Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DIRI REMAJA MUSLIM PENGGUNA BAHASA

JAWA KRAMA

Witri Nur Laila


sohibrama@uin-suka.ac.id
Program Pascasarjana Magister Studi Islam

Abstrak

Penelitian ini mengkaji konsep diri remaja Muslim sehingga konsisten menggunakan
Bahasa Jawa Krama. Islam mempunyai aturan dalam bertutur sesuai dengan syari’at Islam
sehingga pribadi remaja Jawa Muslim idealnya unggul karena terikat oleh aturan agama dan
aturan budaya. Penggunaan Bahasa Jawa Krama di dalam diri remaja dapat merepresentasi
pribadi remaja Jawa muslim yang melaksanakan ajaran agama dan menghormati budaya yang
alaminya, dan bagian proses konsep diri mereka. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran
deskriptif, tetapi juga penilaian individu tentang dirinya. Konsep diri meliputi apa yang orang
pikirkan dan apa yang orang rasakan tentang dirinya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan
dengan pendekatan deskriptif analisis. Subyek dari penelitian ini adalah remaja Muslim dengan
rentang usia 16-20 tahun di Sekolah Menengah Kejuruan yang menggunakan Bahasa Jawa
Krama. Hasil dari penelitian ini, terjadinya konsistensi penggunaan Bahasa Jawa Krama pada
remaja Muslim saat ini karena kuatnya kepribadian remaja tersebut. Kepribadian yang kuat
terbentuk oleh konsep diri yang positif. Dalam bersosialisasi, menjalin hubungan dengan
individu lain, remaja yang mempunyai konsep diri positif lebih mudah beradaptasi dan mudah
diterima di setiap lingkungan yang dimasukinya.
Kata kunci: Remaja Muslim, Konsep Diri, Jawa Krama

Abstract
This research aims to describe the Moslem teenagers’ self-concept so that they use
Krama Javanese Language consistently. Islam has rule on Moslem personality building and its
also applying in Javanese community. The using of Krama Javanese Language in teenagers can
present their Moslem Javanese personality in doing religion value and respecting culture. It is
also become a part of their self-concept. The self-concept is about what they think and feel about
themselves. This research is descriptive analysis. The subject of this research is Moslem
teenagers about 16-20 years old in Vocational School who use Krama Javanese Language. The
study found out that there is consistency level in using Krama Javanese Language on Moslem
teenagers. Those are “sampurno” and “gojag-gajeg” type. “Sampurno” is used to communicate
Krama Javanese Language to everyone, even though “gojag-gajeg” only to older people. The
consistency occurs because of their strong personality. A strong personality is formed by positive
self-concept.
Keywords: Moslem teenagers, Self-concept, Krama Javanese Language

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     61  

 
PENDAHULUAN dalam berbahasa. Penggunaan bahasa untuk
berkomunikasi, dilihat dari Budaya Jawa,
dibedakan antara yang muda dan lebih tua.
Masa remaja merupakan masa yang Penggunaan bahasa dengan teman sebaya
sangat krusial dalam fase perkembangan mereka menggunakan Bahasa Jawa Ngoko
hidup manusia. Proses berkembangnya dan untuk orang yang mereka hormati
mental menjadi sangat penting bagi seorang (dituakan) menggunakan Bahasa Jawa
manusia, karena pada masa ini terbentuk jati krama inggil. Orang Jawa mengutamakan
diri manusia yang menunjukkan siapa unggah-ungguh dalam perilaku mereka
dirinya. Hal tersebut mengakibatkan sehari-hari suatu bentuk etika dalam
individu mencari-cari identitasnya kehidupan sosial Masyarakat Jawa. Bahasa
(Santrock, 2012:283). Proses pencarían dalam ajaran Islam merupakan sarana yang
identitas diri ini dipengaruhi oleh pola diciptakan Allah SWT sebagai alat dalam
pemikiran orang tersebut ketika dia membagi informasi untuk kepentingan
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, saling ber-tawasaw atau menasehati.
sehingga terbentuk konsep diri manusia Penggunaan bahasa dalam berbicara juga
yang melahirkan identitas dirinya. Identitas diatur agar tidak meimbulkan gesekan
diri seseorang berpengaruh pada sikap dan dengan orang yang diajak bicara. Rasulullah
perilakunya ketika berinteraksi dengan bersabda “Barang siapa yang beriman
lingkungan. kepada Allah dan hari akhir hendaknya
Konsep diri meliputi apa yang orang berkata baik atau diam”. Dalam Al-Qur’an
pikirkan dan apa yang orang rasakan tentang diatur tentang bagaimana cara berbicara
dirinya. Karena itu, Anita Taylor seorang Muslim berbicara, yaitu : berbicara
mendefinisikan konsep diri sebagai “all you benar (qaulan sadida), berbicara yang baik
think and feel about you, the entire complex (qaulan makrufa), berbicara mulia (qaulan
of beliefs and attitudes you hold about karima), berbicara yang lembut (qaulan
yourself” (Rakhmat, 2011:113). Semua layina), berbicara yang menggembirakan
pikiran individu dan perasaan dalam (qaulan maisura), berbicara yang
referensi untuk diri sendiri sebagai objek menyentuh (qaulan baligha). Pribadi remaja
membentuk konsep diri. Dalam kontak jawa Muslim idealnya lebih unggul karena
sosial atau berinteraksi, individu terikat oleh aturan agama dan aturan budaya.
menggunakan komunikasi. Bahasa sebagai Penggunaan Bahasa Jawa Krama dikalangan
alat komunikasi dalam pergaulan mengubah remaja bisa menjadi representasi pribadi
norma-norma interaksi sosial dan remaja Jawa Muslim yang benar-benar
memberikan bentuk baru dari presentasi diri. melaksanakan ajaran agamanya dan
Remaja membangun dirinya dengan bahasa menghormati budaya yang dianutnya.
yang mereka gunakan sehari-hari. Apa yang Bahasa Jawa dituturkan oleh
mereka harapkan dan apa yang mereka masyarakat Indonesia terutama di pulau
inginkan dalam membentuk diri atau Jawa bagian tengah dan timur. Namun, di
identitas mereka pada lingkungannya pulau-pulau yang lainnya juga terdapat
menjadi fenomena yang perlu dilihat lebih penutur bahasa Jawa. Bahkan di luar negeri
mendalam, dan seksama. pun juga terdapat penutur-penutur Bahasa
Suku Jawa merupakan suku bangsa Jawa, di antaranya negara Suriname,
terbesar di Indonesia. Penggunaan Bahasa Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura.
Jawa di tengah masyarakat Jawa khususnya, Menurut data sensus tahun 2000, penutur
berfungsi untuk berkomunikasi dengan Bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak
melihat dan memperhatikan siapa dia. 84 juta jiwa lebih. Kepala Dinas Pendidikan
Perkembangan kemajuan jaman telah Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah
mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial Istimewa Yogyakarta, Kadarmanta Baskara
pada masyarakat termasuk juga perubahan Aji mengatakan, saat ini penggunaan bahasa

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     62  

 
dan huruf Jawa kian hari kian langka. 2009:54). Konsep diri merupakan penentu
Bahkan, di Jawa, pengguna Bahasa Jawa sikap individu dalam bertingkah laku,
diperkirakan tinggal 30% dari masyarakat artinya apabila individu cenderung berpikir
Jawa. Dengan kondisi yang demikian, akan berhasil, maka hal ini merupakan
muncullah keprihatinan dan kekhawatiran, kekuatan atau dorongan yang akan membuat
utamanya dari pelaku pendidikan. Dalam individu menuju kesuksesan. Ditinjau dari
artian, pengguna Bahasa Jawa pada saat ini pembentukan konsep diri khususnya pada
tinggal sejumlah kurang lebih 25 juta jiwa. diri remaja, mereka belajar tentang dirinya
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya sendiri melalui umpan balik yang mereka
penurunan pengguna Bahasa Jawa, antara terima dari orang lain.
lain karena kemajuan teknologi dan
globalisasi yang menyebabkan mudahnya
mobilitas antarsuku sehingga lebih mudah
Remaja Muslim
menggunakan Bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi. Dalil dari penetapan umur 15 tahun
Pengguna Bahasa Jawa Krama di sebagai batas usia baligh adalah hadits yang
kalangan remaja tidak banyak, semestinya diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa
Bahasa Jawa Krama digunakan untuk Rasulullah menunjuk Ibnu Umar untuk ikut
menghormati orang yang lebih tua atau serta perang Khandaq, yang ketika itu
orang yang dituakan. Akan tetapi mereka usianya telah mencapai lima belas
lebih memilih menggunakan Bahasa Jawa tahun. Beliau pun memperbolehkan Ibnu
Ngoko ketika bercakap dengan orangtua Umar ikut, "sesungguhnya ini adalah batas
atau orang yang lebih tua, padahal dalam antara orang yang masih kecil dan sudah
Budaya Jawa dikenal adanya filsafat hidup dewasa". (Shohih Bukhori, no.2664 dan
yang menjunjung moral yaitu unggah- Shohih Muslim, no.1868). Dengan
ungguh. Namun demikian ternyata masih sempurnanya umur 15 tahun seseorang
ada sedikit remaja yang tetap konsisten sudah dihukumi mukallaf meskipun belum
menggunakan Bahasa Jawa Krama ketika pernah mimpi basah, maka hukum-hukum
berkomunikasi dengan orang tua ataupun menyangkut kewajiban ibadah dan lainnya
orang yang dituakan. mulai diberlakukan baginya. Islam
mengharapkan remaja berkembang dan
beraktivitas mengikuti pokok-pokok ajaran
Konsep diri agama yang sejalan dengan pertumbuhan
kecerdasan, pokok-pokok pikiran mereka
Konsep diri atau self concept (Yusuf, dipengaruhi oleh perkembangan keyakinan
2008:7) dapat diartikan sebagai (a) persepsi, dalam beragama. Pengertian-pengertian
keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang hal-hal yang abstrak/ghoib baru
tentang dirinya, (b) kualitas pensifatan dapat diterima oleh anak-anak apabila
individu tentang dirinya; dan (c) suatu pertumbuhan kecerdasannya telah
sistem pemaknaan individu dan pandangan memungkinkan untuk itu, remaja sudah
orang lain tentang dirinya. Dengan demikian mampu menerima dengan penganalisaan.
konsep diri dapat diartikan secara umum
sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang, perasaan Bahasa Jawa
dan pemikiran individu terhadap dirinya
yang meliputi kemampuan, karakter, Dalam pengamalannya secara umum
maupun sikap yang dimiliki individu. sehari-hari, tingkat tutur dalam Bahasa
Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu Jawa, dapat diambil kategori; (1) Bahasa
skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi Jawa Ngoko, mencerminkan makna tidak
mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk berjarak atau berjarak antara penutur dengan
menginterpretasikan pengalaman (Sarwono, mitra tutur, (2) Bahasa Jawa Krama,
Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     63  

 
mencerminkan makna penghormatan antara Tujuan dan Kegunaan Penelitian
penutur dengan mitra tutur. Bentuk Krama
sebagai wujud bentuk kebahasaan yang 1. Tujuan Penelitian
mencerminkan rasa hormat masih digunakan Untuk menganalisis bagaimana konsep
sebagai alat komunikasi dalam masyarakat diri remaja Muslim sehingga konsisten
tutur Jawa, baik secara lisan maupun tulisan. menggunakan Bahasa Jawa Krama.
Ditambahkan oleh Sundari, Bahasa Jawa
2. Kegunaan penelitian
merupakan warisan nenek monyang yang
a. Secara teoritis, penelitian ini
sangat adiluhung karena di dalamnya
diharapkan mampu memberikan
terdapat unggah-ungguh bahasa yang
penjelasan dan menganalisis
berfungsi sebagai pembentukan perilaku
beberapa teori psikologi
kehidupan manusia (Sudaryanto, 1987:3).
perkembangan.
Masyarakat Jawa juga mengenal idiom
b. Secara praktis, penelitian ini
ajining dhiri ono ing lathi, yang
diharapkan dapat menjadi referensi
melambangkan bahwa orang yang pandai
bagi pendidik dalam membentuk
bertutur dan menggunakan unggah ungguh
konsep diri siswa agar konsisten
dalam bertutur maka dia akan lebih dihargai
menggunakan Bahasa Jawa Krama
oleh lawan tuturnya. Pembicara/orang yang
sesuai dengan unggah-ungguhnya.
mengajak bicara akan menggunakan tingkat
tutur tertentu dengan mempertimbangkan
unggah-ungguh, sehingga terjadilah Teknik Analisis Data
kesantunan berbahasa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan dengan pendekatan deskriptif
analitis. Penelitian ini bermaksud untuk
Kepribadian
membahas konsep diri remaja Muslim
Menjadi (becoming) adalah istilah pengguna Bahasa Jawa Krama, sehingga
yang diciptakan oleh Gordon Allport untuk dapat mengetahui bagaimana konsep diri
menangkap proses dinamis dimana kita remaja Muslim yang berstatus pelajar
sebagai manusia mengembangkan, sekolah menengah kejuruan dapat konsisten
memodifikasi, dan memperbaiki identitas menggunakan Bahasa Jawa Krama.
pribadi kita–diri, dan konsep diri (Allport, Penelitian ini tidak hanya berhenti pada satu
2013:250). Allport menambahkan bahwa tahap alasan yang melatarbelakangi para
kepribadian merupakan organisasi dinamis remaja melakukan tindakan itu tetapi
meliputi sistem psiko-fisik yang menentukan menggali lebih jauh alasan-alasan yang
ciri-ciri tingkah laku yang tercermin dalam kemungkinan muncul dan turut serta atau
cita-cita, watak, sikap dan sifat-sifat serta bahkan menjadi alasan utamanya.
perbuatan manusia (Setyobroto, 2005:53). Metode analisis data digunakan
Kepribadian seorang manusia terlihat dari
sebagai alat untuk menganalisis remaja
cara mereka dalam bersikap, berpendapat Muslim yang menggunakan Bahasa Jawa
dan dari cara mereka berperilaku ketika
Krama juga menganalisis konteks-konteks
sedang berhadapan dengan orang lain. sosial budaya yang mengitari fenomena dan
peristiwa sosial budaya yang dialami oleh
METODOLOGI PENELITIAN remaja Muslim tersebut dalam
Rumusan Masalah menggunakan Bahasa Jawa Krama.
Aktivitas dalam menganalisis data akan
“Bagaimana konsep diri remaja Muslim penulis lakukan secara interaktif dan
sehingga konsisten menggunakan Bahasa berlangsung secara terus-menerus sampai
Jawa Krama?” data yang didapat tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     64  

 
yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan pakemnya, ketika dengan teman sebaya
kesimpulan. mereka menggunakan Bahasa Jawa Ngoko
dan ketika berhadapan dengan orang yang
lebih tua mereka menggunakan Bahasa Jawa
Krama. Selintas memang biasa, namun
HASIL DAN PEMBAHASAN ketika diperhatikan dengan seksama ketika
mereka berada dalam suatu kelompok,
mereka terlihat unik karena saat yang lain
1. Fenomena pada Remaja Muslim memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko
Pengguna Bahasa Jawa Krama dengan orang yang lebih tua atau memilih
Lingkungan pergaulan remaja menggunakan Bahasa Indonesia agar tidak
Muslim saat ini yang senantiasa berhadapan terlihat kurang sopan, Remaja Muslim
dengan kerasnya kehidupan, membuat pengguna Bahasa Jawa Krama ini mampu
mereka tumbuh dan berkembang sesuai menggunakan Bahasa Jawa Krama dengan
dengan tuntutan kebutuhan lingkungannya. sangat baik, bahkan ketika mereka berbeda
Banyak dijumpai remaja yang mengaku pendapat dengan orang yang lebih tua,
beragama Islam namun kurang menjalankan mereka tetap menggunakan Bahasa Jawa
syariat Islam, walaupun ada juga remaja Krama.
Muslim yang benar-benar menjalankan
syariat Islam. Remaja masa kini, akan
melakukan berbagai cara agar dapat
bertahan di lingkungan yang dimasukinya. 2. Konsep Diri Mendukung Remaja
Mereka akan mencari lingkungan yang Muslim Menggunakan Bahasa Jawa
sesuai dengan pribadinya, atau mereka akan Krama
berusaha keras beradaptasi dengan Pemilihan penggunaan Bahasa Jawa
lingkungannya, dengan membentuk pola Krama dalam aktivitas sehari-hari, tidak bisa
pikir baru. Menurut Piaget masa remaja lepas dari konsep diri yang dimiliki oleh
termasuk pada tahap formal operasional, orang yang menggunakannya. Konsep diri
mereka memiliki kemampuan berfikir atau adalah semua pikiran, keyakinan dan
nalar tentang sesuatu yang berada di luar kepercayaan yang merupakan pengetahuan
pengalamannya. Sehingga ia bisa individu tentang dirinya dan mempengaruhi
menentukan mana yang baik dan mana yang hubungannya dengan orang lain, dengan
buruk, benar atau salah, menentukan minat kata lain konsep diri mencakup cara
atau interes serta motivasi (Yusuf,2006:80). pandang atau penilaian seseorang terhadap
Hal ini membuat masa remaja menjadi dirinya sendiri yang kemudian
sebuah masa dimana anak sudah mulai mempengaruhi sikap dan pemikirannya
mampu untuk berbaur dengan lingkungan dalam aktivitas sehari-hari. Individu
sekitar. Anak pada fase remaja rawan memberikan penilaian dirinya melalui
terbawa arus pergaulan yang memungkinkan hubungan dan aktivitas sosial yang
pergaulan tersebut mempengaruhi terhadap dijalaninya, dimana dalam aktivitas sosial,
cara berpikir, berperilaku, juga berbicara. seseorang akan mengenal etika atau aturan
Tidak hanya pergaulan, trend juga menjadi yang ada di lingkungan yang dimasukinya,
salah satu yang mampu mempengaruhi cara yang harus ia taati agar dapat bertahan di
berkomunikasi seorang anak pada fase dalamnya. Ketika ia mampu beradaptasi,
remaja, sehingga terciptalah bahasa gaul maka ia akan terus mempertahankan konsep
dalam lingkungan mereka. Namun, dalam diri yang sudah ia punyai, dan ketika ia
lingkungan yang serba gaul dan tren merasa tidak mampu bertahan, maka ia akan
tersebut, ternyata terdapat sosok-sosok mencari cara agar terbentuk konsep diri
remaja yang tidak terpengaruh penggunaan yang membuatnya bisa beradaptasi dengan
bahasa yang ‘ngetren’ dan ‘gaul’. Mereka lingkungannya.
menggunakan Bahasa Jawa sesuai dengan

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     65  

 
Konsep diri belum ada sejak lahir, d. Penggunaan Bahasa Jawa Krama
konsep diri dipelajari melalui kontak sosial membantu memudahkan seseorang
dan pengalaman berhubungan dengan orang menyelesaikan masalah dengan orang
lain. Pandangan individu tentang dirinya yang lebih tua
dipengaruhi oleh bagaimana individu e. Merasakan dihargai karena diberi label
mengartikan pandangan orang lain terhadap sebagai anak baik dan sopan.
dirinya. Konsep diri merupakan konsep f. Agama Islam mengajarkan untuk
dasar dan aspek kritikal dari individu. berbicara yang baik dan sopan.
Dengan berkomunikasi seseorang dapat Seiring bertambahnya usia mereka,
mengalami berbagai kualitas perasaaan itu remaja mulai keluar dari lingkungan
dan membandingkannya dengan perasaan keluarga menuju lingkungan sosial yang
yang satu dengan yang lainnya. Lewat lebih luas. Dari anak-anak yang pada
umpan balik dari orang lain, seseorang akan awalnya hanya memperoleh pembiasaan
memperoleh informasi bahwa dirinya orang menggunakan bahasa dari orang tuanya,
yang baik atau buruk sikapnya serta dirinya kemudian beranjak pada masa remaja yang
merupakan orang yang berharga. sudah mendapat pengalaman dan mengenal
aturan dalam pergaulan dan bermasyarakat,
Berawal dari melihat orang lain remaja Muslim menyadari bagaimana
dalam bersikap, akhirnya mereka memilih pengaruh penggunaan bahasa dan pemilihan
untuk mengikuti sikap dan perilaku yang kata-kata agar mereka tidak mendapatkan
baik seperti contoh yang mereka lihat dari masalah pada aktivitas mereka sehari-hari.
lingkungan mereka karena sesuai dengan Mereka sudah dapat memilih dan bersikap
keyakinan yang mereka miliki. Remaja ini berdasarkan cara pandang mereka, dan tidak
tidak mudah terpengaruh dengan mudah terpengaruh dengan lingkungan yang
lingkungannya yang sebagian besar tidak sesuai dengan prinsip yang mereka
berbicara menggunakan Bahasa Jawa Ngoko punyai. Remaja mulai merekonstruksi
atau Bahasa Indonesia untuk berbicara bahasa agar sesuai dengan maksud yang
kepada orang tua. Mereka sangat konsisten diharapkannya dan tidak bertentangan
dan tidak mudah goyah dalam memegang dengan konsep diri yang dibentuknya.
prinsip unggah-ungguh dan kaidah berbicara
baik dan sopan kepada orang tua, walaupun Berdasarkan data yang peneliti
akhirnya mereka terlihat aneh/unik pada peroleh selama penelitian berlangsung,
masa sekarang ini. peneliti mendapati bahwa dalam
menggunakan Bahasa Jawa Krama , ternyata
3. Remaja Muslim Konsisten terdapat dua macam tipe pengguna Bahasa
Menggunakan Bahasa Jawa Krama Jawa Krama, tipe pertama yaitu remaja yang
dalam Aktivitas Sehari-hari konsisten menggunakan Bahasa Jawa Krama
Seseorang menggunakan Bahasa kepada orang yang diajak bicara ketika
Jawa Krama yang terus-menerus konsisten orang yang diajak bicara adalah pengguna
dalam aktivitas sehari-hari disebabkan Bahasa Jawa walaupun lebih muda usianya,
berbagai faktor yang melatarbelakanginya, yang peneliti sebut sebagai pengguna
yaitu : sampurno, remaja ini merasa bahwa
berbicara menggunakan Bahasa Jawa Krama
a. Memberikan penghormatan kepada dengan siapapun merupakan keharusan
orang yang lebih tua karena orang tua mengajarkan dan
b. Merasakan lebih mudah diterima membiasakannya sejak kecil dari lingkungan
dikalangan orang tua keluarga. Sedangkan tipe kedua, peneliti
c. Menyadari bahwa dengan menggunakan sebut sebagai pengguna gojag-gajeg, remaja
Bahasa Jawa Krama, mereka jarang ini menggunakan Bahasa Jawa Krama hanya
mendapatkan konflik dengan orang yang kepada orang yang lebih tua, karena mereka
lebih tua merasa lebih nyaman berbicara dengan

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     66  

 
teman sebaya jika menggunakan Bahasa Bahasa dalam pergaulan mengubah
Jawa Ngoko, mereka lebih mudah berbaur norma-norma interaksi sosial dan
dengan teman dan mengikuti tren berbahasa memberikan bentuk baru dari presentasi diri.
agar diterima dikelompoknya. Remaja membangun dirinya dengan bahasa
yang mereka gunakan sehari-hari. Konsep
Remaja pengguna Bahasa Jawa diri bukan hanya sekadar gambaran
Krama tetap konsisten menggunakannya deskriptif, tetapi juga penilaian individu
disebabkan juga karena mereka tetap tentang dirinya. Konsep diri meliputi apa
mendapat perlakuan yang sama dari teman- yang orang pikirkan dan apa yang orang
teman mereka. Tidak ada pengasingan diri rasakan tentang dirinya serta keyakinan
dari teman sebaya walaupun mereka yang akhirnya melandasi sikap orang
terkadang dikatakan kuno namun tetap tersebut. Setiap perilaku atau sikap yang
diterima dengan baik dalam pergaulan, dan berada dibawah kendali individu terjadi
mereka tetap merasa gaul. karena individu tersebut mengharapkan
umpan balik yang sesuai dengan yang
diharapkan. Konsep diri yang positif
4. Konsep Diri Remaja Muslim yang membentuk kepribadian yang kuat, sehingga
Menggunakan Bahasa Jawa Krama remaja Muslim mampu konsisten
dalam Aktivitas Sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa Krama sebagai
bentuk penghormatan kepada orang yang
Dalam konsistensi penggunaan diajak bicara.
Bahasa Jawa Krama untuk aktivitas sehari-
hari, peneliti mendapati kepribadian yang
kuat dari narasumber menjadi unsur yang KESIMPULAN
menjadikan konsistensi remaja Muslim
dalam menggunakan Bahasa Jawa Krama. Fenomena terjadinya konsistensi
Kepribadian seseorang terlihat dari cara penggunaan Bahasa Jawa Krama pada
mereka dalam bersikap, berbicara, remaja Muslim saat ini karena kuatnya
berpendapat dan dari cara mereka kepribadian remaja tersebut. Perkembangan
berperilaku ketika sedang berhadapan individu pada masa remaja yang sangat
dengan orang lain. Kepribadian juga dinamis ternyata banyak melahirkan
mempengaruhi cara pandang seseorang keunikan-keunikan tersendiri karena pada
terhadap langkah yang akan dipilih dalam masa ini terjadi proses pencarian identitas
menjalani hidupnya, mereka akan diri. Islam mengharapkan remaja
mempunyai cita-cita atau harapan ke masa berkembang dan beraktivitas mengikuti
depan sesuai dengan minat dan pokok-pokok ajaran agama yang sejalan
kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang dengan pertumbuhan kecerdasan, pikiran
kuat terbentuk dari konsep diri yang positif mereka dipengaruhi oleh perkembangan
yang dimiliki oleh orang tersebut. Tanda- keyakinan dalam beragama. Mereka juga
tanda remaja yang memiliki konsep diri mempunyai kewajiban sebagai khalifah di
yang positif adalah (Rini, 2004:12) : (1) bumi ini. Dalam bersosialisasi dengan
yakin akan kemampuan dalam mengatasi lingkungannya, remaja menggunakan bahasa
masalah, (2) merasa setara dengan orang sebagai salah satu alat komunikasi. Bahasa
lain, (3) menerima pujian tanpa rasa malu, merupakan alat untuk menunjukkan
(4) peka terhadap perasaan orang lain eksistensi diri remaja. Penggunaan bahasa
sehingga akan menghargai perasaan orang dipengaruhi konsep diri yang terbentuk
lain meskipun kadang tidak di setujui oleh dalam diri individu. Respon yang
masyarakat, (5) mampu memperbaiki dan diharapkan dari pemilihan penggunan
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum bahasa adalah sama, yaitu pengakuan dari
menginstrospeksi orang lain. lawan bicaranya. Dengan harapan mendapat
respon dan imbalan tersebut, maka terjadilah

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     67  

 
tingkat konsistensi penggunaan Bahasa Jawa Baharuddin. 2014. Pendidikan dan Psikologi
Krama pada individu, yang kemudian Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
penulis golongkan pada dua tipe, yaitu Media
individu dengan tipe sampurno untuk
mereka yang selalu menggunakan bahasa Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.
Jawa Krama pada lawan bicaranya, dan tipe Jakarta: Kencana.
gojag-gajeg untuk individu yang hanya
menggunakan Bahasa Jawa Krama pada Barker, Chris .2015. Cultural Studies,
orang yang lebih tua. Konsep diri positif Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi
melahirkan kepribadian positif yang Wacana.
akhirnya menguatkan konsistensi
penggunaan Bahasa Jawa Krama. Berzonsky, M.D. 1981. Adolescent
Development. New York: Macmillan
Saran Publishing.

1. Memasukkan ke dalam kurikulum, Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu


pembiasaan penggunaan Bahasa Jawa Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Krama pada hari-hari tertentu di sekolah Grafindo Persada.
sejak dini agar anak-anak mampu
membentuk konsep diri yang positif Hardiyanto. 2007. Pemikiran Etik dalam
sehingga pada akhirnya terbentuk Keselarasan Komunikasi Orang Jawa.
sikap/karakter sopan dan santun pada Jurnal Kebudayaan Jawa “Kejawen”,
anak. Edisi 3 Tahun II, September 2007. h.
2. Orang tua dan guru berperan aktif dalam 87. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
meluruskan penggunaan bahasa yang Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan
tidak tepat agar anak terbiasa Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
menggunakan bahasa yang sesuai
sehingga anak mampu menumbuhkan Helmi, Alvin Fadilla. Gaya kelekatan dan
konsep diri positif sehingga mampu konsep diri. Jurnal Psikologi No.1.
bersikap sopan dan pandai menempatkan 1999. Univ. Gajah Mada.
diri. Hikmat, Mahi M. 2011.Metode Penelitian :
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
meneliti peran keluarga dalam dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
penanaman konsep diri remaja pengguna
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi
Bahasa Jawa Krama.
Perkembangan, Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Khazanah, Dewianti. 2012. Kedudukan
DAFTAR PUSTAKA Bahasa Jawa Ragam Krama Pada
Kalangan Generasi Muda. Jurnal
Al-Qur’an. 2006. Tajwid dan Terjemah. Pengembangan Pendidikan Vol. 3
Jakarta: Maghfirah Pustaka. No.2 Desember 2012. h. 54. Jember:
Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas
Allport, Gordon. 1955. Becoming. New Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Haven, CT: Yale University Press.
Dalam, Komunikasi dan Perilaku Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa,
Manusia / Brant D. Ruben, Lea P. Seri Etnografi Indonesia. Jakarta:
Stewart, penerjemah Ibnu Hamad. Balai Pustaka.
2013. Jakarta: Rajawali Press.
Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of
Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     68  

 
Pragmatics. Diterjemahkan oleh Sudaryanto. 1987. Warna Bahasa.
M.D.D Oka, Prinsip-Prinsip Pragmatik Surakarta: Pustaka Cakra.
(1993). Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Mahameruaji, Jimi Narotama. Fenomena Bandung: Alfabeta.
Konstruksi Identitas Pada Foto Pre-
Wedding. Pada jurnal Kajian Vaughan, G.M. dan M.A. Hogg. 2002.
Komunikasi Vol. 2 No.1 Th. 2014, Introductional to Social Psychology.
Universitas Padjadjaran. Dalam Sarlito W. Sarwono dan Eko A.
Meinarno. 2009. Psikologi Sosial.
Moleong, Lexy J. 2010.Metodologi Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Hal. 56
Remaja Rosdakarya.
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Kualitatif. Yogyakarta: PT. Lkis Dan Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3
Pelangi Aksara Yogyakarta. Terjemahan Maria Natalia Damayanti
Maer. Jakarta: Salemba Humanika.
Rachmatullah, Asep. 2010. Falsafah Hidup
Orang Jawa. Yogyakarta: Logung Yusuf, Syamsu LN dan Juntika Nurihsan.
Pustaka. 2008. Teori Kepribadian. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya .
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Sumber Lain
Rosdakarya.
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku http://www.fikihkontemporer.com/2013/01/
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. batasan-umur-baligh-bagi-laki-laki-
dan.html. Diakses pada tanggal 20
Santrock, John.W. 2011. Life-Span Agustus 2016, jam 15.49 WIB.
Development. USA: Mc Graw-Hill.
Saptono, Rio. 2014. Keistimewaan Jogja
2012. terj. Benedictine Widyasinta. dan Bahasa Jawa. Koran SINDO,
Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Rabu, 26 November 2014
Penerbit Erlangga.
Santrock, John, W. 2012. A Topical
Approach To Life Span Development.
New York: Mc. Graw Hill.
 
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.  

Sarwono, Sarlito W., & Meinarno, Eko A.  


(2009). Psikologi Sosial. Jakarta:  
Salemba Humanika.
Setyobroto, Sudibyo. 2005. Psikologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Percetakan Solo

Vol.09/N0.02/Oktober 2016 - Profetik Jurnal Komunikasi     69  

Anda mungkin juga menyukai