Anda di halaman 1dari 13

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 7

HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Head UP 30o Untuk Memperbaiki Mean Arterial Pressure Pada Pasien Cidera Kepala

Dian Widhi Pawestri1), Supono2), Mustayah3)


12
Prodi D-IV Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang
3
Prodi D-III Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang
email: onopspmb10@gmail.com

Abstract
Head injury is one of the main causes of death in motor vehicle users due to the high level of
mobility and the lack of maintaining road safety. Head up 30o can be chosen to reduce intra-
cranial pressure. The aim of the study was to determine the effect of head up 30oon mean
arterial pressure in head injured patients. The research method used quasi experimental by
pre testand post test two design group. The sampling technique used is non probability
sampling with the number of respondents 34 respondents. Test statistic used is Wilcoxon
signed rank test at position 150 got result ρ = 0,04 or ρ <α = 0,05 which means there is
significant influence on giving position 150, whereas at position 300 got result ρ = 0, 00 or ρ
<α = 0,05 so it is concluded more influence positioning 300. To know the difference between
position 150 and 300 by using stat test Man Whitney Test with result ρvalue = 0,02 or ρ <α =
0,05 which concluded that there is significant difference between position 150 and 300 to
mean arterial pressure on head injury patients. Based on statistical test data, it can be
concluded that Head up 300more effective to maintain mean arterial pressure in head injured
patient .
Keywords: Head up 30O, Mean Arterial Pressure, Head Injury

1. PENDAHULUAN sering terjadi pada laki-laki berumur antara


Cedera kepala merupakan salah satu 15-24 tahun, dimana angka kejadian
penyebab utama kematian pada pengguna cedera kepala pada laki-laki 58% lebih
kendaraan bermotor karena tingginya bandingkan dengan perempuan, hal ini
tingkat mobilitas dan kurangnya menjaga diakibatkan karena mobilitas yang tinggi
keselamatan dijalan raya (Baheram, 2007). dikalangan usia produktif sedangkan
Cedera kepala merupakan adanya pukulan kesadaran untuk menjaga keselamatan
atau benturan mendadak pada kepala dijalan masih rendah disamping
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran penanganan pertama yang belum benar-
(Wijaya & Putri, 2013). Lebih dari 50% benar diberikan pertolongan dengan
kematian disebabkan oleh cidera kepala penanganan yang benar untuk
dan kecelakaan kendaraan bermotor. mengantisipasi keterlambatan rujukan ke
Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang rumah sakit. (Lumbantobing& Anna,
mengalami cidera kepala, 75.000 2016).
diantaranya meninggal dunia dan lebih dari Peristiwa kematian akibat kecelakaan
100.000 orang yang selamat akan lalu lintas di seluruh dunia sebesar 1,25
mengalami disabilitas permanen juta pada tahun 2013 di mana angka
(Widiyanto, 2007). tersebut menetap sejak tahun 2007 (World
Dua pertiga dari kasus ini berusia Health Organization, 2015). Demikian
dibawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki pula di Indonesia, kecelakaan lalu lintas
lebih banyak dibandingkan wanita dan kematian yang terjadi sudah menjadi
(Smiltzer, 2002). Cedera kepala paling masalah sangat serius. Prevalensi cedera
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 8
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

hasil Riskesdas 2013 meningkat darah sangat penting untuk observasi


dibandingkan Riskesdas 2007, penyebab pasien cedera kepala dalam memberikan
akibat kecelakaan sepeda motor 40,6 informasi menganai tekanan intra kranial
persen, terbanyak pada laki-laki dan yang didahului dengan perubahan tanda-
berusia 15-24 tahun. Proporsi cedera tanda vital terlebih dahulu yang meliputi
karena kecelakaan transportasi darat tekanan darah,nadi,pernafasan,suhu dan
(sepeda motor dan kendaraan lain) MAP (Japardi,2010).
meningkat dari 25,9 persen menjadi 47,7 Mean arterial pressure adalah hitungan
persen (Badan Penelitian dan rata-rata tekanan darah arteri yang
Pengembangan Kesehatan, 2013). Pada dibutuhkan agar sirkulasi darah sampai ke
tahun 2013 data Riskesdas Negara otak. Kegagalan mengidentifikasi dan
Indonesia menunjukan pravalensi 40,6% mengetahui tanda dan gejala tekanan
cedera kepala akibat kecelakaan sepedah perfusi otak dan kecukupan rerata arteri,
motor (Riskesdas, 2013). pada pasien cidera kepala di awal
Berdasarkan survei pendahuluan merupakan resiko yang paling besar karena
diketahui bahwa jumlah pasien dengan dapat menyebabkan kerusakan otak yang
cedera kepala dalam 3bulan terakhir terjadi irreversibel sampai kematian
peningkatan pada bulan agustus sebanyak (Martono,Dkk 2016)
58 pasien. Sedangkan pada bulan Juli-
Agustus 2017 sebanyak 134 pasien. Selain
2. KAJIAN LITERATUR
itu posisi head up 150 dan 300 belum Cedera Kepala atau traumatic brain
pernah dilakukan. injury didefinisikan sebagai cedera pada
Penanganan kegawatan pada pasien kepala akibat trauma tumpul (blunt
dengan cedera kepala salah satunya adalah trauma) atau trauma tembus (penetrating
melakukan pengontrolan peningkatan TIK trauma)atau tenaga akselerasi deselerasi
yaitu dengan pemberian posisi kepala. yang menyebabkan gangguan fungsi otak
Pemberian posisi kepala 15 dan 30 derajat sementara atau permanen. Sebagian ahli
yaitu tindakan keperawatan yang rutin menggunakan istilah cedera kranioserebral
dilakukan pada pasien cedera kepala. Teori berdasarkan pemahaman bahwa perlukaan
yang mendasari adalah peninggian anggota atau lesi yang terjadi dapat mengenai
tubuh diatas jantung dengan vertical axis, bagian tulang tengkorak (kranium) atau
yang akan menyebabkan cairan serebro bagian jaringan otak (cerebral) atau
spinal (CSS) terdistribusi dari kranial ke keduanya sekaligus ( Dewanto, 2009
ruang subarahnoid dan memfasilitasi venus dalam Satmoko, 2015).
return serebral (Sunardi,2011). Pemberian Cedera kepala yaitu adanya deformasi
posisi 15 dan 30 derajat juga dapat berupa penyimpangan bentuk atau
digunakan untuk penurunan TIK dan penyimpangan garis pada tulang atau
manajemen perfusi serebral dengan
batang tengkorak, dimana percepatan dan
mengatur posisi 15 dan 30 derajat untuk perlembatan merupakan perubahan bentuk
meningkatkan venous drainage aliran yang dipengaruhi karena adanya
darah balik yang berasal dari intrakranial perubahan pada peningkatan dan faktor
sehingga dapat mengurangi tekanan penurunan kecepatan (Musliha, 2010).
intrakranial (Hickey,1986) dalam Sedangkan menurut pendapat
(Japardi,2006). Sastrodiningrat (2009) dalam Pamungkas
Stabilitas hemodinamic adalah aliran (2015), cedera kepala adalah suatu ruda
darah dalam sistem peredaran tubuh kita paksa (trauma) yang menimpa struktur
baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi kepala sehingga dapat menimbulkan
besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi kelainan struktural dan atau gangguan
dalam paru-paru). Dalam stabilitas tekanan fungsional pada jaringan otak. Gangguan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 9
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

yang ditimbulkan dapat bersifat sementara Cedera kepala akan memberikan


atau menetap, seperti defisit gangguan yang sifatnya kompleks bila
kognitif,psikis,intelektual, serta gangguan dibandingkan dengan trauma lainnya. Hal
trauma yang disebabkan karena trauma ini disebabkan karena anatomik dan
kepala dapat mengenai berbagai komponen fisiologik dari isi dan ruang tengkorak
baik komponene otak bagian luar maupun yang majemuk dengan konsisitemsi cair,
dalam, termasuk tengkorak dan otal\k lunak, dan padat yaitu cairan otak, selaput
(Japardi, 2007dalam Pamungkas, 2015). otak, jaringan saraf, pembuluh darah dan
tulang (Hadi,2014).
Beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa cedera kepala adalah Hasil dari cedera kepala ditentukan
trauma pada kulit kepala,tengkorak, dan oleh dua mekanisme yang berbeda yaitu a).
otak baik secara langsung maupun tidak Primary insult ( kerusakan yang primer,
langsung pada kepala yang mengakibatkan kerusakan mekanikal) yang terjadi pada
terjadinya penurunan kesdaran atau saat terbentur, b). Secondary insult (
kematian. kerusakan sekunder, delaved non-
mechanical damage) menunjukkan proses
a. Mekanisme Cedera Kepala
patologi berurutan yang dimulai saat waktu
Cedera kepala terjadi karena adanya cedera terjadi dengan presentasi klinis
benturan yang terjadi atau mengenai yang ditunda. Iskemia serebral dan
kepala secara tiba-tiba (Black & Hawks, hipertensi intrakranial termasuk dalam
2009 dalam Tarwoto,2012). Berdasarkan secondary insult (Made,2013).
lama dan gaya yang terjadi, cedera kepala
Aliran darah otak dijaga dalam level
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
yang konstan pada otak normal dalam
1. Static Loading Gaya fluktuasi biasa pada tekanan darah dengan
Langsung bekerja pada kepala, proses autoregulasi. Untuk menjaga
lamanya gaya yang akan bekerja lambat, autoregulasi normal dengan menjaga aliran
lebih dari 200 melidentik. Mekanisme darah konstan antara tekanan arteri rata-
static loading ini jarang terjadi kerusakan rata (MAP) 50 mmHg dan 150 mmHg.
yang sangat berat mulai dari cedera pada Namun, pada otak yang iskemik atau
kulit sampai pada tulang kepala, jaringan mengalami trauma, atau sedang mendapat
dan pembuluh darah (Padila,2012 dalam agen vasodilator (agen votil dan sodium
Pamungkas,2015) nitropruside) aliran darah otak (CBF) bisa
bergantung pada tekanan darah. Defek
2. Dynamic Loading autoregulasi aliran darah serebral bisa
Gaya yang bekerja secara cepat muncul segera setelah trauma atau
(kurang dari 15 melidetik). Gaya yang mungkin bisa berkembang selama waktu,
bekerja pada kepala dapat secara langsung dan hal ini menjadi transien atau persisten
(impact injury) ataupun gaya tersebut dalam keadaan yang inrrespective adanya
bekerja tidak langsung (accelerated- kerusakan ringan, sedang, atau parah.
decelerated injury). Mekanisme cedera Sehingga tekanan arteri meningkat lalu
kepala dynamic loading ini paling sering CBF akan meningkat menyebabkan
terjadi (Padila,2012 dalam Pamungkas, peningkatan volume otak, sama seperti jika
2015). Menurut pendapat Tarwanto (2012) tekanan menurun, CBF juga akan turun
akselerasi merupakan mekanisme cedera mengurangi tekanan intra kranial, tapi juga
kepala yang terjadi ketika benda yang memicu pengurangan tak terkontrol CBF
bergerak membentur kepala yang diam, (Made,2013).
sedangkan deselerasi terjadi ketika kepala Autoregulasi serebrovaskuler dan
bergerak membentur benda yang diam. reaktivitas CO2 merupakan mekanisme
penting untuk menyediakan aliran darah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 10
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

serebral yang cukup setiap saat. Demikian anamnesa maupun gejala serebral
juga, kedua pola tersebut merupakan dasra lain. Pasien ini hanya dilakukan
manajemen tekanan perfusi serebral dan perawatan luka. Pemeriksaan
tekanan intra kranial dan gangguan radiologik hanya atas indikasi.
mekenisme regulator mencerminkan Keluarga dilibatkan untuk
peningkatan resiko kerusakan otak mengobservasi kesadaran.
sekunder (Made,2013). 2. Kesadaran terganggu sesaat Pasien
mengalami penurunan kesadaran
Gangguan kesadaran merupakan
sesaat setelah cedera kepala dan
gejala yang sering disertai cedera otak.
pada saat diperiksa sudah sadar
Dalam hal ini naik turunnya derajat
kembali. Pemeriksaan radiologik
kesadaran dan lamanya gangguan
dibuat dan penatalaksanaan
kesadaran, merupakan salah satu petunjuk
selanjutnya seperti SHI.
sangat penting dari maju mundurnya
2) Pasien dengan Kesadaran Menurun
keadaan pasien dengan cedera otak.
1. Cedera kepala ringan / minor head
Kesadaran yang makin menurun
injury (GCS=13-15)
menunjukkan suatu keadaan yang
Kesadaran disoriented atau not
memburuk (Naraya dkk, 1996 dalam
obey command, tanpa disertai
Safrizal, 2013). Penurunan GCS 2 atau
defisit fokal serebral. Setelah
lebih menunjukkan perburukan yang
pemeriksaan fisik dilakukan
bermakna dan harus segera dilaporkan
perawatanluka, dibuat foto kepala.
pada dokter yang merawat (Japardi, 2003).
CT Scan kepala, jika curiga adanya
b. Penatalaksanaan Cedera Kepala hematom intrakranial, misalnya ada
Penatalaksanaan penderita cedera riwayat lucid interval, pada follow
kepala ditentukan atas dasar beratnya up kesadaran semakinmenurun atau
cedera dan dilakukan menurut urutan timbul lateralisasi. Observasi
prioritas. Yang ideal dilaksanakan oleh kesadaran,pupil, gejala fokal
suatu tim yang terdiri dari paramedis serebral disamping tanda-tanda
terlatih, dokter ahli saraf, bedah asraf, vital.
radiologi, anestesi dan rehabilitasi medik. 2. Cedera kepala sedang (GCS=9-12)
Pasien dengan cedera kepala harus Pasien dalam kategori ini bisa
ditangani dan dipantau terus sejak tempat mengalami gangguan
kecelakaan, selama perjalanan dari tempat kardiopulmoner, oleh karena itu
kejadian sampai rumah sakit, diruang urutan tindakannya sebagai berikut:
gawat darurat, kamar radiologi, sampai ke a. Periksa dan atasi gangguan
ruang operasi, ruang perawatan atau ICU, jalan nafas, pernafasan dan
sebab sewaktu-waktu bisa memburuk sirkulasi
akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan b. Periksa singkat atas kesadaran,
sebagainya. Macam dan urutan prioritas pupil, tanda fokal serebral dan
tindakan cedera kepala ditentukan atas cedera organ lain. Fiksasi leher
dalamnya penurunan kesadaran pada saat dan patah tulang ekstrimitas
diperiksa: c. Foto kepala dan bila perlu
lakukan foto pada bagian
1) Pasien dalam Keadaan Sadar (GCS tubuh lain
15) d. CT Scan kepala bila dicuriga
Pasien yang sadar pada saat diperiksa adanya hematom intrakranial
bisa dibagi dalam 2 jenis: e. Observasi fungsi tanda-tanda
1. Simple head injury (SHI) Pasien vital, kesadaran, pupil, defisit
mengalami cedera kepala tanpa fokal serebral
diikuti gangguan kesadaran, dari
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 11
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

3. Cedera kepala berat (CGS=3-8) kesemuanya merupakan mekanisme


Penderita ini biasanya disertai oleh pengaturan tekanan yaitu:
cedera yang multiple, oleh karena 1. Mekanisme umpan balik baroreseptor
itu disamping kelainan serebral 2. Mekanisme iskemik pada sistem saraf
juga disertai kelainan sistemik. pusat
c. Mean Arterial Pressure 3. Mekanisme kemoreseptor
Tekanan darah arteri rata-rata harus Tekanan diastolik dan tekanan atrium
diatur secara ketat karena 2 alasan. dipertahankan oleh elastisitas dinding aorta
Pertama,tekanan ini harus cukup tinggi untuk serta arteri besar lainnya. Curah jantung
menjamin tekanan pendorong yang optimal, sejumlah darah yang dipompakan oleh tiap
tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lainnya ventrikel tiap menit adalah variabel
tidak akan menerima aliran yang memadai. kardiovaskuler yang sangat penting yang
Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi yang secara terus menerus menyesuaikan diri
dapat menyebabkan kerusakan pembuluh dalam sistem kardiovaskuler untuk kebutuhan
darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh metabolisme seluruh (Prisasanti,2012).
darah halus. Oleh karena itu,peningkatan atau
d. Pengukuran Mean Artery Pressure
penurunan tekanan ini akan berpengaruh
kepada homeostatis tubuh (Sherwood, 2011). Tekanan darah dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran
Tubuh memiliki mekanisme untuk tekanan darah dengan cara langsung
mempertahankan rata-rata tekanan darah menggunakan cara yang invasif, yaitu
arteri baik dalam jangka waktu pendek atau memasukkan kanul ke dalam arteri dan
jangka waktu panjang. Mekanisme mengukur tekanan darah menggunakan
mempertahankan tekanan darah jangka manometer merkuri. Pengukuran tekanan
pendek dapat bekerja dalam waktu hitungan darah secara tidak langsung dengan metode
detik. Regulasi ini terjadi melalui refleks yang
auskultasi menggunakan spigmanometer yang
disebut sebagai refleks baroreseptor. umumnya dipasang dilengan atas
Baroreseptor utama untuk tekanan darah (Putri,2014). Bramantyo (2009)
terletak di arkus aorta dan sinus krotid. Kedua menambahkan pengukuran tekanan darah
broreseptor ini akan mengirimkan impuls ke sebisa mungkin secara non-invasif untuk
medulla oblongata, tempat pusat kontrol mengurangi resiko komplikasi. Pengukuran
kardiovaskuler. Apabila tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat
mengalami penurunan, sistem saraf simpatis spigmanometer dan stetoskop. Tekanan darah
akan diaktifkan, sedangkan apabila tekanan yang diukur adalah tekanan darah arteri. Cara
darah mengalami peingkatan maka sistem mengukur tekanan darah, yaitu:
parasimpatis yang akan diaktifkan
(Thamrin,2015). Penyesuaian jangka panjang 1. Memasang manset spigmanometer 1,5
(memerlukan waktu beberapa menit sampai cm diatas fossa cubiti anterior
hari) melibatkan penyesuaian volume darah 2. Meraba arteri radialis dan menaikkan
total dengan memulihkan keseimbangan tekanan spigmanometer dengan
garam dan air melalui mekanisme yang memompa manset
mengatur pengeluaran urin dan rasa haus. 3. Memompa hingga lebih dari 20 mmHg
Besarnya volume darah total pada gilirannya, setelah arteri radialis berhenti teraba
menimbulkan efek nyata pada curah jantung 4. Meletakkan stetoskop pada fossa cubiti
dan tekanan arteri rata-rata (Prisasanti,2012). anterior di atas arteri brakialis dan
Febrianti (2009) juga menambahkan perlahan menurunkan sambil
mekanisme pengaturan tekanan arteri rerata mendengarkan bunyi karotkov 1 untuk
yang bekerja dengan cepat pada pengaturan menentukkan tekanan sistolik dari
perubahan tekanan yang berlangsung cepat karotkav V ntuk menentukan tekanan
diastolik ( karotkov 1 adalah denyut
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 12
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

pertama yang didengar sedangkan perifer. Hubungan ini dinyatakan dengan


karotkov V adalah denyut paling terakhir rumus:
yang terdengar ) (Thamrin, 2015).
Tekanan rata-rata menggambarkan MAP= COX TPR
tekanan yang mendorong darah masuk ke
dalam organ dan sering digunakan didalam
perhitungan variabel-variabel hemodinamik MAP = tekanan arteri rata-rata
seperti svr, kerja sekuncup ventrikel kiri
(LVSV) dan kerja jantung kiri dan kanan CO = curah jantung
(LCW dan RCW) (Bramantyo, 2009). TPR = resistensi perifer total MAP
Tekanan darah bermakna untuk
meneruskan aliran darah ke seluruh tubuh
adalah rata-rata tekanan darah arteri (mean f. Head Up 15° dan 30°
arterypressure) (Thamrin,2015). Menurut Vera (2015) posisi head up
Rata-rata tekanan darah arteri dihitung atau head of bed (HBO) atau disebut juga
dengan rumus: posisi semi fowler adalah posisi elevasi
bed dimana bagian kepala dinaikkan
mencapai 15-45° pada pasien dengan
MAP= tekanan diastolic-⅓ (sistolik-
peningkatan tekanan intrakranial, hal ini
diastolik) dimaksudkan untuk mempermudah
drainase darah dan mencegah fleksi leher,
Atau setara dengan rumus: rotasi kepala, batuk dan bersin. Sedangkan
menurut Mahfoud, (2010) posisi head up
dalam rentang mendekati posisi 0° tekanan
MAP intrakranial meningkat sedangkan ke posisi
60° cerebral perfusion pressure
meningkat, keseimbangan nilai tekanan
Tekanan rerata ini dipertahankan oleh intrakranial dan cerebral perfusion
tubuh agar tetap stabil. Tekanan darah pressure stabil pada head up posisi 15-30°.
bergantung pada kekuatan gerak jantung, Sedangkan menurut Bahrudin (2008)
hambatan pada pembuluh darah, serta volume Posisi kepala 30º (elevasi) merupakan
darah MAP merupakan tekanan arteri rerata suatu posisi untuk menaikan kepala dari
selama satu siklus jantung (Prisasanti, 2012). tempat tidur sekitar 30º dan posisi tubuh
dalam keadaan sejajar. Sedikit berbeda
Khandelwal (2016) posisi head elevation
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi adalah memposisikan pasien dengan
Mean Artery Pressure punggung lurus dan elevasi kepala yang
Febrianti (2009) faktor-faktor yang bertujuan umtuk keamanan pasien dalam
mempengaruhi tekanan arteri rerata, adalah: kelancaran pemenuhan kebutuhan oksigen.
Sedangkan menurut Miliner (2016)
1. Jumlah darah yang dipompa jantung berpendapat posisi head up atau head
(cardiac output) elevation disebut juga posisi semi fowler
2. Resistensi vaskuler perifer yaitu mengelevasikan atau mengatur
3. Tonus dan elastisitas arteri sedemikian rupa pada bagian bed kepala
4. Viskositas darah pasien ke posisi sekitar 30°. Jadi
Bramantyo (2009) mengatakan pengertian posisi 15 derajat dan 30 derajat
tekanan artery rerata merupakan tekanan dapat disimpulkan pengaturan posisi bed
arteri rata-rata selama siklus jantung yang dielevasikan pada bagian kepala sesuai
dipengaruhi oleh curah jantung dan resstensi standar prosedur operasional dan bertujuan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 13
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

untuk mempermudah drainase darah, sebelum menyentuh atau melakukan


kelancaran pemenuhan oksigenasi, prosedur.
mencegah fleksi leher dan rotasi kepala. 6. Rencanakan aktivitas keperawatan. Jarak
antara Aktivitas keperawatan paling
sedikit 15 menit .
g. Indikasi Head Up 15° Dan 30°
Elevasi kepala merupakan kontra indikasi
Indikasi Head Up 15° dan 30° antara lain : pada pasien hipotensi sebab akan
menurunkan tekanan intracranial pada mempengaruhi CPP.
kasus trauma kepala, lesi otak, atau
gangguan neurology, dan memfasilitasi
venous drainage dari kepala. 3. METODE PENELITIAN
h. Kontra Indikasi Heaad Up 15° dan 30° Desain dalam penelitian ini adalah
Quasi Eksperimental dengan menggunakan
Menurut Bahrudin & Sunardi (2008)
rancangan pre test and post test two design
kontra indikasi penggunaan posisihaed up:
group. Populasi dalam penelitian ini adalah
1. Hindari posisi tengkurap dan semua pasien cidera kepala diruang bedah
trendelenburg. Beberapa kontrovesi RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan. Teknik
yaitu posisi pasien adalah datar, jika pengambilan sampel menggunakan
posisi datar di anjurkan, mungkin consecutive sampling yang sesuai dengan
sebagai indikasi adalah monitoring TIK. kriteria inklusi:Pasien cedera kepala
Tipe monitoring TIK yang tersedia sedang dengan skor GCS 9-12 dan berat
adalah screws, cannuls, fiberoptic dengan skor GCS kurang dari 9, Bersedia
probes. menjadi responden dan telah
2. Elevasi bed bagian kepala digunakan menandatangani informent consen. Untuk
untuk menurunkan TIK. Beberapa kriteria eksklusi: Responden yang kurang
alasan bahwa elevasi kepala akan kooperatif dengan riwayat pemakaian
menurunkan TIK, tetapi berpengaruh alcohol dan obat-obatan yang
juga terhadap penurunan CPP. Alas an mempengaruhi tingkat kesadaran,
lain bahwa posisi horizontal akan Responden yang saat proses sedang
meningkatkan CPP. Maka posisi yang berlangsung tiba-tiba membatalkan karena
disarankan adalah elevasi kepala antara suatu hal tertentu. Adapun sampel yang
15 – 300, yang mana penurunan ICP diperoleh adalah sebanyak 34 responden,
tanpa menurunkan CPP. Aliran darah dengan masing-masing kelompok 150 dan
otak tergantung CPP, dimana CPP 300 masing-masing 17 responden. Uji
adalah perbedaan antara mean arterial statistik yang digunakan dalam analisis
pressure ( MAP) dan ICP. CPP = MAP data hasil penelitian adalah uji Wilcoxon
– ICP. MAP = ( 2 diastolik + sistolik ) : Sign Rank Test yang digunakan untuk
3. CPP, 70 – 100 mmHg untuk orang menguji perbedaan dari data dependen
dewasa, > 60 mmHg pada anak diatas 1 (sampel terikat) yakni untuk menganalisis
tahun, > 50 mmHg untuk infant 0-12 perbedaan nilai MAP sebelum dan sesudah
bulan. perlakuan posisi 15° dan 30°. Hasil
3. Kepala pasien harus dalam posisi netral kelompok kemudian diuji dengan uji
tanpa rotasi ke kiri atau kanan, flexion hipotesis Man Whitney U-Test adalah
atau extension dari leher untuk membandingkan perbedaan nilai
4. Elevasi bed bagian kepala diatas 400 MAP antara kelompok yang diberi
akan berkontribusi terhadap postural perlakuan posisi Head Up 15° dan 30°.
hipotensi dan penurunan perfusi otak. (Sugiyono, 2010).
5. Meminimalisasi stimulus yang
berbahaya, berikan penjelasan atau KIE 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 14
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa


Berdasarkan Umur sebelum dilakukan pemberian posisi head up
Kategori N Mean Min Max SD 300 nilai rata-rata MAP 104,94 mmHg. nilai
Kelompok 17 31,11 16 51 13,59 minimum 93,00 mmHg dan nilai maximum
umur 150 adalah123,00 mmHg. Setelah dilakukan
Kelompok 17 30,23 18 42 8,12 pemberian posisi head up 300 dengan rentang
umur 300
waktu dua jam dari pengukuran awal maka
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa didapatkan nilai rata-rata MAP adalah 96,35
rata-rata usia pada kelompok head up 15O mmHg, nilai minimum MAP adalah 87,00
adalah 31 tahun dan pada kelompok head mmHg. Dan nilai maximum adalah 103,00
up 30O adalah 30 tahun. mmHg.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 5 Uji Pengaruh Pemberian Posisi 150 dan
Berdasarkan Jenis Kelamin
300 Terhadap Mean Arterial Pressure
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 17 50,0
Pada Pasien Cedera Kepala
Perempuan 17 50,0 Variabel Mean SD ρ value
Total 34 100.0 MAP (Mean Arterial
Pressure) Posisi 150
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa Pre150 97,11 11,4 0,04
sebanyak 50% responden berjenis 5
kelamin laki-laki dan 50,0 % sisanya Post150 92,47 4,15
adalah perempuan. Selisih 4,64
MAP (Mean Arterial
Tabel 3 Rerata Mean Arterial Pressure Pressure) Posisi 300
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pre300 104,94 8,93 0,00
Posisi Head Up 150 Post300 96,35 4,72
Variabel Mean Std. Min Max Selisih 8,59
Deviasi Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa dari
MAP pre 97,11 11,45 76,00 116,0 hasil uji Wilcoxon signed rank test pada Mean
posisi 150 0
Artery Pressure pre 150 dan post 150didapat
MAP post 92,47 4,15 86,00 101,0
posisi 150 0 nilai p 0,04 atau < nilai α = 0,05 sehingga
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata- dapat disimpulkan ada pengaruh signifikan
rata MAP sebelum dilakukan pemberian pemberian posisi 15° terhadap Mean Artery
posisi head up 150adalah 97,11mmHg, Pressure. Sedangkan Pada uji Wilcoxon
dengan nilai minimum 76,00 mmHg dan signed rank test pada Mean artery Pressure
nilai maximum116,00 mmHg. Setelah pre 300 dan post 300 didapat hasil ρ=0,00 atau
dilakukan pemberian posisi head up 150 < α= 0,05 sehingga disimpulkan ada pengaruh
dengan rentang waktu dua jam dari signifikan pemberian posisi 300 terhadap
pengukuran awal maka didapatkan nilai Mean Artery Pressure.
mean MAP adalah 92,47 mmHg dengan Tabel 6 Perbedaan Pemberian Posisi 150 dan
nilai minimum 86,00 mmHg dan nilai 300 Terhadap Mean Arterial Pressure
maximum 101,00 mmHg. Pada Pasien Cidera Kepala
P value
Tabel 4 Rerata Mean Arterial Pressure
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Perbedaan kelompok 15o dan 0,02
Posisi 300 30o
Std. Max Berdasarkan Tabel 6 dilakukan hasil uji Man
Variabel Mean Min
Deviasi
MAP pre
Whitney Test didapatkan hasil ρvalue =0,02
123,00
posisi 300
104,9 8,93 93,00 atau ρ<α=0,05 yang disimpulkan bahwa ada
MAP post 103,00 perbedaan yang signifikan antar posisi 150
96,35 4,72 87,00
posisi 300 dan 300 terhadap mean arterial pressure pada
pasien cidera kepala.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

PEMBAHASAN berupa pengaturan posisi head of bed 30°


a. Mean Artery PressurePasien Cidera pada pasien cerebral injury dengan waktu
Kepala Sebelum dan Setelah Dilakukan observasi 2 jam yang menyatakan ada
Posisi Head Up 150 pengaruh pemberian posisi head 0f bed 30°
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap tekanan darah. Tekanan darah
rata-rata MAP sebelum dilakukan pemberian memiliki komponen sistole dan diastole yang
posisi head up 150 adalah 97,11mmHg, mana juga seperti komponen yang dimiliki
dengan nilai minimum 76,00 mmHg dan nilai MAP sehingga data saling berpengaruh. Hasil
maximum116,00 mmHg. Setelah dilakukan penelitian Felix (2009) dalam Olviani (2015)
pemberian posisi head up 150 dengan rentang juga menyatakan bahwa posisi head of bed
waktu dua jam dari pengukuran awal maka elevation yang menguntungkanatau tidak
didapatkan nilai mean MAP adalah 92,47 menyebabkan penurunan CPP dan MAP yang
mmHg dengan nilai minimum 86,00 mmHg dapat menurunkan ICP adalah rentang 15 -
dan nilai maximum 101,00 mmHg. Pada 30°.
penelitian ini peneliti menggunakan b. Mean Artery PressurePasien Cidera
parameter Mean Arterial Pressure atau rerata Kepala Sebelum dan Setelah Dilakukan
arteri dengan mengukur tekanan darah Posisi Head Up 300
kemudian menghitung sistole dikali diastole Seperti yang sudah disebutkan pada
dibagi tiga. Dalam hal ini MAP dibagi dalam tabel 4 diatas diketahui bahwa pengukuran
tiga kategori yaitu tinggi MAP >100 mmHg, parameter mean arterial pressure sebelum
normal MAP 100 mmHg dan MAP rendah dilakukan pemberian posisi 300 nilai rata-rata
apabila <70 mmHg. MAP 104,94 mmHg. Nilai minimum data
Pemberian posisi 150 mengakibatkan pada MAP sebelum dilakukan pemeberian
terjadinya penurunan TIK dan manajemen posisi 300 93,00 mmHg. Sedangkan nilai
perfusi serebral dengan mengatur posisi maximum sebelum diberikan posisi 300
untuk meningkatkan venous drainage aliran adalah123,00 mmHg. Setelah dilakukan
darah balik yang berasal dari intrakranial pemberian posisi 300 dengan rentang waktu
sehingga dapat mengurangi tekanan dua jam dari pengukuran awal maka
intrakranial. Pada pasien cidera kepala hal ini didapatkan nilai rata-rata MAP adalah 96,35
bisa tejadi karena beberapa hal diantaranya mmHg. Nilai minimum data MAP setelah
komosio,hematoma,edema dan kontusio. Pada diberikan perlakukan posisi 300 adalah 87,00
saat penelitian sebagian besar pasien cidera mmHg. Sedangkan nilai maximum sesudah
kepala yang menjadi responden mengalami diberikan perlakukan posisi 300 adalah
hematoma sehingga dapat mempengaruhi 103,00 mmHg.
tekanan intrakranial. Karena pada keadaan Pengaruh tindakan head up 30°
tersebut terjadi hipoksemia serebral otak akan terhadap MAP dipengaruhi banyak faktor
memberikan respon fisiologis disamping itu karena diukur menggunakan hasil dari
posisi head up 150 juga dapat memeberikan tekanan darah pasien [MAP = (sistolik +
homeostasis otak dan mencegah kerusakan 2diastolik) : 3] dalam (Jones & Fix, 2013).
otak sekunder seperti stabilitas fungsi Faktor tersebut diantaranya adalah faktor
pernafasan untuk mempertahankan perfusi obat, riwayat penyakit hipertensi, kecemasan
serebral yang adekuat. Selain terapi non dan teknik nonfarmakologis lainnya. Menurut
farmakologis, responden juga mendapat terapi Smeltzer (2008) dalam Olviani (2015)
farmakologi untuk menurunkan tekanan intra menyatakan bahwa MAP harus dipertahankan
kranial berupa obat hiperosmotik (manitol diatas 60 mmHg untuk menjamin perfusi ke
0,25-0,5 g/kg), diuretik (furosemide 5-20mg), otak, perfusi arteri coronaria dan perfusi ke
paralisis (pancuronium 1-4mg) dan drainase ginjal tetap terjaga selama pemberian posisi
(Don,2007). headup. Selain itu, peningkatan tekanan darah
Hasil penelitian ini sejalan dengan atau tekanan nadi membesar (selisih antara
penelitian Olviani (2015) yaitupenelitian tekanan darah sistolik dan diastolik) atau
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 16
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

perubahan tanda – tanda vital merupakan Menjaga posisi kepala dengan tinggi
gejala klinis peningkatan tekanan intrakranial sekitar 30° dapat mengurangi tekanan vena
(Batticaca, 2012). Perubahan sistole dan jugularis dan penurunan TIK (Nayduch,
diastole ini juga akan berpengaruh terhadap 2014). Pendapat ini diperkuat dengan Fan
nilai MeanArtery Pressure pasien cedera (2004) dan Orlando et al (2000) yang
kepala. menyatakan bahwa posisi head up 30º sangat
c. Pengaruh Pemberian Posisi efektif menurunkan ICP dengan stabilitas
0
15 terhadap MAP Pasien Cedera CPP tetap terjaga. Menurut Vera (2015)
Kepala posisi head up atau head of bed (HBO) atau
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disebut juga posisi semi fowler adalah posisi
berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon elevasi bed dimana bagian kepala dinaikkan
Signed Rank Test pada pemberian posisi 150 mencapai 15-45° pada pasien dengan
pada Mean Arterial Pressure adalah ρ= 0,04 peningkatan tekanan intrakranial, hal ini
atau ρ>α = 0,05 sehingga ada pengaruh yang dimaksudkan untuk mempermudah drainase
signifikan. darah dan mencegah fleksi leher, rotasi
Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh kepala, batuk dan bersin.
yang signifikan pengaturan posisi head up Pengaturan posisi merupakan salah
15° terhadap perubahan tekanan intrakranial satu bentuk intervensi keperawatan yang tidak
yang dalam penelitian ini menggunakan asing dalam penerapan perawatan pasien.
parameter Mean Artery Pressure pada pasien Tindakan head up 30° merupakan bagian dari
cedera kepala di ruang bedah menggunakan mobilisasi progresif level I pada pasien cedera
Wilcoxon signed rank test dengan hasil kepala yang bisa menjadi teknik
tingkat MAP ρ = 0,04 dengan α = 0,05. jika nonfarmakologis untuk menjaga kestabilan
pemberian posisi 150 signifikan berpengaruh tekanan intrakranial. Head up 30° dapat
terhadap mean arterial pressure. melancarkan venous drainase dari kepala,
Menurut Batticaca posisi atau aktivitas posisi kepala juga dalam kondisi stabil, tidak
yang mungkin meningkatkan TIK seperti memutar, mencegah fleksi leher, rotasi
memutar kepala klien, posisi supine, dan kepala, batuk dan bersin. Posisi ini juga dapat
fleksi leher patut dihindari karena dapat menjaga keamanan pasien dalam pemenuhan
meningkatkan TIK. Menurut Vera (2015) oksigenasi.
posisi head up atau head of bed (HBO) atau Jadi untuk menjaga kestabilan pasien
disebut juga posisi semi fowler adalah posisi dan tingkat tekanan intrakranial dalam
elevasi bed dimana bagian kepala dinaikkan rentang normal dilakukan pemberian posisi
mencapai 15-45° pada pasien dengan 300
peningkatan tekanan intrakranial, hal ini e. Efektifitas Pemberian Posisi 150 dan
dimaksudkan untuk mempermudah drainase 300 Terhadap Perubahan Mean Artery
darah dan mencegah fleksi leher, rotasi Pressure Pasien Cidera Kepala
kepala, batuk dan bersin. Dari uji yang telah dilakukan pada
d. Pengaruh Pemberian Posisi Head Up tabel 5 yang mengatakan bahwa pada uji
300terhadap MAP Pasien Cedera Wilcoxon signed rank test pada Mean Artery
Kepala Pressure pre 150 dan post150didapat hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ρ=0,04 atau nilai ρ<α = 0,05 sehingga dapat
ada pengaruh yang signifikan antara disimpulkan ada pengaruh signifikan
pemberian posisi head up 30o terhadap MAP pemberian posisi 15° terhadap Mean Artery
dengan nilai p=0,00. Pressure
Hasil post test MAP antara kelompok Selain itu uji Wilcoxon signed rank
150 dan 300 didapatkan nilai ρ=0,02 atau test pada Mean artery Pressure pre 300 dan
ρ<α=0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada post 300 didapat hasil ρ=0,00 atau < α= 0,05
perbedaan hasil MAP antara kelompok 150 sehingga disimpulkan ada pengaruh
dan 300.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 17
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

signifikan pemberian posisi 300 terhadap dilakukan pada pasien cedera kepala. Teori
Mean Artery Pressure. yang mendasari adalah peninggian anggota
Jadi dari hasil uji yang telah dilakukan tubuh diatas jantung dengan vertical axis,
maka dapat disimpulkan bahwa posisi 300 yang akan menyebabkan cairan serebro
lebih berpengaruh terhadap mean arterial spinal (CSS) terdistribusi dari kranial ke
pressure pada pasien cidera kepala dengan ruang subarahnoid dan memfasilitasi venus
ρ=0,00 atau < α= 0,05. return serebral (Sunardi,2011). Hasil dari
Selain itu untuk mengetahui penelitian lain mengatakan bahwa pemberian
perbedaan yang signifikan antara posisi 150 posisi 150 dan 300 dapat memperbaiki dari
dan 300 maka dilakukan uji Man Whitney U- parameter hemodinamik baik dari segi
Test yang terdapat pada tabel 4.6 dengan hasil tekanan darah sistolik yang menuju ke kisaran
ρ=0,02 atau ρ<α=0,05 yang disimpulkan ada normal, tekanan nadi normal, tingkat
perbedaan yang signifikan antara kelompok kesadaran yang meningkat yang dapat diukur
150 dan 300. dengan menggunakan gasglow coma scale
Menurut peneliti pemberian posisi 300 (GCS), dan tekanan darah diastolik yang
untuk meningkatkan venous drainage dari dapat dipertahankan dalam batas normal
kepala dan elevasi kepala dapat menyebabkan (Mir,2015)
penurunan tekanan darah sistemik, mungkin
dapat dikompromi oleh tekanan perfusi 5. KESIMPULAN
serebral. Pemberian posisi lebih berpengaruh a. Mean Arterial Pressure pada pasien
dari 150 karena aliran darah ke otak cidera kepala sebelum diberikan
cenderung stabil dan terkontrol sehingga posisi 150 mengalami kenaikan, akan
mempengaruhi peredarahan darah keseluruh tetapi dua jam setelah diberikan
tubuh sehingga perubahan mean arterial posisi 150 mengalami penurunan.
pressure pada posisi 300 lebih signifikan. b. Mean Aretrial Pressure pada pasien
Sedangkan karakteristik responden cidera kepala sebelum diberikan
berdasarkan umur yang dihasilkan kelompok posisi 300 mengalami kenaikan, akan
150 dan 300 dengan jumlah masing-masing 17 tetapi dua jam setelah diberikan
responden menunjukkan bahwa tidak adanya posisi 300 mengalami penurunan
hubungan atau korelasi antara faktor umur c. Ada pengaruhpemberian posisi
dengan pengaruh posisi 150 dan 300 yang 0
15 terhadap Mean Aretrial Pressure
diberikan kepada responden cidera kepala. pada pasien cidera kepala
Sedangkan berdasarkan karakteristik d. Ada pengaruh pemberian posisi
responden berdasarkan jenis kelamin 300terhadap Mean Aretrial Pressure
didapatkan bahwa tingkat trauma pada laki- pada pasien cidera kepala
laki lebih tinggi dibanding perempuan e. Ada perbedaan pengaruh yang
dikarenakan tingkat aktifitas atau mobilitas signifikan antara posisi head up 150
yang tinggi dikalangan laki-laki dan dan 300 terhadap MAP dengan
kurangnya kesadaran menjaga keselamatan didapatkan hasil ρ=0,02 atau
dijalan raya. ρ<α=0,05
Pengaturan posisi merupakan salah
satu bentuk intervensi keperawatan yang tidak 6. REFERENSI
asing dalam penerapan tindakan keperawatan 1. Bahrudin & Sunardi. 2008. Posisi
yang diberikan kepada pasien. Terutama Kepala dalam Stabilisasi Tekanan
penanganan kegawatan pada pasien dengan Intrakranial. (Online).
cedera kepala salah satunya adalah (https://scholar.google.co.id/scholar?
melakukan pengontrolan peningkatan TIK q=related:4j5ZXWlaidkJ:scholar.goo
yaitu dengan pemberian posisi kepala. gle.com/&hl=id&as sdt=0,5, diakses
Pemberian posisi kepala 150 dan 300 derajat pada 23 Agustus 2017)
yaitu tindakan keperawatan yang rutin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 18
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

2. Black, J.M. & Matassarin-Jacobs, Bandung. Keperawatan, 3(2).


1993 dalam Martono.Dkk, (http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/inde
2016.(jki.ui.ac.id/index.php./jki/articl x.php.diakses pada)
e/download/130/pdf 129, diakses 19 12. Lyna, S. 2012.Penatalaksanaan
September 2017) Kedaruratan Cedera Kranioserebral,
3. Bramantyo, L. V. 39(5), 327–331, (Online),
2009.Perbandingan Perubahan (http://www.kalbemed.com, diakses
Gejala Hemodinamik Antara 16 September 2017)
Prekurarisasi Atrakurium 0,05 Mg / 13. Made, N. M. A. A. 2013.
Kg Bb Dengan Mgso4 40% 40 Mg Autoregulasi Serebral Pada Cedera
Karena Penggunaan Suksinilkolin Kepala, 1–15, (Online),
Sebagai Fasilitas Intubasi, (Online), (http://id.portalgaruda.org, diakses 8
(http://eprints.undip.ac.id, diakses 24 September 2017).
Agustus 2017). 14. Mahfoud, F. 2010. Intracranial
4. Corwin e. J. 2009. Buku saku Pressure Pulse Amplitude During
patofisiologi. Alih bahasa egi Change In Head Elevation: A New
komaria yudha. Jilid 3. Ecg, jakarta Parameter For Determining
5. Didik Pamungkas. 2015. Hubungan Optimum Cerebral Perfussion
antara revised trauma score dengan Pressure?. (Online).
angka mortalitas pada pasien ck. (http//ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.
Diakses pada 23 Agustus 2017 Diakses pada 30 Agustus 2017)
6. Febrianti, A. A. 2009. Perbandingan 15. Martono, M., Sudiro, S., & Satino, S.
Perubahan Tekanan Arteri Rerata 2016. Deteksi Dini Derajat
Antara Lidokain Dan Bupivakain Kesadaran Menggunakan
Pada Anestesi Spinal, (Online), Pengukuran Nilai Kritis Mean Artery
(https://digilib.uns.ac.id, diakses 2 Pressure. Jurnal NERS, 11(1), 73-
September 2017) 78, (Online),
7. Guyton, 1997. Buku Ajar Fisiologi (http://id.portalgaruda.org, diakses 1
Kedokteran. Jakarta: EGC. September 2017).
8. Hadi, J. 2014. Pengaruh Koagulopati 16. Mazor a mir, amal a alotaibi, rasid s
Terhadap Glasgow Outcome Scale albaradie, jehan y
Penderita Cedera Kepala Berat Yang errazkey.2015.Dalam jurnal “effect
Tidak Mempunyai Indikasi Operasi, of versus semi fowler positions ob
(Online), (http://scholar.unand.ac.id, hemodinamicstability of patient with
diakses 29 Agustus 2017 ) head injury” Departement of medical
9. Japardi, I. 2003. Control Of Cerebral surgical nursing, alexandrya
Blood Flow, 1–4, (Online), university,
(http://repository.usu.ac.id, diakses 17. Muttaqin, A. 2011. Buku Ajar
26 Agustus 2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan
10. Japardi, I. 2006. Pemeriksaan dan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta:
sisi praktis merawat pasien cedera Salemba Medika
kepala. Jurnal Keperawatan 18. Notoadmojo. 2010. Metodologi
Indonesia, volume 7.No. 1, Maret Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
2003; 32-35. (Online), Rineka Cipta
11. Lumbantobing, V. B., & Anna, A. 19. Olviani, Y. 2015. Pengaruh
2016. Pengaruh Stimulasi Sensori Pelaksanaan Mobilisasi Progresif
Terhadap Nilai Glaslow Coma Scale Level 1terhadap Nilai Monitoring
Pada Pasien Cedera Kepala Di Hemodinamik Invasif Pada Pasien
Ruang Neurosurgical Critical Care Cerebral Injury Di Ruang ICU
Unit Rsup Dr. Hasan Sadikin RSUD Ulin Banjarmasin Tahun
PROSIDING SEMINAR NASIONAL 19
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-3 TAHUN 2019

2015. Jurnal Caring, Volume 2, Increased Icp In Patients With


Nomor 1, September 2015. (Online). Intracranial Tumours. Canada:
(jurnal.stikes- Department of Anesthesia, Dalhousie
mb.ac.id/index.php/caring/article.do University. CAN J ANESTH 2000 /
wnload/20/19, diakses 6 September 47: 5 / pp 415–420. Diakses pada 27
2017) September 2017
1. Orlando et al. 2000. Head Elevation
Reduces Head-Rotation Associated

Anda mungkin juga menyukai