Anda di halaman 1dari 41

Khairul Basar

Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016

r
sa
ba
kh
5_
1
20
1_
em
_s
01
21
l_fi
ku
ca

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Teknologi Bandung
ca
ku
l_fi
21
01
_s
e m
1_
20
15_
kh
ba
sa
r
ca
ku
l_fi
21
01
_s
e m
1_
20
15_
kh
ba
sa
r
Bab 8
Persamaan Diferensial Biasa

Dalam banyak persoalan sika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk
perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya bahwa perubahan
sering dinyatakan dalam bentuk diferensial (turunan). Persamaan matematik
yang melibatkan adanya laju perubahan merupakan persamaan diferensial.
Dengan demikian cara untuk menyelesaikan persamaan diferensial (mencari
solusi persamaan diferensial) merupakan hal yang sangat penting. Dalam
BAB ini akan dibahas metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

r
sa
persamaan diferensial (khusus persamaan diferensial biasa).
ba
Yang dimaksud solusi dari suatu persamaan diferensial adalah bentuk ung-
kh
kapan matematik yang memenuhi persamaan diferensial yang dimaksud. Mi-
5_

dy
salkan suatu persamaan diferensial yang berbentuk = 2, maka yang ter-
1

dx
20

masuk solusinya adalah y = 2x, atau y = 2x + 1 atau y = 2x − 50 dan


1_

lain sebagainya yang secara umum berbentuk y = 2x + konstan. Kesemua


m

bentuk fungsi y tersebut bila disubstitusikan ke persamaan diferensial yang


e

dimaksud akan memberikan nilai yang benar (identitas).


_s
01

Untuk mempermudah penulisan, digunakan notasi y 0 untuk menyatakan


21

turunan pertama y terhadap x dan y 00 menyatakan turunan kedua y terhadap


x, hal ini berarti
l_fi
ku

dy
y0 =
ca

dx
d2 y
y 00 = 2
dx
Yang disebut orde dari persamaan diferensial adalah tingkatan tertinggi
dari turunan yang terlibat dalam persamaan diferensial tersebut. Persamaan-
persamaan diferensial berikut ini adalah contoh persamaan orde satu:

187
188 Persamaan Diferensial Biasa

y 0 + xy 2 = 1,
xy 0 + y = ex ,
dv
= −g,
dt
dI
L + RI = V
dt
d2 r
sedangkan persamaan diferensial m 2 = −kr adalah contoh persamaan
dt
diferensial orde dua.
Suatu persamaan diferensial linier adalah persamaan diferensial yang ber-
bentuk (dengan x merupakan variabel tak bebas dan y adalah variabel bebas)

a0 y + a1 y 0 + a2 y 00 + a3 y 000 + . . . = b

dengan a dan b adalah konstanta atau fungsi dari variabel tak bebas x. Ber-
ikut ini adalah contoh persamaan diferensial yang tak linier

y 0 + xy 2 = 1 (tak linier karena ada suku y 2 )


y 0 = cot y (tak linier karena ada suku cot y)
yy = 1 (tak linier karena ada suku yy 0 )
0

r
sa
y 02 = xy (tak linier karena ada suku y 02 )
ba
kh
5_

8.1 Pemisahan Persamaan


1
20
1_

Salah satu cara penyelesaian persamaan diferensial orde satu yang linier
m

adalah dengan pengintegralan. Suatu persamaan diferensial yang berbentuk


e
_s

dy
y0 = = f (x) dapat dituliskan dengan memisahkan persamaannya menja-
01

dx
di berbentuk dy = f (x)dx dan kemudian solusinya dapat diperoleh dengan
21

mengintegralkan kedua ruas. Secara umum metode pemisahan persamaan ini


_fi

dapat dilakukan jika persamaan diferensial yang dijumpai dapat dinyatakan


l
ku

dalam bentuk sebagai berikut


ca

dy
y0 = = f (x)g(y) (8.1)
dx

Contoh 1
Tentukan solusi dari persamaan

xy 0 = y + 1

c khbasar2015

8.1 Pemisahan Persamaan 189

Bila persamaan tersebut dibagi dengan x(y + 1) maka akan diperoleh


bentuk
y0 1 dy dx
= atau =
y+1 x y+1 x
bila kedua ruas diintegralkan akan didapat
ˆ ˆ
dy dx
=
y+1 x
yang memberikan hasil dalam bentuk

ln(y + 1) = ln x + konstan = ln x + ln a = ln(ax)

dengan demikian solusi yang didapat adalah berbentuk

y + 1 = ax =⇒ y = ax − 1

dengan a adalah konstanta. Solusi tersebut dinamakan solusi umum


dari persamaan diferensial yang dimaksud.

r
Contoh 2

sa
ba
Diketahui laju peluruhan zat radioaktif sebanding dengan zat radi-
kh

oaktif yang tersisa. Tentukan banyaknya zat radioaktif pada suatu


5_

waktu t.
1
20
1_

Persoalan ini bila dirumuskan dalam persamaan diferensial adalah


em

dN
_s

= −λN
dt
01
21

dN
Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk =
_fi

N
−λdt yang bila diintegralkan akan menghasilkan persamaan ln N =
l
ku

−λt + konstan. Kemudian misalkan diketahui bahwa pada saat awal


ca

jumlah zat radioaktif adalah N = N0 , maka jumlah zat radioaktif


setelah waktu t adalah N = N0 e−λt .

Contoh 3
Selesaikan persamaan diferensial berikut

xy 0 = y

c khbasar2015

190 Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai


dy dy dx
x =y =⇒ =
dx y x
Kemudian bila persamaan tersebut diintegralkan maka akan diperoleh
ˆ ˆ
dy dx
=
y x
ln y = ln x + konstan
y = Cex

8.2 Persamaan Orde Satu

Persamaan diferensial linier orde satu adalah persamaan diferensial yang


mengandung suku y 0 dan tak ada turunan yang lebih tinggi. Suatu PDB
linier orde satu mempunyai bentuk

r
sa
y0 + P y = Q
ba (8.2)
kh
5_

dengan P dan Q adalah fungsi dari x. Untuk menyelesaikan PDB tersebut,


1

tinjau kondisi jika Q = 0 sehingga PDB tersebut menjadi berbentuk


20
1_

dy
y0 + P y = 0
m

=⇒ = −P y
dx
e
_s

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikerjakan seba-


01

gai berikut
21
_fi

dy
= −P dx
l
ku

y
ˆ
ca

´
ln y = − P dx + C =⇒ y = Ae− P dx

´ dI
Jika digunakan notasi I = P dx, maka berarti = P sehingga dapat
dx
dituliskan bahwa y = Ae−I atau ye = A. Selanjutnya
I

d dI
(yeI ) = y 0 eI + yeI = y 0 eI + yeI P = eI (y 0 + P y)
dx dx
Dengan demikian bila persamaan 8.2 dikalikan dengan eI , maka berarti

c khbasar2015

8.2 Persamaan Orde Satu 191

d
eI (y 0 + P y) = eI Q = (yeI )
dx
Kemudian dengan mengintegralkan persamaan tersebut maka diperoleh
ˆ ˆ
−I
I I
ye = Qe dx + C =⇒ y = e QeI dx + Ce−I

Maka solusi PDB linier orde satu sebagaimana ditunjukkan dengan persama-
an 8.2 adalah
ˆ
y = e−I QeI dx + Ce−I (8.3)

ˆ
dengan I = P dx.

Contoh

Carilah solusi persamaan diferensial (1 + x2 )y 0 + 6xy = 2x.

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan 8.2


yaitu

r
sa
6x 2x
y0 + 2
y= ba
1+x 1 + x2
kh
6x 2x
yang berarti P = dan Q = . Jadi
5_

1+x 2 1 + x2
1

ˆ ˆ
20

6x
1_

I = P dx = dx = 3 ln(1 + x2 )
1 + x2
m

2
e

eI = e3 ln(1+x ) = (1 + x2 )3
_s

ˆ ˆ
01

I I 2x 3
ye = Qe dx = 1 + x2 dx
21

1+x 2
_fi

1 2 3
= (1 + x ) + C
l

3
ku

1 C
ca

=⇒ y = +
3 (1 + x2 )3

Persamaan Bernoulli
Persamaan diferensial yang berbentuk

y 0 + P y = Qy n (8.4)

c khbasar2015

192 Persamaan Diferensial Biasa

dengan P dan Q merupakan fungsi dari x dikenal sebagai persamaan Berno-


ulli. Meskipun persamaan tersebut bukanlah persamaan linier (karena ada
faktor pangkat n) namun dapat dilakukan pengubahan variabel sehingga
diperoleh persamaan yang berbentuk linier. Untuk mengubahnya menjadi
persamaan diferensial linier maka digunakan variabel baru z = y 1−n . Dife-
rensialkan z terhadap y maka akan diperoleh
dz
= (1 − n)y −n =⇒ z 0 = (1 − n)y −n y 0
dy

selanjutnya bila persamaan 8.4 dikalikan dengan (1 − n)y −n maka akan di-
peroleh

(1 − n)y −n y 0 + (1 − n)P y 1−n = (1 − n)Q


z 0 + (1 − n)P z = (1 − n)Q

Perhatikan bahwa n adalah suatu bilangan tertentu yang konstan sehingga


bentuk persamaan tersebut di atas menjadi seperti persamaan 8.2. Solusinya
dapat dicari menggunakan cara yang sama sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya.
Contoh

r
sa
1
ba
Tentukanlah solusi persamaan diferensial y 0 + y = 2x3/2 y 1/2
kh
x
5_

Persamaan diferensial tersebut berbentuk persamaan Bernoulli de-


1
20

1 1
ngan P (x) = dan Q(x) = 2x3/2 serta n = . Bila digunakan
1_

x 2
variabel baru z = y 1−n = y 1/2 , maka diperoleh
em
_s

1 −1/2 0
z0 =
01

y y
2
21

Selanjutnya bila persamaan diferensial tersebut di atas dikalikan de-


_fi

ngan 21 y −1/2 , maka didapat


l
ku
ca

     
1 −1/2 0 1 −1/2 1 1 −1/2
y y + y y= y 2x3/2 y 1/2
2 2 x 2
1
z0 + z = x3/2
2x
Terlihat bahwa persamaan diferensial tersebut mempunyai bentuk se-
perti persamaan 8.2 yang solusinya berbentuk persamaan 8.3
ˆ
−I
z=e QeI dx + Ce−I

c khbasar2015

8.2 Persamaan Orde Satu 193

dengan
ˆ ˆ
1 1
I= Pdx = dx = ln x
2x 2
Q = x3/2

maka
ˆ
1 1 1
z = e− 2 ln x x3/2 e 2 ln x dx + Ce− 2 ln x
ˆ
= x−1/2 x3/2 x1/2 dx + Cx−1/2
ˆ  3
−1/2 −1/2 −1/2 x
=x 2
x dx + Cx =x + Cx−1/2
3
x5/2
= + Cx−1/2
3
Kemudian karena z = y 1/2 , maka diperoleh solusi persamaan diferen-
sial yang dimaksud (dalam y ), yaitu

r
2
x5/2 x5

sa

y = z2 = + Cx−1/2 = + 2Cx2 + C 2 x−1/4
ba
3 9
kh
x5
+ C1 x2 + C2 x−1/4
5_

=
9
1
20
1_
m

Persamaan Eksak
e
_s
01
21

Persamaan diferensial yang berbentuk


l _fi
ku

P
P dx + Qdy = 0 atau y 0 = − (8.5)
ca

Q
∂P ∂Q
disebut persamaan (diferensial) eksak jika terpenuhi hubungan = .
∂y ∂x
Dalam hal ini dapat dinyatakan P dx + Qdy = dF = 0, yang berarti solusinya
adalah F (x, y) = konstan.
Suatu persamaan diferensial yang tak-eksak seringkali dapat dibuat menjadi
eksak dengan mengalikannya dengan suatu faktor tertentu.

c khbasar2015

194 Persamaan Diferensial Biasa

Contoh
y
Tentukan solusi persamaan diferensial y 0 = .
x

Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk xdy −


∂P ∂Q
ydx = 0. Yang berarti P = −y dan Q = x. Karena 6= berarti
∂y ∂x
persamaan diferensial tersebut bukanlah persamaan eksak. Namun
1
bila persamaan diferensial tersebut dikalikan dengan 2 , maka akan
x
diperoleh
xdy − ydx 1 y y
= dy − dx = d =0
x2 x x2 x
y 1 ∂P 1
Dalam hal ini P = − 2 dan Q = sehingga = − 2 dan
x x ∂y x
∂Q 1
= − 2 . Artinya persamaan diferensial tersebut menjadi persa-
∂x x
maan eksak dan solusinya adalah
y
dF = d =0
x

r
sa
atau
y ba
= konstan =⇒ y = Cx
x
kh

.
1 5_
20

Faktor yang membuat suatu persamaan tak eksak menjadi suatu persa-
integrating factor
1_

maan eksak dikenal sebagai faktor pengintegralan ( ). Untuk


m

∂P ∂Q
suatu persamaan yang tak eksak artinya diperoleh bahwa 6= . Namun
e
_s

∂y ∂x
jika persamaan tersebut dikalikan dengan integrating factor
yaitu µ maka ak-
01

∂(µP ) ∂(µQ)
21

an diperoleh bentuk persamaan eksak yang berarti = . Secara


∂y ∂x
_fi

umum µ dapat berupa fungsi dari variabel x dan y sekaligus. Tidak ada
l
ku

metode umum yang dapat digunakan untuk menentukan bentuk faktor pe-
ca

ngintegralan µ jika terdiri dari dua variabel x dan y . Namun jika µ hanya
fungsi x saja atau y saja maka bentuk µ dapat ditentukan dengan mudah.
Tinjau jika µ hanya merupakan fungsi satu variabel saja, misalnya x, sehing-
ga dapat dinyatakan sebagai µ(x). Dari syarat persamaan eksak akan dapat
diperoleh

∂(µP ) ∂(µQ)
=
∂y ∂x
∂P dµ ∂Q
µ =Q +µ
∂y dx ∂x

c khbasar2015

8.2 Persamaan Orde Satu 195

selanjutnya dapat dituliskan kembali sebagai berikut


 
∂P ∂Q dµ
µ − =Q
∂y ∂x dx
 
dµ 1 ∂P ∂Q
= − dx
µ Q ∂y ∂x
ˆ  
1 ∂P ∂Q
=⇒ ln µ = − dx
Q ∂y ∂x

Dengan demikian akan diperoleh faktor pengintegralan µ dalam bentuk


ˆ   
1 ∂P ∂Q
µ(x) = exp − dx (8.6)
Q ∂y ∂x

Dengan cara yang sama dapat diperoleh jika faktor pengintegralan µ meru-
pakan fungsi dari variabel y saja, akan dapat diperoleh bahwa
ˆ   
1 ∂P ∂Q
µ(y) = exp − + dx (8.7)
P ∂y ∂x

Contoh

r
sa
ba
2 3y
Tentukan solusi persamaan diferensial y 0 = − − .
kh
y 2x
1 5_

Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk


20
1_

(4x + 3y 2 )dx + 2xydy = 0


m
e

∂P ∂Q
_s

yang berarti P (x, y) = 4x+3y 2 dan Q(x, y) = 2xy . Karena 6=


01

∂y ∂x
berarti persamaan diferensial tersebut bukanlah persamaan eksak.
21

Faktor pengintegralan µ dapat diperoleh sebagai berikut


l_fi
ku

ˆ   
1 ∂P ∂Q
µ(x) = exp − dx
ca

Q ∂y ∂x
ˆ  ˆ   
1 2
= exp (6y − 2y) dx = exp dx = x2
2xy x

Artinya jika persamaan diferensial tersebut dikalikan dengan x2 maka


akan diperoleh persamaan eksak. Dengan demikian

(4x3 + 3x2 y 2 )dx + 2x3 ydy = d x4 + y 2 x3 = 0


 

=⇒ x4 + y 2 x3 = C

c khbasar2015

196 Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Homogen
Suatu fungsi homogen berderajat n dari x dan y adalah suatu fungsi yang
dapat dituliskan dalam bentuk xn f (y/x). Misalnya fungsi x3 − xy 2 dapat
dituliskan dalam bentuk x3 [1 − (y/x)2 ] sehingga fungsi tersebut dikatakan
fungsi homogen berderajat 3.
Suatu persamaan homogen adalah persamaan yang berbentuk

P (x, y)dx + Q(x, y)dy = 0 (8.8)

dengan P dan Q adalah dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama.
Jika dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama tersebut dibagi,
y
maka faktor xn akan hilang dan yang tersisa adalah suatu fungsi dari .
x
Artinya dapat dituliskan

dy P (x, y) y
y0 = =− =f
dx Q(x, y) x
y
Kemudian bila digunakan suatu variabel baru misalnya v = , yang ber-
x
arti y = vx dan dy = xdv + vdx, maka dapat dinyatakan

r
sa
dy
y0 = = f (v) ba
dx
kh

dy = f (v)dx
1 5_

xdv + vdx = f (v)dx


20

[f (v) − v] dx = xdv
1_

dx dv
m

=
e

x f (v) − v
_s
01

Selanjutnya berarti persamaan diferensial tersebut dapat diselesaikan untuk


21

mendapatkan bentuk solusi v(x), yang pada tahap selanjutnya dengan meng-
_fi

y
ingat bahwa v = maka bentuk solusi y(x) akan dapat diperoleh.
l

x
ku

Contoh
ca

Tentukan solusi persamaan diferensial (x3 − xy 2 )dx + (x2 y)dy = 0.

Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk

P (x, y)dx + Q(x, y)dy = 0

dengan P (x, y) = x3 − xy 2 dan Q(x, y) = x2 y . Karena (x3 − xy 2 ) =


x3 (1 − (y/x)2 ), dan x2 y = x3 (y/x), berarti P (x, y) dan Q(x, y) ada-

c khbasar2015

8.2 Persamaan Orde Satu 197

lah dua buah fungsi homogen yang berderajat sama (yaitu 3) sehingga
persamaan diferensial tersebut adalah suatu persamaan homogen. De-
ngan demikian persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk
dy P (x, y) 1 − (y/x)2
y0 = =− =−
dx Q(x, y) (y/x)
y
Selanjutnya dengan variabel baru v = , maka berarti
x
v2 − 1 1
f (v) = =v−
v v
1
f (v) − v = −
v
Sehingga diperoleh
dx
= −vdv
x
1
ln x = − v 2 + C
2
 1/2
1

r
→ v = ln 2 + C0

sa
x
1/2 !ba
kh

1 0
→ y = x ln 2 +C
5_

x
1
20
1_
e m

Persamaan Isobarik
_s
01
21

Persamaan diferensial isobarik merupakan generalisasi dari bentuk persama-


_fi

an homogen. Dalam persamaan ini dimensi dari variabel x dan y harus sama.
l
ku

Jika misalnya dimensi dari variabel y adalah m dan dimensi variabel x adalah
ca

1, maka substitusi variabel baru v dengan hubungan y = vxm akan membuat


persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan pemisahan persamaan.
Contoh
 
1 2
Tentukan solusi persamaan diferensial y = −
0 2
y + .
2xy x

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk

c khbasar2015

198 Persamaan Diferensial Biasa

2
y 2 dx + dx + 2yxdy = 0
x
Misalkan dimensi variabel y dan dy adalah m sedangkan dimensi va-
riabel x dan dx adalah 1, maka jumlah pangkat suku pertama adalah
2m + 1, sedangkan jumlah pangkat suku kedua adalah 0 dan jum-
lah pangkat suku ketiga adalah 2m + 1 serta jumlah pangkat di ruas
kanan adalah 0. Dengan demikian agar jumlah pangkat di ruas kiri
sama dengan jumlah pangkat di ruas kanan haruslah 2m + 1 = 0 yang
1
memberikan m = − . Jadi dapat digunakan substitusi variabel baru
2
v
v dengan transformasi yang dinyatakan dengan y = vx−1/2 = √
x
atau v = yx1/2 . Maka akan diperoleh
1
dy = x−1/2 dv − vx−3/2 dx
2
2
v
y2 =
x
Selanjutnya persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk

r
sa
v2 2   
1 ba
dx + dx + 2 vx−1/2 (x) x−1/2 dv − vx−3/2 dx = 0

kh
x x 2
5_

2
v 2 1
dx + dx + 2vdv − v 2 dx = 0
1
20

x x x
1
1_

vdv + dx = 0
x
e m

Selanjutnya persamaan tersebut dapat diseleasaikan dengan pengin-


_s
01

tegralan sehingga akan diperoleh


21

1 2
_fi

v + ln(x) = C
2
l
ku

Kemudian dengan menggunakan kembali transformasi y = vx−1/2


ca

akan diperoleh solusi umum persamaan diferensial tersebut


1 2
y x + ln(x) = C
2

c khbasar2015

8.2 Persamaan Orde Satu 199

PDB orde satu bentuk lain


Selain bentuk persamaan diferensial orde satu yang telah diuraikan sebelum-
nya ada juga bentuk persamaan diferensial orde satu yang tidak masuk salah
satu kategori tersebut di atas. Namun biasanya dengan substitusi variabel
tertentu maka persamaan diferensial tersebut akan dapat diubah menjadi
persamaan diferensial yang sesuai dengan salah satu kategori di atas. Misal-
nya bentuk persamaan diferensial orde satu sebagai berikut
dy
= f (ax + by + c) (8.9)
dx
dengan a, b dan c adalah konstanta. Untuk memperoleh solusi persamaan
diferensial tersebut dapat digunakan substitusi variabel baru v = ax + by + c.
Dengan menggunakan substitusi variabel tersebut maka akan dapat diperoleh
dv dy
=a+b = a + bf (v)
dx dx
dv
= dx
a + bf (v)
ˆ ˆ
dv
=⇒ = dx + C

r
sa
a + bf (v)
ba
Jadi dengan substitusi variabel yang tepat, bentuk persamaan 8.9 dapat diu-
kh

bah menjadi bentuk yang dapat diselesaikan dengan pemisahan persamaan.


1 5_

Contoh
20
1_

Tentukan solusi persamaan diferensial


m
e

dy
_s

= (x + y + 1)2
dx
01

.
21
_fi

Dengan memisalkan variabel baru v = (x + y + 1), maka diperoleh


l
ku
ca

dv
= 1 + v2
dx
kemudian bila menggunakan pemisahan persamaan, maka dapat di-
nyatakan
dv
= dx
1 + v2
ˆ
dv
Karena = arctan v , maka diperoleh solusi persamaan dife-
1 + v2
rensial tersebut dalam v yaitu

c khbasar2015

200 Persamaan Diferensial Biasa

arctan v = x + C

dan dengan substitusi balik v = x + y + 1 akan diperoleh solusi per-


samaan diferensial yang dimaksud, yaitu

arctan (x + y + 1) = x + C atau y = tan (x + C) − x − 1

Bentuk lain yang juga mungkin dijumpai adalah persamaan diferensial


yang berbentuk
dy a1 x + b1 y + c1
= (8.10)
dx a2 x + b2 y + c2
dengan a1 , a2 , b1 , b2 , c1 dan c2 adalah konstanta. Persamaan 8.10 dapat di-
selesaikan dengan memisalkan x = X + α dan y = Y + β dengan α dan β
adalah konstanta yang memenuhi kondisi

a1 α + b1 β + c1 = 0
a2 α + b2 β + c2 = 0

Dengan variabel baru tersebut, maka diperoleh

r
dY a1 X + b1 Y

sa
=
dX a2 X + b2 Y ba
   
Y Y
kh
X a 1 + b1 a1 + b1
5_

X X
=  =
1

 
Y Y
20

X a 2 + b2 a2 + b2
X X
1_
m

Y
terlihat bahwa ruas kanan adalah suatu fungsi dengan variabel . Artinya
e
_s

X
bentuk tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang sama seperti menyele-
01

saikan persamaan homogen sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian


21

terdahulu.
_fi

Contoh
l
ku
ca

Tentukan solusi persamaan diferensial


dy 2x − 5y + 3
=
dx 2x + 4y − 6

Dengan memisalkan x = X + α dan y = Y + β maka akan dapat


diperoleh bentuk persamaan diferensial

c khbasar2015

8.3 Persamaan Orde Dua Homogen 201

Y
dY 2−5
= X
dX Y
2+4
X
Kemudian misalkan Y = vX , maka persamaan tersebut dapat ditu-
liskan kembali menjadi
dY 2 − 5v
Y0 = = f (v) =
dX 2 + 4v
dX dv dv
=⇒ = =
X f (v) − v 2 − 5v
−v
2 + 4v
(2 + 4v)dv
=− 2
4v + 7v − 2
(2 + 4v)dv 2dv
=− =−
(4v − 1)(v + 2) 4v − 1

Selanjutnya bila diintegralkan akan diperoleh


 
1

r
ln X = ln √ +C

sa
4v − 1
1
ba
X = C√
kh

4v − 1
5_


C X
1

=⇒ X = √
20

4Y − X
1_

Dari kondisi yang harus dipenuhi oleh α dan β , dapat disusun persa-
em

maan linier
_s
01

2α − 5β + 3 = 0
21

2α + 4β − 6 = 0
_fi
l

yang memberikan α = 1 dan β = −1. Jadi solusi persamaan diferensial


ku

tersebut menjadi
ca

(x − 1)
(x − 1)2 = K
4(y + 1) − (x − 1)

8.3 Persamaan Orde Dua Homogen

PDB yang dimaksud adalah yang berbentuk

c khbasar2015

202 Persamaan Diferensial Biasa

d2 y dy
a2 + a1 + a0 y = 0 (8.11)
dx2 dx
Untuk memudahkan penulisan diperkenalkan suatu operator  diferensial yaitu
2

d dy d dy d y
D dengan D = . Artinya Dy = = y 0 dan D2 y = = =
dx dx dx dx dx2
y . Dengan menggunakan operator diferensial D tersebut maka persamaan
00

8.11 dapat dituliskan dalam bentuk

a2 D2 y + a1 Dy + a0 y = 0 atau a2 D2 + a1 D + a0 y = 0 (8.12)


Persamaan a2 D2 + a1 D + a0 = 0 disebut sebagai persamaan karakteristik


dari persamaan diferensial yang bersangkutan. Perhatikan bahwa persamaan
karakteristik tersebut mempunyai bentuk mirip persamaan kuadrat dalam
D. Jika persamaan karakteristik tersebut dapat difaktorkan dan diperoleh
akar-akarnya, maka solusi persamaan diferensial yang bersangkutan berka-
itan dengan akar-akar persamaan karakteristiknya. Misalkan persamaan ka-
rakteristik suatu PDB orde dua mempunyai akar-akar yang dapat dinyatakan
sebagai D = d1 dan D = d2 , artinya persamaan diferensial tersebut dapat
dinyatakan sebagai

a2 D2 + a1 D + a0 y = 0


r
sa
(D − d1 )(D − d2 )y = 0 ba
kh
Selanjutnya jika dimisalkan (D − d2 )y = u, maka persamaan tersebut dapat
5_

dituliskan kembali sebagai berikut


1
20

(D − d1 )u = 0 =⇒ u0 − d1 u = 0
1_
m

yang dapat diselesaikan menggunakan pemisahan persamaan sehingga dipe-


e
_s

roleh solusinya adalah


01

u = Ced1 x
21
_fi

Selanjutnya karena (D − d2 )y = u, maka artinya (D − d2 )y = Ced1 x atau


l
ku
ca

y 0 − d2 y = Ced1 x

Persamaan diferensial tersebut mempunyai bentuk orde satu yang umum dan
solusinya dapat diperoleh menggunakan persamaan 8.3 dengan P (x) = −d2
dan Q(x) = Ced1 x . Solusinya adalah

y = C1 ed1 x + C2 ed2 x

Dengan demikian diperoleh bentuk umum solusi persamaan diferensial orde


dua homogen yang akar-akar karakteristiknya d1 dan d2 (dengan d1 6= d2 )
adalah

c khbasar2015

8.3 Persamaan Orde Dua Homogen 203

y = C1 ed1 x + C2 ed2 x (8.13)

Jika persamaan karakteristik hanya mempunyai satu macam akar, artinya


d1 = d2 ≡ d, maka solusi persamaan diferensial orde dua adalah

y = (C1 x + C2 )edx (8.14)

Contoh 1

Carilah solusi persamaan diferensial y 00 + 5y 0 + 4y = 0.

PDB tersebut dapat dituliskan menjadi

(D2 + 5D + 4)y = 0

Persamaan karakteristik PDB tersebut adalah D2 + 5D + 4 = 0 yang


dapat dituliskan juga sebagai (D + 1)(D + 4) = 0. Jadi akar-akar
persamaan karakteristiknya adalah D = −1 dan D = −4. Dengan
demikian solusi PDB yang dimaksud adalah

r
sa
y = C1 e−x + C2 e−4x ba
kh
5_

Contoh 2
1
20

Tentukan solusi persamaan diferensial y 00 − 6y 0 + 9y = 0.


1_
em

Persamaan karakteristiknya adalah D2 − 6D + 9 = 0 yang berarti


_s

akarnya adalah D = 3. Sehingga solusinya adalah


01
21

y = (C1 x + C2 )e3x
_fi
l
ku

Contoh 3
ca

Carilah solusi persamaan diferensial y 00 + 9y = 0.

Persamaan karakteristiknya adalah D2 + 9 = 0. Akar-akarnya adalah


d1 = 3i dan d2 = −3i. Dengan demikian

y = C1 e3ix + C2 e−3ix
= C1 (cos 3x + i sin 3x) + C2 (cos 3x − i sin 3x) = C10 cos 3x + C20 sin 3x
= C sin(3x + φ) = C 0 cos(3x + φ0 )

c khbasar2015

204 Persamaan Diferensial Biasa

8.4 Persamaan Orde Dua Tak-homogen

PDB yang dimaksud adalah yang berbentuk

d2 y dy
a2 2
+ a1 + a0 y = f (x), atau
dx dx
(8.15)
d2 y a1 dy a0
+ + y = F (x)
dx2 a2 dx a2
Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan PDB jenis ini adalah menggu-
nakan integrasi berulang ( successive integration
). Berikut ini diberikan con-
tohnya.
Contoh
Tentukan solusi PDB yang berbentuk

(D − 1)(D + 2)y = ex

Misalkan suatu variabel baru yaitu u = (D + 2)y , maka persamaan


diferensial di atas dituliskan kembali sebagai

r
sa
(D − 1)u = ex =⇒ u0 − u = ex
ba
kh
yang merupakan persamaan linier orde satu yang dapat diselesaikan
5_

dengan metode yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya yaitu


1

persamaan 8.2. ˆ
20

u = e−I QeI dx + Ce−I


1_
m

dengan
e

ˆ ˆ
_s

−dx = −x dan Q = ex
01

I= P dx =
21

maka
_fi

ˆ
l
ku

u=e x
ex e−x dx + C1 ex
ca

= xex + C1 ex

Kemudian karena u = (D + 2)y , berarti

(D + 2)y = xex + C1 ex

Terlihat bahwa PDB tersebut sekali lagi berbentuk PDB linier orde
satu dan dapat kembali diselesaikan dengan cara serupa. Kali ini Q =
xex + C1 ex dan P = 2, berarti

c khbasar2015

8.4 Persamaan Orde Dua Tak-homogen 205

ˆ ˆ
I= P dx = 2 dx = 2x
ˆ
y = e−2x QeI dx + C2 e−2x
ˆ
−2x
=e e2x (xex + C1 ex )dx + C2 e−2x
1 x 1 x 1
= xe − e + C1 ex + C2 e−2x
3 9 3
1 x
= xe + C1 e + C2 e−2x
0 x
3

1 x
Bagian xe pada solusi persamaan diferensial dalam contoh di atas dise-
3
particular solution
but solusi partikular ( ) sedangkan yang mengandung kon-
stanta sembarang yaitu (C10 ex + C2 e−2x ) dinamakan fungsi komplementer
complementary function
( ) dari PDB yang bersangkutan. Perhatikan bahwa
solusi PDB orde dua haruslah mempunyai dua buah konstanta sembarang
(pada contoh di atas kedua konstanta tersebut adalah C10 dan C2 ). Kedua
konstanta sembarang ini tercakup dalam fungsi komplementer PDB tersebut.
Cara integrasi berulang umumnya dapat digunakan untuk berbagai PDB

r
linier orde dua dengan ruas kanan tidak sama dengan nol. Hanya saja se-

sa
ringkali cara ini membutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang.
ba
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan terlebih dahulu mencari fung-
kh

si komplementer, yc . Fungsi komplementer diperoleh bila ruas kanan PDB


5_

orde dua tersebut sama dengan nol (sebagaimana telah dibahas pada bagian
1
20

terdahulu). Setelah itu perlu juga dicari solusi partikular, yp . Bila yc dan yp
1_

telah diperoleh maka solusi lengkap PDB yang bersangkutan dapat diperoleh
m

dengan menjumlahkan keduanya, artinya


e
_s

y = yc + yp (8.16)
01
21

Bentuk solusi yp bergantung pada bentuk fungsi F (x). Fungsi komplemen-


_fi

ter dapat diperoleh dengan cara yang telah diuraikan pada bagian terdahulu.
l
ku

Yang menjadi masalah adalah bagaimana memperoleh solusi partikular terse-


ca

but? Berikut ini akan diuraikan beberapa cara memperoleh solusi partikular
untuk beberapa bentuk fungsi F (x).

F (x) berbentuk kecx

Dari contoh sebelumnya terlihat bahwa solusi partikular yang mungkin ada-
lah berbentuk eksponensial. Tinjau persamaan diferensial (D − 1)(D + 5)y =
7e2x . Fungsi komplementer PDB ini adalah yc = Aex +Be−5x . Misalkan solusi
partikularnya berbentuk yp = Ce2x . Bila solusi partikular ini disubstitusikan
ke PDB tersebut maka akan diperoleh

c khbasar2015

206 Persamaan Diferensial Biasa

(D − 1)(D + 5)yp = 7e2x


yp00 + 4yp0 − 5yp = C(4e2x + 8e2x − 5e2x ) = 7e2x
C(7e2x ) = 7e2x
=⇒ C = 1

Dengan demikian solusi lengkapnya adalah

y = yc + yp = Aex + Be−5x + e2x

Secara umum bentuk solusi partikular yang dapat dicoba bergantung pada
nilai c dan akar-akar karakteristik PDB orde dua. Misalkan akar-akar karak-
teristik PDB orde dua yang dimaksud adalah a dan b, maka solusi partikular
yang dapat dicoba adalah

Ce
 cx
jika c 6= a dan c 6= b
yp = Cxecx jika c = a atau c = b, dengan a 6= b (8.17)
jika c = a = b

 2 cx
Cx e

F (x) berbentuk fungsi harmonik (sinus atau cosinus)

r
sa
Perlu diingat bahwa fungsi harmonik dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
ba
kompleks. Untuk memperoleh solusi partikular dari PDB yang berbentuk
kh
5_

(
k sin αx
1

(D − a)(D − b)y = (8.18)


20

k cos αx
1_
m

maka pertama-tama selesaikan dahulu persamaan (D − a)(D − b)y = keiαx ,


e

kemudian ambil bagian real atau imajinernya.


_s
01

Contoh
21
_fi

Tentukan solusi partikular dari persamaan diferensial y 00 + y 0 − 2y =


l

4 sin 2x.
ku
ca

Tinjau PDB y 00 +y 0 −2y = 4ei2x . Akar-akar karakteristik PDB ini ada-


lah 1 dan −2. Berarti dapat dicoba solusi partikular yang berbentuk
Yp = Cei2x . Substitusi Yp ke PDB tersebut memberikan

1
(−4 + 2i − 2)Cei2x = 4ei2x =⇒ C = − (i + 3)
5
berarti

c khbasar2015

8.4 Persamaan Orde Dua Tak-homogen 207

1 1 3
Yp = − (i + 3)ei2x = − iei2x − ei2x
5 5 5
1 3
= − (i cos 2x − sin 2x) − (cos 2x + i sin 2x)
5  5 
1 3 1 3
= sin 2x − cos 2x + i − cos 2x − sin 2x
5 5 5 5

Telah dipahami bahwa 4ei2x = 4(cos 2x+i sin 2x), yang berarti 4 sin 2x
adalah bagian imajiner dari 4ei2x . Dengan demikian solusi partikular
untuk PDB tersebut adalah bagian imajiner dari Yp , artinya

1 3
yp = Im(Yp ) = − cos 2x − sin 2x
5 5

F (x) berbentuk perkalian polinom dan eksponensial

Bentuk lain fungsi F (x) yang umum ditemui adalah gabungan (perkalian)
antara fungsi eksponensial dengan polinom, artinya F (x) = ecx Pn (x) dengan
Pn (x) adalah polinom berderajat n. Solusi partikular dari PDB (D − a)(D −

r
sa
b)y = ecx Pn (x) adalah ba
kh

cx
e Qn (x) jika c 6= a, c 6= b
5_


cx
yp = xe Qn (x) jika c = a atau c = b, dengan a 6= b (8.19)
1
20

jika c = a = b

 2 cx
x e Qn (x)
1_
m

dengan Qn (x) adalah polinom berderajat sama dengan Pn (x) dan yang me-
undeter-
e

menuhi PDB yang dimaksud. Metode ini dinamakan juga metode


_s

mined coecients.
01
21

Contoh
_fi

Tentukan solusi partikular dari persamaan diferensial (D − 1)(D +


l
ku

2)y = 18xex .
ca

Dalam hal ini Pn (x) = 18x dan c = a = 1, maka solusi partikular yang
dapat dipilih adalah berbentuk yp = xex Qn (x). Pn (x) adalah polinom
berderajat satu sehingga polinom Qn (x) juga polinom berderajat sa-
tu, dan dapat dimisalkan berbentuk Qn (x) = Ax + B . Selanjutnya

c khbasar2015

208 Persamaan Diferensial Biasa

yp = xex (Ax + B)
yp0 = ex (Ax2 + Bx + 2Ax + B)
yp00 = ex (Ax2 + Bx + 4Ax + 2B + 2A)
yp00 + yp0 − 2yp = ex (6Ax + 3B + 2A) = 18xex
yang memberikan A = 3, B = −2

Dengan demikian diperoleh yp = (3x2 − 2x)ex .

F (x) berbentuk gabungan (polinom, eksponensial dan fungsi


harmonik)

Jika ruas kanan PDB orde dua tersebut merupakan fungsi yang terdiri da-
ri superposisi (penjumlahan) fungsi-fungsi lainnya (polinom + eksponensial
+ harmonik), maka dapat digunakan prinsip superposisi untuk memperoleh
solusi partikularnya. Misalnya F (x) = F1 (x) + F2 (x) + F3 (x), maka solusi
partikularnya adalah
yp = yp1 + yp2 + yp3 (8.20)

r
sa
dengan yp1 , yp2 dan yp3 masing-masing adalah solusi partikular dari F1 (x),
ba
F2 (x) dan F3 (x).
kh
5_

Contoh
1
20

Tentukan solusi partikular persamaan diferensial y 00 + y 0 − 2y = ex +


1_

4 sin 2x + (x2 − x)
em
_s

Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa F (x) merupakan superposi-


01

si dari tiga macam fungsi, yaitu F1 (x) = ex , F2 (x) = 4 sin 2x dan


21

F3 (x) = x2 − x. Dengan metode-metode yang telah diuraikan sebe-


_fi

lumnya dapat diperoleh


l
ku

1 x
ca

yp1 = xe
3
1 3
yp2 = − cos 2x − sin 2x
5 5
1 2
yp3 = − (x + 1)
2
1 x 1 3 1
=⇒ yp = xe − cos 2x − sin 2x − (x2 + 1)
3 5 5 2

c khbasar2015

8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 209

8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya

Persamaan diferensial orde dua yang dinyatakan dengan persamaan 8.15 me-
rupakan persamaan diferensial orde dua dengan koesien konstan. Bentuk
persamaan ini banyak dijumpai dalam penyelesaian persoalan sis. Meski-
pun demikian sering pula dijumpai persamaan dierensial orde dua dengan
koesien yang tidak konstan atau bahkan persamaan diferensial yang tidak
linier. Untuk menyelesaikannya dapat dilakukan penggantian variabel (subs-
titusi) agar diperoleh bentuk yang mudah diselesaikan atau yang telah dikenal
sebelumnya. Berikut ini diberikan beberapa contohnya.

Bentuk yang tidak mempunyai variabel terikat (y )

Tinjau suatu persamaan diferensial orde dua xy 00 = y 0 + y 03 , yang merupakan


contoh persamaan diferensial orde dua (tak linier) yang tidak mempunyai
variabel terikat y . Untuk menyelesaikannya dapat dilakukan substitusi vari-
abel agar persamaan tersebut menjadi persamaan diferensial liner. Misalnya
digunakan substitusi y 0 = p yang berarti y 00 = p0 . Dengan substitusi tersebut
persamaan diferensial yang dimaksud akan dapat dinyatakan sebagai berikut:

r
sa
1 1
xp0 = p + p3 =⇒ p0 − p = p3
ba
x x
kh

Terlihat bahwa persamaan tersebut menjadi persamaan Bernoulli (lihat kem-


5_

bali persamaan 8.4). Solusi persamaan Bernoulli tersebut akan diperoleh da-
1
20

dy
lam bentuk p(x). Selanjutnya dengan menggunakan substitusi balik =p
1_

dx
akan diperoleh bentuk solusi persamaan diferensial yang dimaksud.
em
_s

Contoh
01

Tentukan solusi persamaan diferensial xy 00 = y 0 + y 03 .


21
_fi

Bila digunakan substitusi variabel baru p = y 0 yang berarti p0 = y 00


l
ku

maka persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan kembali menjadi


ca

1 1
xp0 = p + p3 =⇒ p0 − p = p3
x x
yang mempunyai bentuk seperti persamaan 8.4 dalam p dengan P =
1 1
− , Q = dan n = 3. Selanjutnya menggunakan substitusi variabel
x x
baru lainnya z = p1−3 = p−2 , maka persamaan Bernoulli tersebut
menjadi

c khbasar2015

210 Persamaan Diferensial Biasa

2 2
z0 + z=−
x x
yang merupakan persamaan diferensial dalam variabel z dengan ben-
tuk seperti persamaan 8.2 dan solusinya berbentuk seperti persamaan
8.3, yaitu
ˆ  
2
z = e−2 ln x − e2 ln x dx + Ce−2 ln x
x
ˆ   ˆ
1 2 C 1 C
= 2 − x2 dx + 2 = 2 (−2x) dx + 2
x x x x x
C C − x2
= 2 −1=
x x2
1
Kemudian karena z = p−2 berarti p = √ = z −1/2 , sehingga
z
−1/2
C − x2

x
p = z −1/2 = =√
x2 C − x2
Selanjutnya karena p = y 0 , maka

r
sa
ˆ ˆ ˆ ba
x 1 1
y = pdx = √ dx = − √ d(C − x2 )
kh
C −x 2 2 C − x2
5_

p
= − C1 − x2 + C2
1
20

Jadi diperoleh solusi persamaan diferensial tersebut adalah


1_
m

p
e

y = − C1 − x2 + C2
_s
01
21
_fi

Bentuk yang tidak mempunyai variabel bebas (x)


l
ku
ca

Tinjau persamaan diferensial y 00 + yy 0 = 0. Persamaan diferensial orde dua


ini tidak mempunyai variabel bebas x. Untuk mendapatkan solusinya, dapat
dp dp dy dp
digunakan substitusi variabel baru y 0 = p dan y 00 = = = p .
dx dy dx dy
Dengan substitusi tersebut persamaan diferensial di atas dapat dituliskan
kembali dalam bentuk
dp dp
y 00 + yy 0 = 0 =⇒ p + yp = 0 atau +y =0
dy dy

c khbasar2015

8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 211

Terlihat bahwa dengan substitusi variabel y 0 = p tersebut persamaan diferen-


sial orde dua di atas menjadi bentuk persamaan diferensial orde satu yang
dapat diperoleh solusinya menggunakan cara-cara yang telah diuraikan se-
belumnya. Solusi yang diperoleh adalah bentuk fungsi p(y) yang kemudian
dapat dinyatakan dalam bentuk y(x).
Contoh
Tentukanlah solusi persamaan diferensial

y 00 + yy 0 = 0

Dengan menggunakan variabel baru p = y 0 yang memberikan y 00 =


dp
p dy maka persamaan diferensial tersebut dituiskan kembali dalam
bentuk
dp dp
p + py = 0 =⇒ +y =0 =⇒ dp = −ydy
dy dy
Selanjutnya bila diintegralkan akan diperoleh
ˆ ˆ
y2
dp = − ydy =⇒ p = − + C

r
2

sa
Kemudian karena p = y 0 =
ba
dx , maka artinya
dy
kh
5_

1
y 0 = − y 2 + C =⇒ y 0 − C
1

2
20
1_
e m
_s

Bentuk y 00 + f (y) = 0
01
21

Untuk menyelesaikan persamaan diferensial yang berbentuk y 00 + f (y) = 0


_fi

dapat dilakukan dengan mengalikan persamaan tersebut dengan y 0 sehingga


l
ku

diperoleh
ca

y 0 y 00 + f (y)y 0 = 0 atau y 0 dy 0 + f (y)dy = 0 =⇒ y 0 dy 0 = −f (y)dy

Kemudian bila kedua ruas tersebut diintegralkan akan diperoleh


ˆ ˆ ˆ
1 02
y dy = − f (y)dy =⇒ y = − f (y)dy + konstan
0 0
2
atau
ˆ
1 02
y + f (y)dy = konstan
2

c khbasar2015

212 Persamaan Diferensial Biasa

Contoh
Suatu benda titik bermassa m bergerak sepanjang sumbu x dipenga-
ruhi gaya yang dinyatakan dengan F (x) = mx−3 . Jika diketahui laju
dan posisi benda pada saat t = 0 masing-masing adalah 0 dan 1,
tentukanlah persamaan gerak benda

Persamaan gerak yang menggambarkan gerak benda tersebut dinya-


takan dengan
d2 x m d2 x 1
m 2 = 3 =⇒ 2 = 3
dt x dt x
dx
bila persamaan tersebut dikalikan dengan v = , maka akan dipero-
dt
leh
1
v dv = dx
x3
1 1
=⇒ v 2 = − 2 + konstan
2 2x
r r √
dx 1 Cx2 − 1 Cx2 − 1
=⇒ v = = C− 2 = =
dt x x2 x
ˆ ˆ

r
sa
x dx
=⇒ √ = dt ba
Cx2 − 1
kh

Selanjutnya untuk menyelesaikan integral pada ˆruas kiri dapat


5_

x dx
1

digunakan cara substitusi dan diperoleh bahwa √ =


20

Cx2 − 1
1_

1 p
Cx2 − 1, sedangkan ruas kanan memberikan t + K. Dengan de-
m

C
e

mikian akan dapat dinyatakan


_s
01

1p 2 1
Cx − 1 = t + K =⇒ x2 = Ct2 + (2KC)t + K2 C +
21

C C
_fi

Kemudian dengan menggunakan syarat awal yang diberikan akan di-


l
ku

peroleh konstanta C dan K masing-masing adalah 1 dan 0. Dengan


ca

demikian solusi persamaan gerak benda adalah


p
x(t) = t2 + 1

sedangkan laju gerak benda dinyatakan dengan


dx 1 t
v(t) = = (t2 + 1)−1/2 (2t) = − √
dt 2 2
t +1

c khbasar2015

8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 213

Bentuk a2 x2 y 00 + a1 xy 0 + a0 y = f (x)

Persamaan diferensial orde dua yang berbentuk

a2 x2 y 00 + a1 xy 0 + a0 y = f (x) (8.21)

dikenal sebagai persamaan Euler atau persamaan Cauchy. Untuk mendapatk-


an solusi persamaan diferensial tersebut dapat dilakukan dengan mengubah
variabel bebasnya dengan substitusi variabel x = ez . Dengan substitusi ini
akan diperoleh
dx
x = ez −→ = ez = x
dz
dy dy dx dy dy 1 dy
= =x −→ =
dz dx dz dx dx  dz −1
x
d2 y
  
d dy d 1 dy d(x ) dy 1 d dy
= = = +
dx2 dx dx dx x dz dx dz x dx dz
1 1 d2 y 1 d2 y
 
1 dy 1 dy
=− 2 + =− 2 + 2 2
x dz x x dz 2 x dz x dz
d2 y 2
d y dy
x2 = 2 −

r
dx2 dz dz

sa
ba
Dengan menggunakan variabel baru tersebut, persamaan diferensial yang di-
kh
maksud dapat dituliskan kembali menjadi
5_

 2   
1

d y dy dy
20

a2 − + a1 + a0 y = g(z)
dz 2 dz dz
1_

d2 y dy
m

=⇒a2 2 + (a1 − a2 ) + a0 y = g(z)


e

dz dz
_s
01

dengan g(z) menyatakan suatu fungsi dalam variabel z . Terlihat bahwa per-
21

samaan diferensial tersebut menjadi bentuk PDB orde 2 dengan koesen


konstan sebagaimana bentuk persamaan 8.15 yang cara penyelesaiannya te-
_fi

lah diuraikan pada bagian terdahulu.


l
ku
ca

Contoh

Tentukan solusi persamaan diferensial x2 y 00 + 3xy 0 − 3y = 0.

Bila dibandingkan dengan persamaan Euler atau persamaan Cauchy,


maka akan dapat diperoleh bahwa a2 = 1, a1 = 3, a0 = −3 dan
f (x) = 0. Persamaan ini dapat diubah menjadi PDB orde 2 dengan
koesien konstan sehingga menjadi bentuk berikut

c khbasar2015

214 Persamaan Diferensial Biasa

d2 y dy
+2 − 3y = 0
dz 2 dz
dengan x = ez atau z = ln x. Persamaan diferensial tersebut solusinya
adalah
y(z) = C1 e−3z + C2 ez
kemudian dengan substitusi balik agar dapat dinyatakan dalam vari-
abel x, diperoleh solusi persamaan diferensial yang dimaksud, yaitu
C1
y(x) = C1 e−3 ln x + C2 eln x = + C2 x
x3

Bentuk y 00 + f (x)y 0 + g(x)y = 0

Untuk mencari solusi umum persamaan diferensial yang berbentuk y 00 +


f (x)y 0 + g(x)y = 0 digunakan metode reduksi orde dengan terlebih dahu-
lu mengetahui satu bentuk sederhana yang merupakan solusi dari persamaan
diferensial tersebut (solusi khusus). Solusi khusus tersebut digunakan untuk

r
mereduksi orde persamaan diferensial yang dimaksud. Misalnya dapat dike-

sa
tahui bahwa salah satu solusi khusus persamaan diferensial tersebut adalah
ba
u(x). Karena y1 = u(x) merupakan solusi persamaan diferensial tersebut ma-
kh

ka u00 + f u0 + gu = 0. Kemudian bila fungsi u(x) tersebut dikalikan dengan


5_

fungsi lain yaitu v(x) maka turunan pertama dan kedua perkalian fungsi ini
1
20

(y = u(x)v(x)) masing-masing adalah


1_
m

y 0 = (uv)0 = u0 v + uv 0 dan y 00 = (uv)00 = u00 v + 2u0 v 0 + uv 00


e
_s

dan kemudian jika y2 = u(x)v(x) tersebut disubstitusikan ke persamaan di-


01

ferensial tersebut maka akan diperoleh


21
_fi

(u00 v + 2u0 v 0 + uv 00 ) + f [u0 v + uv 0 ] + g [uv] = 0


l
ku

=⇒ (u) v 00 + (2u0 + f u) v 0 + (u00 + f u0 + gu) v = 0


ca

=⇒ uv 00 + (2u0 + f u) v 0 = 0
 0 
00 2u + f u
=⇒ v + v0 = 0
u

Selanjutnya jika dimisalkan v 0 = V dan v 00 = V 0 maka dapat dinyatakan


 0   0 
0 2u + f u dV 2u + f u
V + V = 0 =⇒ =− dx
u V u

solusinya dapat diperoleh dengan metode integrasi yaitu

c khbasar2015

8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 215
ˆ 
2u0 + f u

ln V = − dx + C
u

Dengan demikian akan diperoleh bentuk fungsi v(x), yaitu


ˆ  0   ˆ  0  
2u + f u 2u + f u
ln v 0 = − dx + C −→v 0 = C exp − dx
u u
ˆ ˆ
2u0 + f u
    
=⇒ v =C exp − dx dx
u

Maka bentuk fungsi y = u(x)v(x) adalah


ˆ   ˆ  0  
2u + f u
y2 = uv = Cu exp − dx dx
u

dan solusi umum persamaan diferensial diperoleh dari kombinasi linier antara
solusi y1 dan y2 , yaitu
ˆ   ˆ  0  
2u + f u
y = Au + Bu exp − dx dx (8.22)
u

r
Contoh

sa
ba
Tentukan solusi umum persamaan diferensial orde dua x3 y 00 +xy 0 −y =
kh

0.
1 5_

Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan kembali dalam bentuk


20

1 1 1 1
1_

y 00 + 2 y 0 − 3 y = 0 yang berarti f (x) = 2 dan g(x) = − 3 .


x x x x
m

Dapat dengan mudah diperoleh bahwa bentuk y1 (x) = x adalah solusi


e
_s

(khusus) persamaan diferensial tersebut. Dengan menggunakan u = x,


01

diperoleh u0 = 1. Dengan demikian bentuk fungsi v adalah


21

ˆ   ˆ 
2 + (1/x2 )x
_fi

 
v=C exp − dx dx
l

x
ku

ˆ 
ca

 
1
=C exp −2 ln x + dx
x
ˆ  
1 1/x
=C e dx
x2
= −Ce1/x

Maka solusi umumnya adalah

y = Ax + Bxe1/x

c khbasar2015

216 Persamaan Diferensial Biasa

8.6 Transformasi Laplace

Pada BAB sebelumnya telah sempat disinggung mengenai transformasi Fou-


rier yang merupakan representasi suatu fungsi dalam domain yang berbeda.
Terdapat transformasi lainnya yang juga cukup penting dan berguna dalam
penyelesaian persamaan diferensial, yaitu transformasi Laplace. Transformasi
Laplace didenisikan sebagai
ˆ∞
L(f ) = f (t)e−pt dt (8.23)
0

Misalkan suatu fungsi didenisikan sebagai f (t) = e−at , maka bila fungsi ini
ditransformasikan menggunakan transformasi Laplace akan diperoleh
ˆ∞
L(f ) = e−at e−pt dt
0
ˆ∞
e−(a+p)t ∞ 1
= e−(a+p)t dt = − =
(a + p) 0 a+p

r
0

sa
ba
Pada Tabel 8.1 diberikan transformasi Laplace untuk beberapa fungsi seder-
kh
hana.
1 5_
20

Transformasi Laplace untuk menyelesaikan persamaan


1_

diferensial
e m
_s
01

Tinjau suatu fungsi y(t) yang turunan pertamanya dinyatakan dengan y 0 dan
21

turunan keduanya dinyatakan dengan y 00 . Transformasi Laplace dari y 0 dapat


_fi

diperoleh sebagai berikut


l
ku

ˆ∞ ˆ∞
ca


L(y 0 ) = y 0 (t)e−pt dt = e−pt y(t) − (−p) y(t)e−pt dt

0 (8.24)
0 0
= −y(0) + pL(y) = pL(y) − y0

Kemudian dengan menggunakan persamaan tersebut di atas dapat pula di-


peroleh transformasi Laplace dari y 00 , yaitu

L(y 00 ) = L((y 0 )0 ) = pL(y 0 ) − y 0 (0)


= p (pL(y) − y0 ) − y 0 (0) (8.25)
2
= p L(y) − py0 − y00

c khbasar2015

8.6 Transformasi Laplace 217

Transformasi Laplace untuk turunan orde yang lebih tinggi dapat diperoleh
dengan cara yang serupa.
Transformasi Laplace dapat digunakan untuk mencari solusi persamaan di-
ferensial. Langkahnya adalah mentransformasikan persamaan diferensial ter-
sebut kemudian memasukkan syarat awal dan selanjutnya adalah melakukan
invers transformasi Laplace.
Contoh

Tentukan solusi persamaan diferensial y 00 + 4y 0 + 4y = t2 e−2t yang


memenuhi syarat awal y0 = 0 dan y00 = 0.

Bila PDB tersebut ditransformasi-Laplace-kan maka akan diperoleh

L (y 00 + 4y 0 + 4y) = L t2 e−2t


2
p2 L(y) − py0 − y00 + 4pL(y) − 4y0 + 4L(y) =
(p + 2)3
2
(p2 + 4p + 4)L(y) =
(p + 2)3
2
L(y) =
(p + 2)5

r
sa
Kemudian untuk memperoleh bentuk fungsi y yang merupakan solusi
ba
PDB tersebut dilakukan invers transformasi Laplace
kh
5_

2t4 e−2t
 
2
1

y(t) = L−1 =
20

(p + 2) 5 12
1_
e m
_s

Tabel 8.1: Transformasi Laplace untuk beberapa fungsi sederhana.


01
21

ˆ∞
_fi

No f (t) L(f ) = f (t)e−pt dt Ketr.


l
ku

0
ca

1
1 1 Re (p) > 0
p

1
2 e−at Re (p + a) > 0
p+a
a
3 sin at Re (p) > |Im (a)|
p2 + a2
p
4 cos at Re (p) > |Im (a)|
p2 + a2

Berlanjut ke halaman berikut...


c khbasar2015

218 Persamaan Diferensial Biasa

Tabel 8.1  (lanjutan dari halaman sebelumnya)


ˆ∞
No f (t) L(f ) = f (t)e−pt dt Ketr.
0
k!
5 k
t , k > −1 Re (p) > 0
pk+1

k!
6 tk e−at , k > −1 Re (p + a) > 0
(p + a)k+1

e−at − e−bt 1
7 Re (p + a) > 0
b−a (p + a)(p + b)

ae−at − be−bt p
8 Re (p + b) > 0
b−a (p + a)(p + b)
a
9 sinh at Re p > |Re a|
p2 − a2
p
10 cosh at Re p > |Re a|
p2 − a2

r
sa
2ap
11 t sin at Re p > |Im a|
ba
(p2 + a2 )2
kh
5_

p2 − a2
12 t cos at Re p > |Im a|
1

(p2 + a2 )2
20
1_

b
m

13 e−at sin bt Re (p + a) > |Im b|


(p + a)2 + b2
e
_s
01

p+a
14 e−at cos bt Re (p + a) > |Im b|
21

(p + a)2 + b2
l _fi

a2
ku

15 1 − cos at Re (p) > |Im a|


p(p2 + a2 )
ca

a3
16 at − sin at Re (p) > |Im a|
p3 (p2 + a2 )

2a3
17 sin at − at cos at Re (p) > |Im a|
(p2 + a2 )2
p
18 e−at (1 − at) Re (p + a) > 0
(p + a)2

Berlanjut ke halaman berikut...


c khbasar2015

8.7 Konvolusi 219

Tabel 8.1  (lanjutan dari halaman sebelumnya)


ˆ∞
No f (t) L(f ) = f (t)e−pt dt Ketr.
0
sin at a
19 arc tan Re (p) > |Im a|
t p

1 1 a+b
20 sin at cos bt, arc tan
t 2 p
1 a−b
a > 0, b > 0 + arc tan Re (p) > 0
2 p

e−at − e−bt p+b


21 ln Re (p + a) > 0 dan
t p+a
Re (p + b) > 0

8.7 Konvolusi

Tinjau suatu PDB orde 2 Ay 00 + By 0 + Cy = f (t) dengan syarat awal yang

r
sa
dinyatakan dengan y 0 (0) = 0; y(0) = 0. Jika digunakan ttransformasi Laplace,
maka akan diperoleh ba
kh

L[Ay 00 + By 0 + Cy] = L[f ]


1 5_

=⇒ Ap2 + Bp + C L[y] = L[f ]



20
1_

Misalkan transformasi Laplace dari fungsi f (t) dinyatakan dengan F(p) se-
m

dangkan transformasi Laplace dari y(t) dinyatakan dengan Y(p), maka per-
e
_s

samaan tersebut dituliskan kembali dalam bentuk


01
21

Ap2 + Bp + C Y = F

_fi

Sehingga
l
ku
ca

1
Y= F
Ap2 + Bp + C
= T (p) F

dengan

c khbasar2015

220 Persamaan Diferensial Biasa

−1 1
T (p) = Ap2 + Bp + C =  
B C
A p2 + p +
A A
1
=
A(p + α)(p + β)

dinamakan fungsi transfer. Fungsi transfer T (p) tersebut tentu saja dapat
diperoleh invers transformasi Laplacenya menggunakan tabel transformasi
Laplace. Jika dituliskan kembali ungkapan untuk Y

Y =TF

kemudian bila diinvers-transformasikan

L−1 [Y] = L−1 [T F]


y = L−1 [T F] (8.26)

artinya y(t) dapat diperoleh dari invers transformasi Laplace dari perkalian
dua buah fungsi dalam domain (variabel) p yaitu T (p)F(p). Invers tran-
sformasi Laplace dari perkalian dua buah fungsi tersebut dinyatakan dalam
bentuk konvolusi

r
sa
ˆt ba
kh
L −1
[T F] = τ (t − χ)f (χ)dχ (8.27)
5_

0
1
20
1_

dengan τ (t) = L−1 [T ] dan f (t) = L−1 [F]. Integral konvolusi pada persama-
m

an 8.26 disimbolkan dengan tanda ∗ antara fungsi τ dengan fungsi f , yaitu


e
_s
01

ˆt
21

τ ∗f ≡ τ (t − χ)f (χ)dχ (8.28)


l_fi
ku

0
ca

Dengan demikian berarti solusi persamaan diferensial dapat diperoleh dengan


konvolusi.
Contoh 1

Tentukan solusi persamaan diferensial y 00 + 3y 0 + 2y = e−t dengan


syarat awal y(0) = y 0 (0) = 0.

c khbasar2015

8.7 Konvolusi 221

Fungsi transfer untuk persoalan ini adalah


1 1
T (p) = =
p2 + 3p + 2 (p + 1)(p + 2)

Dengan menggunakan tabel transformasi Laplace, maka dapat dipe-


roleh bentuk fungsi τ (t) dari invers transformasi Laplace (lihat per-
samaan no. 7 pada Tabel 8.1), yaitu
 
1
τ (t) = L−1 [T ] = L−1 = e−t − e−2t
(p + 1)(p + 2)

Dengan bentuk fungsi τ (t) seperti tersebut di atas, maka artinya

τ (t − χ) = e−(t−χ) − e−2(t−χ)

dan f (χ) = e−χ . Selanjutnya solusi PDB tersebut adalah

ˆt
y =τ ∗f = τ (t − χ)f (χ)dχ

r
0

sa
ˆt  ba

e−(t−χ) − e−2(t−χ) e−χ dχ

=
kh
5_

0
y(t) = te−t + e−2t − e−t
1
20
1_

Contoh 2
e m
_s

Gunakan integral konvolusi untuk memperoleh invers transformasi La-


01

1
place dari A(p) =
21

(p + 1)(p + 2)
l_fi
ku

Fungsi A(p) dapat dinyatakan sebagai perkalian dua buah fungsi


ca

  
1 1
A(p) = ≡ A1 (p)A2 (p)
p+1 p+2

Invers transformasi Laplace dari perkalian dua buah fungsi dapat di-
peroleh menggunakan integral konvolusi

c khbasar2015

222 Persamaan Diferensial Biasa

L−1 [A] = L−1 [A1 A2 ]


ˆt
= A1 (t − χ)A2 (χ)dχ
0

dengan A1 (t) = L−1 [A1 ] dan A2 (t) = L−1 [A2 ]. Dari tabel transfor-
masi Laplace diperoleh bahwa
 
−1 1
A1 (t) = L = e−t =⇒ A1 (t − χ) = e−(t−χ)
p+1
 
−1 1
A2 (t) = L = e−2t =⇒ A2 (χ) = e−2χ
p+2

Dengan demikian

ˆt
−1
L [A] = A1 (t − χ)A2 (χ)dχ
0
ˆt ˆt ˆt
−(t−χ) −2χ −t χ −2χ −t
= e e dχ = e e e dχ = e e−χ dχ

r
sa
0
χ=t
0 ba 0
kh
−t −χ
= −e (e ) = −e−t (e−t − 1) = e−t + e−2t

5_

χ=0
1
20
1_
e m
_s
01
21
l _fi
ku
ca

c khbasar2015

Paket Soal Bab 8

1. Tentukanlah solusi (solusi khusus) persamaan diferensial berikut ini de-


ngan memperhatikan syarat yang diberikan:
a. xy 0 = y dengan y(x = 2) = 3
b. xy 0 − xy = y dengan y(x = 1) = 1
c. y 0 − xy = x dengan y(x = 0) = 1
d. 2y 0 = 3(y − 2)1/3 dengan y(x = 1) = 3

r
e. (x + xy)y 0 + y = 0 dengan y(x = 1) = 1

sa
ba
2. Tentukanlah solusi umum persamaan diferensial berikut:
kh

a. y 0 + y = ex
5_

b. x2 y 0 + 3xy = 1
1
20

c. y 0 + y cos x = sin 2x
1_

dx
d. = cos y − x tan y
m

dy
e

e. dx + (x − ey )dy = 0
_s
01

3. Tentukan solusi umum persamaan diferensial orde dua berikut:


21

a. y 00 + y 0 − 2y = 0
_fi

b. y 00 − 4y 0 + 4y = 0
l
ku

c. y 00 + 2y 0 + 2y = 0
ca

d. 4y 00 + 12y 0 + 9y = 0
e. 2y 00 + y 0 − y = 0
f. y 00 − 4y = 10
g. y 00 + y 0 − 2y = e2x
h. y 00 + 2y 0 + 10y = 100 cos 4x
i. 5y 00 + 6y 0 + 2y = x2 + 6x
j. y 00 + y = 2xex
4. Carilah solusi umum persamaan diferensial xy 0 − xy = y . Jika diberikan
syarat bahwa y = 1 untuk x = 1, tentukanlah solusi khusus persamaan
diferensial tersebut.

223
224 Paket Soal Bab 8

5. Tentukan solusi persamaan diferensial y 00 − 2y = 0.


6. Tentukanlah solusi persamaan diferensial 5y 00 + 12y 0 + 20y = 120 sin 2x.
7. Tinjau suatu persamaan diferensial yang dinyatakan dalam bentuk y 00 +
4y = sin 2t dengan syarat awal y0 = 10 dan y00 = 0. Gunakan transformasi
Laplace untuk memperoleh solusi persamaan diferensial tersebut.
8. Benda bermassa m jatuh di dalam uida karena dipengaruhi gaya gravitasi
(mg ). Viskositas uida tersebut mengakibatkan gaya hambat pada uida
yang besarnya dinyatakan dengan 2mv/(1 + t), dengan v menyatakan laju
benda tersebut pada saat t tertentu. (a) Tuliskan persamaan diferensial
yang menyatakan gerak benda tersebut, (b) Jika benda mulai bergerak
dari keadaan diam, tentukan laju, percepatan dan jarak tempuhnya pada
t = 1.
9. Tentukan solusi umum persamaan diferensial x2 y 0 + 3xy = 1 .
10. Tentukan solusi umum persamaan diferensial orde dua 5y 00 + 6y 0 + 2y =
x2 +6x. Jika diberikan syarat y(x = 0) = 0 dan y 0 (x = 0) = 0, tentukanlah
bentuk solusi khusus yang memenuhi syarat tersebut.

r
sa
ba
kh
1 5_
20
1_
m
e
_s
01
21
l_fi
ku
ca

c khbasar2015

Anda mungkin juga menyukai