB memberikan waktu tidur
yang paling lama karena diduga senyawa uji sudah menduduki semua
reseptor GABAA sehingga mampu memperpanjang pembukaan kanal
Cl-, menyebabkan keadaan hiperpolarisasi, dan menekan transmisi
sinaptik sehingga mengurangi rangsangan sel pada membran post-
sinaptik serta menyebabkan deaktivasi korteks serebral.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Senyawa 4-klorobenzoiltiourea memberikan


efek depressan SSP, efek antikejang, dan neurotoksisitas. Efek depresan SSP dengan metode
Barbiturat Sleeping Timepaling baik pada dosis 75 mg/kg BB, efek antikejang paling baik
diberikan pada dosis 15 mg/kg BB, dan efek neurotoksisitas paling baik pada dosis 45 mg/kg BB
A. IDENTITAS
JURNAL (2)
Sumber Jurnal Jurnal Anestesi Indonesia

Judul Jurnal Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal

Tujuan Jurnal Mengetahui Mekanisme Kerja Obat Anastesi Lokal

Reviewers Sri Wahyu Indahyani

Volume Jurnal Volume III, Nomor 1

Tanggal Publikasi Jurnal Tahun 2011

Nama peneliti 1. Ratno Samodro


2. Doso Sutiyono
3. Hari Hendriarto Satoto
B. ISI

Latar Belakang Penelitian Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan
(Background ) besar, yaitu golongan ester dan golongan amide. Perbedaan
kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolisme,
dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim
pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide
terutama melalui degradasi enzimatis di hati.1,2,3,4Perbedaan
ini juga berkaitan dengan besarnya kemungkinan terjadinya
alergi, dimana golongan ester turunan dari p-amino-benzoic
acid memiliki frekuensi kecenderungan alergi lebih besar.
Untuk kepentingan klinis, anestesi lokal dibedakan berdasarkan
potensi dan lama kerjanya menjadi 3 group. Group I meliputi
prokain dan kloroprokain yang memiliki potensi lemah dengan
lama kerja singkat. Group II meliputi lidokain, mepivakain dan
prilokain yang memiliki potensi dan lama kerja sedang. Group
III meliputi tetrakain, bupivakain dan etidokain yang memiliki
potensi kuat dengan lama kerja panjang.2,3 Anestesi lokal juga
dibedakan berdasar pada mula kerjanya. Kloroprokain,
lidokain, mepevakain, prilokain dan etidokain memiliki mula
kerja yang relatif cepat. Bupivakain memiliki mula kerja
sedang, sedangkan prokain dan tetrakain bermula kerja lambat.
Ropivakain dan levobupivakain adalah obat baru dengan aksi
durasi hampir sama seperti bupivacain tetapi kardio dan
neurotoksisitasnya lebih kecil. Obat anestesi lokal yang lazim
dipakai di negara kita untuk golongan ester adalah prokain,
sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain.

Metode Penelitian Anestesi lokal terdiri dari kelompok lipofilik—biasanya dengan


cincin bezene—dibedakan dari kelompok hidrofilik—biasanya
amin tersier—berdasarkan rantai intermediat yang memiliki
cabang ester atau amida. ). Kelompok hidrofilik biasanya amine
tersier, seperti dietilamine, dimana bagian lipofilik biasanya
merupakan cincin aromatic tak jenuh, seperti asam para
aminobenzoat. Bagian lipofilik penting untuk aktivitas obat
anestesi, dan secara terapeutik sangat berguna untuk obat
anestesi local yang membutuhkan keseimbangan yang bagus
antara kelarutan lipid dan kelarutan air. Pada hampir semua
contoh, ikatan ester (-CO-) atau amide (-NHC-)
menghubungkan rantai hidrokarbon dengan rantai aromatic
lipofilik. Sifat dasar ikatan ini adalah dasar untuk
mengklasifikasikan obat yang menghasilkan blockade konduksi
impuls saraf seperti obat anestesi local ester atau obat anestesi
amide. Perbedaan penting antara obat anestesi lokal ester dan
amide berkaitan dengan tempat metabolisme dan kemapuan
menyebabkan reaksi alergi Potensi berkorelasi dengan kelarutan
lemak, karena itu merupakan kemampuan anestesi lokal untuk
menembus membran, lingkungan yanghidrofobik. Secara
umum, potensi dan kelarutan lemak meningkat dengan
meningkatnya jumlah total atom karbon pada molekul. Onset
dari kerja obat bergantung dari banyak faktor, termasuk
kelarutan lemak dan konsentrasi relatif bentuk larut-lemak
tidak-terionisasi (B) dan bentuk larut-air terionisasi (BH+),
diekspresikan oleh pKa. Pengukurannya adalah pH dimana
jumlah obat yang terionisasi dan yang tidak terionisasi sama.
Obat dengan kelarutan lemak yang lebih rendah biasanya
memiliki onset yang lebih cepat.2,3Anestesi lokal dengan pKa
yang mendekati pH fisiologis akan memiliki konsentrasi basa
tak-terionisasi lebih tinggi yang dapat melewati membran sel
saraf, dan umumnya memiliki onset yang lebih cepat. Onset
dari kerja anestesi lokal dalam serat saraf yang terisolasi secara
langsung berkorelasi dengan pKa. Onset klinis dari kerja
anestesi lokal dengan pKa yang sama tidak identik. Faktor-
faktor lain, seperti kemudahan berdifusi melalui jaringan ikat,
dapat mempengaruhi onset kerja in vivo. Lebih lagi, tidak
semua anestesi lokal berubah menjadi bentuk terionisasi
(contoh: benzocaine)anestesi ini kemungkinan beraksi dengan
mekanisme yang bergantian (contoh: memperlebar membran
lipid).2,4Hal yang penting dari bentuk ionisasi dan tak-
terionisasi adalah implikasiklinisnya. Larutan anestesi lokal
dipersiapkan secara komersial dalam bentuk garam hidroklorida
yang larut-air (pH 6-7). Karena epinefrin tidak stabil dalam
suasana alkali, maka larutan anestesi lokal yang tersedia, yang
mengandung epinefrin, dibuat dalam suasana asam (pH 4-5).
Sebagai konsekuensi langsung, sediaan ini memiliki konsentrasi
basa bebas yang lebih rendah dan onset yang lebih lambat
dibanding dengan epinefrin yang ditambahkan oleh klinisi saat
akan digunakan. Hal yang sama, rasio basa-kation ekstraselular
diturunkan dan onset dihambat sewaktu anestesi lokal diinjeksi
ke dalam jaringan yang bersifat asam (misal: jaringan yang
terinfeksi). Walaupun masih merupakan kontroversi, beberapa
peneliti melaporkan bahwa alkalinisasi larutan anestesi lokal
(biasanya sediaan komersial, yang mengandung epinefrin)
dengan menambahkan sodium bikarbonat (misal, 1 mL 8,4%
sodium bikarbonat dalam tiap 10 mL lidokain) akan
mempercepat onset, memperbaiki kualitas dari blokade dan
memperpanjang durasi blokade dengan meningkatkan jumlah
basa bebas yang tersedia. Yang menarik, alkalinisasi juga
menurunkan nyeri saat dilakukan infiltrasi pada
jaringan.2,3Durasi kerja umumnya berkorelasi dengan
kelarutan lemak. Anestesi lokal dengan kelarutan lemak tinggi
memiliki durasi yang lebih panjang, diperkirakan karena lebih
lama dibersihkan dari dalam darah.

Hasil Penelitian Obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade
konduksi) dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui
gerbang ion natrium selektif pada membrane saraf (Butterworth
dan Strichartz, 1990). Gerbang natrium sendiri adalah reseptor
spesifik molekul obat anestesi local. Penyumbaatn gerbang ion
yang terbuka dengan molekul obat anestesi local berkontribusi
sedikit sampai hampir keseluruhan dalam inhibisi permeabilitas
natrium. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk
meningkatkan perlambatan kecepatan depolarisasi seperti
ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi
tidak disebarkan. Obat anestesi local tidak mengubah potensial
istirahat transmembran atau ambang batas potensial.Lokal
anestesi juga memblok kanal kalsium dan potasium dan
reseptor N-methyl-D-aspartat (NMDA) dengan derajat yang
berbeda-beda. Beberapa golongan obat lain, seperti
antidepresan trisiklik (amytriptiline), meperidine, anestesi
inhalasi, dan ketamin juga memiliki efek memblok kanal
sodium.Tidak semua serat saraf dipengaruhi sama oleh obat
anestesi lokal. Sensitivitas terhadap blokade ditentukan dari
diameter aksonal, derajat mielinisasi, dan berbagai faktor
anatomi dan fisiologi lain. Diameter yang kecil dan banyaknya
mielin meningkatkan sensitivitas terhadap anestesi lokal.
Dengan demikian, sensitivitas saraf spinalis terhadap anestesi
lokal: autonom > sensorik > motorik

C. KESIMPULAN

Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester dan
golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolisme, dimana
golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan
golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di hati. Perbedaan ini juga berkaitan dengan
besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana golongan ester turunan dari p-amino-benzoic acid
memiliki frekwensi kecenderungan alergi lebih besar. Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di
negara kita untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan
bupivakain. Mekanisme kerja obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade
konduksi) dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan perlambatan
kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak
disebarkan. Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat transmembran atau ambang batas
potensial.Farmakokinetikobat meliputi absorpsi, distribusi,metabolisme dan ekskresi. Komplikasi
obat anestesi lokal yaitu efek samping lokal pada tempat suntikan dapat timbul hematom dan abses
sedangkan efek samping sistemik antara lain neurologispada Susunan Saraf Pusat,respirasi,
kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal dan hematologi Beberapa interaksi obat anestesi lokal
antara lain pemberian bersamaan dapat meningkatkan potensi masing-masing obat. penurunan
metabolisme dari anestes

Anda mungkin juga menyukai