Cakul BAB VIII Persamaan Diferensial Biasa 15112015
Cakul BAB VIII Persamaan Diferensial Biasa 15112015
Catatan Kuliah
FI2101 Fisika Matematik IA
Semester I 2015-2016
r
sa
ba
kh
5_
1
20
1_
em
_s
01
21
l_fi
ku
ca
Dalam banyak persoalan sika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk
perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya bahwa perubahan
sering dinyatakan dalam bentuk diferensial (turunan). Persamaan matematik
yang melibatkan adanya laju perubahan merupakan persamaan diferensial.
Dengan demikian cara untuk menyelesaikan persamaan diferensial (mencari
solusi persamaan diferensial) merupakan hal yang sangat penting. Dalam
BAB ini akan dibahas metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
r
sa
persamaan diferensial (khusus persamaan diferensial biasa).
ba
Yang dimaksud solusi dari suatu persamaan diferensial adalah bentuk ung-
kh
kapan matematik yang memenuhi persamaan diferensial yang dimaksud. Mi-
5_
dy
salkan suatu persamaan diferensial yang berbentuk = 2, maka yang ter-
1
dx
20
dy
y0 =
ca
dx
d2 y
y 00 = 2
dx
Yang disebut orde dari persamaan diferensial adalah tingkatan tertinggi
dari turunan yang terlibat dalam persamaan diferensial tersebut. Persamaan-
persamaan diferensial berikut ini adalah contoh persamaan orde satu:
187
188 Persamaan Diferensial Biasa
y 0 + xy 2 = 1,
xy 0 + y = ex ,
dv
= −g,
dt
dI
L + RI = V
dt
d2 r
sedangkan persamaan diferensial m 2 = −kr adalah contoh persamaan
dt
diferensial orde dua.
Suatu persamaan diferensial linier adalah persamaan diferensial yang ber-
bentuk (dengan x merupakan variabel tak bebas dan y adalah variabel bebas)
a0 y + a1 y 0 + a2 y 00 + a3 y 000 + . . . = b
dengan a dan b adalah konstanta atau fungsi dari variabel tak bebas x. Ber-
ikut ini adalah contoh persamaan diferensial yang tak linier
r
sa
y 02 = xy (tak linier karena ada suku y 02 )
ba
kh
5_
Salah satu cara penyelesaian persamaan diferensial orde satu yang linier
m
dy
y0 = = f (x) dapat dituliskan dengan memisahkan persamaannya menja-
01
dx
di berbentuk dy = f (x)dx dan kemudian solusinya dapat diperoleh dengan
21
dy
y0 = = f (x)g(y) (8.1)
dx
Contoh 1
Tentukan solusi dari persamaan
xy 0 = y + 1
c khbasar2015
8.1 Pemisahan Persamaan 189
y + 1 = ax =⇒ y = ax − 1
r
Contoh 2
sa
ba
Diketahui laju peluruhan zat radioaktif sebanding dengan zat radi-
kh
waktu t.
1
20
1_
dN
_s
= −λN
dt
01
21
dN
Persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk =
_fi
N
−λdt yang bila diintegralkan akan menghasilkan persamaan ln N =
l
ku
Contoh 3
Selesaikan persamaan diferensial berikut
xy 0 = y
c khbasar2015
190 Persamaan Diferensial Biasa
r
sa
y0 + P y = Q
ba (8.2)
kh
5_
dy
y0 + P y = 0
m
=⇒ = −P y
dx
e
_s
gai berikut
21
_fi
dy
= −P dx
l
ku
y
ˆ
ca
´
ln y = − P dx + C =⇒ y = Ae− P dx
´ dI
Jika digunakan notasi I = P dx, maka berarti = P sehingga dapat
dx
dituliskan bahwa y = Ae−I atau ye = A. Selanjutnya
I
d dI
(yeI ) = y 0 eI + yeI = y 0 eI + yeI P = eI (y 0 + P y)
dx dx
Dengan demikian bila persamaan 8.2 dikalikan dengan eI , maka berarti
c khbasar2015
8.2 Persamaan Orde Satu 191
d
eI (y 0 + P y) = eI Q = (yeI )
dx
Kemudian dengan mengintegralkan persamaan tersebut maka diperoleh
ˆ ˆ
−I
I I
ye = Qe dx + C =⇒ y = e QeI dx + Ce−I
Maka solusi PDB linier orde satu sebagaimana ditunjukkan dengan persama-
an 8.2 adalah
ˆ
y = e−I QeI dx + Ce−I (8.3)
ˆ
dengan I = P dx.
Contoh
r
sa
6x 2x
y0 + 2
y= ba
1+x 1 + x2
kh
6x 2x
yang berarti P = dan Q = . Jadi
5_
1+x 2 1 + x2
1
ˆ ˆ
20
6x
1_
I = P dx = dx = 3 ln(1 + x2 )
1 + x2
m
2
e
eI = e3 ln(1+x ) = (1 + x2 )3
_s
ˆ ˆ
01
I I 2x 3
ye = Qe dx = 1 + x2 dx
21
1+x 2
_fi
1 2 3
= (1 + x ) + C
l
3
ku
1 C
ca
=⇒ y = +
3 (1 + x2 )3
Persamaan Bernoulli
Persamaan diferensial yang berbentuk
y 0 + P y = Qy n (8.4)
c khbasar2015
192 Persamaan Diferensial Biasa
selanjutnya bila persamaan 8.4 dikalikan dengan (1 − n)y −n maka akan di-
peroleh
r
sa
1
ba
Tentukanlah solusi persamaan diferensial y 0 + y = 2x3/2 y 1/2
kh
x
5_
1 1
ngan P (x) = dan Q(x) = 2x3/2 serta n = . Bila digunakan
1_
x 2
variabel baru z = y 1−n = y 1/2 , maka diperoleh
em
_s
1 −1/2 0
z0 =
01
y y
2
21
1 −1/2 0 1 −1/2 1 1 −1/2
y y + y y= y 2x3/2 y 1/2
2 2 x 2
1
z0 + z = x3/2
2x
Terlihat bahwa persamaan diferensial tersebut mempunyai bentuk se-
perti persamaan 8.2 yang solusinya berbentuk persamaan 8.3
ˆ
−I
z=e QeI dx + Ce−I
c khbasar2015
8.2 Persamaan Orde Satu 193
dengan
ˆ ˆ
1 1
I= Pdx = dx = ln x
2x 2
Q = x3/2
maka
ˆ
1 1 1
z = e− 2 ln x x3/2 e 2 ln x dx + Ce− 2 ln x
ˆ
= x−1/2 x3/2 x1/2 dx + Cx−1/2
ˆ 3
−1/2 −1/2 −1/2 x
=x 2
x dx + Cx =x + Cx−1/2
3
x5/2
= + Cx−1/2
3
Kemudian karena z = y 1/2 , maka diperoleh solusi persamaan diferen-
sial yang dimaksud (dalam y ), yaitu
r
2
x5/2 x5
sa
y = z2 = + Cx−1/2 = + 2Cx2 + C 2 x−1/4
ba
3 9
kh
x5
+ C1 x2 + C2 x−1/4
5_
=
9
1
20
1_
m
Persamaan Eksak
e
_s
01
21
P
P dx + Qdy = 0 atau y 0 = − (8.5)
ca
Q
∂P ∂Q
disebut persamaan (diferensial) eksak jika terpenuhi hubungan = .
∂y ∂x
Dalam hal ini dapat dinyatakan P dx + Qdy = dF = 0, yang berarti solusinya
adalah F (x, y) = konstan.
Suatu persamaan diferensial yang tak-eksak seringkali dapat dibuat menjadi
eksak dengan mengalikannya dengan suatu faktor tertentu.
c khbasar2015
194 Persamaan Diferensial Biasa
Contoh
y
Tentukan solusi persamaan diferensial y 0 = .
x
r
sa
atau
y ba
= konstan =⇒ y = Cx
x
kh
.
1 5_
20
Faktor yang membuat suatu persamaan tak eksak menjadi suatu persa-
integrating factor
1_
∂P ∂Q
suatu persamaan yang tak eksak artinya diperoleh bahwa 6= . Namun
e
_s
∂y ∂x
jika persamaan tersebut dikalikan dengan integrating factor
yaitu µ maka ak-
01
∂(µP ) ∂(µQ)
21
umum µ dapat berupa fungsi dari variabel x dan y sekaligus. Tidak ada
l
ku
metode umum yang dapat digunakan untuk menentukan bentuk faktor pe-
ca
ngintegralan µ jika terdiri dari dua variabel x dan y . Namun jika µ hanya
fungsi x saja atau y saja maka bentuk µ dapat ditentukan dengan mudah.
Tinjau jika µ hanya merupakan fungsi satu variabel saja, misalnya x, sehing-
ga dapat dinyatakan sebagai µ(x). Dari syarat persamaan eksak akan dapat
diperoleh
∂(µP ) ∂(µQ)
=
∂y ∂x
∂P dµ ∂Q
µ =Q +µ
∂y dx ∂x
c khbasar2015
8.2 Persamaan Orde Satu 195
Dengan cara yang sama dapat diperoleh jika faktor pengintegralan µ meru-
pakan fungsi dari variabel y saja, akan dapat diperoleh bahwa
ˆ
1 ∂P ∂Q
µ(y) = exp − + dx (8.7)
P ∂y ∂x
Contoh
r
sa
ba
2 3y
Tentukan solusi persamaan diferensial y 0 = − − .
kh
y 2x
1 5_
∂P ∂Q
_s
∂y ∂x
berarti persamaan diferensial tersebut bukanlah persamaan eksak.
21
ˆ
1 ∂P ∂Q
µ(x) = exp − dx
ca
Q ∂y ∂x
ˆ ˆ
1 2
= exp (6y − 2y) dx = exp dx = x2
2xy x
=⇒ x4 + y 2 x3 = C
c khbasar2015
196 Persamaan Diferensial Biasa
Persamaan Homogen
Suatu fungsi homogen berderajat n dari x dan y adalah suatu fungsi yang
dapat dituliskan dalam bentuk xn f (y/x). Misalnya fungsi x3 − xy 2 dapat
dituliskan dalam bentuk x3 [1 − (y/x)2 ] sehingga fungsi tersebut dikatakan
fungsi homogen berderajat 3.
Suatu persamaan homogen adalah persamaan yang berbentuk
dengan P dan Q adalah dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama.
Jika dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama tersebut dibagi,
y
maka faktor xn akan hilang dan yang tersisa adalah suatu fungsi dari .
x
Artinya dapat dituliskan
dy P (x, y) y
y0 = =− =f
dx Q(x, y) x
y
Kemudian bila digunakan suatu variabel baru misalnya v = , yang ber-
x
arti y = vx dan dy = xdv + vdx, maka dapat dinyatakan
r
sa
dy
y0 = = f (v) ba
dx
kh
dy = f (v)dx
1 5_
[f (v) − v] dx = xdv
1_
dx dv
m
=
e
x f (v) − v
_s
01
mendapatkan bentuk solusi v(x), yang pada tahap selanjutnya dengan meng-
_fi
y
ingat bahwa v = maka bentuk solusi y(x) akan dapat diperoleh.
l
x
ku
Contoh
ca
c khbasar2015
8.2 Persamaan Orde Satu 197
lah dua buah fungsi homogen yang berderajat sama (yaitu 3) sehingga
persamaan diferensial tersebut adalah suatu persamaan homogen. De-
ngan demikian persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk
dy P (x, y) 1 − (y/x)2
y0 = =− =−
dx Q(x, y) (y/x)
y
Selanjutnya dengan variabel baru v = , maka berarti
x
v2 − 1 1
f (v) = =v−
v v
1
f (v) − v = −
v
Sehingga diperoleh
dx
= −vdv
x
1
ln x = − v 2 + C
2
1/2
1
r
→ v = ln 2 + C0
sa
x
1/2 !ba
kh
1 0
→ y = x ln 2 +C
5_
x
1
20
1_
e m
Persamaan Isobarik
_s
01
21
an homogen. Dalam persamaan ini dimensi dari variabel x dan y harus sama.
l
ku
Jika misalnya dimensi dari variabel y adalah m dan dimensi variabel x adalah
ca
c khbasar2015
198 Persamaan Diferensial Biasa
2
y 2 dx + dx + 2yxdy = 0
x
Misalkan dimensi variabel y dan dy adalah m sedangkan dimensi va-
riabel x dan dx adalah 1, maka jumlah pangkat suku pertama adalah
2m + 1, sedangkan jumlah pangkat suku kedua adalah 0 dan jum-
lah pangkat suku ketiga adalah 2m + 1 serta jumlah pangkat di ruas
kanan adalah 0. Dengan demikian agar jumlah pangkat di ruas kiri
sama dengan jumlah pangkat di ruas kanan haruslah 2m + 1 = 0 yang
1
memberikan m = − . Jadi dapat digunakan substitusi variabel baru
2
v
v dengan transformasi yang dinyatakan dengan y = vx−1/2 = √
x
atau v = yx1/2 . Maka akan diperoleh
1
dy = x−1/2 dv − vx−3/2 dx
2
2
v
y2 =
x
Selanjutnya persamaan diferensial tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk
r
sa
v2 2
1 ba
dx + dx + 2 vx−1/2 (x) x−1/2 dv − vx−3/2 dx = 0
kh
x x 2
5_
2
v 2 1
dx + dx + 2vdv − v 2 dx = 0
1
20
x x x
1
1_
vdv + dx = 0
x
e m
1 2
_fi
v + ln(x) = C
2
l
ku
c khbasar2015
8.2 Persamaan Orde Satu 199
r
sa
a + bf (v)
ba
Jadi dengan substitusi variabel yang tepat, bentuk persamaan 8.9 dapat diu-
kh
Contoh
20
1_
dy
_s
= (x + y + 1)2
dx
01
.
21
_fi
dv
= 1 + v2
dx
kemudian bila menggunakan pemisahan persamaan, maka dapat di-
nyatakan
dv
= dx
1 + v2
ˆ
dv
Karena = arctan v , maka diperoleh solusi persamaan dife-
1 + v2
rensial tersebut dalam v yaitu
c khbasar2015
200 Persamaan Diferensial Biasa
arctan v = x + C
a1 α + b1 β + c1 = 0
a2 α + b2 β + c2 = 0
r
dY a1 X + b1 Y
sa
=
dX a2 X + b2 Y ba
Y Y
kh
X a 1 + b1 a1 + b1
5_
X X
= =
1
Y Y
20
X a 2 + b2 a2 + b2
X X
1_
m
Y
terlihat bahwa ruas kanan adalah suatu fungsi dengan variabel . Artinya
e
_s
X
bentuk tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang sama seperti menyele-
01
terdahulu.
_fi
Contoh
l
ku
ca
c khbasar2015
8.3 Persamaan Orde Dua Homogen 201
Y
dY 2−5
= X
dX Y
2+4
X
Kemudian misalkan Y = vX , maka persamaan tersebut dapat ditu-
liskan kembali menjadi
dY 2 − 5v
Y0 = = f (v) =
dX 2 + 4v
dX dv dv
=⇒ = =
X f (v) − v 2 − 5v
−v
2 + 4v
(2 + 4v)dv
=− 2
4v + 7v − 2
(2 + 4v)dv 2dv
=− =−
(4v − 1)(v + 2) 4v − 1
r
ln X = ln √ +C
sa
4v − 1
1
ba
X = C√
kh
4v − 1
5_
√
C X
1
=⇒ X = √
20
4Y − X
1_
Dari kondisi yang harus dipenuhi oleh α dan β , dapat disusun persa-
em
maan linier
_s
01
2α − 5β + 3 = 0
21
2α + 4β − 6 = 0
_fi
l
tersebut menjadi
ca
(x − 1)
(x − 1)2 = K
4(y + 1) − (x − 1)
c khbasar2015
202 Persamaan Diferensial Biasa
d2 y dy
a2 + a1 + a0 y = 0 (8.11)
dx2 dx
Untuk memudahkan penulisan diperkenalkan suatu operator diferensial yaitu
2
d dy d dy d y
D dengan D = . Artinya Dy = = y 0 dan D2 y = = =
dx dx dx dx dx2
y . Dengan menggunakan operator diferensial D tersebut maka persamaan
00
a2 D2 y + a1 Dy + a0 y = 0 atau a2 D2 + a1 D + a0 y = 0 (8.12)
a2 D2 + a1 D + a0 y = 0
r
sa
(D − d1 )(D − d2 )y = 0 ba
kh
Selanjutnya jika dimisalkan (D − d2 )y = u, maka persamaan tersebut dapat
5_
(D − d1 )u = 0 =⇒ u0 − d1 u = 0
1_
m
u = Ced1 x
21
_fi
y 0 − d2 y = Ced1 x
Persamaan diferensial tersebut mempunyai bentuk orde satu yang umum dan
solusinya dapat diperoleh menggunakan persamaan 8.3 dengan P (x) = −d2
dan Q(x) = Ced1 x . Solusinya adalah
y = C1 ed1 x + C2 ed2 x
c khbasar2015
8.3 Persamaan Orde Dua Homogen 203
Contoh 1
(D2 + 5D + 4)y = 0
r
sa
y = C1 e−x + C2 e−4x ba
kh
5_
Contoh 2
1
20
y = (C1 x + C2 )e3x
_fi
l
ku
Contoh 3
ca
y = C1 e3ix + C2 e−3ix
= C1 (cos 3x + i sin 3x) + C2 (cos 3x − i sin 3x) = C10 cos 3x + C20 sin 3x
= C sin(3x + φ) = C 0 cos(3x + φ0 )
c khbasar2015
204 Persamaan Diferensial Biasa
d2 y dy
a2 2
+ a1 + a0 y = f (x), atau
dx dx
(8.15)
d2 y a1 dy a0
+ + y = F (x)
dx2 a2 dx a2
Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan PDB jenis ini adalah menggu-
nakan integrasi berulang ( successive integration
). Berikut ini diberikan con-
tohnya.
Contoh
Tentukan solusi PDB yang berbentuk
(D − 1)(D + 2)y = ex
r
sa
(D − 1)u = ex =⇒ u0 − u = ex
ba
kh
yang merupakan persamaan linier orde satu yang dapat diselesaikan
5_
persamaan 8.2. ˆ
20
dengan
e
ˆ ˆ
_s
−dx = −x dan Q = ex
01
I= P dx =
21
maka
_fi
ˆ
l
ku
u=e x
ex e−x dx + C1 ex
ca
= xex + C1 ex
(D + 2)y = xex + C1 ex
Terlihat bahwa PDB tersebut sekali lagi berbentuk PDB linier orde
satu dan dapat kembali diselesaikan dengan cara serupa. Kali ini Q =
xex + C1 ex dan P = 2, berarti
c khbasar2015
8.4 Persamaan Orde Dua Tak-homogen 205
ˆ ˆ
I= P dx = 2 dx = 2x
ˆ
y = e−2x QeI dx + C2 e−2x
ˆ
−2x
=e e2x (xex + C1 ex )dx + C2 e−2x
1 x 1 x 1
= xe − e + C1 ex + C2 e−2x
3 9 3
1 x
= xe + C1 e + C2 e−2x
0 x
3
1 x
Bagian xe pada solusi persamaan diferensial dalam contoh di atas dise-
3
particular solution
but solusi partikular ( ) sedangkan yang mengandung kon-
stanta sembarang yaitu (C10 ex + C2 e−2x ) dinamakan fungsi komplementer
complementary function
( ) dari PDB yang bersangkutan. Perhatikan bahwa
solusi PDB orde dua haruslah mempunyai dua buah konstanta sembarang
(pada contoh di atas kedua konstanta tersebut adalah C10 dan C2 ). Kedua
konstanta sembarang ini tercakup dalam fungsi komplementer PDB tersebut.
Cara integrasi berulang umumnya dapat digunakan untuk berbagai PDB
r
linier orde dua dengan ruas kanan tidak sama dengan nol. Hanya saja se-
sa
ringkali cara ini membutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang.
ba
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan terlebih dahulu mencari fung-
kh
orde dua tersebut sama dengan nol (sebagaimana telah dibahas pada bagian
1
20
terdahulu). Setelah itu perlu juga dicari solusi partikular, yp . Bila yc dan yp
1_
telah diperoleh maka solusi lengkap PDB yang bersangkutan dapat diperoleh
m
y = yc + yp (8.16)
01
21
ter dapat diperoleh dengan cara yang telah diuraikan pada bagian terdahulu.
l
ku
but? Berikut ini akan diuraikan beberapa cara memperoleh solusi partikular
untuk beberapa bentuk fungsi F (x).
Dari contoh sebelumnya terlihat bahwa solusi partikular yang mungkin ada-
lah berbentuk eksponensial. Tinjau persamaan diferensial (D − 1)(D + 5)y =
7e2x . Fungsi komplementer PDB ini adalah yc = Aex +Be−5x . Misalkan solusi
partikularnya berbentuk yp = Ce2x . Bila solusi partikular ini disubstitusikan
ke PDB tersebut maka akan diperoleh
c khbasar2015
206 Persamaan Diferensial Biasa
Secara umum bentuk solusi partikular yang dapat dicoba bergantung pada
nilai c dan akar-akar karakteristik PDB orde dua. Misalkan akar-akar karak-
teristik PDB orde dua yang dimaksud adalah a dan b, maka solusi partikular
yang dapat dicoba adalah
Ce
cx
jika c 6= a dan c 6= b
yp = Cxecx jika c = a atau c = b, dengan a 6= b (8.17)
jika c = a = b
2 cx
Cx e
r
sa
Perlu diingat bahwa fungsi harmonik dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
ba
kompleks. Untuk memperoleh solusi partikular dari PDB yang berbentuk
kh
5_
(
k sin αx
1
k cos αx
1_
m
Contoh
21
_fi
4 sin 2x.
ku
ca
1
(−4 + 2i − 2)Cei2x = 4ei2x =⇒ C = − (i + 3)
5
berarti
c khbasar2015
8.4 Persamaan Orde Dua Tak-homogen 207
1 1 3
Yp = − (i + 3)ei2x = − iei2x − ei2x
5 5 5
1 3
= − (i cos 2x − sin 2x) − (cos 2x + i sin 2x)
5 5
1 3 1 3
= sin 2x − cos 2x + i − cos 2x − sin 2x
5 5 5 5
Telah dipahami bahwa 4ei2x = 4(cos 2x+i sin 2x), yang berarti 4 sin 2x
adalah bagian imajiner dari 4ei2x . Dengan demikian solusi partikular
untuk PDB tersebut adalah bagian imajiner dari Yp , artinya
1 3
yp = Im(Yp ) = − cos 2x − sin 2x
5 5
Bentuk lain fungsi F (x) yang umum ditemui adalah gabungan (perkalian)
antara fungsi eksponensial dengan polinom, artinya F (x) = ecx Pn (x) dengan
Pn (x) adalah polinom berderajat n. Solusi partikular dari PDB (D − a)(D −
r
sa
b)y = ecx Pn (x) adalah ba
kh
cx
e Qn (x) jika c 6= a, c 6= b
5_
cx
yp = xe Qn (x) jika c = a atau c = b, dengan a 6= b (8.19)
1
20
jika c = a = b
2 cx
x e Qn (x)
1_
m
dengan Qn (x) adalah polinom berderajat sama dengan Pn (x) dan yang me-
undeter-
e
mined coecients.
01
21
Contoh
_fi
2)y = 18xex .
ca
Dalam hal ini Pn (x) = 18x dan c = a = 1, maka solusi partikular yang
dapat dipilih adalah berbentuk yp = xex Qn (x). Pn (x) adalah polinom
berderajat satu sehingga polinom Qn (x) juga polinom berderajat sa-
tu, dan dapat dimisalkan berbentuk Qn (x) = Ax + B . Selanjutnya
c khbasar2015
208 Persamaan Diferensial Biasa
yp = xex (Ax + B)
yp0 = ex (Ax2 + Bx + 2Ax + B)
yp00 = ex (Ax2 + Bx + 4Ax + 2B + 2A)
yp00 + yp0 − 2yp = ex (6Ax + 3B + 2A) = 18xex
yang memberikan A = 3, B = −2
Jika ruas kanan PDB orde dua tersebut merupakan fungsi yang terdiri da-
ri superposisi (penjumlahan) fungsi-fungsi lainnya (polinom + eksponensial
+ harmonik), maka dapat digunakan prinsip superposisi untuk memperoleh
solusi partikularnya. Misalnya F (x) = F1 (x) + F2 (x) + F3 (x), maka solusi
partikularnya adalah
yp = yp1 + yp2 + yp3 (8.20)
r
sa
dengan yp1 , yp2 dan yp3 masing-masing adalah solusi partikular dari F1 (x),
ba
F2 (x) dan F3 (x).
kh
5_
Contoh
1
20
4 sin 2x + (x2 − x)
em
_s
1 x
ca
yp1 = xe
3
1 3
yp2 = − cos 2x − sin 2x
5 5
1 2
yp3 = − (x + 1)
2
1 x 1 3 1
=⇒ yp = xe − cos 2x − sin 2x − (x2 + 1)
3 5 5 2
c khbasar2015
8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 209
Persamaan diferensial orde dua yang dinyatakan dengan persamaan 8.15 me-
rupakan persamaan diferensial orde dua dengan koesien konstan. Bentuk
persamaan ini banyak dijumpai dalam penyelesaian persoalan sis. Meski-
pun demikian sering pula dijumpai persamaan dierensial orde dua dengan
koesien yang tidak konstan atau bahkan persamaan diferensial yang tidak
linier. Untuk menyelesaikannya dapat dilakukan penggantian variabel (subs-
titusi) agar diperoleh bentuk yang mudah diselesaikan atau yang telah dikenal
sebelumnya. Berikut ini diberikan beberapa contohnya.
r
sa
1 1
xp0 = p + p3 =⇒ p0 − p = p3
ba
x x
kh
bali persamaan 8.4). Solusi persamaan Bernoulli tersebut akan diperoleh da-
1
20
dy
lam bentuk p(x). Selanjutnya dengan menggunakan substitusi balik =p
1_
dx
akan diperoleh bentuk solusi persamaan diferensial yang dimaksud.
em
_s
Contoh
01
1 1
xp0 = p + p3 =⇒ p0 − p = p3
x x
yang mempunyai bentuk seperti persamaan 8.4 dalam p dengan P =
1 1
− , Q = dan n = 3. Selanjutnya menggunakan substitusi variabel
x x
baru lainnya z = p1−3 = p−2 , maka persamaan Bernoulli tersebut
menjadi
c khbasar2015
210 Persamaan Diferensial Biasa
2 2
z0 + z=−
x x
yang merupakan persamaan diferensial dalam variabel z dengan ben-
tuk seperti persamaan 8.2 dan solusinya berbentuk seperti persamaan
8.3, yaitu
ˆ
2
z = e−2 ln x − e2 ln x dx + Ce−2 ln x
x
ˆ ˆ
1 2 C 1 C
= 2 − x2 dx + 2 = 2 (−2x) dx + 2
x x x x x
C C − x2
= 2 −1=
x x2
1
Kemudian karena z = p−2 berarti p = √ = z −1/2 , sehingga
z
−1/2
C − x2
x
p = z −1/2 = =√
x2 C − x2
Selanjutnya karena p = y 0 , maka
r
sa
ˆ ˆ ˆ ba
x 1 1
y = pdx = √ dx = − √ d(C − x2 )
kh
C −x 2 2 C − x2
5_
p
= − C1 − x2 + C2
1
20
p
e
y = − C1 − x2 + C2
_s
01
21
_fi
c khbasar2015
8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 211
y 00 + yy 0 = 0
r
2
sa
Kemudian karena p = y 0 =
ba
dx , maka artinya
dy
kh
5_
1
y 0 = − y 2 + C =⇒ y 0 − C
1
2
20
1_
e m
_s
Bentuk y 00 + f (y) = 0
01
21
diperoleh
ca
c khbasar2015
212 Persamaan Diferensial Biasa
Contoh
Suatu benda titik bermassa m bergerak sepanjang sumbu x dipenga-
ruhi gaya yang dinyatakan dengan F (x) = mx−3 . Jika diketahui laju
dan posisi benda pada saat t = 0 masing-masing adalah 0 dan 1,
tentukanlah persamaan gerak benda
r
sa
x dx
=⇒ √ = dt ba
Cx2 − 1
kh
x dx
1
Cx2 − 1
1_
1 p
Cx2 − 1, sedangkan ruas kanan memberikan t + K. Dengan de-
m
C
e
1p 2 1
Cx − 1 = t + K =⇒ x2 = Ct2 + (2KC)t + K2 C +
21
C C
_fi
c khbasar2015
8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 213
Bentuk a2 x2 y 00 + a1 xy 0 + a0 y = f (x)
a2 x2 y 00 + a1 xy 0 + a0 y = f (x) (8.21)
r
dx2 dz dz
sa
ba
Dengan menggunakan variabel baru tersebut, persamaan diferensial yang di-
kh
maksud dapat dituliskan kembali menjadi
5_
2
1
d y dy dy
20
a2 − + a1 + a0 y = g(z)
dz 2 dz dz
1_
d2 y dy
m
dz dz
_s
01
dengan g(z) menyatakan suatu fungsi dalam variabel z . Terlihat bahwa per-
21
Contoh
c khbasar2015
214 Persamaan Diferensial Biasa
d2 y dy
+2 − 3y = 0
dz 2 dz
dengan x = ez atau z = ln x. Persamaan diferensial tersebut solusinya
adalah
y(z) = C1 e−3z + C2 ez
kemudian dengan substitusi balik agar dapat dinyatakan dalam vari-
abel x, diperoleh solusi persamaan diferensial yang dimaksud, yaitu
C1
y(x) = C1 e−3 ln x + C2 eln x = + C2 x
x3
r
mereduksi orde persamaan diferensial yang dimaksud. Misalnya dapat dike-
sa
tahui bahwa salah satu solusi khusus persamaan diferensial tersebut adalah
ba
u(x). Karena y1 = u(x) merupakan solusi persamaan diferensial tersebut ma-
kh
fungsi lain yaitu v(x) maka turunan pertama dan kedua perkalian fungsi ini
1
20
=⇒ uv 00 + (2u0 + f u) v 0 = 0
0
00 2u + f u
=⇒ v + v0 = 0
u
c khbasar2015
8.5 Persamaan Orde Dua Lainnya 215
ˆ
2u0 + f u
ln V = − dx + C
u
dan solusi umum persamaan diferensial diperoleh dari kombinasi linier antara
solusi y1 dan y2 , yaitu
ˆ ˆ 0
2u + f u
y = Au + Bu exp − dx dx (8.22)
u
r
Contoh
sa
ba
Tentukan solusi umum persamaan diferensial orde dua x3 y 00 +xy 0 −y =
kh
0.
1 5_
1 1 1 1
1_
ˆ ˆ
2 + (1/x2 )x
_fi
v=C exp − dx dx
l
x
ku
ˆ
ca
1
=C exp −2 ln x + dx
x
ˆ
1 1/x
=C e dx
x2
= −Ce1/x
y = Ax + Bxe1/x
c khbasar2015
216 Persamaan Diferensial Biasa
Misalkan suatu fungsi didenisikan sebagai f (t) = e−at , maka bila fungsi ini
ditransformasikan menggunakan transformasi Laplace akan diperoleh
ˆ∞
L(f ) = e−at e−pt dt
0
ˆ∞
e−(a+p)t ∞ 1
= e−(a+p)t dt = − =
(a + p) 0 a+p
r
0
sa
ba
Pada Tabel 8.1 diberikan transformasi Laplace untuk beberapa fungsi seder-
kh
hana.
1 5_
20
diferensial
e m
_s
01
Tinjau suatu fungsi y(t) yang turunan pertamanya dinyatakan dengan y 0 dan
21
ˆ∞ ˆ∞
ca
∞
L(y 0 ) = y 0 (t)e−pt dt = e−pt y(t) − (−p) y(t)e−pt dt
0 (8.24)
0 0
= −y(0) + pL(y) = pL(y) − y0
c khbasar2015
8.6 Transformasi Laplace 217
Transformasi Laplace untuk turunan orde yang lebih tinggi dapat diperoleh
dengan cara yang serupa.
Transformasi Laplace dapat digunakan untuk mencari solusi persamaan di-
ferensial. Langkahnya adalah mentransformasikan persamaan diferensial ter-
sebut kemudian memasukkan syarat awal dan selanjutnya adalah melakukan
invers transformasi Laplace.
Contoh
L (y 00 + 4y 0 + 4y) = L t2 e−2t
2
p2 L(y) − py0 − y00 + 4pL(y) − 4y0 + 4L(y) =
(p + 2)3
2
(p2 + 4p + 4)L(y) =
(p + 2)3
2
L(y) =
(p + 2)5
r
sa
Kemudian untuk memperoleh bentuk fungsi y yang merupakan solusi
ba
PDB tersebut dilakukan invers transformasi Laplace
kh
5_
2t4 e−2t
2
1
y(t) = L−1 =
20
(p + 2) 5 12
1_
e m
_s
ˆ∞
_fi
0
ca
1
1 1 Re (p) > 0
p
1
2 e−at Re (p + a) > 0
p+a
a
3 sin at Re (p) > |Im (a)|
p2 + a2
p
4 cos at Re (p) > |Im (a)|
p2 + a2
k!
6 tk e−at , k > −1 Re (p + a) > 0
(p + a)k+1
e−at − e−bt 1
7 Re (p + a) > 0
b−a (p + a)(p + b)
ae−at − be−bt p
8 Re (p + b) > 0
b−a (p + a)(p + b)
a
9 sinh at Re p > |Re a|
p2 − a2
p
10 cosh at Re p > |Re a|
p2 − a2
r
sa
2ap
11 t sin at Re p > |Im a|
ba
(p2 + a2 )2
kh
5_
p2 − a2
12 t cos at Re p > |Im a|
1
(p2 + a2 )2
20
1_
b
m
p+a
14 e−at cos bt Re (p + a) > |Im b|
21
(p + a)2 + b2
l _fi
a2
ku
a3
16 at − sin at Re (p) > |Im a|
p3 (p2 + a2 )
2a3
17 sin at − at cos at Re (p) > |Im a|
(p2 + a2 )2
p
18 e−at (1 − at) Re (p + a) > 0
(p + a)2
1 1 a+b
20 sin at cos bt, arc tan
t 2 p
1 a−b
a > 0, b > 0 + arc tan Re (p) > 0
2 p
8.7 Konvolusi
r
sa
dinyatakan dengan y 0 (0) = 0; y(0) = 0. Jika digunakan ttransformasi Laplace,
maka akan diperoleh ba
kh
Misalkan transformasi Laplace dari fungsi f (t) dinyatakan dengan F(p) se-
m
dangkan transformasi Laplace dari y(t) dinyatakan dengan Y(p), maka per-
e
_s
Ap2 + Bp + C Y = F
_fi
Sehingga
l
ku
ca
1
Y= F
Ap2 + Bp + C
= T (p) F
dengan
c khbasar2015
220 Persamaan Diferensial Biasa
−1 1
T (p) = Ap2 + Bp + C =
B C
A p2 + p +
A A
1
=
A(p + α)(p + β)
dinamakan fungsi transfer. Fungsi transfer T (p) tersebut tentu saja dapat
diperoleh invers transformasi Laplacenya menggunakan tabel transformasi
Laplace. Jika dituliskan kembali ungkapan untuk Y
Y =TF
artinya y(t) dapat diperoleh dari invers transformasi Laplace dari perkalian
dua buah fungsi dalam domain (variabel) p yaitu T (p)F(p). Invers tran-
sformasi Laplace dari perkalian dua buah fungsi tersebut dinyatakan dalam
bentuk konvolusi
r
sa
ˆt ba
kh
L −1
[T F] = τ (t − χ)f (χ)dχ (8.27)
5_
0
1
20
1_
dengan τ (t) = L−1 [T ] dan f (t) = L−1 [F]. Integral konvolusi pada persama-
m
ˆt
21
0
ca
c khbasar2015
8.7 Konvolusi 221
τ (t − χ) = e−(t−χ) − e−2(t−χ)
ˆt
y =τ ∗f = τ (t − χ)f (χ)dχ
r
0
sa
ˆt ba
e−(t−χ) − e−2(t−χ) e−χ dχ
=
kh
5_
0
y(t) = te−t + e−2t − e−t
1
20
1_
Contoh 2
e m
_s
1
place dari A(p) =
21
(p + 1)(p + 2)
l_fi
ku
1 1
A(p) = ≡ A1 (p)A2 (p)
p+1 p+2
Invers transformasi Laplace dari perkalian dua buah fungsi dapat di-
peroleh menggunakan integral konvolusi
c khbasar2015
222 Persamaan Diferensial Biasa
dengan A1 (t) = L−1 [A1 ] dan A2 (t) = L−1 [A2 ]. Dari tabel transfor-
masi Laplace diperoleh bahwa
−1 1
A1 (t) = L = e−t =⇒ A1 (t − χ) = e−(t−χ)
p+1
−1 1
A2 (t) = L = e−2t =⇒ A2 (χ) = e−2χ
p+2
Dengan demikian
ˆt
−1
L [A] = A1 (t − χ)A2 (χ)dχ
0
ˆt ˆt ˆt
−(t−χ) −2χ −t χ −2χ −t
= e e dχ = e e e dχ = e e−χ dχ
r
sa
0
χ=t
0 ba 0
kh
−t −χ
= −e (e ) = −e−t (e−t − 1) = e−t + e−2t
5_
χ=0
1
20
1_
e m
_s
01
21
l _fi
ku
ca
c khbasar2015
Paket Soal Bab 8
r
e. (x + xy)y 0 + y = 0 dengan y(x = 1) = 1
sa
ba
2. Tentukanlah solusi umum persamaan diferensial berikut:
kh
a. y 0 + y = ex
5_
b. x2 y 0 + 3xy = 1
1
20
c. y 0 + y cos x = sin 2x
1_
dx
d. = cos y − x tan y
m
dy
e
e. dx + (x − ey )dy = 0
_s
01
a. y 00 + y 0 − 2y = 0
_fi
b. y 00 − 4y 0 + 4y = 0
l
ku
c. y 00 + 2y 0 + 2y = 0
ca
d. 4y 00 + 12y 0 + 9y = 0
e. 2y 00 + y 0 − y = 0
f. y 00 − 4y = 10
g. y 00 + y 0 − 2y = e2x
h. y 00 + 2y 0 + 10y = 100 cos 4x
i. 5y 00 + 6y 0 + 2y = x2 + 6x
j. y 00 + y = 2xex
4. Carilah solusi umum persamaan diferensial xy 0 − xy = y . Jika diberikan
syarat bahwa y = 1 untuk x = 1, tentukanlah solusi khusus persamaan
diferensial tersebut.
223
224 Paket Soal Bab 8
r
sa
ba
kh
1 5_
20
1_
m
e
_s
01
21
l_fi
ku
ca
c khbasar2015