Anda di halaman 1dari 26

Referat Kepada Yth :

Dibacakan :

PARTOGRAF

Oleh
Jeinyver Angel Tulumang

Pembimbing
Prof. dr. Hermie M. M. Tendean, Sp.OG-K

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I


BAGIAN / SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
FK UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
2021

1
DAFTAR ISI
PARTOGRAF....................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1 .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
1.1. Tujuan Utama ........................................................................................................ 3
1.2. Tujuan Khusus ....................................................................................................... 3
BAB 2 .................................................................................................................................. 4
PERSALINAN NORMAL .................................................................................................... 4
2.1. Persalinan Normal ................................................................................................. 4
2.1.1. Definisi dan Fase Persalinan Normal ..................................................................... 4
2.1.2. Epidemiologi ......................................................................................................... 7
2.2. Riwayat Klinis dan Pemeriksaan Fisik Pada Proses Persalinan Normal .................. 8
2.2.1. Riwayat Klinis ....................................................................................................... 9
2.2.2. Pemeriksaan Fisik ................................................................................................ 10
BAB 3 ................................................................................................................................ 12
PARTOGRAF DALAM PERSALINAN NORMAL ........................................................... 12
3.1. Partograf .............................................................................................................. 12
3.1.1. Definisi dan Perkembangan Partograf .................................................................. 12
3.2. Penggunaan Partograf .......................................................................................... 14
3.2.1. Teknik Penggunaan ............................................................................................. 15
3.2.2. Kontraindikasi Penggunaan Partograf .................................................................. 22
BAB IV ........................................................................................................................... 24
PENUTUP ...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Partograf adalah alat pemantauan persalinan yang paling umum digunakan, didukung
secara luas oleh organisasi kesehatan dan direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO) dalam persalinan aktif. Partograf memungkinkan tenaga kesehatan memantau
kesejahteraan dan kemajuan dalam persalinan serta memberikan intervensi tepat waktu bila
diperlukan.
Tinjauan Cochrane menyatakan bahwa penggunaan partograf secara keseluruhan tidak
berdampak signifikan pada hasil yang diharapkan. Meskipun demikian, uji yang disertakan
dalam tinjauan tersebut bersifat terbatas secara metodologis dan mungkin tidak mencakup
semua hasil yang relevan.
Persalinan telah disebut sebagai perjalanan paling berbahaya yang pernah dilakukan
seorang wanita. Meskipun itu adalah fenomena fisiologis yang mengarah ke kelahiran,
komplikasi dapat terjadi kapan saja selama perjalanannya. Banyak wanita memiliki
pengalaman yang bermanfaat dari kelahiran yang aman dari bayi yang sehat, sementara
sebagian kecil terus menghadapi komplikasi dari persalinan abnormal atau distosia dan gejala
sisanya. Persalinan lama dan persalinan macet berkontribusi terhadap kematian maternal dan
obstruksi mekanik pada kala dua adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada sekitar 1-2%
dari persalinan.1

1.1. Tujuan Utama


1. Mencatan hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal
1.2.Tujuan Khusus
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya
penyulit
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.

3
BAB 2

PERSALINAN NORMAL

2.1. Persalinan Normal


2.1.1. Definisi dan Fase Persalinan Normal
Persalinan adalah proses fisiologis di mana produk konsepsi (yaitu, janin,
selaput ketuban, tali pusat, dan plasenta) dikeluarkan di luar rahim. Persalinan dicapai
melalui perubahan biokimia jaringan ikat, penipisan dan dilatasi serviks uteri secara
bertahap sebagai akibat kontraksi ritmik uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi
yang cukup.1
Persalinan diklasifikasikan sebagai sebuah diagnosis klinis. Onset persalinan
didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur dan nyeri yang mengakibatkan
penipisan dan dilatasi serviks yang progresif. Dilatasi serviks tanpa adanya kontraksi
uterus menunjukkan insufisiensi serviks, sedangkan kontraksi uterus tanpa perubahan
serviks tidak memenuhi definisi persalinan.2
Kelompok organisasi ahli kandungan telah membagi persalinan menjadi 3 tahap
yang menggambarkan proses yang berkelanjutan, yakni kala satu, dua dan tiga.
I. Tahap pertama persalinan (Kala I)
Kala I dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan
pembukaan serviks lengkap pada 10 cm. Dalam studi Friedman dari 500
nulipara, ia membagi tahap pertama menjadi fase laten awal dan fase aktif
berikutnya. Fase laten dimulai dengan kontraksi uterus ringan dan tidak teratur
yang melunakkan dan memperpendek serviks. Kontraksi menjadi semakin
berirama dan lebih kuat. Hal ini diikuti oleh fase aktif persalinan, yang biasanya
dimulai pada pembukaan serviks sekitar 3-4 cm dan ditandai dengan dilatasi
serviks yang cepat serta turunnya bagian presentasi janin. Kala I persalinan
berakhir dengan pembukaan serviks lengkap pada dilatasi sepanjang 10 cm.
Menurut Friedman, fase aktif dibagi lagi menjadi fase percepatan, fase
kemiringan maksimum, dan fase perlambatan. 3
Karakteristik kurva dilatasi serviks rata-rata dikenal sebagai kurva
persalinan Friedman, dan serangkaian definisi perpanjangan dan penghentian
persalinan kemudian ditetapkan. Namun, data selanjutnya dari populasi obstetri
modern menunjukkan bahwa tingkat dilatasi serviks lebih lambat dan

4
perkembangan persalinan mungkin berbeda secara signifikan dari yang
disarankan oleh kurva persalinan Friedman.3,4

Gambar 1. Proses Kala I Persalinan


II. Tahap kedua persalinan (Kala II)
Kala II dimulai dengan pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
lahirnya janin. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
telah menyarankan bahwa kala II yang berkepanjangan didefinisikan sebagai
kala II persalinan yang melebihi 3 jam jika anestesi regional diberikan atau 2
jam tanpa anestesi regional untuk nulipara. Pada wanita multipara, diagnosis
semacam itu dapat dibuat jika kala II persalinan melebihi 2 jam dengan anestesi
regional atau 1 jam tanpa anestesi regional. 2,3
Persalinan kala II yang memanjang menunjukkan peningkatan risiko
persalinan operatif dan morbiditas ibu. Faktor risiko ibu yang terkait dengan
kala kedua yang berkepanjangan termasuk nulipara, peningkatan berat badan
ibu dan/atau penambahan berat badan, penggunaan anestesi regional, induksi
persalinan, oksiput janin pada posisi posterior atau transversal, dan peningkatan
berat badan lahir.5
III. Tahap ketiga persalinan (Kala III)
Kala III persalinan ditentukan oleh periode waktu antara lahirnya janin
dan lahirnya plasenta dengan selaput ketuban. Selama periode ini, kontraksi

5
uterus menurunkan aliran darah basal, yang mengakibatkan penebalan dan
pengurangan luas permukaan miometrium di bawah plasenta dengan pelepasan
plasenta berikutnya. Meskipun pelahiran plasenta sering membutuhkan waktu
kurang dari 10 menit, durasi kala III persalinan dapat berlangsung selama 30
menit.3
Penatalaksanaan persalinan kala tiga melibatkan pelahiran plasenta secara
spontan. Penatalaksanaan aktif sering kali melibatkan pemberian profilaksis
oksitosin atau uterotonika lainnya (prostaglandin atau alkaloid ergot),
penjepitan dan pemotongan tali pusat, serta traksi tali pusat terkontrol.
Andersson et al. menemukan bahwa penundaan penjepitan tali pusat (≥180
detik setelah melahirkan) meningkatkan status zat besi dan mengurangi
prevalensi defisiensi zat besi pada usia 4 bulan dan juga mengurangi prevalensi
anemia neonatus, tanpa efek samping yang nyata. 6
Sebuah tinjauan sistematis literatur yang mencakup uji coba terkontrol
secara acak yang membandingkan manajemen aktif dan manajemen kehamilan
tanpa intervensi dari laporan tahap ketiga bahwa manajemen aktif
mempersingkat durasi kala III dan lebih unggul sehubungan dengan kehilangan
darah atau risiko perdarahan postpartum; namun, manajemen aktif dikaitkan
dengan peningkatan risiko efek samping yang tidak menyenangkan. Kala III
persalinan dianggap memanjang setelah 30 menit, dan intervensi aktif, seperti
ekstraksi manual plasenta, biasanya dipertimbangkan. 7

Gambar 2. Proses Persalinan Kala II dan III

6
2.1.2. Epidemiologi
Data dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa persalinan normal dapat
berkembang pada tingkat yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan waktu
persalinan normal yang dikemukakan oleh Friedman dan Sachtleben. Zhang et al.
memeriksa kemajuan persalinan dari 1.162 nulipara yang muncul dalam persalinan
spontan dan membuat kurva persalinan yang sangat berbeda dari Friedman, dengan
interval rata-rata untuk kemajuan dari 4-10 cm pembukaan serviks adalah 5,5 jam
dibandingkan dengan 2,5 jam kurva persalinan Friedman. Sejumlah peneliti telah
mengidentifikasi beberapa faktor kebidanan karakteristik ibu yang berhubungan
dengan lama persalinan. Salah satunya adalah bertambahnya usia ibu berbanding lurus
dengan kala dua yang memanjang tetapi bukan kala satu persalinan. 4
Dalam tinjauan epidemologi dan faktor risiko, nulipara dikaitkan dengan
periode persalinan yang lebih lama dibandingkan persalinan multipara. Namun
demikian, peningkatan paritas ternyata tidak selalu lebih memperpendek durasi
persalinan. Beberapa literatur pada tahun-tahun terakhir telah mengamati bahwa lama
persalinan sangat bervariasi di antara kelompok ras/etnis. Wanita Asia memiliki tahap
pertama dan kedua persalinan terpanjang dibandingkan dengan wanita Kaukasia atau
Afrika Amerika, dan wanita
Indian Amerika memiliki tahap kedua lebih pendek daripada wanita Kaukasia
non-Hispanik. Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh variasi dalam desain
penelitian, populasi penelitian, manajemen tenaga kerja, atau kekuatan statistik. 8
Dalam satu studi retrospektif besar tentang lama persalinan, khususnya yang
berkaitan dengan ras dan/atau etnis, peneliti mengamati tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam lama kala satu persalinan di antara kelompok ras/etnis yang berbeda.
Meskipun, kala dua lebih pendek pada wanita Afrika Amerika dibandingkan pada
wanita Kaukasia untuk nulipara (-22 menit) dan multipara (-7,5 menit). Nulipara
Hispanik, dibandingkan dengan rekan-rekan Kaukasia mereka, juga memiliki dua yang
lebih pendek, sedangkan tidak ada perbedaan yang terlihat untuk multipara. Sebaliknya,
nulipara Asia memiliki kala dua yang memanjang secara signifikan dibandingkan
dengan ras Kaukasia, dan tidak ada perbedaan yang terlihat untuk multipara. 8,9

7
2.1.3. Mekanisme Proses Persalinan
Kemampuan janin untuk berhasil melewati panggul selama persalinan
melibatkan perubahan posisi kepala selama proses persalinan. Mekanisme persalinan,
juga dikenal sebagai gerakan kardinal, berkaitan dengan presentasi verteks, seperti yang
terjadi pada 95% dari semua kehamilan. Meskipun proses persalinan merupakan proses
yang terus menerus, gerakan kardinal digambarkan sebagai 7 urutan terpisah, seperti
yang dibahas sebagai berikut.10
1. Engangement
Diameter terluas dari bagian presentasi (dengan kepala tertekuk dengan
baik, di mana diameter transversal terbesar dari oksiput janin adalah
diameter biparietal) memasuki panggul ibu ke tingkat di bawah bidang pintu
atas panggul. Pada pemeriksaan panggul, bagian presentasi berada di stasiun
0, atau setinggi spina iskiadika ibu.
2. Descent
Bagian bawah dari bagian presentasi melalui panggul. Ini terjadi secara
intermiten dengan kontraksi. Tingkat terbesar selama tahap kedua
persalinan.
3. Fleksi
Saat verteks janin turun, janin menghadapi resistensi dari tulang panggul
atau jaringan lunak dasar panggul, yang mengakibatkan fleksi pasif oksiput
janin. Dagu bersentuhan dengan toraks janin, dan diameter presentasi
berubah dari oksipitofrontal (11 cm) menjadi suboksipitobregmatik (9,5 cm)
untuk perjalanan optimal melalui panggul.
4. Rotasi internal
Saat kepala turun, bagian presentasi, biasanya dalam posisi transversal,
diputar sekitar 45° ke posisi anteroposterior (AP) di bawah simfisis. Rotasi
internal membawa diameter AP kepala sejalan dengan diameter AP dari
pintu keluar panggul.
5. Extension
Dengan penurunan lebih lanjut dan fleksi penuh kepala, pangkal oksiput
bersentuhan dengan margin inferior simfisis pubis. Resistensi ke atas dari
dasar panggul dan gaya ke bawah dari kontraksi uterus menyebabkan
oksiput memanjang dan berputar di sekitar simfisis. Ini diikuti dengan
lahirnya kepala janin.
8
6. Restitusi dan rotasi eksternal
Ketika kepala janin bebas dari tahanan, ia berputar sekitar 45° ke kiri atau
ke kanan, kembali ke posisi anatomis aslinya dalam kaitannya dengan
tubuh.
7. Ekspulsi
Setelah kepala janin lahir, penurunan lebih lanjut membawa bahu anterior
setinggi simfisis pubis. Bahu anterior kemudian diputar di bawah simfisis,
diikuti oleh bahu posterior dan sisa janin.
2.2. Riwayat Klinis dan Pemeriksaan Fisik Pada Proses Persalinan Normal
2.2.1. Riwayat Klinis
Pengkajian awal persalinan harus mencakup tinjauan perawatan prenatal pasien,
termasuk konfirmasi perkiraan tanggal persalinan. Anamnesis terfokus harus dilakukan
untuk memasukkan informasi, seperti frekuensi dan waktu onset kontraksi, status
selaput ketuban (apakah telah terjadi ketuban pecah spontan, dan jika demikian, apakah
cairan ketuban jernih atau meconium), gerakan janin, dan ada tidaknya perdarahan
pervaginam.3
Kontraksi Braxton-Hicks, yang sering tidak teratur dan tidak meningkat
frekuensinya dengan meningkatnya intensitas, harus dibedakan dari kontraksi yang
sebenarnya. Kontraksi Braxton-Hicks sering hilang dengan ambulasi atau perubahan
aktivitas. Namun, kontraksi yang menyebabkan persalinan cenderung berlangsung
lebih lama dan lebih intens, yang menyebabkan perubahan serviks. Persalinan sejati
didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan serviks. Jika
kontraksi terjadi tanpa perubahan serviks, itu bukan persalinan. 2,3
Selain itu, kontraksi Braxton-Hicks kadang-kadang terjadi, biasanya tidak lebih
dari 1-2 per jam, dan sering terjadi hanya beberapa kali per hari. Kontraksi persalinan
persisten, mungkin mulai jarang setiap 10-15 menit, tetapi biasanya berakselerasi
seiring waktu, meningkat menjadi kontraksi yang terjadi setiap 2-3 menit. Pasien juga
dapat menjelaskan apa yang disebut lightening, yaitu perubahan fisik yang dirasakan
karena kepala janin masuk ke dalam panggul. Ibu mungkin merasa bahwa bayinya
menjadi ringan. Saat bagian presentasi janin mulai turun, bentuk perut ibu dapat
berubah untuk mencerminkan turunnya janin. Napasnya mungkin lega karena
ketegangan pada diafragma berkurang, sedangkan buang air kecil mungkin menjadi
lebih sering karena tekanan tambahan pada kandung kemih.3

9
2.2.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup dokumentasi tanda-tanda vital pasien,
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan janin. Frekuensi, durasi, dan intensitas
kontraksi uterus harus dinilai, terutama pemeriksaan abdomen dan panggul pada pasien
yang kemungkinan akan melahirkan.10
Pemeriksaan perut dimulai dengan manuver Leopold yang dijelaskan di bawah
ini:
1. Leopold I melibatkan pemeriksa menempatkan kedua tangannya di setiap kuadran
atas perut pasien dan dengan lembut meraba fundus dengan ujung jari untuk
menentukan kutub janin mana yang ada di fundus. Jika itu adalah kepala janin,
seharusnya terasa keras dan bulat. Dalam presentasi sungsang, tubuh nodular besar
dirasakan.
2. Leopold II melibatkan palpasi di daerah paraumbilikalis dengan kedua tangan
dengan menerapkan tekanan lembut tapi dalam. Tujuannya adalah untuk
membedakan tulang belakang janin (struktur yang keras dan tahan) dari anggota
tubuhnya (bagian kecil yang tidak beraturan dan dapat digerakkan) untuk
menentukan posisi janin.
3. Leopold III adalah palpasi suprapubik dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan
dominan. Seperti manuver pertama, pemeriksa memastikan presentasi janin dan
memperkirakan stasiunnya. Jika bagian presentasi tidak terlibat, tubuh yang dapat
digerakkan (biasanya oksiput janin) dapat teraba. Manuver ini juga memungkinkan
penilaian berat janin dan volume cairan ketuban.
4. Leopold IV melibatkan palpasi kuadran bawah bilateral dengan tujuan menentukan
apakah bagian presentasi janin terlibat dalam panggul ibu. Pemeriksa berdiri
menghadap kaki ibu. Dengan ujung 3 jari pertama dari kedua tangan, pemeriksa
memberikan tekanan yang dalam ke arah sumbu pintu atas panggul. Dalam
presentasi kepala, kepala janin dianggap terlibat jika tangan pemeriksa
menyimpang saat menelusuri kepala janin ke panggul. 10
Pemeriksaan panggul sering dilakukan dengan menggunakan sarung tangan steril
untuk mengurangi risiko infeksi. Jika dicurigai adanya ruptur membran, pemeriksaan
dengan spekulum steril dilakukan untuk memastikan adanya pengumpulan cairan
amnion secara visual di forniks posterior. Pemeriksa juga mencari pakis pada sampel
kering cairan vagina di bawah mikroskop dan memeriksa pH cairan dengan
menggunakan tongkat nitrazin atau kertas lakmus, yang berubah menjadi biru jika
10
cairan ketuban alkalosis. Jika terjadi perdarahan yang nyata, pemeriksaan panggul
harus ditunda sampai plasenta previa disingkirkan dengan ultrasonografi. Selanjutnya,
pola kontraksi dan riwayat pasien dapat memberikan petunjuk tentang solusio
plasenta.10
Pemeriksaan vagina secara digital memungkinkan klinisi untuk menentukan hal-hal
berikut: (1) derajat dilatasi serviks, yang berkisar dari 0 cm (tertutup atau ujung jari)
hingga 10 cm (lengkap atau dilatasi penuh), (2) penipisan (penilaian panjang serviks,
yang dapat dilaporkan sebagai persentase dari panjang serviks normal 3 hingga 4 cm
atau digambarkan sebagai panjang serviks sebenarnya); pelaporan aktual panjang
serviks dapat mengurangi potensi ambiguitas dalam pelaporan persen-penghapusan,
posisi, yaitu anterior atau posterior, dan konsistensi, yaitu lunak atau tegas. Palpasi
bagian presentasi janin memungkinkan pemeriksa untuk menetapkan stasiunnya,
dengan mengukur jarak tubuh (-5 hingga +5 cm) yang presentasi relatif terhadap spina
iskiadika ibu, di mana stasiun 0 sejajar dengan bidang spina iskiadika ibu). 3,10

11
BAB 3

PARTOGRAF DALAM PERSALINAN NORMAL

3.1. Partograf
Definisi dan Perkembangan Partograf
Partograf berasal kata Yunani yang berarti "Kurva Persalinan". Partograf
berbentuk formulir satu halaman yang dicetak di fasilitas-fasilitas kesehatan yang
melayani proses persalinan. Partograf memberikan gambaran grafis tentang kemajuan
persalinan dan mencatat informasi tentang kondisi ibu dan janin selama persalinan. Hal
ini juga memungkinkan identifikasi dini dan diagnosis persalinan patologis. Selain itu,
penggunaannya sangat penting dalam mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal.
Partograf merupakan instrumen untuk memantau kesejahteraan ibu dan janin
selama fase aktif persalinan yang berguna sebagai bantuan pengambilan keputusan
ketika kelainan terdeteksi (Gambar 3.). Partograf dirancang untuk digunakan pada
semua tingkat level fasilitas perawatan. Keluaran utama dari partograf adalah grafik
yang digunakan untuk mencatat kemajuan dilatasi serviks, seperti yang ditentukan oleh
pemeriksaan vagina.11
Pada tahun 1987, WHO meluncurkan inisiatif safe motherhood, dan sejak saat
itu WHO telah menerbitkan tiga jenis partograf yang berbeda. Partogram pertama
dikenal sebagai partograf komposit (composite partograph) mencakup fase laten 8 jam
dan fase aktif yang dimulai pada dilatasi serviks sepanjang 3 cm. Partograf komposit
memiliki garis waspada dengan kemiringan 1 cm per jam, garis aksi 4 jam ke kanan
dan sejajar dengan garis waspada. Partograf ini juga menyediakan ruang untuk
merekam penurunan kepala janin, kondisi ibu, kondisi janin dan obat-obatan yang
diberikan.11,12 WHO kemudian memodifikasi partograf pada tahun 2000, dimana fase
laten dikeluarkan dalam grafik, dan fase aktif dimulai pada dilatasi serviks 4 cm,
meskipun fitur lainnya tetap sama. Alasan mengeluarkan fase laten pada modifikasi
adalah karena fase laten berkepanjangan yang didiagnosis secara berlebihan sehingga
intervensi terlalu banyak dilakukan. Selain itu, terdapat kesulitan dalam mentransfer
dilatasi dari fase laten ke fase aktif.13

12
Gambar 3. Perkembangan Komponen Partograf. (A) Composite of Partograph
(WHO, 1994); (B) WHO Modified Partograph 2000.

13
3.2. Penggunaan Partograf
Dalam memaksimalkan penggunaan partograf untuk mengidentifikasi risiko dan
melakukan intervensi bila diperlukan, bergantung pada bidan dan dokter kandungan yang
terampil dengan pengetahuan penggunaan alat tersebut, serta kapasitas untuk bertindak sesuai
dengan intervensi yang dimaksud.15
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sumathy et al di Rumah Sakit tersier didapatkan
bahwa penggunaan partograf dapat mengidentifikasi lebih awal pola persalinan yang abnormal,
sehingga hasil keluaran (cara persalinan, augmentasi persalinan, dan keadaan neonatus) juga
dapat diprediksi. Pada penelitian tersebut juga disebutkan bahwa partogram dapat memprediksi
hasil/keluaran maternal dan perinatal.
Pada tahun 2000, World Health Organizadon (WHO) telah memodifikasi partograf
agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan, dan pencatatan
pada partograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. 5
Partograf harus digunakan untuk:5

1. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai
elemen penting asuhan persalinan;
2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit, dan lain lain);
3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan
dan kelahiran (Spesialis Obtetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen, dan
Mahasiswa Kedokteran).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mukisa et al tahun 2019 menunjukan bahwa
banyak petugas kesehatan yang tidak menyelesaikan partograf secara komplit. Pada penelitian
tersebut didapatkan bahwa persentase pengisian partograf hingga komplit hanya sebesar
24,6%. Peneliti mengatakan bahwa adanya pengisian partograf yang tidak lengkap, mungkin
dapat menyebabkan adanya deteksi gangguan persalinan yang terlambat. Pengisian Partograf
yang tidak komplit dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain inkonsistensi dari
ketersediaan partograf, beratnya beban kerja yang mungkin dapat disebabkan oleh jumlah
tenaga kesehatan yang sedikit, kurangnya peralatan, kurangnya keterampilan dari petugas
kesehatan yang bertugas, dan perspektif negatif mengenai partograf. 13 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Markos D. dan Bogale D. tahun 2015 didapatkan penelitian serupa yang
menunjukan bahwa banyak tenaga kesehatan yang tidak melengkapi parograf, khususnya
bagian penyusupan tulang kepala bayi (molase) dan penurunan kepala bayi, namun pada

14
penelitian ini tidak dijabarkan lebih lanjut penyebab dan efek dari pengisian partograf yang
tidak lengkap.14
Keuntungan menggunakan partograf antara lain:

Dengan selembar kertas dapat memberikan informasi detil yang diperlukan

Tidak perlu untuk mencatat kejadian selama persalinan berulang kali

Dapat memprediksi deviasi dari proses normal secara dini, sehingga langkah yang tepat
dapat diambil ketika diperlukan

Memfasilitasi untuk peralihan prosedur perawatan

Pengenalan akan partograf mengurangi insiden partus macet dan angka sectio caesaria,
terdapat perbaikan dalam hal morbiditas maternal, morbiditas dan mortalitas perinatal.

3.2.1. Teknik Penggunaan


Pencatatan partograf terbukti secara signifikan membantu dalam kelancaran persalinan
dan mengurangi angka operasi sectio caesarea. Dokumentasi partograf yang tidak baik dapat
mempengaruhi hasil akhir dalam praktik klinis. 18,19
Halaman depan partograf (Gambar 4) mencantumkan bahwa observasi yang dimulai
pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:18,19

15
Gambar 4. Partograf

16
I. Informasi ibu yang meliputi;
a. Nama, Usia
b. Informasi kehamilan Gravida, Para, Abortus (Keguguran)
c. Rekam medis
d. Tanggal dan waktu rawat
e. Waktu pecahnya ketuban
II. Kondisi janin dan kenyamanan janin18,19
a. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik
pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang
satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan
100. Akan tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Catat
tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi
partograf.
b. Warna air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambing-lambang berikut:
 U : ketuban utuh (belum pecah)
 J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
 D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat ianin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ secara saksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
(denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai. Akan tetapi, jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir.
c. Molase atau penyusupan kepala janin

17
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo
Pelvic Disproportion - CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi
tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi
tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut:
 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan
 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

Gambar 5. Sutura dan Fontanel Bayi Baru Lahir.

III. Kemajuan persalinan


Kolom dan lajur kedua partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap angka
mempunyai lajur dan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Tiap kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit. 18,19

18
a. Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil
temuan setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang
dilakukan pertama kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda
"X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh. 18,19
b. Penurunan bagian terbawah janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika
ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada
persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Namun kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm. Penurunan kepala janin diukur secara
palpasi bimanual. Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi
menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5 sampai 0/5. Simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala
janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis; sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa
bagian kepala janin sudah tidak dapat lagi dipalpasi di atas simfisis pubis. Kata-kata "Turunnya
Kepala" dan garis terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
Berikan tanda (o) pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5,
tuiiskan tanda (o) di nomor 4. Hubungkan tanda (o) dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.

Gambar 6. Penurunan kepala janin diukur secara palpasi bimanual16

19
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di
mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah
ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperiukan, misalnya: amniotomi, infus
oksitosin atau persiapan-persiapan rujukan (ke rumah sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit kegawatdaruratan obstetrik. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di
sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan.
Pada persalinan normal, servikograf (dilatasi serviks) harus berada pada garis waspada atau di
sebelah kirinya. Apabila dilatasi serviks terdapat pada area nomor 2 (Gambar 4) merupakan
suatu abnormalitas dan memerlukan penilaian segera. Apabila dilatasi serviks terdapat pada
area nomor 3 (Gambar 4) kasus tersebut perlu dievaluasi kembali oleh seseorang yang telah
berpengalaman lebih. Keputusannya adalah untuk melakukan terminasi dengan sectio caesaria
atau tindakan amniotomi maupun induksi dengan oksitosin18,19

IV. Jam dan waktu18,19


 Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-
kotak diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan
satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam
fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm
pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan
angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai
pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).

20
V. Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per
10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik.18,19
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka
pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu
satu kali 10 menit, isi 3 kotak.18,19
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:18,19
 Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
kurang dari 20 detik
 Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik
 Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik

VI. Obat-obatan dan cairan yang diberikan


Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencarat
oksitosin, obat-obat lainnya, dan cairan IV.18,19
a. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.
b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.
VII. Kondisi ibu
Kondisi ibu juga dinilai dalam partograf, dimana untuk menilai Kesehatan dan
kenyamanan ibu
a. Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh;
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah ibu.

21
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering
jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik () pada kolom waktu yang sesuai
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika dianggap adanya penyulit). Beri tanda panah ( ) pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat arau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Urin (volume, aseton, atau protein)
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya
aseton atau protein dalam urin.
VIII. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatat terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan
waktu saat membuat catatan persalinan.18,19
Asuhan, pengamatan, dan/atau keputusan klinik mencakup:
 Jumlah cairan per oral yang diberikan
 Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, Bidan, Dokter Umum)
 Persiapan sebelum melakukan rujukan
 Upaya rujukan

3.2.2 Kontraindikasi Penggunaan Partograf


Kontraindikasi prosedur partograf terdapat terhadap beberapa keadaaan kehamilan.
Beberapa keadaan tersebut menghalangi petugas medis untuk mengumpulkan data partograf.
Salah satu contoh adalah pencatatan saat dilatasi serviks merupakan salah satu komponen
penting dari partograf dan hal ini diperiksa melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam
tidak bisa dilakukan pada beberapa kasus kehamilan sehingga pengumpulan data partograf
tidak bisa dilakukan secara lengkap.11,12
Beberapa keadaan yang memiliki kontraindikasi dengan prosedur partograf adalah:
 Perdarahan antepartum: tidak memungkinkan untuk mendapatkan data seperti dilatasi
serviks, penurunan bagian terbawah janin dan pemeriksaan air ketuban
 Intrauterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim

22
 Ibu hamil yang sudah menjalani 2 kali operasi sectio caesarea elektif
 Kelainan letak seperti presentasi bokong (frank breech)
 Prolaps tali pusat
 Kehamilan gemeli

23
BAB 4
PENUTUP

Angka kematian ibu tetap menjadi indikator prioritas kesehatan global. Persalinan
dicapai melalui perubahan biokimia jaringan ikat, penipisan dan dilatasi serviks uteri secara
bertahap sebagai akibat kontraksi ritmik uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang
cukup. Alat pantau sederhana yang direkomendasikan oleh WHO adalah partograf.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk pemantauan persalinan yang selama
fase aktif. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Partograf merupakan gabungan grafik dari data-data penting (maternal dan fetal)
selama proses persalinan, yang berdasarkan waktu dan pada selembar kertas. Pada servikograf
garis waspada terdapat pada dilatasi serviks sebesar 4 cm dan berakhir pada dilatasi serviks
sebesar 10 cm (dengan kecepatan 1 cm/jam). Garis bertindak terdapat 4 jam sebelah kanan dan
sejajar dengan garis waspada.
Partograf memiliki garis waspada dan bertindak. Garis waspada mewakili paling
lambat 10% dari kemajuan persalinan wanita primigravida. Sebuah garis bertindak
ditempatkan beberapa jam setelah garis waspada (biasanya dua hingga empat jam) untuk
mendorong manajemen yang efektif dari kemajuan persalinan yang lama. Penting untuk
mendeteksi persalinan lama karena hal ini dapat menyebabkan perdarahan post-partum dan
infeksi. Masalah-masalah ini bahkan lebih penting dalam kondisi sumber daya rendah karena
tidak tersedianya prosedur aseptik dalam pemeriksaan vagina. Dalam kondisi di mana
persalinan instrumental yang sulit atau operasi caesar darurat tidak dapat dilakukan, sehingga
dapat mentransfer wanita ke rumah sakit di mana fasilitas ini tersedia jika kemajuan persalinan
melewati garis waspada.17

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Obstetricians AC of, Gynecologists. ACOG (American College of Obstetricians and


Gynecologists) educational bulletin. Adult manifestation of childhood sexual abuse,
number 259, July 2000. Clinical management guidelines for obstetrician-gynecologists.
Int J Gynaecol Obstet. 2001;74:311–20.
2. Gould D. Normal labour: a concept analysis. J Adv Nurs. 2000;31(2):418–27.
3. Calder AA. Normal labour. In: Dewhurst’s textbook of obstetrics and gynaecology.
Blackwell Publishing London; 2007. p. 46–55.
4. Zhang J, Troendle JF, Yancey MK. Reassessing the labor curve in nulliparous women.
Am J Obstet Gynecol. 2002;187(4):824–8.
5. Zhang J, Troendle J, Grantz KL, Reddy UM. Statistical aspects of modeling the labor
curve. Am J Obstet Gynecol. 2015;212(6):750-e1.
6. Andersson O, Hellström-Westas L, Andersson D, Domellöf M. Effect of delayed versus
early umbilical cord clamping on neonatal outcomes and iron status at 4 months: a
randomised controlled trial. Bmj. 2011;343.
7. Fogarty M, Osborn DA, Askie L, Seidler AL, Hunter K, Lui K, et al. Delayed vs early
umbilical cord clamping for preterm infants: a systematic review and meta-analysis. Am
J Obstet Gynecol. 2018 Jan 1;218(1):1–18.
8. Blanc-Petitjean P, Saumier S, Meunier G, Sibiude J, Mandelbrot L. Prolongation of active
second stage of labor: associated factors and perinatal outcomes. J Gynecol Obstet Hum
Reprod. 2021;102205.
9. Gerli S, Favilli A, Acanfora MM, Bini V, Giorgini C, Di Renzo GC. Effect of epidural
analgesia on labor and delivery: a retrospective study. J Matern Fetal Neonatal Med.
2011;24(3):458–60.
10. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ER, et al. Obstetrics:
normal and problem pregnancies e-book. Elsevier Health Sciences; 2016.
11. Dalal AR, Purandare AC. The Partograph in Childbirth: An Absolute Essentiality or a
Mere Exercise? J Obstet Gynaecol India. 2018 Feb;68(1):3–14.
12. Bedwell C, Levin K, Pett C, Lavender DT. A realist review of the partograph: when and
how does it work for labour monitoring? BMC Pregnancy Childbirth. 2017 Jan
13;17(1):31.

25
13. Hofmeyr GJ, Bernitz S, Bonet M, Bucagu M, Dao B, Downe S, et al. WHO next-
generation partograph: revolutionary steps towards individualised labour care. BJOG Int
J Obstet Gynaecol. 2021;
14. Magon N. Partograph revisited. Int J Clin Cases Investig. 2011;3(1):1–6.
15. Bonet M, Oladapo OT, Souza JP, Gülmezoglu AM. Diagnostic accuracy of the partograph
alert and action lines to predict adverse birth outcomes: a systematic review. BJOG Int J
Obstet Gynaecol. 2019;126(13):1524–33.
16. Labour and Delivery Care Module: 4. Using the Partograph: View as single page
[Internet]. [cited 2021 Aug 31]. Available from:
https://www.open.edu/openlearncreate/mod/oucontent/view.php?id=272&printable=1
17. Sumathy V, Lakshmi G, Padmanaban S. Usage of WHO modified partogram for term
primigravidae. International Journal of Clincial Obstetric and Gynaecology. 2018;22-6.
18. Saifuddin A, Rachimhadhi T, Wiknjosastro G. Ilmu kebidanan. 4rd ed. Jakarta: P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014
19. Mathai M, Engelbrecht S, Bonet M. Managing complications in pregnancy and childbirth.
2nd ed. Geneva: World Health Organization; 2017

26

Anda mungkin juga menyukai