PENDAHULUAN
1
2
6
7
2. Penggolongan
Dalam dunia farmasi obat dikelompokkan menjadi beberapa
golongan, yaitu:
A. Penggolongan obat berdasarkan jenis menurut (BPOM:
2015):
1) Obat bebas
P.No.1 P.No. 2
P.No. 3 P.No .4
P.No. 5 P.No. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan
ditelan
4) Obat Narkotika
a. Sistemik:
Obat / zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
b. Lokal:
Obat / zat aktif yang hanya berefek / menyebar /
mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut
berada, seperti pada hidung, mata. dan kulit.
C. Macam-macam sediaan obat
Macam-macam sediaan obat menurut (Syamsuni: 2006):
1) Pulvis (serbuk tak terbagi), merupakan campuran kering
bahan obat atau zatkimia yang dihaluskan, untuk
pemakaian ora l/ dalam atau untuk pemakaian luar.
Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang relative
tidak paten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan
beberapa jenis analagetik tertentu, dan pasien dapat
menakar secara aman dengan sendok the atau penakar
lainnya. Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi
dan serbuk tabur yang keduanya digunakan untuk
pemakaian luar.
2) Pulveres (serbuk terbagi), merupakan serbuk yang
dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.
3) Compressi (Tablet), menurut FI ed IV, tablet adalah
sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.
4) Pillulae (PIL), menurut FI ed. III ialah suatu sediaan
berupa masa untuk bulat mengandung satu atau lebih
bahan obat yang digunakan untuk obat dalam dan
bobotnya 50-300 mg per pil.
5) Capsule (Kapsul), adalah bentuk sediaan padat yang
terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
11
tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang
sesuai.
6) Unguenta (salep), menurut FI ed. III adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
7) Solutiones (Larutan), merupakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air.
8) Suspentiones (Suspensi), adalah sediaan cair yang
mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi kedalam fase cair.
9) Emulsiones, Emulsa (Emulsi), adalah system dua fase,
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain
dalam bentuk tetesan kecil.
10) Aerosolum (Aerosol), adalah sediaan yang mengandung
satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi
tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang
cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat
digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan
menggunakan propelan yang cocok.
11) Galenica (Galenika), merupakan sediaan yang dibuat
dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan
yang disari.
12) Extractum, merupakan sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
13) Infusa, merupakan sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia dengan air suhu 90˚C selama
15 menit.
14) Immunosera (Imunoserum), merupakan sediaan yang
mengandung imunoglobin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian.
12
c. Sub lingual
Obat ditaru dibawah lidah, tidak melalui hati sehingga tidak inaktif,
dari selaput di bawah lidah langsung kedalam aliran darah,
sehingga efek yang dicapai lebih cepat, misalnya: pada pasien
serangan jantung dan asma, keberatannya kurang praktis untuk
terus menerus dan data merangsang selaput lender mulut, hanya
untuk obat yang bersifat lipofil, bentuknya tablet kecil atau spray,
contoh: isosorbid tablet.
d. Bucal
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi, obat langsung masuk
kedalam aliran darah, misalnya obat untuk mempercepat kelahiran
bila tidak ada kontraksi uterus, contoh: sandopart tablet.
e. Injeksi adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau
menembus kulit / selaput lender. Suntikan atau injeksi digunakan
untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam – macam jenis suntikan:
a. Subkutan / hypodermal (s.c): penyuntikan di bawah kulit.
b. Intra muscular (i.m): penyuntikan dilakukan kedalam otot.
c. Intra vena (i.v): penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh
darah vena.
d. Intra arteri (i.a): penyuntikan kedalam pembuluh nadi
(dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada
penderita kanker hati).
e. Intra cutan (i.c): penyuntikan dilakukan di dalam kulit.
f. Intra lumbal: penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang
belakang (sumsum tulang belakang)
g. Intra peritoneal: penyuntikan kedalam ruang selaput (rongga)
perut.
h. Intra cardial: penyuntikan kedalam jantung.
i. Intra pleural: penyuntikan kedalam rongga pleura.
j. Intra articuler: penyuntikan kedalam celah–celah sendi.
14
dr. Supriyadi
SOP No. 228/K/84
Jln. Budi Kemuliaan No.8A
No.Telp 4265
Jakarta
9 September 2009
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCL 20 mg
C. T. M 4 mg
m.f. pulv. Dtd no. XV
da in caps
S.t.d.d. caps I
Tanda Tangan Dokter
6. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh
berubah, misalnya:
Codein, tidak boleh menjadi Kodein.
Chlorpheniramine maleate,tidak boleh menjadi Klorfeniramine
maleate
Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F.
7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis
volume sediaan sesudah bentuk sedíaan.
8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi,
sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte.
9. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun
kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.
10. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
11. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran
sendok dengan signa bila genap ditulis angka.
4. Kesalahan Peresepan
Beberapa kesalahan dalam penulisan resep masih banyak
ditemukan dalam praktek sehari-hari seperti kurangnya informasi yang
diberikan, tulisan yang buruk sehingga menyebabkan kesalahan
pemberian dosis dan rute obat, serta peresepan obat yang tidak tepat.7
Berikut beberapa masalah yang sering muncul dalam penulisan resep
antara lain:
1. Kegagalan dokter dalam menyampaikan informasi penting seperti :
Peresepan obat, dosis atau rute sesuai dengan yang diinginkan.
Penulisan resep yang tidak terbaca karena tulisan tangan buruk.
Menulis nama obat dengan singkatan atau nomenklatur yang tidak
standar
Menuliskan permintaan obat yang ambigu.
Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat
tersebut.
Lalai menulis rute pemberian obat yang dapat diberi lebih dari satu
rute.
18
c. Daftar isi
d. Infromasi tentang prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat
e. Sediaan yang diterima di rumah sakit mencakup daftar obat yang
ditambah atau ditiadakan sejak edisi terakhir.
Buku formularium harus didistribusikan dan disosialisasikan
kepada semua staf medik rumah sakit, termasuk pimpinan rumah sakit,
komite rumah sakit. Komposisi formularium: halaman judul, daftar
anggota PFT, daftar isi, informasi tentang kebijakan dan prosedur,
produk yang diterima, lampiran (Depkes RI. 2004).
3. Isi Formularium
Isi formularium menurut (Depkes RI. 2004). meliputi:
a. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat
yang meliputi:
- Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan obat
dan prosedur untuk menambah obat baru dalam formularium.
- Uraian singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk anggota-
anggotanya, tanggungjawab dan kegiatannya.
- Peraturan rumah sakit tentang penulisan resep, peracikan dan
pemberian obat mencakup penulisan order obat, singkatan,
prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan terapetik,
penghentian obat secara otomatis, order obat secara lisan,
penggunaan obat sendiri oleh penderita, obat sendiri yang dibawa
sendiri dari rumah, dan lain sebagainya.
- Prosedur pelayanan kefarmasian, misalnya jam kerja IFRS
(Instalasi Farmasi Rumah Sakit), kebijakan pemberian obat untuk
penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur distribusi,
obat untuk rawat inap dan lain-lain.
b. Daftar sediaan obat
Daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Daftar obat yang dimasukkan kedalam
formularium dapat disusun berdasarkan abjad, menurut nama- nama
generic obat, penggolongan terapi atau kombinasi keduanya.
23
Informasi pada tiap-tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat aktif
utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara penggunaan obat,
bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran jumlah dalam
kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan,
meliputi rentang dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya.
c. Informasi Khusus
Meliputi daftar produk nutrisi, tablet kesetaraan dosis dari
obat-obat yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi
parenteral baku, pedoman perhitungan dosis bagi ana-anak, komposisi,
tablet kandungan natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas
gula, isi kotak obat darurat, informasi pemantauan dan penetapan
kadar secara farmakokinetik, formulir untuk permintaan obat non
formularium, formulir pelaporan reaksi obat merugikan, tablet
interaksi obat, informasi pengendalian keracunan, pembawa baku atau
pengencer untuk injeksi, komposisi elektrolit untuk sediaan parenteral
volume besar.
4. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan formularium menurut (Depkes RI. 2004).
meliputi:
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu
dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka
mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung system formularium yang diusulkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi.
3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang
ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai system
formularium yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di
Instalasi Farmasi.
24
3. Formularium Nasional
Formularium Nasional merupakan daftar obat
terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di
1. Obat
instalasi pelayanan kesehatan dalam rangka
Obat merupakan zat yang
pelaksaan Jaminan Kesehatan Nasional
digunakan untuk pencegahan dan
4. Formularium Rumah Sakit
penyembuhan penyakit serta pemulihan
Formularium Rumah Sakit adalah daftar obat
dan peningkatan kesehatan bagi
yang disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi
penggunanya
(TFT) dan disepakati oleh staf medis serta
mengacu kepada formularium nasional, yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pimpinan
5. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah
suatu bagian unit/devisi atau fasilitas di rumah
sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri.
Evaluasi Kesesuaian
penulisan resep dengan
Formularium rumah sakit
Keterangan:
: Diteliti
: Pengaruh/ Hubungan
29
30
Keterangan:
- n : Ukuran sampel
- N : ukuran populasi
- e : tingkat kesalahan
31
Hasil ukur:
Patuh : 100% sesuai dengan formularium rumah sakit
Tidak Patuh : < 100% sesuai dengan formularium rumah sakit
Random Sampling
Menghitung persentasi
kesesuaian penulisan resep
Sampel
dengan formularium
Evaluasi kesesuaian
Analisis Data penulisan resep dengan
formularium rumah sakit
Gambar 3.2 Kerangka Kerja
33
Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), (2015), Peduli Obat dan Pangan
Aman.
Depkes RI, (2008), Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Jas A. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi ke-2. Medan:
Universitas Sumatera Utara Press; 2009.
34
35
Kemenkes RI, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
(2013), Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI; 2013
Lofholm PW, Katzung BG. Chapter 65: Rational Prescribing & Prescription
Writing. Dalam: Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, editor. Basic and
Clinical Pharmacology. Edisi ke-11. United State: McGraw Hill Medical;
2009. hlm.1139 48.
Siregar, C.J.P., Lia Amalia, (2003), Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan.
Jakarta: EGC, 2003.