SKRIPSI
Oleh:
YULIANI MANURUNG
140902094
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh:
YULIANI MANURUNG
140902094
MEDAN
2019
di Kota Medan
Petisah)
Nim : 140902094
Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING
KETUA DEPARTEMEN
Ketua :
Anggota :
Judul Skripsi
(Studi Kasus: Kecamatan Medan Sunggal, Medan Perjuangan, dan Medan Petisah)
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjan Sosial pada Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagaian skripsi ini bukan hasil
karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penulis
Materai
6000
Yuliani Manurung
NIM : 140902094
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Menjamurnya
Gelandangan Psikotik di Kota Medan. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik aksidental sampling,
maka jumlah sample dalam penelitian ini adalah 100 responden yaitu, responden yang
merupakan masyarakat Kota Medan yang berada di Kecamatan Medan Sunggal, Medan
Perjuangan, dan Medan Petisah, responden yang pernah bertemu dengan gelandangan psikotik,
responden yang berpendidikan minimal SMA/ SMK, responden yang berusia produktif (15-64)
tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan
ke 100 responden. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan teknik analisa yang
mengunakan pendekatan kuantitatif, melalui pemberian skor dengan mengunakan skala likert.
Data yang didapat kemudian dianalisis dengan teknik analisa yang mengunakan pendekatan
kuantitatif, melalui pemberian skor dengan mengunakan skala likert. Pemberian skor data
dilakukan mulai dari respon negatif dengan nilai batasan -1, respon netral dengan nilai batasan 0,
dan respon positif dengan nilai batasan 1. Untuk mendapatkan hasil respon masyarakat terhadap
menjamurnya gelandangan psikotik di Kota Medan, dilakukan melalui pemberian skor tiga
variabel yakni persepsi, sikap dan partisipasi dengan menentukan interval kelas. Hasil penelitian
yang diperoleh adalah respon masyarakat terhadap menjamurnya Gelandangan Psikotik di Kota
Medan menunjukkan respon negatif. Dengan jelasnya, masyarakat Kota Medan merasa
terganggu/ tidak nyaman dengan menjamurnya Gelandangan Psikotik di Kota Medan. Hasil
perhitungan menunjukan persepsi responden bernilai -0,7, sikap responden bernilai -0,5,
partisipasi responden bernilai -0,44 dan hasil rata-rata skala penilaian adalah -1,88.
Kata Kunci: Respon, Masyarakat, Gelandangan Psikotik
NIM : 140902094
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the response of the community to the mushrooming
of Psychotic Homelessness in the City of Medan. This type of research is descriptive research
with a quantitative approach. The sampling technique used accidental sampling techniques, the
number of samples in this study were 100 respondents, namely respondents who were people of
Medan City in Medan Sunggal District, Medan Perjuangan, and Medan Petisah, respondents who
had met psychotic bums, respondents who were educated minimum high school / vocational
school, respondents in productive age (15-64) years. Data collection techniques used through
distributing questionnaires were distributed to 100 respondents. The data obtained were then
analyzed by analysis techniques using a quantitative approach, through scoring using a Likert
scale. The data obtained were then analyzed by analysis techniques using a quantitative
approach, through scoring using a Likert scale. The data score was started from a negative
response with a limit value of -1, a neutral response with a limit value of 0, and a positive
response with a boundary value 1. To get the results of the public response to the proliferation of
psychotic bums in Medan City, the score was given by three variables namely perceptions ,
attitudes and participation by determining class intervals. The results of the study obtained were
the public response to the mushrooming of Psychotic Homelessness in Medan City showed a
negative response. Clearly, the people of Medan City feel disturbed / uncomfortable with the
mushrooming of Psychotic Homelessness in the City of Medan. The calculation results show the
perception of the respondent is -0.7, the respondent's attitude is -0.5, the respondent's
participation is -0.44 and the average rating scale is -1.88.
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nyalah yang telah
memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Di Kota Medan (Studi Kasus: Medan Sunggal, Medan Perjuangan, dan Medan Petisah)”.
Shalawat dan salam tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat serta
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan dalam
menyelesaikannya. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial
4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
5. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.Sp selaku Dosen Penguji atas saran dan kritikan yang
diberikan.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
masa perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Kak Betty dan Kak Deby yang sudah membantu penulis dalam proses administrasi.
dan Ibunda Sariati. S yang tidak ada henti-hentinya memberikan doa dan dukungan yang
sangat besar baik itu moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Abangku Putra Zulfikih Arifandi Manurung, kakakku Lenny Yulia Purnama Sari
Manurung dan Tria Armaya Lisa Manurung, keponakan tersayang Tiara Manurung dan
Audri Manurung yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam
10. Adikku tersayang (Fanny Aisyah dan Yakub Manurung) yang selalu memberi dukungan
11. Tim hore-hore Fenny Yola, Agnes Pasaribu, Stevanny Butar-butar, Ester Dachi, dan
Lasmi Sihombing yang telah banyak membantu dan memberikan semangat yang luar
biasa kepada penulis dari awal perkuliahan sampai sekarang ini, semoga selalu hore-
hore.
12. Keluarga Warna-warni, Kurnia Saragih (Zublin), Bosky Lubis, Nico Armantyo, Hotman
Firnando, Hervan Sitinjak, Louis Joseph, Mario Paulus, Wandy Sitorus, Desika Cristina
Sembiring, dan Tody Krisma yang sudah banyak membantu dan memberikan semangat
13. Keluarga Miteum (KKN USU 2017) yang telah memberikan semangat dan doa kepada
Yulinda, Restu Riana) terkhusus kelas B yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu.
15. Daniel Turnip, S.Sos dan Wardiman Siringoringo, S.Sos yang telah banyak membantu
16. Keluarga kecilku ( Novia Manda, Agung Triadi, Hardiansyah, Rya, Tika) yang selalu
17. Teman setia (Mio) yang selalu menemani penulis dalam keadaan apapun dari awal
18. Kepada seluruh Masyarakat Kota Medan dan BALITBANG yang telah banyak
19. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan,
Penulis
Yuliani Manurung
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Masalah sosial yang dihadapi oleh setiap manusia tidak sama antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan - perbedaan itu disebabkan
dimana masyarakat itu tinggal. Selain itu masyarakat modern yang kompleks
eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri.
orang lain.
moral, masalah ekonomi dan masalah lainnya. Diantara problem sosial saat ini
sudah ada sejak dinamika kehidupan kota mulai ada. Dampak modernisasi,
terhadap timbul dan berkembangnya gejala yang disebut gelandangan psikotik itu.
mencapai 1.170 jiwa. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk Kota lain di Sumatera Utara. Hal ini memperlihatkan dalam
sebulan saja bertambah 100 lebih orang dengan gangguan psikotik di Kota
Medan. Jika dihitung dari luas Kota Medan, berarti setiap 0,9 per mil dari jumlah
secara khusus belum ada namun, tempat untuk penderita gangguan psikotik yaitu,
di Rumah Sakit Sembada yang berada di Padang Bulan. Namun, di kota-kota lain
menangani masalah sosial yang tersulit, ini dilihat dari banyaknya gelandangan
jumpai dijalanan, trotoar, dan tempat umum. Dimana Kota Medan dengan jumlah
kelurahan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, ada beberapa titik/
tempat yang sering dilewati oleh gelandangan psikotik bahkan ada yang setiap
harinya selalu disana. Adapun tempat yang selalu ada gelandangan psikotik, yaitu
Kelurahan Petisah Tengah. Saat ini tidak diketahui secara pasti jumlah
Medan Perjuangan, dan Medan Petisah yang sering terlihat atau menetap di titik
hidup yang lebih baik lagi sama seperti kita. Salah satu penyebab gelandangan
hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia
terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau
kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula
mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan
jelas dan mereka sudah tidak lagi mementingkan mengenai norma dan kebiasaan
yang ada dalam masyarakat, tidak heran jika mereka selalu bertindak sesuka
mereka tanpa memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa di kontrol
jika sedang marah. Dari sikap para gelandangan psikotik itu yang dianggap
masyarakat tidak wajar dan meresahkan dimana sebagian dari para gelandangan
warung nasi dan apabila tidak dikasih ada yang marah - marah dan tidak mau
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
rangka:
rangka meningkatkan konsep -konsep, teori –teori dan bahan kampus pada
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
4. Sistematika Penulisan
1. Landasan Teoritis
3. Kerangka Pemikiran
4. Defenisi Konsep
5. Definisi Operasional
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
A. Temuan Umum
3. Keterbatasan Penelitian
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau
tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat otomatis seperti refleksi dan reaksi
emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali ”. Dalam kamus lengkap
Psikologi disebutkan bahwa, “Response (respon) adalah sebarang proses otot atau
kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti satu jawaban,
khususnya jawaban dari pertanyaan tes atau kuesioner, baik yang jelas kelihatan
yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau
Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku atau
perbuatan seseorang. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai
hasil atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam hal ini yang
informasi dan menafsirkan pesan. Segala sesuatu yang pernah kita alami akan
8
Universitas Sumatera Utara
selalu meninggalkan jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak itulah
yang dapat timbul kembali dan berperan sebagai sebuah tanggapan atau bisa
kesan dari apa yang telah kita amati dan kenali. Selama tanggapan –tanggapan itu
perasaan, kecurigaan dan prasangka, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang
suatu hal yang khusus. Diketahui bahwa pengungkapan sikap dapat melalui :
2. Penilaian.
atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat yakni cenderung menyenangi,
positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang
suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci
objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu:
rangsangan fisik.
1. Respon positif
2. Respon Negatif
atau sekelompok orang, yang mana mereka menanggapi dengan skeptic dan
suatu tempat dan saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur. Suatu
2. Ralp Linton
jelas.
3. John J. Macionis
jelas.
4. Soerjano Soekanto
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu, interaksi social dan
komunikasi.
masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata
Latin Socius , berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata
(1999: 6), masyaraka tatau Society merupakan manusia sebagai satuan sosial dan
suatu wilayah baik langsung maupun tidak langsung saling berhubungan sebagai
solidaritas karena latar belakang sejarah, politik ataupun kebudayaan yang sama.
pokok, yaitu:
Dalam konsepnya tidak ada masyarakat maka tidak ada budaya, begitupun
proses penyesuaian.
dari dalam masyarakat itu sendiri. Contohnya: dalam suatu penemuan baru
dan bekerja sama di antara ahli dan ini akan melahirkan interaksi. Interaksi
ini boleh saja berlaku secara lisan maupun tidak dan komunikasi berlaku
hal ini pemimpin adalah terdiri daripada ketua keluarga, ketua kampung,
ketua negara dan lain sebagainya. Dalam suatu masyarakat Melayu awal
berdasarkan keturunan.
berbagai kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan. Selain itu
masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar
Titik ukur dalam menentukan respon dalam penelitian ini diambil dari Steven
bagian:
terhadap sesuatu.
2.1.3.1 Persepsi
bahasa Latin perception yang artinya menerima dan mengambil. Menurut Leavie
dalam Sobur, persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu
persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat pada suatu objek yang
berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
sederhana.
laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah
tersembunyi.
2.1.3.2 Sikap
keyakinan tentang suatu yang bersifat relatif konstan pada perasaan tertentu dan
kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal-hal yang dianggap benar atau salah
terhadap obyek atau situasi tertentu. Pembentukan sikap tidak terjadi dengan
(Walgito, 2007:57).
senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai
yang dimiliki.
2.1.3.3 Partisipasi
mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang-
orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang aktifitas dan inisiatifnya dalam
Partisipasi dapat timbul dengan melihat persepsi, sikap dan respon. Adanya
membangun.
masyarakat.
terbatas.
artian orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap.
Mereka hidup di bawah-bawah kolong jembatan dan mereka makan dari hasil
mengemis atau mengais dari sisa-sisa sampah yang bisa untuk dimakan.
sebab mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka
gelandangan psikotik ini mereka sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas dan
mereka sudah tidak lagi mementingkan mengenai norma dan kebiasaan yang ada
dalam masyarakat, selain itu juga mereka sudah tidak memiliki rasa malu dan
memiliki amarah yang tidak bisa di kontrol jika sedang marah (Kartono, 1981:
115).
Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa
jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi
keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas penderita penyakit
pelayanan medis.
b. Sikapnya masih sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas, marah tanpa
ada sebabnya.
c. Pribadinya tidak stabil, responnya kurang tepat dan tidak dapat untuk
dipercaya.
pada pusat susunan syaraf dan psikotik yang di sebabkan oleh kondisi fisik,
c. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh dan kembang seorang
individu.
1. Skizofrenia
proses pikir dan emosi. Pada umumnya gejala yang muncul adalah halusinasi
dengar, paranoid atau waham, cara berfikir kacau, dan disertai disfungsi sosial.
Gejala yang muncul biasa dalam usia dewasa muda, dengan prevalensi global 0,3
2.Gangguan Delusi
Gangguan delusi merupakan kondisi pikiran yang berisi lebih dari satu
dimunculkan dalam bentuk nyata misalnya pikiran bahwa dirinya dilukai oleh
pada skizofrenia namun juga bisa berdiri sendiri sebagai diagnosis delusi.
nyata, sehingga orang juga akan mempercayai apa yang dikatakan melalui
ekspresinya yang meyakinkan. Kondisi delusi ini tidak tampak abnormal dan
tampak seperti orang pada umumnya. Delusi juga bisa muncul akibat kondisi
medis dan berlangsung beberapa waktu saja. Delusi memiliki macam-macam jenis
yaitu:
kedudukan tinggi.
Tuhan.
dari luar.
mukjizat.
Selain tipe-tipe diatas, penderita campuran juga ada yaitu penderita yang
memiliki lebih dari satu jenis delusi diatas. Hal itu memungkinkan gejala yang
yaitu dalam satu hari atau satu bulan saja. Ciri-ciri gangguannya hampir sama
stressor yang signifikan bisa satu atau beberapa misalnya trauma bencana,
kehilangan orang yan disayangi. Gangguan ini juga bisa terjadi pada sindrom
4.Gangguan Skizofreniform
perilaku abnormal mirip skizofrenia. Gangguan ini terjadi kurang dari enam bulan
skizofreniform ini yaitu pikiran aneh, ketidakmampuan emosi, pola bicara yang
1. Skizofrenia, yaitu:
sifat manusia yaitu alami, namun belum ada teori resminya hingga saat ini.
lebih baik daripada yang lebih banyak dikritik oleh orang tuanya. Faktor
lainnya yang memiliki peranan penting juga seperti isolasi sosial, disfungsi
kehilangan orang yan disayangi. Gangguan ini juga bisa terjadi pada
4.Gangguan Skizofreniform,yaitu:
2.1.5 Kemiskinan
dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu
proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang
atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak
kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang
dianggap layak sesuai dengan harkat dan matabatnya sebagai manusia (Siagian,
2012:2-3).
dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan sumber daya
tingkat kehidupan yang berada di bawah standard kebutuhan hidup minimum agar
1. Penelitan yang dilakukan oleh Andini Hening Safitri, dkk pada tahun 2017
perwakilan dan kepemimpinan dalam tim, serta budaya dan nilai bersama.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sucipto pada tahun 2013 yang berjudul
Sungai Penuh”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari tahun ke tahun
yang membuat para penderita psikotik menderita dan ada yang dipasung dan
ini menunjukkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh mantan penderita
berarti dan mereka memandang dirinya tidak disukai oleh semua orang.
berusaha dan bekerja keras demi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Tidak
hanya itu, akibat dari kemiskinan juga banyak membuat orang stres dan akhirnya
tinggal di jalan-jalandan tempat umum. Tidak hanya itu kondisi mereka yang
tidak layak dan jauh dari kata normal membuat banyak masyarakat yang takut dan
yang bersikap diskriminasi dan tak jarang melakukan para gelandangan psikotik
Pada hakekatnya setiap manusia memiliki hak untuk hidup yang lebih baik.
mereka. Memang tak bisa kita pungkiri stigma negatif kita terhadap gelandangan
psikotik selalu membuat kita selalu merasa aneh dengan tindakan yang mereka
psikotik yang ada di Kota Medan sebagai kota metropolitan dengan segudang
ResponMasyarakatTerhadapMenjam
urnyaGeladanganPsikotik
Di Kota Medan
Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138). Dalam hal ini, peneliti ingin
konsep yang menjadi batasan-batasan yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut:
1. Respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus
tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu kontak
sosial dan komunikasi. Dalam hal ini yaitu masyarakat yang ada di Kota
Medan.
dalam penelitian ini adalah respon masyarakat yang terdiri dari, persepsi,
gelandangan psikotik.
pemanfaatan pada
suatu fenomena
tertentu
psikotik adalah
sebab 1. Positif
sehingga mereka
hidup mengembara,
berkeliaran, atau
menggelandang di
jalanan
METODE PENELITIAN
dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk
Sunggal, Medan Perjuangan, dan Medan Petisah. Alasan peneliti memilih lokasi
penelitian ini adalah karena Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga setelah
Jakarta dan Surabaya, dan Kota Medan memiliki banyak Penyandang Masalah
yang ada di Kota Medan (Medan Sunggal, Medan Perjuangan, dan Medan
kecamatan tersebut.
32
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi Penelitian
3.3.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah 300 jiwa penduduk Kota Medan dari 3 kecamatan yaitu,
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ incidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2013:85). Dalam teknik sampling
Jumlah sampel digunakan dalam penelitian ini yaitu 100 orang masyarakat
kriteria antara lain, responden yang pernah bertemu dengan gelandangan psikotik,
sesuai dengan metode aksidental sampling yang digunakan. Selain itu untuk
penelitian kedepannya
1. Angket (Kuesioner)
likertyaitu : Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dengan masing-masing
jawaban yang telah diisi pada questioner untuk memperkuat dan memperjelas
2. Observai
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
3. Dokumentasi
Teknik analisis data yang digunakan adalah tenik analisis data deskriptif
data yang didapat melalui keterangn responden, kemudian diacari frekuensi dan
kedalam tiga kategori. Pemberian skor data dilakukan mulai respon yang negatif
pemberian skor dengan tiga variabel, yaitu, persepsi, sikap dan partisipasi dan dari
persepsi, sikap dan partisipasi adalah positif atau negatif dengan menentukan
Maka dapat ditentukan kategori persepsi, sikap dan partisipasi adalah positif
atau negatif dengan adanya batasan lain yang telah diperoleh sebagai berikut:
dari 21 (dua puluh satu) Kecamatan dengan 151 (seratus lima puluh satu)
kelurahan yang terbagi dalam 2001 (dua ribu satu) lingkungan. Secara
dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Timur dan Selatan.
merupakan salah satu jalur lalu lintas laut terpadat di dunia. Adapun mengenai
• Sebelah Selatan : Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang.
Secara geografis Kota Medan terletak diantara koordinat 2o 27’-2o 47’ Lintang
Utara dan 98o 35’-98o 44’ Bujur Timur. Kota Medan terletak di posisi pantai
demikian, Kota Medan termasuk salah satu daerah yang memiliki potensi
laut.Kemiringan lahan kota ini sebahagian besar di dominasi dataran rendah yang
37
Universitas Sumatera Utara
berada di bagian Utara kota dan sebahagian landai atau agak miring yang berada
pada bagian Selatan kota. Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah
menyebabkan pada beberapa kawasan cukup sulit untuk membuang air limpasan
hujan dengan cepat, sehingga sering menjadi potensi langganan genangan/ banjir.
Oleh karena itu, salah satu kebutuhan dasar infrastruktur kota yang harus
Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang
berarti tanah lapang atau tempat yang luas, teradopsi ke Bahasa Melayu. Hari jadi
Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 dan pada mulanya ditetapkan
jatuh pada tanggal 1 April 1909. Tetapi tanggal ini mendapat bantahan yang
cukup keras dari kalangan pers dan beberapa orang ahli sejarah karena itu, Wali
kota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian
dan penyelidikan.
342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani dibentuklah
Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua adalah Prof. Mahadi,
SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya antara lain Ny. Mariam
kepanitiaan ini dikeluarkan lagi Surat Keputusan Walikota madya Kepala Daerah
Letkol. Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs.Payung
antara lain Drs.M.Hasan Ginting, Ny. Djanius Djamin, SH, Badar Kamil, BA dan
Mas Sutarjo. Untuk sementara disebutlah nama Guru Patimpus sebagai pembuka
sebuah kampung di pertemuan dua sungai babura dan sungai deli, disebuah
Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Jikapun ada, konon pernah ada manuskrip
Pustaha Hamparan Perak yang konon menyebut nama Guru Patimpus, meski
manuskrip itu tidak pernah dilihat keberadaannya oleh tim perumus. Maka
Wali kota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk
Sesuai dengan hal itu oleh Walikota madya Kepala Daerah Tingkat II
oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret
tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan dan mencabut Hari Ulang
Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap tahunnya pada waktu-
waktu sebelumnya. Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli,
Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan
di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang,
Indonesia). John Anderson, orang Eropa asal Inggris yang mengunjungi Deli pada
tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini
sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-
Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota,
ibukota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar
secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan
ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,
dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo
25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir
2,943,677
3,000,000
2,763,632
2,800,000
2,468,821 2,477,061 2,478,145
2,600,000
2,400,000
2,200,000
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
lokal multikulturalisme.
d. Mewujudkan tata ruang kota yang konsisten serta didukung oleh ketersediaan
4.5.1 Sekolah
1. SD : 827 Sekolah
untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat medan dan luar medan.
Hal itu terlihat dari total jumlah Rumah Sakit yang tersedia sebanyak 130 rumah
Amplas.
motor) yang dapat ditemukan hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak
biasa (becak dayung), becak motor dapat membawa penumpangnya kemana pun
di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia angkutan umum berbentuk
bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa, yang memudahkan becak Medan
dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar
sepeda atau sepeda motor biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain
ini mengambil desain dari sepeda motor gandengan perang Jerman di Perang
Dunia II.
Sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako. Sudako pada
500cc. Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian
penumpang di depannya.
Trayek pertama kali sudako adalah "Lin 01", (Lin sama dengan trayek)
yang menghubungkan antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan
lagi karena faktor usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti Toyota
Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari
Bemo kemudian digantikan oleh bajaj yang juga berasal dari India, yang di
Kereta api juga merupakan transportasi yang ada di Kota Medan. Kereta api
pembangunannya.
a. Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza, digabung menjadi satu dengan
Petisah.
apartemen.
j. Perisai Plaza, sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan.
Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai tempat grosir
menjadi The Club Store. Setelah direnovasi, plaza ini berganti nama
menjadi Mall The Club Store. Dan akhirnya berganti nama menjadi
Brastagi Mall.
o. Prima City Plaza dikenal sebagai City Plaza adalah plaza pertama di Kota
Medan, berlokasi di Jalan Surabaya dan kini telah berubah menjadi hotel.
lama tutup.
q. Juwita Mall bisa disebut sebagai mall pertama di Kota Medan, berdiri
r. Ringroad City Walks terletak di kawasan Jl. Ringroad dan diresmikan pada
tahun 2015.
a. Pusat Pasar, salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada
mayur.
modern. Tak heran jika sekarang tampilannya tidak kumuh dan becek
d. Pasar Simpang Limun, salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan
Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis. Saat ini sedang dalam tahap
penataan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas akibat kesibukan pasar ini.
f. Pasar Timah, merupakan terusan dari Pasar Besi yang lebih akrab disebut
juga Pajak Besi. pasar ini menjulang sepanjang jalan Timah dari jalan Besi
Medan Area.
pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas
setelah Pasar Simalingkar dan Jl. Pancing. Pasar Simpang Melati ramai
i. Pasar Ikan Lama, pasar ini tidak menjual ikan, pasar ini memasarkan
tekstil yang cukup terkenal, bahkan tak jarang dijadikan sebagai objek
j. Pasar Pagi Tanjung Rejo, pasar ini terletak di Jalan Setia Budi
k. Pasar Marelan, Terletak di Jl. Marelan Raya Pasar V. Pasar Ini cukup
ramai dan macet dan jalannya pun banyak yang rusak hingga berlubang.
l. Pasar Pagi Labuhan, letaknya strategi berada di jalan K.L. Yos Sudarso
KM. 17 dan Jl. Syahbuddin Yatim (kalau jalan dari tugu sei nunang).
Medan
di Medan. Orang Medan biasanya menyebut Pasar dengan sebutan Pajak seperti
menyebut Pajak Petisah, Pajak Ikan Lama, Pajak Besi, dll sehingga orang dari
luar daerah Kota Medan kadang bingung dengan mengira merujuk kepada kantor
Dinas Perpajakan.
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
antara lain sebagai berikut, usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir,
alamat dan pekerjaan guna untuk menjawab permasalahan penelitian yang lebih
akurat.
1 <=30 58 58,0
2 >30 42 42,0
BerdasarkanTabel 5.1 dapat dilihat variasi usia dari responden dari usia
kurang dari 30 tahun sampai lebih dari 30 tahun. Responden yang berusia kurang
dari 30 ada sebanyak 58 orang, sedangkan responden yang berusia lebih dari 30
ada sebanyak 42 orang. Responden dari penelitian ini berdasarkan usia produktif
52
Universitas Sumatera Utara
(15 – 60 tahun ), dan usia dari responden dari penelitian lebih mayoritas kurang
daripada 30 Tahun.
1 Laki-laki 50 50,0
2 Perempuan 50 50,0
dan responden perempuan sama banyaknya. Pada penelitian ini tidak ditentukan
yang menjadi responden laki-laki ataupun perempuan ini dilihat dari metode
Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan
1.068.659 perempuan.
1 Islam 57 57,0
2 Khatolik 19 19,0
3 Kristen 23 23,0
4 Hindu 1 1,0
19 orang (19,0 persen), dan beragama Hindu sebanyak 1 orang (1,0 persen).
Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas
1 Jawa 30 30,0
3 Simalungun 15 15,0
4 Karo 8 8,0
5 Mandailing 8 8,0
7 Sunda 1 1,0
8 Melayu 1 1,0
9 Nias 1 1,0
bersuku Batak Toba sebanyak 33 orang (33,0 persen), disusul dengan suku Jawa
persen), suku Karo sebanyak 8 orang (8,0 persen), suku Mandailing sebanyak 8
orang (8,0 persen), suku Padang sebanyak 3 orang (3,0 persen), suku Sunda
sebanyak 1 orang (1,0 persen), Melayu sebanyak 1 orang (1,0 persen), dan Nias
sebanyak 1 orang (1,0 persen). Diketahui Kota Medan memiliki beragam etnis
dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh
kota.
Pendidikan
No Frekuensi Persen
Terakhir
Kota Medan. Ini dilihat dari Kota Medan dengan kualitas perguruan tinggi yang
memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik di bidangnya. Hal ini dilihat dari
yang pernah bertemu dengan gelandangan psikotik dan tepatnya masyarakat Kota
Medan Petisah.
1 Wiraswasta 15 15,0
2 Iburumahtangga 15 15,0
3 Guru 15 17,0
4 Mahasiswa 17 20,0
5 Pedagang 20 15,0
6 Supir 15 5,0
8 Penjahit 7 3,0
wiraswasta sebanyak 15 orang (15,0 persen), ibu rumah tangga sebanyak 15 orang
orang (20,0 persen), pedagang sebanyak 12 orang (12,0 persen), supir sebanyak 5
orang (5,0 persen), karyawan sebanyak 7 orang (7,0 persen), penjahit sebanyak 3
orang (3,0 persen), dan responden yang bekerja sebagai ojek online sebanyak 8
orang (8,0 persen). Jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini minoritas nya
adalah penjahit sebanyak 3 orang, dan Kota Medan memiliki banyak jenis
pekerjaan, tidak jarang kita jumpai masyakarat Kota Medan yang pekerjaannya
bervariasi.
5.2.1 Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
tanggapan yang terjadi padadiri individu dan akan segala sesuatu dalam
sebagai berikut:
di Kota Medan
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 4 4,0
setuju jika gelandangan psikotik jarang terlihat di Kota Medan, 10,0 persen
Kota Medan dan 86,0 persen responden tidak setuju jika gelandangan psikotik
jarang terlihat di Kota Medan. Ini dilihat dari responden yang tidak setuju dengan
di Tempat Umum
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 1 1,0
menyatakan kurang setuju, dan 83 orang menyatakan tidak setuju. Data tersebut
terlihat di jalanan dan tempat umum. Sedangkan, 16,0 persen menyatakan kurang
setuju jika gelandangan psikotik jarang terlihat di jalanan dan tempat umum, dan
83,0 persen menyatakan tidak setuju jika gelandangan psikotik jarang terlihat di
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 3 3,0
menyatakan kurang setuju, dan 72 orang menyatakan tidak setuju. Data tersebut
menunjukkan bahwa 3,0 persen menyetujui bahwa kondisi pakaian, fisik, dan
Sedangkan, 25,0 persen menyatakan kurang setuju jika kondisi pakaian, fisik, dan
dan 72,0 persen setuju jika kondisi pakaian, fisik, dan psikis dari gelandangan
psikotik tidak terawat dengan baik, sehingga menyebabkan kondisi pakaian, fisik
dan sikis dari gelandangan psikotik tidak terlihat wajar secara umumnya.
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 3 3,0
2 KurangSetuju 25 25,0
3 TidakSetuju 72 72,0
menyatakan kurang setuju, dan 72 orang menyatakan tidak setuju. Data tersebut
psikotik adalah faktor genetik. Sedangkan, 25,0 persen menyatakan kurang setuju
jika penyebab dari gelandangan psikotik dikarenakan faktor genetik, dan 72,0
tempat Rehabilitasi.
di Media Massa.
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 20 20,0
massa, seperti majalah, surat kabar, televisi, dan radio. Sedangkan 30,0 persen
publikasikan melalui media massa, seperti majalah, surat kabar, televisi, dan
radio. Dan 50,0 persen responden tidak setuju, jika keberadaan gelandangan
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
5,0
1 Setuju 5
15,0
2 Kurang Setuju 15
80,0
3 Tidak Setuju 80
menyatakan kurang setuju, dan 80 orang menyatakan tidak setuju. Data tersebut
menunjukkan bahwa 5,0 persen responden setuju merasa nyaman dengan kondisi
responden kurang setuju merasa nyaman dengan kondisi fisik dan penampilan dari
gelandangan psikotik dan 80,0 persen responden tidak setuju merasa nyaman
dengan kondisi fisik atau penampilan dari gelandangan psikotik. Responden yang
tidak setuju disini menyatakan bahwa kondisi fisik atau penampilan dari
Medan.
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 15 15,0
dan 55 orang tidak setuju. Data tersebut menunjukkan bahwa 15,0 persen
hal yang wajar dan sudah biasa. Sedangkan, 30,0 persen responden kurang setuju
jika keberadaan gelandangan psikotik di Kota Medan merupakan hal yang wajar
dan sudah biasa dan 55,0 persen responden tidak setuju jika keberadaan
gelandangan psikotik di Kota Medan merupakan hal yang wajar dan sudah biasa.
Medan merupakan hal yang wajar dan sudah biasa terjadi disebabkan karena
tidak seharusnya keberadaan gelandangan psikotik merupakan hal yang wajar dan
sudah biasa di Kota Medan, seperti yang dikatakan oleh salah satu dari responden
bernama Sri:
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 0 0
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa tidak ada responden yang setuju, 5 orang
menyatakan kurang setuju, dan 95 orang menyatakan tidak setuju. Data tersebut
mencuri, dan merusak. Sedangkan 5,0 persen responden kurang setuju tidak
mengganggu, mencuri, dan merusak dan 95,0 persen responden tidak setuju tidak
marah saat tidak dipenuhi maunya seperti, meminta nasi maupun uang.
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 30 30,0
psikotik di Kota Medan tidak membuat masyarakat merasa was - was atau takut.
psikotik di Kota Medan tidak membuat masyarakat merasa was - was atau takut
dan 50,0 persen responden tidak setuju jika keberadaan gelandangan psikotik di
Kota Medan tidak membuat masyarakat merasa was-was atau takut. Responden
yang tidak setuju disini disebabkan karena responden pernah merasa terganggu
merasa was - was atau takut, beberapa orang dari responden mengaku
5.2.3 Partisipasi
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 5 5,0
tidak setuju. Data tersebut menunjukkan bahwa 5,0 persen responden setuju jika
karena gelandangan psikotik tidak dapat direhabilitasi dan 85,0 persen responden
menyatakan tidak setuju disini, melihat bahwa gelandangan psikotik itu dapat
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 0 0
Tabel 5.17 menunjukkan bahwa responden tidak ada yang setuju, 10 orang
responden menyatakan kurang setuju, dan 90 orang menyatakan tidak setuju. Data
tersebut menunjukkan bahwa 10,0 persen responden kurang setuju, jika responden
Jawaban
No Frekuensi Persen
Responden
1 Setuju 10 10,0
responden kurang setuju, dan 70 orang responden tidak setuju. Data tersebut
menunjukkan bahwa 10,0 persen responden setuju jika responden bertemu dengan
20,0 persen responden kurang setuju jika responden bertemu dengan gelandangan
psikotik dijalanan, maka responden merasa empati dan memberi makanan dan
70,0 persen responden tidak setuju jika responden bertemu dengan gelandangan
makanan kepada gelandangan psikotik tersebut. Ini dilihat dari responden yang
telah di jawab oleh responden maka, pada bagian ini variable yang sama akan
skalalikert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatife menuju
responpositif, yakni:
tiga variable, yaitu: persepsi, sikap dan partisipasi. Dari jawaban responden
yang telah dianalisis, kemudian dapat diklarifikasi apakah persepsi, sikap, dan
H–L
i=
1 – (-1)
i=
i=
= 0,66
Keterangan:
i = Interval Kelas
H = Nilai Tertinggi
L = Nilai Terendah
K = Banyak Kelas
respon negatif dapat dilihat dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:
Medan
psikotik merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel
persepsi (VI) merupakan hasil rata-rata VI = ∑ skor variabel: (hasil jumlah sub
variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel persepsi ada 5 sub variabel
psikotik termasuk respon negatif, netral dan positif, maka dilakukan analisis
dengan memberikan skor -1 pada respon negatif, skor 0 untuk respon netral dan
skor 1 untuk respon positif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil akhir
dapat dilihat apakah persepsi negatif, netral dan positif dengan batasan nilai pada
skala likert.
= -342:(5X100)
-342:500
= -0,7
Keterangan:
Medan. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak setuju jika gelandangan
psikotik jarang terlihat di jalanan dan responden tidak setuju jika kondisi fisik
Medan
ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sikap
(V2) merupakan hasil rata-rata V2 = ∑ skor variabel : (hasil jumlah sub variabel
dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel sikap ada 4 sub variabel (lihat
psikotik termasuk respon negatif, respon netral dan respon positif, maka dilakukan
analisis dengan memberikan skor -1 pada respon negatif, skor 0 untuk respon
netral dan skor 1 untuk respon pisitif. Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap
negatif, netral atau positif dengan batas nilai pada skala likert.
= -187: (4x100)
= -187:400
= -0,5
Keterangan:
Kota Medan
psikotik ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel
(3 x 100).
psikotik termasuk respon negatif, respon netral dan respon positif, maka dilakukan
analisis dengan memberikan skor -1 pada responden negatif, skor 0 untuk respon
netral dan skor 1 untuk respon positif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah sikap negatif, netral atau positif dengan batasan
= -132 : (3 x 100)
= -132 : 300
= -0,44
Keterangan:
memiliki partisipasi negatif terhadap gelandangan psikotik di Kota Medan. Hal ini
skala likert, maka dapat dilihat rata-rata respon masyarakat terhadap menjamurnya
gelandangan psikotik di Kota Medan adalah negatif dengan nilai sebagai berikut:
Jadi, hasil persepsi + hasil sikap + hasil partisipasi dibagi dengan banyak kelas,
〱𝟏𝟏+𝑽𝑽𝟐𝟐+𝑽𝑽𝟑𝟑
= 𝟑𝟑
−𝟎𝟎,𝟕𝟕+−𝟎𝟎,𝟓𝟓+−𝟎𝟎,𝟒𝟒𝟒𝟒
=
𝟑𝟑
_𝟏𝟏,𝟔𝟔𝟒𝟒
= 𝟑𝟑
= -0,54
Kota Medan adalalah negatif karena, berada diantara -1 sampai dengan -0,33.
gelandangan psikotik.
6.1 Kesimpulan
1. Persepsi
Medan adalah
2. Sikap
adalah
skala likert, maka dapat dilihat secara rata-rata respon masyarakat terhadap
nilai:
𝑯𝑯𝒂𝒂𝒔𝒔𝒊𝒊𝒊𝒊 𝑷𝑷𝒆𝒆𝒓𝒓
=
6.2 Saran
Davidson, G, dkk. (2002). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hawai, Dadang. (2001). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Kartono, Kartini. (1981). Patalogi Sosial. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian, Matias. (2011). Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT. Grasindo Monoratama.
Soekanto, Soerjano. (2003). Sosiologi Suatu Pengetahuan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
SumberJurnal:
Zania (2007), Faktor Pentyebab dan Proses Terjadinya Gangguan Mental, Dapat
diakses di https://syzania wordpress.com/2017/08/30/faktor-penyebab-dan-
proses-terjadinya-gangguan-mental/. Dilihat pada tanggal10 Mei 2018 pada
pukul 12:16 WIB.