Anda di halaman 1dari 3

No.

: 308/PERADI/DPN/VII/2021 Jakarta, 7 Juli 2021

Kepada :
Pemerintah Daerah DKI Jakarta
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8-9
Jakarta Pusat 10110

Up. Yth. Gubernur DKI Jakarta

Dengan hormat,

Hal : Permohonan Profesi Advokat Sebagai Sektor Esensial

Pertama-tama kami menyampaikan apresiasi yang tinggi dan ucapan terima kasih
atas berbagai upaya yang telah dijalankan Pemda DKI Jakarta dalam
menanggulangi pandemi Covid-19. Untuk itu, kami mendukung penuh segala
kebijakan dan upaya yang telah dijalankan Pemda DKI Jakarta dalam mengatasi
pandemi Covid-19 beserta dampaknya.

Kami menyadari sepenuhnya diperlukan kerjasama dan dukungan semua pihak


termasuk elemen masyarakat dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Namun
demikian sebagai institusi yang mengelola profesi Advokat sesuai amanah Undang-
Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU No. 18/2003), kami menyadari
terdapatnya kendala bagi profesi Advokat bilamana ditetapkan sebagai Sektor Non
Esensial. Oleh karenanya dalam kesempatan ini kami mengajukan permohonan
agar berkenan kiranya profesi Advokat ditetapkan sebagai Sektor Esensial dengan
pertimbangan sebagai berikut:

1. Dalam kebijakan PPKM Darurat, Pengadilan, Kejaksaan dan Kepolisian


ditetapkan sebagai Sektor Esensial (maksimal 25% WFO dengan protokol
kesehatan secara ketat), yang berarti aktifitas persidangan dan penyidikan tetap
berjalan sehingga keberadaan Advokat sebagai Penasihat/Kuasa Hukum
diperlukan dalam semua proses hukum tersebut.

2. KUHAP mengamanatkan pendampingan yang bersifat wajib terhadap perkara


dengan tuntutan di atas 15 tahun dan bagi masyarakat tidak mampu dengan
tuntutan di atas 5 tahun (Pasal 56), dimana ketidakhadiran Advokat
menyebabkan proses hukum atau persidangan menjadi cacat hukum dan tidak
dapat dilanjutkan.

3. Sebagai referensi pada masa PSBB tahun 2020, profesi Advokat diperlakukan
sama dengan unsur penegak hukum lainnya sebagaimana Surat Pengecualian
SIKM yang diterbitkan oleh Pemda DKI Jakarta (copy terlampir). Hal mana
sesuai ketentuan Pasal 5 Ayat 1 UU No. 18/2003 dan penjelasannya yang
menetapkan Advokat sebagai penegak hukum dan merupakan perangkat proses
peradilan serta berkedudukan setara dengan penegak hukum lainnya.
4. Penetapan profesi Advokat sebagai Sektor Non Esensial kiranya dapat
mengganggu proses hukum yang berjalan di Pengadilan, Kejaksaan dan
Kepolisian serta merugikan kepentingan masyarakat pencari keadilan. Demikian
juga dalam menjalankan tugas profesi tidak dapat dilakukan secara WFH 100%
karena terdapatnya administrasi surat-menyurat (diantaranya penerimaan
relaas panggilan sidang dan pemberitahuan putusan pengadilan), riset
kepustakaan, penyiapan dokumen jawab-jinawab/pembelaan serta pengajuan
upaya hukum yang dibatasi tenggang waktu menurut undang-undang.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kami memohonkan agar kiranya


profesi Advokat dapat ditetapkan sebagai Sektor Esensial Pelayanan Publik dengan
maksimal 25% WFO dan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Demikian permohonan ini diajukan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami


ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Advokat Indonesia

Prof. Dr. Otto Hasibuan, S.H., M.M. Dr. H. Hermansyah Dulaimi, S.H., M.H.
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

C.c. : - Yth. Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta


- Yth. Kakanwil Kumham DKI Jakarta
- Yth. Kajati DKI Jakarta
- Yth. Kapolda Metro Jaya
- Yth. Kasatpol PP DKI Jakarta

Lampiran : surat Pemda (DPMPTSP) DKI Jakarta No. 4876/-072.2 tanggal 8 Juni
2020.

Anda mungkin juga menyukai