Anda di halaman 1dari 17

PERAN SERTA WARGA NEGARA DALAM

MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN

KELOMPOK 6 :

1. Agus Mustofiya (02)

2. M. Ragil Jaya (16)

3. M. Dilo Saputro (18)

4. Sekar Sari Dewi (28)

5. M. Ainun Najib

SMAN 1 KARANGTENGAH
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
ABSTRAK

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peran setiap warga
Negara wajib ikut serta dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan yang
diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara, Keikutsertaan warga Negara
dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui (1) Pendidikan Kewarganegaraan,
(2) Pelatihan dasar kemiliteran (3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela
atau wajib (4) Pengabdian sesuai dengan profesi.

Kata Kunci : Bela Negara, Warga Negara, Persatuan, Kesatuan

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Peran serta warga negara dalam
menjaga persatuan dan kesatuan. ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
PKn. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Persatuan dan Kesatuan Bangsa ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Demak, 31 Juli 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Peran serta warga negara dalam menjaga persatuan dan kesatuan.............3
2.2 Kehidupan bernegara dalam konsep Negara Kesatuan Republik ..............4
Indonesia (NKRI)
2.3 Ancaman Terhadap Negara Dalam Menjaga Persatuan Dan Kesatuan.....7
2.4 Peran Serta Masyarakat Untuk Mengatasi Berbagai Ancaman ........10
Dalam Menjaga Persatuan Dan Kesatuan
BAB III PENUTUP................................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Menurut UU Nomor 3 Tahun
2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara) Bukan hanya sebagai kewajiban
dasar manusia, tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud
pengabdian dan rela berkorban kepada bangsa dan negara.
Sejak tahun 1900 nama Indonesia menjadi lebih umum di kalangan akademik
di luar Belanda. Golongan nasionalis Indonesia menggunakan nama Indonesia untuk
ekspresi politiknya. Adolf Bastian dari Universitas Berlin memopulerkan nama
Indonesia melalui bukunya Indonesien oder die inseln des malayischen arcipels
(1884-1894). Kemudian sarjana bahasa Indonesia pertama yang menggunakan nama
Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) ketika ia mendirikan
kantor berita di Belanda dengan nama Indonesisch Pers-Bureau di tahun 1913.
Kita mesti bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
menakdirkan kita sebagai warga negara Indonesia. Indonesia adalah sebuah bangsa
dan negara besar yang harus kita banggakan. Indonesia mempunyai wilayah yang
luas, kekayaan alam yang melimpah, suku bangsa dan bahasa yang beraneka ragam.
Tetapi semua itu dapat dipersatukan dalam sebuah ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Indonesia juga mempunyai sejarah yang membanggakan, kemerdekaan
yang kita raih bukanlah hadiah dari penjajah. Tetapi kita menjadi bangsa yang
memerdekakan dirinya sendiri. Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai sebuah
negara merdeka. Itu semua menjadi keunggulan bangsa Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan tidak akan pernah terjadi apabila tidak adanya
persatuan dan kesatuan di antara warga negara Indonesia. Persatuan dan kesatuan
bangsa harus selalu kita jaga, supaya Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap
menunjukkan eksistensinya dan menjadi negara mandiri yang terbebas dari berbagai
intervensi atau campur tangan asing.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
3 Bagaimana Peran serta warga negara dalam menjaga persatuan dan kesatuan?
4 Bagaimana kehidupan bernegara dalam konsep Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)?
5 Bagaimana Ancaman Terhadap Negara Dalam Menjaga Persatuan Dan
Kesatuan?
6 Bagaimana Peran Serta Masyarakat Untuk Mengatasi Berbagai Ancaman
Dalam Menjaga Persatuan Dan Kesatuan?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Menurut UU Nomor 3 Tahun
2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara) Bukan hanya sebagai kewajiban
dasar manusia, tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud
pengabdian dan rela berkorban kepada bangsa dan negara.
Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan
Keamanan Nasional.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-
Pokok Perlawanan Rakyat.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang
Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-UndangRepublik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.
d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal
30 Ayat (1) dan (2): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system
pemerintahan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai
komponen utana, dan rakyat sebagai komponen pendukung”. Adapula pada Pasal
27 Ayat (3): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
bela negara”.
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara ayat 1: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; ayat 2:
“Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat 1
diselenggarakan melalui:

3
1) Pendidikan Kewarganegaraan
2) Pelatihan dasar kemiliteran
3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
4) Pengabdian sesuai dengan profesi.
Pembelaan Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaan, kesadaran, keikhlasan dan ketulusan dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara, menjaga harkat dan martabat bangsa,
mempertahankan keutuhan NKRI serta wewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
- Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945: “Tiap-tiapiap Warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”.
- Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Contoh bentuk usaha pembelaan negara oleh warga negara :
-Mengikuti ronda malam (siskamling)
- Pelatihan dasar kemiliteran
- Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
- Pengabdian sesuai dengan profesi
Bela negara yang bisa dilakukan oleh para siswa di sekolah :
- Pendidikan Kewarganegaraan
- Mengikuti organisasi yang menerapkan dasar-dasar kemiliteran, seperti Pramuka,
Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang
Merah Remaja (PMR), dan organisasi lainnya.

2.2. Kehidupan Bernegara dalam Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia


(NKRI)
1. Konsep NKRI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengukuhkan
keberadaan Indonesia sebagai negara kesatuan dan menghilangkan keraguan
terhadap pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal-pasal dalam Undang-

4
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah memperkukuh prinsip
NKRI dan tidak sedikit pun mengubah NKRI menjadi negara federal.
Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara
kesatuan, yang berbentuk Republik.” Pasal yang dirumuskan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia tersebut merupakan tekad bangsa Indonesia yang menjadi
sumpah anak bangsa pada 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda yaitu satu
tanah air, satu bangsa, satu bahasa yaitu Indonesia.
Wujud Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin kukuh setelah
dilakukan perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan
tersebut dimulai dari adanya ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang salah
satunya adalah tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.
Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan didasari
pertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal
berdirinya negara Indonesia. Bentuk negara kesatuan dipandang paling tepat untuk
mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar
belakang (dasar pemikiran). UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara
nyata mengandung semangat agar Indonesia bersatu, baik sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan maupun dalam pasal-pasal yang langsung menyebutkan tentang
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini dituangkan dalam lima Pasal, yaitu: pasal 1 ayat (1), pasal 18 ayat (1),
pasal 18B ayat (2), pasal 25A, dan pasal 37 ayat (5) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta rumusan pasal-pasal yang mengukuhkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keberadaan lembaga-lembaga dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip kesatuan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea keempat Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “…. dalam upaya membentuk
suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

5
Pembentukan pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia bertujuan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Tujuan tersebut dapat dicapai hanya dengan adanya kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia. Dalam alinea keempat ini secara tegas diproklamirkan:
“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
Makna negara Indonesia juga dapat dipandang dari segi kewilayahan. Pasal
25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang”. Istilah Nusantara dalam ketentuan tersebut dipergunakan untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta di antara Benua Asia
dan Benua Australia. Kesatuan wilayah tersebut juga mencakup 1) kesatuan politik;
2) kesatuan hukum; 3) kesatuan sosial-budaya; serta 4) kesatuan pertahanan dan
keamanan. Dengan demikian, meskipun wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau,
tetapi semuanya terikat dalam satu kesatuan negara yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia adalah negara
kesatuan berbentuk republik yang wilayahnya merupakan kesatuan dari ribuan pulau
yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta di antara Benua
Asia dan Australia.

6
2.3 ANCAMAN TERHADAP NEGARA DALAM MENJAGA PERSATUAN
DAN KESATUAN
A. Ancaman terhadap Integrasi nasional
Negara Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis, baik
dari aspek kewilayahan maupun aspek kehidupan sosial :
- Aspek kewilayahan :
Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua Samudra, yaitu
samudra Hindia dan Pasifik
- Aspek kehidupan kehidupan sosial :
Indonesia diapit oleh negara berpenduduk padat (utara) dan jarang (selatan), ideologi
komunisme dan liberalisme, demokrasi rakyat dan demokrasi liberal, ekonomi
sosialis (utara) dan ekonomi kapitalis (selatan), masyarakat sosialis dan masyarakat
individualis, kebudayaan timur dan kebudayaan barat, sistem pertahanan continental
(pakta warsawa) dan sistem pertahanan maritim (NATO)
1. Ancaman Militer
Ancaman adalah segala sesuatu yang membahayakan kedaulatan nasional,
kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa dan negara,
serta kehidupan demokrasi di Indonesia
Contoh ancaman militer :
a. agresi/invansi
b. sabotase
c. spionase
d. pelanggaran wilayah oleh negara lain,
e. pemberontakan bersenjata,
f. gerakan separatis bersenjata,
g. aksi teror bersenjata,

2. Ancaman Non Militer


Contoh ancaman non militer :
a. ancaman di bidang ideologi : paham komunis, zionis, liberalisasi
b. ancaman di bidang politik : adanya intimidasi, provokasi, blokade politik
(eksternal),

7
adanya separatisme, pergerakan masa, aksi radikal, teroris (internal)
c. ancaman di bidang ekonomi : free fight liberalism, etatisme, monopoli
d. ancaman di sosial budaya : adanya budaya konsumtif, hedonisme, individualisme,
westernisasi, KKN, narkoba

3. Strategi dalam mengatasi Ancaman Militer dan Non Militer


a. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Militer
Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta pada hakikatnya merupakan
segala upaya menjaga pertahanan dan keamanan negara dan seluruh rakyat serta
segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional serta seluruh wilayah
negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh Strategi bangsa
Indonesia menghadapi ancaman militer adalah
1) memperkuat sishankamrata, yaitu dengan memperkuat kekuatan dan kemampuan
komponen utama (TNI dan POLRI) , komponen cadangan (Sumber daya manusia,
alam dan buatan) dan komponen pendukung (rakyat)
2) mendayagunakan dan mengerahkan seluruh kekuatan nasional dengan pertahanan
berlapis yang diwujudkan melalui fungsi-fungsi diplomasi dan perlawanan tanpa
senjata
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 :
Pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara” Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
b. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Non Militer
Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman non militer, yaitu ancaman dalam
1) memperkokoh 4 pilar negara : Pancasila, UUD Negara RI 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, NKRI , memperkuat rasa nasionalisme dan patriotisme (ideologi)
2) penegakkan demokrasi, kebebasan, keterbukaan, HAM, supremasi hukum
(politik)
3) memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, memperkuat produk dan pasar
domestik, memprioritaskan pertanian, tidak tergantung pada IMF, WTO (ekonomi)
4) meningkatkan iman dan taqwa warga negara, keselarasan pundamental antara
manusia – Tuhan – alam – masyarakat, gerakan ‘aku cinta Indonesia’ (sosial budaya)

8
Ideologi Pancasila tidak bisa dikatakan aman dari berbagai macam ancaman
dalam pengimplementasian nilai-nilainya di masyarakat, karena pengaruh arus
globalisasi melalui media informasi dan komunikasi antara lain ideologi liberalis,
komunis dan sikap individualis, hedonis, materialistis, konsumeristis. Oleh karena
itu, Pancasila harus menjadi landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat
pemersatu bangsa.

2. Ancaman di Bidang Poleksosbudhamkam


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman non-militer atau nirmiliter
memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu tidak bersifat
fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena ancaman ini
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta
keselamatan umum. Berikut ini berbagai ancaman bagi bangsa
1. Ancaman di Bidang Ideologi
- paham komunis dan zionis
- pengaruh liberalisme, globalisasi
2. Ancaman di Bidang Politik
- intimidasi, provokasi dan blokade politik terhadap Indonesia
- pengerahan masa untuk menumbangkan pemerintahan yang berkuasa
- menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintahan
- ancaman separatisme, provinsialisme
3. Ancaman di Bidang Ekonomi
- perdagangan dan pasar bebas dengan adanya penghapusan seluruh batasan dan
hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa
- penguasaan ekonomi oleh pihak aseng dan asing
- pencabutan subsidi pada sektor ekonomi kerakyatan
- free fight liberalism, etatisme dan monopoli
4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya
- gaya hidup konsumeristik, materialistik dan individualistik
- sifat hedonisme dan gejala westernisasi

9
- isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut
menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti premanisme, separatisme,
terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.
5. Ancaman di Bidang Hankam
- masalah teror dan konflik SARA
- lemahnya penerapan, penegakkan hukum dan keadilan.

2.4 PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK MENGATASI BERBAGAI


ANCAMAN DALAM MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN
Kesadaran adalah sikap yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi hati
ikhlas tanpa ada tekanan dari luar. Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan
sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai
suasana hati yang ikhlas / rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang
umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan
lingkungannya Peran serta masyarakat untuk mengatasi berbagai ancaman dalam
membangun integrasi nasional di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Tidak membeda-bedakan keberagaman misalnya pada suku, budaya, daerah dan
sebagainya
2) Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianutnya
3) Membangun kesadaran akan pentingnya integrasi nasional
4) Melakukan gotong royong dalam rangka peningkatan kesadaran bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
5) Menggunakan segala fasilitas umum dengan baik
6) Mau dan bersedia untuk berkerja sama dengan segenap lapisan atau golongan
masyarakat
7) Merawat dan memelihara lingkungan bersama-sama dengan baik
8) Bersedia memperoleh berbagai macam pelayanan umum secara tertib.
9) Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
10) Mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam guna meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

10
11) Menjaga keamanan wilayah negara dari ancaman yang datang dari luar maupun
dari dalam negeri.
12) Memberi kesempatan yang sama untuk merayakan hari besar keagamaan dengan
aman dan nyaman
13) Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat dan
pemerintah
14) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
15) Bersedia untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia..

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Menurut UU Nomor 3 Tahun
2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara) Bukan hanya sebagai kewajiban
dasar manusia, tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud
pengabdian dan rela berkorban kepada bangsa dan negara.
Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui:
1) Pendidikan Kewarganegaraan
2) Pelatihan dasar kemiliteran
3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
4) Pengabdian sesuai dengan profesi.

3.2 Saran
Pembelaan Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaan, kesadaran, keikhlasan dan ketulusan dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, menjaga harkat dan martabat bangsa,
mempertahankan keutuhan NKRI serta wewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
- Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945: “Tiap-tiapiap Warga Negara
berhak dan wajib ikut
- serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”.
- Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945: “Setiap Warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khor, Martin. 2003. Globalisasi Perangkap Negara-negara Selatan. Yogyakarta:
Cinderelas Pustaka Rakyat Cerdas.
Lemhanas. 1997. Wawasan Nusantara. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Sumaatmadja, Nursid. 2006. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.
Sundawa, Dadang. 2007. “Kerangka Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan
Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia” dalam Materi dan Pembelajaran PKn
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Taniredja, Tukiran dan Kawan-kawan. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.
Wuryan, Sri dan Syaifullah. 2006. Ilmu Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai