Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan LEMBAR KERJA 1 MATA KULIAH SKS : 2

III PROFESI KEPENDIDIKAN Kode :

HARI/TANGGAL, Waktu : 08.00 WIB


Senin,05/10/2020
Materi : Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Judul/Tema Pembahasan : Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Topik Pembahsan :“Ringkasan Materi Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan dan Imlpementasinya dalam Pembelajaran”

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide-ide) atau spirit.
Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktivitas
kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme, tetapi dipandang sebagai sistem,
dunia adalah keseluruhan (totalitas). Jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam susunan
keseluruhan.
Jiwa atau rohani yang disebut mind adalah hakekat manusi. Jiwa atau rohani manusia
merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, dan sekaligus sebagi pendorong dan
penggerak semua aktivitas manusia; badan atau jasmani tanpa jiwa atau rohani tidak apa-apanya.
Seorang pengikut idealime menurut Kattsoff (1996) akan menjawab sebagai berikut: pertama, jika
kita idealism: (1) hakekat terdalam pengalaman seseorang; (2) ketertiban dan susunan alam semesta;
(3) adanya nilai di alam semesta, maka kita akan sampai pada pendirian penganut idealism
berdasarkan atas tuntutan akan keruntutan dan akal kita.
Aliran idealisme kenyataannya tidak terpisahkan dengan alam dari lingkungan sehingga
melahirkan dua macam realita; pertama, yang nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku
makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang dating da nada yang pergi, ada yang hidup
dan ada yang mati,demikian seterusnya; kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang
kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang
murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang nampak
karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Plato dalam mencari jalan pada alam nyata seperti yang ada dihadapan manusia, sedangkan
pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui ada apa dibalik alam nyata. Plato memandang
bahwa jiwa manusia adalah roh yang berasal dari ide eksternal dan sempurna. Immanuel Kant
memandang bahwa manusia adalah bebas dan ditentukan, bebas sepanjang sebagai jiwa atau roh,
terikat berarti manusia juga merupakan makhluk fisik yang tunduk kepada hokum alam. Kaum
idealis memandang bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang mewarisi pembawaan
spiritual sebagai potensinya.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Realime dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff (1996:126) menarik garis pemisah yang
tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme
atau monisme materialistik. Seorang pengikut matrealisme mengatakan bahwa jiwa dan materi
sepenuhnya sama. Jika demikian halnya,sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan “jiwa adalah
materi” seperti halnya mengatakan “materi adalah jiwa”. Sistem kefilsafatan realisme percaya
bahwa dengan sesuatu atau lain cara,ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya
sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
Salah seorang tokoh atau penganut realisme yang sangat terkenal adalah Johan Amos
Comenius merupakan pemikir pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa bahwa manusia selalu
berusaha untuk mencapai tujuan hidup berupa; pertama keselamatan dan kebahagiaan hidup yang
abadi dan kedua adalah kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Comenius dengan bukunya
“Didactica Magna” (Didaktik Besar) dan “Orbis Sensualtum Pictus” ( Dunia Pancaindera dengan
Gambar-Gambar) merupakan peletak dasar didaktik modern. Beliau mengemukakan metode berpikir
yang diawali dengan fakta-fakta yang merupakan metode berpikir ilmiah, yaitu metode induktif.
Oleh karena itu dalam pembelajaran sangat ditekankan dengan penggunaan metode peragaan atau
metode peragaan merupakan suatu keharusan dalam proses pembelajaran, sehingga beliau dijuluki
sebagai Bapak Keperagaan dalam pembelajaran.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan,
dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan
kebendaan menurut materialisme. Aliran ini berpikir dengan sederhana, mereka berpikir realistis
sebagaimana adanya, kenyataan aliran ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang
ada di semua alam ini ialah yang dapat dilihat atau di observasi, baik wujudnya maupun gerakan-
gerakannya serta peristiwa-peristiwanya.
Pada fokusnya aliran materialisme sebagaimana ditegaskan Jalauddin dan Idi mengutamakan
benda dan segala berawal dari benda demikian juga yang nyata hanya dunia materi. Karl Marx,
memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang ada adalah dunia materi, dan di dalam suatu
susunan kehidupan yaitu masyarakat, pada muatannya terdapat berupa kesadaran-kesadaran yang
menumbuhkan ide atau teori serta pandangan yang semuanya adalah suatu gambaran yang nyra,
sebabnya faktor yang mempunyai peran untuk melahirkannya, yaitu adanya pendorong atau daya
yang dikatakan materi atau benda , dan pada prinsipnya kecenderungan manusia untuk berbuat dan
bertindak yang disebabkan oleh faktor materi yang ada disekitarnya.
Filusuf Julian Offray bagi Lemettrie dalam filsafatnya, ia mempunyai jalan tersendiri bahewa
alam dan manusia merupakan mesin, tetapi manusia disebut mesin otomatis karena ia mempunyai
gerakan didorong oleh materi, dimana ia memberikan suatu alasan yang masuk akal bahwa jiwa
tanpa adanya badan tidak mungkin ada, sedangkan badan tanpa adanya jiwa masih dapat bergerak
dan bertindak. Pendidikan dalam hal ini proses melajar mengajar merupakan kondisionisasi
lingkungan, yakni perilaku akan dapat muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan, seperti
misalnya percobaan Pavlov akan seekor anjing dengan makanan dan air liur yang disertai dengan
lonceng atau bell. Setiap menyajikan makanan pada anjing selalu disertai dengan bunyi bell,
dilakukan beberapa kali, dan pada suatu ketika, sesuai dengan waktu penyajian makanan yang
dilakukan sebelumnya, bell dibunyikan tanpa ada makanan air liur anjing keluar.
Hal ini mengandung makna bahwa dalam proses pendidikan penting keterampilan dan
pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku sosial sebagai hasil
belajar dan didalam pendidikan diperlukan adanya penguatan yang akan meningkatkan hubungan
antara stimulus dan respon, aksi dan reaksi.
2 Aliran filsafat pendidikan yang sudah dipelajari dan bagaimana
implementasinya dalam pembelajaran
 1. Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini adalah Plato (427-347 SM)
yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat. Sejarah idealisme berawal dari pemikiran
Plato tentang kebenaran empiris yang dilihat dan dirasakan dalam alam ideal (esensi) atau
ide. Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai sumber-sumber
utama di alam ini.
Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam ketergantungan pada jiwa dan roh. Idealis diambil dari “idea” yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. Idealis mempunyai argumen efistimologis tersendiri dan aliran ini memandang dan
menganggap yang nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan
dan pergeseran.

 2. Aliran Filsafat Esensialisme.


Filsafat Esensialisme didasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles.
Aliran filsafat Esensialisme muncul pada zaman renaissance merupakan perpaduan ide filsafat
idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya. Perbedaan utama ialah dalam
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan
dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan
lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia, termasuk
dalam pendidikan yang harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN
 Contohnya dalam aliran filsafat pendidikan esensialisme yang dimana dikatakan bahwa
peserta didik harus dilatih atau di didik untuk dapat berkomunikasi dengan jelas dan logis yang
dimulai dari membaca, menulis, bahkan berhitung.
Nama : Egi Ofanta br Kaban Nilai :
NIM : 2203321020

Prodi/Fakultas : Pendidikan Bahasa Inggris /FBS Paraf Dosen :

Kelas : DIK 2020 C

Anda mungkin juga menyukai