Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Korupsi Dalam
Budaya Indonesia. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pancasila dan Kewarganegaraan kelas 01, Ronny Hendrawan, dan semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
1
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1.........................................................................................................................................Lata
1.2.........................................................................................................................................Tuju
an Penulisan....................................................................................................................5
1.3.........................................................................................................................................Rua
ng Lingkup Kajian..........................................................................................................5
1.4.........................................................................................................................................Met
1.5.........................................................................................................................................Siste
matika Penulisan.............................................................................................................5
2.1.........................................................................................................................................Pen
gertian Korupsi...............................................................................................................7
2.2.........................................................................................................................................Jeni
s – Jenis Korupsi.............................................................................................................8
2.3.........................................................................................................................................Ciri
– Ciri Korupsi.................................................................................................................9
2
2.4.........................................................................................................................................Seba
b Terjadinya Korupsi......................................................................................................10
3.1.........................................................................................................................................Gam
3.2.........................................................................................................................................Pers
3.3.........................................................................................................................................Fen
3.4.........................................................................................................................................Kebi
3.5.........................................................................................................................................Pera
3.6.........................................................................................................................................Pera
3.7.........................................................................................................................................Upa
3.8.........................................................................................................................................Teor
i Partisipasi.....................................................................................................................20
BAB IV SIMPULAN...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang
perkembangan di segala aspek seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek politik,
aspek teknologi, bahkan aspek budaya. Pembangunan dari Indonesia ini tentu
harus didukung oleh semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan
dari pembangunan ini akan ditentukan oleh 2 hal, yaitu sumber daya manusianya
dan dana dari pembangunan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya. Tapi masalah yang kita hadapi disini adalah bahwa
tidak ada kemauan dari sumber daya manusia yang ada untuk membantu
membangun bangsa ini. Hal inilah yang menjadi akar dari semua permasalahan,
untuk mencapai suatu tujuan. Inilah yang saat ini kita lihat dalam sistem
dirinya sendiri dan mengeksploitasi segala sumber daya yang ada. Inilah penyebab
pembangunan bersama bangsa ini akan terhambat karena setiap orang akan
pembangunan akan menghentikan pembangunan itu sendiri dan hal ini tentu harus
dihentikan oleh kita sebagai generasi muda. Cara yang paling dasar untuk
tentang sistem bernegara dan itu harus dilakukan mulai dari sekarang.
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikemukakan
penulis adalah pengetahuan dasar mengenai korupsi dan cara pencegahan tindak
korupsi.
Makalah ini dibuat untuk mencerdaskan pembaca agar mengerti mengenai korupsi
Agar permasalahan yang diangkat penulis tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
masalah yang akan diangkat hanya pada korupsi secara umum dan terjadi di Indonesia.
1.4.1. Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data dari literatur yang
Pada makalah ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi
pustaka.
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Bab I meliputi latar
belakang dan rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup kajian, metode dan
teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II meliputi teori dasar mengenai
korupsi. Bab III meliputi pembahasan korupsi di Indonesia. Bab IV meliputi simpulan
dan saran.
6
2. BAB II
7
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan
pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
kepentingan umum. Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri
pemaknaan.
Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga
bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme. Alatas
untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan
Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan
pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya
terhadap masyarakat.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan
pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan
tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang
memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor
8
(domestik maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau
Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi
menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little culture).
Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan subyektifitas
pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai pusat budaya. Bila
terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih rendah dari pada budaya
kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri sendiri-sendiri namun tetap
Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan menjadi
9
Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha
atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau
prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan publik
lainnya.
Jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan
dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara beberapa anggota
Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana kedudukan
aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembaga-
mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota jaring-
Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri korupsi
hukum.
10
Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan
yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.
masyarakat.
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu
Kurangnya pendidikan.
Struktur pemerintahan.
11
Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE Theory,
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu
korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan
sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman,
12
Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.
13
3. BAB III
KORUPSI DI INDONESIA
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan
Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada
Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan
Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling
14
menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-
de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita
rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para
korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka
tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu,
mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem
ialah:
Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”
Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak
Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.
Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-bah-
15
Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-an
umum.
Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil
yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat
besar (rakyat).
keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB
pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo Budiyono telah mengeluarkan instruksi
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.
16
Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
prioritaskan pada :
korupsi.
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-
upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir”
good governance.
17
3.6. Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi
Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara
kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya
peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang ingin
korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang sangat menentukan.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
18
Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu
Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui
ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus
dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup
tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat
membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu
Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang
terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari
tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji
19
dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara
terintregasi.
Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang
hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat masalah
Konsep “carrot and stick” yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana yang
pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan
sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya” dan “gagah”.
Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani
ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan
rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang
dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini
dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan
rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan
20
memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa
memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat
yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya
Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.
Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang
sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima,
mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat
pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan orang
yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada pegawai
yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka yang
telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah
kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti
masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan
21
pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian
kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill
warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang
dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan
seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan
yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat
Bentuk-bentuk partisipasi
1979:6)
22
Partisipasi ini diwujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
penataan cra pelayanan dari lembaga atau badan yang ada, sehingga dapat berfungsi
b. Partisipasi tenaga
Partisipasi jenis ini diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha
c. Partisipasi keterampilan
biasanya diadakan dalam bentuklatihan bagi anggota masyrakat. Partisipaso ini pada
kebutuhannya.
d. Partisipasi uang
f. Partisipasi sosial
Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguuyuban, misalnya
23
4. BAB IV
SIMPULAN
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya delik-
delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih begitu
kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana
korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi
selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis,
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan tak ada ujung”,
melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi
persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun
24
DAFTAR PUSTAKA
Drehel, Axel and Christos Kotsogiannis. “Corruption Around the World: Evidence from a
25