Makalah Keperawatan Anak Ii - Kel 1 - Nita, Selma, Nia
Makalah Keperawatan Anak Ii - Kel 1 - Nita, Selma, Nia
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan : RHD, KMD, dan Tetralogy Of Fallot”
Dosen : Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep
Disusun oleh :
Nita Sulistianti
Selma Raikhana Hafizh Priandini
Sri Rahmania
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ﷻ, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dibuat sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan : RDH, KDM, dan Tetrology of Fallot.
Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengajar sebagai pendukung dalam pembuatan makalah ini. Mengingat
pengetahuan dan wawasan kami dalam pembuatan makalah ini masih kurang dari kata
sempurna, maka kami mengharapkan adanya masukan dari berbagai pihak.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat. Terima kasih.
Kelompok I
2|Page
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
B. Kardiomiopati Dilatasi
C. Tetrology of Fallot
3|Page
C.2. Epidemiologi ................................................................................................................ 14
A.Kesimpulan ................................................................................................................... 39
B.Saran .............................................................................................................................. 39
4|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem kardiovaskular terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan
sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya
oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk di oksigenasi. Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot
dan berronga, terletak di rongga toraks bagian mediastrum (Reni Yuli Aspiani,2015: hal.1).
Gangguan apapun yang mengurangi besar lumen dari salah satu arteri koroner dapat
menurunkan aliran darah dan penghantaran oksigen ke daerah miokardium yang disuplai
oleh arteri tersebut, dan mengakibatkan angina (nyeri dada) sindrom koroner akut, infark
miokard akut dan kematian jantung mendadak (Reni Yuli Aspiani,2015: hal.1).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit jantung reumatik di Dunia adalah sebesar 100- 10%. Menurut laporan diRektorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM) Depkes RI tahun 2004, dari 1.604
penderita PJR yang di rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia terdapat 120 orang
yang meninggal akibat PJR dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,48%. Berdasarkan
Riskesdas 2018 Prevelensi panyakit jantung reumatik semua umur 0,7 %, berdasakan
tingkatan umur kejadian terbanyak terjadi pada usia >75 yaitu sebanyak 4,7 % , dan paling
sedikit terjadi pada usia 25- 34 0,8 % . Berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada
perempuan yaitu sebanyak 1,6 % dan pada laki-laki sebanyak 1.4 %. Penyakit jantung
reumatik merupakan bentuk penyakit yang jarang ditemukan tetapi jika sudah terdiagnosa
sangat susah untuk ditangani. Dampak yang terjadi jika pada orang dewasa atau anak
dengan Penyakit Jantung Reumatik tidak dilakukan penanganan degan benar maka akan
mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung dan bisa berakhir dengan
kematian. Berdasarkan masalah keperawatan yang terdapat pada orang dewasa dengan
penyakit jantung reumatik adalah masalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraksi otot jantung, nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis dan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Di Amerika Serikat, 10% kasus penyakit jantung kongenital adalah Tetralogy Of Fallot
(TOF), sedikit lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Seiring dengan
meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit
jantung juga meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia
memperlihatkan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung
bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama
usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak diterapi akan
meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70%
meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun, Anonim (2012).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi, dan Tetrology of Fallot.
5|Page
2. Bagaimana fungsi fisiologis pada newborn ?
3. Apa etiologi dan faktor resiko Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi, dan
Tetrology of Fallot ?
4. Bagaimana patofisiologi Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi, dan
Tetrology of Fallot.?
5. Apasaja komplikasi dari penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi,
dan Tetrology of Fallot.?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati
Dilatasi, dan Tetrology of Fallot. ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi, dan
Tetrology of Fallot.
2. Mengetahui epidemiologi penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi,
dan Tetrology of Fallot.
3. Mengetahui etiologi penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi, dan
Tetrology of Fallot.
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi,
dan Tetrology of Fallot.
5. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati
Dilatasi, dan Tetrology of Fallot.
6. Mengetahui prognosis penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi,
dan Tetrology of Fallot.
7. Mengetahui komplikasi dari penyakit Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati
Dilatasi, dan Tetrology of Fallot.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan padan Anak dengan Reumatic Heart Disease,
Kardiomiopati Dilatasi, dan Tetrology of Fallot.
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A.1. Definisi
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung didapat
yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup
jantung yang menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup
mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup
pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau
keduanya (Rudolph, 2011).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang
didapat baik pada anak maupun orang dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik B group A (Riskesdas, 2018).
A.2. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO pada tahun 2005, insidensi demam reumatik akut mencapai
500,000 kasus per tahun di dunia dan lebih dari 70% nya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun.
Insidens tahunan tertinggi terdapat di negara-negara Pasifik, Australia, dan Selandia Baru
dengan angka insidens 374 kasus per 100,000 orang dan disusul oleh negara-negara di Asia
selatan dan tengah dengan angka insidens 54 kasus per 100,00 orang.
A.3. Etiologi
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh organisme
streptococcus hemolitik B group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati.
Pada penilitian menunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus bersifat sebagai
antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune (Rudolph, 2011).
7|Page
Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung reumatik adalah :
1) Faktor individu
a) Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinnya
penyakit jantung reumatik meskipun cara pewarisannya belum dipastikan.
b) Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik lebih sering pada
anak perempuan dari pada laki-laki.
2) Faktor Lingkungan
a) Keadaan Sosial Ekonomi yang Buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat, rendahnya
pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang
menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah
sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.
b) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi data akhir-
akhir ini menunjukan bahwa daerah tropis memiliki insiden yangtertinggi.
c) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran
pernapasan atas meningkat sehingga mengakibatkan kejadian penyakit jantung
reumatik juga dapat meningkat.
8|Page
A.4. Patofisiologi
Gejala umum:
9|Page
a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi,
tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.
b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi
sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat
menjadi kelainan katup.
A.6. Prognosis
Prognosis penyakit jantung rematik dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas jangka
panjang. RHD masih memiliki prognosis yang cukup baik yaitu tingkat kepulihan sekitar 60-
80% dari seluruh penderita.
A.7. Komplikasi
c. Aritmia.
e. Pneumonia reumatik.
B. Kardiomiopati Dilatasi
B.1. Definisi
10 | P a g e
Kardiomiopati dilatasi adalah suatu kelainan miokardium yang ditandai adanya dilatasi
dan kelainan fungsi sistolik ventrikel kiri atau kedua ventrikel, tanpa adanya penyakit arteri
koroner, kelainan katup, atau penyakit perikardial.
B.2. Epidemiologi
B.3. Etiologi
B.4. Patofisiologi
Dengan ditemukannya mutasi beberapa gen yang mengkode komponen sitoskeletal dan
sarkomer jantung, menunjukkan bahwa patogenesis terjadinya kardiomiopati dilatasi sangat
heterogen. Terdapat pendapat yang menyatakan terjadinya remodelling dari ventrikel ini yaitu
bahwa kardiomiopati menggambarkan suatu keadaan degeneratif yang non spesifik akibat dari
beberapa stimulus, termasuk mutasi gen, infeksi virus, toksin, dan volume yang berlebihan.
Mekanisme terjadinya hal ini masih belum pasti, namun melibatkan perubahan daya kerja
miosit dan kalsium.
11 | P a g e
Tanda dan gejala yang terjadi pada kardiomiopati dilatasi sangat bervariasi dan
tergantung dari usia penderita dan beratnya disfungsi ventrikel. Walaupun dapat muncul
kematian mendadak atau kejadian tromboemboli, namun sebagian besar kasus muncul dengan
gejala tekanan vena pulmonalis yang tinggi dan atau curah jantung yang rendah, dan dapat
terjadi secara akut ( terkadang dipicu oleh suatu penyakit atau aritmia) atau kronis. Bahkan
kardiomiopati dilatasi dapat didiagnosis tanpa gejala dan ditemukan tanpa sengaja pada saat
pemeriksaan biasa.
Pada bayi dengan kardiomiopati dilatasi biasanya ditandai dengan malas menetek atau
makan, takipnea, sesak napas, diaforesis pada saat pemberian makan, dan failure to thrive
(FTT). Pada anak yang lebih besar dan dewasa biasanya didahului dengan toleransi latihan
yang berkurang dan dispnea pada saat aktivitas. Seiring dengan bertambah beratnya disfungsi
ventrikel akan muncul gejala dispnea pada saat istirahat, ortopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnoea, edema perifer, dan asites. Kemudian akibat dari kurangnya curah jantung ke saluran
pencernaan menyebabkan terjadinya iskemia mesenterik, yang ditandai dengan nyeri perut
setelah makan, mual, muntah, dan anoreksia. Gejala yang berhubungan dengan aritmia seperti
palpitasi, presinkop, dan sinkop, dapat muncul pada segala usia.
B.6. Prognosis
Faktor resiko untuk terjadinya kematian atau transplantasi adalah usia yang lebih tua pada
saat didiagnosis, pemendekan fraksi, gagal jantung kongestif pada saat pemeriksaan, dan
adanya penyakit familial. Penderita dengan kelainan idiopatik dan kelainan neuromuskular juga
memiliki prognosis yang kurang baik.
B.7. Komplikasi
a. Gagal jantung.
Merupakan kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah sesuai dengan
fungsinya dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh. Hal ini terjadi karena otot
jantung yang rusak akibat kardiomiopati.
b. Penggumpalan darah.
12 | P a g e
Ketidaksanggupan jantung dalam memompa darah dengan baik, sel-sel darah
pengidap kardiomiopati dapat dengan mudah menggumpal. Penggumpalan darah ini
dapat menyumbat aliran darah menuju organ tertentu, dan tentunya sangat
berbahaya.
c. Henti jantung.
C. Tetralogy of Fallot
C.1. Definisi
Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang
terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan Overriding
aorta, Ibrahim E, dkk (2008).
a. Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
13 | P a g e
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel akibat dari stenosis pulmonal.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin
lama makin berat.
C.2. Epidemiologi
TOF adalah penyakit jantung kongenital yang kompleks yang dengan angka kejadian
sekitar 5 dari setiap 10.000 kelahiran. Penyakit jantung kongenital ini dapat dijumpai pada anak
laki-laki maupun perempuan.
CDC memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di Amerika Serikat yang lahir
denganTOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap 10.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat
setiap tahunnya lahir dengan TOF
TOF mewakili 10% dari kasus penyakit jantung kongenital dan merupakan penyebab
paling umum dari penyakit jantung kongenital sianotik. Insiden terjadinya TOF lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan.
Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan
penyebab paling umum penyakit jantung kongenital sianotik.TOF menyumbang sepertiga dari
semua penyakit jantung kongenital pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun. Dalam
kebanyakan kasus, TOF adalah sporadis dan nonfamilial. Kejadian pada saudarakandung dari
orang tua pasien yang mengalami TOF sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan. Kelainan ini berhubungan dengan anomali extrakardiak seperti labiaskizis
dan palatum, hipospadia, kelainanrangka dan kraniofasial. Sebuah mikrodelesi dalam
kromosom 22 (22q11) telah diidentifikasi pada pasien dengan TOF sebagai salah satu
manifestasi kardiovaskular.
C.3. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti, diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
14 | P a g e
Faktor –faktor tersebut antara lain adalah :
1) Faktor endogen yaitu berbagai jenis penyakit genetik (kelainan kromosom); anak yang
lahir sebelumnya menderita penyakt jantung bawaan; adanya penyakit tertentu dalam
keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung dan kelainan bawaan,
2) Faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella); pajanan
terhadap sinar-X. Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.
Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan
kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.
C.4. Patofisiologi
15 | P a g e
C.5. Manifestasi Klinis
Menurut Wong, dkk (2009), tanda dan gejala TOF antara lain adalah sebagai berikut :
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada
banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak
ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak
berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar,
bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anakanak yang mulai
belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang
lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami
jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-
anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan
dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat
melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi
tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat,
pendertita mulai sulit bernapas. Seranganserangan demikian paling sering terjadi
pada pagi hari.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal dapat mengalami
keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati. Tinggi badan dan
keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan
terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
6. Biasanya Denyut Pembuluh Darah Normal
Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol
ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak
16 | P a g e
jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri
tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
7. Bising Sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar
luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik
terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol
pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar
tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar pada
setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh
pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh
suatu duktus arteriosus menetap.
C.6. Prognosis
Yang telah dilakukan operasi korektif adalah sebanyak 94% dapat mencapai usia 25 tahun.
C.7. Komplikasi
Menurut Wong (2009), komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan TOF adalah
sebagai berikut :
1. Trombosis Serebri
Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus duralis, dan terkadang dalam arteri
serebrum, lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan
oleh dehidrasi. trombosis lebih sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada
penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar
hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal.
2. Abses Otak
Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit
sering berlangsung tersembunyi disertai demam berderajat rendah. mungkin
ditemukan nyeri tekan setempat pada kranium, dan laju endap darah merah serta
hitung jenis leukosit dapat meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti
epilepsi, tandatanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran
abses tersebut.
17 | P a g e
3. Endokarditis Bakterialis
Terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih sering
ditemukan pada anak dengan prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi.
4. Gagal Jantung Kongestif
Dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan aliran darah kolateral yang besar.
keadaan ini, hampir tanpa pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan
pertama kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang
menurun.
5. Hipoksia
Keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis pulmonal sehingga
menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
D. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Reumatic Heart Disease, Kardiomiopati Dilatasi,
dan Tetrology of Fallot.
kebanyakan menyerang pada anak-anak dan dewasa hal ini lebih dikarenakan bakteri
streptococcus sering berada di lingkungan yang tidak bersih.Penyakit ini lebih sering
terkena pada anak perempuan.
b. Riwayat kesehatan
18 | P a g e
Cuaca
g. Imunisasi
h. Riwayat nutrisi
a. Kepala
b. Kulit
c. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
d. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
e. Genetalia
f. Ekstermitas
19 | P a g e
Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan
suarah jantung, perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri prekornial,
leokositosis, peningkatan Laju endap darah (LED), peningkatan Anti
Streptolisin (ASTO).
Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut, siku,
bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak
bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian.
Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil,
kelemahan otot.
Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak
tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen, eritema
bersifat non-pruritus (Aspiani, 2010).
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung
Goal : pasien tidak akan mengalami penurunan curah jantung selama dalam
perawatan.
20 | P a g e
Objektif : pasien tidak mengalami perubahan kontraksi otot jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
1. Tekanan darah dalam rentang normal
2. Toleransi terhadap aktivitas
3. Nadi perifer kuat
4. Tidak ada disritmea
5. Tidak ada bunyi jantung abnormal yaitu terdengar bunyi mur-mur
6. Tidak ada angina
7. Tidak ada kelelahan
Interversi : Perawatan jantung
1. Lakukan penilaian kompherensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya
: cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, dan suhu ekstermitas).
2. Catat adanya disritmea, tanda dan gejala penurunan curah jantung
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi aritmia sesuei kebutuhan
5. Instruksi klien dan keluaraga tentang pematasan aktivitas
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Goal : pasien tidak akan mengalami nyeri selama dalam perawatan
Objektif : klien akan terbebas dari nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x 24 jam dengan kriteria hasil :
1. Mengontrol nyeri: Mengenal faktor penyebab nyeri, Tindakan
pencegahan, tindakan pertolongan non analgetik, menggunakan
analgetik dengan tepat, mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk
mencari pertolongan, melaporkan gejala kepada tenaga kesehatan
2. Menunjukkan tingkat nyeri : melaporkan nyeri, frekuensi nyeri, lama
nyeri, ekspresi nyeri.
Intervensi : Manajemen nyeri
1. Kaji secara kompherensif tentang nyeri, meliputi lokasi,
karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas / beratnya nyeri,
dan faktor presipitasi
2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan
21 | P a g e
3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (misalnya : relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi imajinasi
terbimbing, masase)
4. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Goal : pasien tidak akan mengalami hipertermi selama dalam perawatan. Objektif :
pasien dapat menunjukkan termoregulasi yang baik setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x 24 jam dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak sakit kepala
3. nadi dalam batas normal
4. frekuensi nafas dalam batas normal
5. tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi : Penanganan Hipertermia
1. Observasi suhu sesering mungkin
2. Observasi tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas
3. Observasi penurunan tingkat kesadaran
4. Observasi adanya aritmea
5. Berikan anti piretik
6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
7. Selimuti klien
8. Berikan cairan intravena
9. Kompres klien pada lipatan paha dan aksila
4. Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan
anoreksia
Goal : pasien akan meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat selama dalam
perawatan
Objektif : kebutuhan nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
4x 24 jam dengan kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan berat badan
2. Tidak terjadi penurunan berat badan
3. Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Asupan nutrisi dan cairan adekuat
22 | P a g e
5. Klien melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi : Manajemen nutrisi dan observasi nutrisi
1. Identifikasi faktor penyebab mual muntah
2. Tanyakan pada klien tentang alergi makanan
3. Timbang berat badan klien pada interval yang tepat
4. Anjurkan masukan kaloriyang tepat yang sesuei dengan gaya hidup
5. Anjurkan peningkatan pemasukan protein dan vitamin b
6. Anjurkan agar banyak makan dan buah serta minum
7. Diskusi dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan kalori dan
protein
8. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan sebelum makan
5. Intoleransi aktivitas
Goal : pasien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas selama dalam
perawatan Objektif : klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria
hasil :
1. Klien dapat menentukan aktivitas yang sesuei dengan peningkatan
nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas,
2. Mempertahankan warna dan kehangatan kulit dan aktivitas
3. Melaporkan peningkatan aktivitas harian.
Intervensi : Manajemen energy
1. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas
2. Dorong pasien untuk menggungkapkan perasaan tentang keterbatasan
3. Motivasi untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas
4. Rencanakan periode aktivitas saat klien memiliki banyak tenaga
5. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur atau duduk dismaping
tempat tidur atau berjalan
6. Bantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang lebih disukai
7. Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas
PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
23 | P a g e
1) Data Demografi
2) Riwayat Kesehatan
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan
jenis makanan. Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan
(4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan aktivitas
dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan
adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun
pada malam hari untuk eliminasi BAK.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
24 | P a g e
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur
sambil duduk atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa
pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan
pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu,
penggunaan otot aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak
terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b) Sistem Kardiovaskular
c) Sistem Pencernaan
d) Sistem Muskuloskeletal
e) Sistem Persyarafan
f) Sistem Perkemihan
g) Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin,
adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang
lecet.
25 | P a g e
5). Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien
akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
Pemeriksaan Laboratorium
26 | P a g e
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel
kiri disertai fungsinya yang berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri
membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau
trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian
intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat.
B. ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat
terhadap data senjang yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan
klien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
27 | P a g e
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi,irama dan konduksi
listrik, perubahan structural ( mis kelainan katup, aneurisme ventricular )
Kriteria hasil :
4. Pantau TD
28 | P a g e
12. Kolaborasi pemberian obat
Kriteria hasil :
Intervensi :
29 | P a g e
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus ( menurunnya curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium /air.
Kriteria hasil :
Intervensi :
30 | P a g e
8. Selidiki keluhan dipsnea ektrem tiba-tiba, kebutuhan untuk
bangun dari duduk, sensasi sulit bernafas, rasa panik atau
ruangan sempit.
Kriteria hasil :
Intervensi :
31 | P a g e
1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema, penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
32 | P a g e
6. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
33 | P a g e
9. Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan perhatian
medik cepat, contoh peningkatan kelelahan, batuk,
hemoptisis, demam.
Pengkajian
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan
eksogen yang mempengaruhi).
- Riwayat pertumbuhan
- Pemeriksaan fisik
34 | P a g e
d) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
g) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. h) Ginggiva
hipertrofi, gigi sianotik.
c) Regimen pengobatan
Diagnosis Keperawatan
2) Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung.
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Perencanaan
35 | P a g e
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
Kriteria Hasil
Kriteria Hasil
36 | P a g e
5) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Kriteria Hasil
Nutrition monitoring
37 | P a g e
5. Monitor kadar albumin, total protein Hb, dan kadar Ht
Implementasi Pelaksanaan
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2011).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item item atau
perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya sudah
tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Doengoes, 2010).
38 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menarik kesimpulan
dan saran-saran yang mungkin berguna untuk pemberian asuhan keperawatan yang akan
datang.
A. Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan
tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase
pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut
menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan
konduksi atau payah jantung yang secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah,
berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila
disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina
pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai
dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil
atau dengan gangguan pulsasi.
Penyakit jantung rematik atau demam rematik adalah suatu sindrom klinik akibat
infeksi streptococcus beta-hemolyticus golongan A, dengan gejala satu atau lebih
gejala mayor yaitu poliartritis migrants akut, karditis, korea, minor, nodul subkutan
dan eritema marginatum.
B. Saran
39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Wong Donna L. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi 6 Vol 2; Jakarta. 2009.
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Syarifuddin. 2009. Fisologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta. Penerbit :
Salemba Medika.
Syarifuddin, Haji. 2006. Anatomi fisiologi mahasiswa keperawatan. Jakarta. Penerbit : EKG
Speer, K.M. (2007) Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Patway. Edisi
3. Jakarta : EGC
40 | P a g e