Artikel Tesis Sejarah Sulsel
Artikel Tesis Sejarah Sulsel
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) proses peralihan dari sistem pemerintahan
tradisional ke sistem pemerintahan kolonial. (ii) sistem administrasi pemerintahan kolonial, (iii)
pengaruh sistem pemerintahan kolonial terhadap politik dan aktivitas perekonomian di Onder
Afdeling Bonthain 1905-1942. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berfokus
pada metode sejarah, melalui tahap: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi untuk
menemukan dan mendeskripsikan serta menginterpretasikan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data melalui tinjauan kepustakaan dan kearsipan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (i) terjadi peralihan dari sistem pemerintahan
tradisional dimana dasar-dasar pelaksanaan pemerintahan tradisional/kakaraengang berdasar
pada adat-istiadat, dan hukum kerajaan. Selain itu, masuknya Kolonial Belanda maka Ada’
Sampulo Ruwa resmi menjadi Adatregentschapraad sebagai lembaga pengelola keuangan pada
pemerintah lokal. (ii) sistem adminstrasi yang dikembangkan pemerintah kolonial justru
sepenuhnya ditujukan untuk mendukung semakin berkembangnya pola paternalistik yang telah
menjiwai sistem birokrasi pada era kerajaan yang bertumpu pada Undang-Undang desentralisasi
tahun 1922. (iii) pengaruh sistem pemerintahan kolonial terhadap politik dan aktivitas
perekonomian di Onderafdeling Bonthain mengakibatkan terjadinya proses transformasi
struktural dari struktur politik dan ekonomi tradisional ke arah struktur politik dan ekonomi
kolonial dan modern.
1
2
ABSTRACT
This study aims to find out (i) the process of transition from traditional government
systems to colonial government systems. (ii) the colonial administration system, (iii) the
influence of the colonial government system on politics and economic activity in the Bonthain
Onder Afdeling 1905-1942. This study uses a qualitative approach that focuses on historical
methods, through stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography to find and
describe and interpret using data collection techniques through review of literature and archives.
The results of this study indicate that (i) there has been a transition from a traditional
government system where the basics of traditional governance implementation are based on
customs, and royal law. During the Ada ’Sampulo Ruwa royal system, it was not in the form of
an official organization or council in the government. This system then underwent a major
change after the military expedition in 1905, becoming a system of colonial government the
foundations of government were the Kingdom of the Netherlands Constitution and the Dutch
East Indies Government Act, which was made by the kingdom for the Dutch East Indies
Government, which is in its present form. only refers to 1925. In addition, the entry of the Dutch
Colonial then Ada 'Sampulo Ruwa officially became the Adatregentschapraad as a financial
management institution for the local government. (ii) the administrative system developed by the
colonial government was entirely intended to support the development of a paternalistic pattern
that had inspired the bureaucratic system in the kingdom era which was based on the
decentralization law in 1922. Bonthain results in a process of structural transformation from
traditional political and economic structures to colonial and modern political and economic
structures.
ditulis Prapanca sekitar abad XIV (1365) Onderafdeling ini. Bantaeng pasca ekspedisi
nama-nama negeri yang tersebut dalam peta militer Belanda pada tahun 1905, juga telah
Sulawesi Selatan salah satunya adalah mengalami berbagai macam perubahan
Bantayan dimjazirah Selatan Sulawesi dalam politik pemerintahan, ekonomi, sosial,
Selatan. Pada halaman lain buku peta budaya dan lain-lain.
tersebut, yang melukiskan tenggelamnya Pada tanggal 8 Maret 1942, pihak
Sriwijaya, Singosari sekitar abad XIII (1222- Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur
1293), hanya tersebut Bantayan di Jazirah Jendral Hindia Belanda Tjarda Van
Selatan Sulawesi Selatan, sebagai daerah Starkenborgh Stachouwer ditawan pihak
Singosari di bawah Kertanegara abad XIII Jepang. Dengan demikian, bukan saja de
(1254-1292) (Yamin, 1956: 12-13). facto, melainkan secara de jure, seluruh
Dasar-dasar pelaksanaan pemerintahan wilayah bekas Hindia Belanda berada di
Hindia Belanda bersumber pada Undang- bawah kekuasaan dan administrasi Jepang.
Undang Dasar (Grondwet) Negeri Belanda Maka berakhirlah pemerintahan Hindia
tahun 1922, yang kemudian berturut-turut Belanda di Indonesia termasuk di
diperbaiki melalui amandemen-amandeman Onderafdeling Bonthain.
1929, 1935 dan terakhir 1938. Menurut Berangkat dari uraian di atas,
Undang-Undang tersebut Hindia Belanda periodisasi sistem pemerintahan di Bantaeng
menjadi bagian dari Kerajaan Belanda yang terbagi kedalam dua fase yaitu periode To
mencakup daerah-daerah Negeri Belanda, Manurung, sebagai peletak dasar sistem
Hindia Belanda, Suriname dan Curasao pemerintahan tradisional, periode Kolonial.
(Daliman: 2017,81). Pembaharuan sistem maka pada penelitian tesis ini akan mencoba
dan struktur pemerintahan Hindia Belanda meneliti tentang proses peralihan dari sistem
selalu dilakukan oleh pemerintah, namun pemerintahan tradisional ke sistem
dalam prakteknya juga selalu mengalami pemerintahan kolonial, sistem administrasi
kendala maka perubahan yang terjadi pemerintahan kolonial dan pengaruh sistem
bersifar persuasif. Pada masa ini ditandai pemerintahan kolonial terhadap aktivitas
dengan terjadinya perubahan-perubahan politik dan perekonomian di Onderafdeling
besar dan dahsyat. Kerajaan-kerajaan yang Bonthain 1905-1942.
ada di wilayah ini, dahulu merupakan Rumusan masalah dimaksudkan untuk
kerajaan sekutu (Bondgenootchappelijke mengungkapkan pokok pikiran secara jelas
landen), kini dihapuskan dan dijadikan dan sistematis. Adapun pokok permasalahan
wilayah pemerintahan dan kekuasaan yang dimaksud yaitu, sebagai berikut:
langsung Pemerintahan Hindia Belanda. 1) Bagaimanakah proses peralihan dari
Bentuk-bentuk pemerintahan di wilayah itu sistem pemerintahan tradisional ke sistem
yang bercorak kerajaan dan konfederasi pemerintahan kolonial di Onderafdeling
sebagai satu kesatuan dari beberapa wilayah Bonthain 1905-1942 ?
kesatuan kecil. Maupun dari suatu kelompok 2) Bagaimanakah sistem administrasi
kaum yang berpemerintahan sendiri pemerintahan kolonial di Onderafdeling
ditiadakan. Bonthain 1905-1942 ?
Meskipun demikian, Karaeng (raja) 3) Bagaimanakah pengaruh sistem
tetap diakui oleh Belanda sebagai kepala pemerintahan kolonial terhadap politik
pemerintahan dalam wilayah dan digelar dan aktivitas perekonomian di
Regent van Bhontain. Ia diakui sebagai Onderafdeling Bonthain 1905-1942 ?
kepala adat di samping pemerintahan
Belanda selaku penguasa tertinggi di wilayah 1. Sistem Pemerintahan Tradisional
5
Masyarakat dibagi menjadi tiga kelas kebijakan publik, selama peraturan itu bisa
besar yaitu aristokrasi, orang merdeka, dan dibatalkan peraturan-peraturan Gubernur
budak. Orang-orang merdeka merupakan Jendral: Perundangan Hindia Belanda,
bagian terbesar penduduk, Sembilan puluh Peraturan Majelis Legislatif (Volksraad)
persen lebih. Adapun budak, baik secara (Stroomberg, 2018: 99).
turun temurun maupun orang-orang yang Pemerintahan kolonial memiliki
terikat utang, merupakan satu kelompok kebijakan untuk tidak begitu saja menghapus
kecil di bagian masyarakat paling bawah, sistem ketatanegaraan yang telah ada
sedangkan bangsawan merupakan lapisan sebelumnya. Sebagai bangsa pendatang yang
masyarakat sangat tipis di atas. Namun, ingin menguasai bumi Nusantara, baik secara
golongan bangsawanlah yang menguasai politik maupun ekonomi, pemerintahan
tanah dan memegang posisi monopoli atas kolonial sepenuhnya menyadari
kekuasaan. Golongan ini memisahkan diri keberadaannya tidak selalu aman.
dari golongan masyarakat lainnya lewat Pemerintahan kolonial kemudian menjalin
diberlakukannya peraturan pengeluaran yang hubungan politik dengan pemerintah
ketat, penggunaan sebutan-sebutan khusus kerajaan yang masih disegani oleh
seperti Andi, Karaeng, Arung, Datu dan masyarakat. Motif utama pemerintah
sebagainya, dan larangan keras terhadap para kolonial untuk menjalin hubungan politik
putri bangsawan untuk kawin dengan pria adalah dalam rangka upaya menanamkan
dari lapisan bawahannya. Larangan ini, pengaruh politiknya terhadap elite politik
bersama-sama dengan peraturan bahwa kerajaan.
semua anak dari pria bangsawan termasuk 3. Konsep Politik Kolonial
kelas itu, memastikan bahwa keturunan yang Politik adalah proses pembentukan dan
diakui dari kaum bangsawan adalah orang pembagian kekuasaan dalam masyarakat
bangsawan juga. yang antara lain berwujud proses pembuatan
2. Sistem Pemerintahan Kolonial keputusan, khususnya dalam negara.
Dasar pemerintahan di Hindia Belanda Pengertian ini merupakan upaya
adalah Undang-Undang Dasar Kerajaan penggabungan antara berbagai defenisi yang
Belanda dan Undang-Undang Pemerintahan berbeda mengenai hakikat politik yang
Hindia Belanda, yang dibuat oleh kerajaan dikenal dalam ilmu politik. Di samping itu,
untuk Pemerintahan Hindia Belanda yang politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
hanya mengacu pada tahun 1925. Pada kedua yang berbeda, yaitu antara lain; a. politik
undang-undang diperoleh syarat yang adalah usaha yang ditempuh warganegara
menentukan hubungan antara Hindia untuk mewujudkan kebaikan bersama teori
Belanda dengan Belanda. Pada dasarnya, klasis aristoteles b. politik adalah hal yang
undang-undang dasar mendeklarasikan berkaitan dengan penyelenggaraan
bahwa Kerajaan Belanda terdiri atas wilayah pemerintahan dan negara c. politik
Belanda, Hindia Belanda, Surinama, Kurasau, merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
sehingga Hindia Belanda merupakan suatu mendapatkan dan mempertahankan
bagian integral kerajaan. Raja diberi kekuasaan dimasyarakat, d. politik adalah
wewenang untuk menghentikan peraturan segala sesuatu tentang proses perumusan dan
yang dibuat melalui proses legislasi Hindia pelaksanaan kebijakan publik.
Belanda jika menurutnya bertentangan Teori politik merupakan kajian
dengan undang-undang yang lebih tinggi mengenai konsep penentuan tujuan politik,
(UUD, UU Legislasi Belanda, Peraturan bagaimana cara untuk mencapai tujuan
didewan, dan perjanjian-perjanjian), atau tersebut serta segala konsekuensinya.
6
Bahasan dalam teori politik antara lain Penulisan tesis ini membutuhkan konsep
adalah filsafat politik, konsep tentang sistem perubahan dalam menjelaskan perubahan
politik, negara, masyarakat, kedaulatan, sistem yang terjadi pada masa peralihan
kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, sistem tradisional ke sistem kolonial di
perubahan sosial, pembangunan politik, wilayah Onderafdeling Bonthain. Para
perbandingan politik, dan sebagainya. sejarawan selalu menggunakan sebagian
Terdapat banyak sekali sistem politik yang besar waktu mereka untuk menjelaskan
dikembangkan. perubahan. Perhatian dominan tidak dapat
Birokrasi kolonial adalah sebuah dihindari sehingga melahirkan pertanyaan-
instrumen resmi yang melakukan fungsi- pertanyaan. Apakah transisi besar dalam
fungsi pemerintahan. Sebagai alat bagi sejarah menunjukan karakteristik-
penjajah untuk melakukan proses karakteristik pola khusus, perubahan-
pengawasan terhadap wilayah jajahan perubahan apa saja yang terjadi, perubahan
sehingga mempermudah mengambil itu digerakan oleh kekuatan apa.
keuntungan yang diharapkannya mampu Pentingnya perubahan ini sesuai
memberikan surplus ekonomi bagi negeri dengan pendapat Diane Lapp: “Change is the
induk. Inti dari kepentingannya adalah dalam primer experience of life, a basic experience
bidang ekonomi dan penguasaan politik. entirely new in the history of mankind not
Dalam konteks Sulawesi Selatan simply change, but change at an increasing
setelah bangsa Hindia Belanda mendirikan rapidation”. Perubahan merupakan konsep
wilayah pemerintahanya pada beberapa dasar yang penting dan mutlak (Supardan,
wilayah Sulawesi Selatan termasuk Bantaeng 2011: 337-338). Berdasarkan kutipan di atas,
diikuti dengan membenahi sistem maka dapat dipahami bahwa dalam
pemerintahan dan menggunakan prinsip- menguraikan tentang sistem pemerintahan
prinsip modern. Kemudian mereformasi kolonial, terdapat perubahan-perubahan yang
sistem administrasi Belanda membagi terjadi dalam sistem sebelumya. Sehingga
daerah-daerah administrasi menjadi wilayah untuk mendapatkan gambaran tersebut
Onderafdeeling. Menyamarkan gelar jabatan konsep perubahan sangat dibutuhkan dalam
dan memberikan pejabat tugas pemerintah. penulisan tesis ini.
Bukan hanya mengurusi perdagangan dan 5. Teori Konflik
produksi melainkan peradilan keamanan. Menurut Dahrendorf (1959: 11). Teori
Birokrasi kolonial sebagai langkah untuk konflik merupakan model pluralis yang
menuju sebuah proses yang lebih modern. berbeda dengan model dua kelas dari Marx.
Perubahan penting yang mengacu pada nilai- Unit analisis Marx menggunakan seluruh
nilai modern. Dalam hal pengangkatan masyarakat, manusia dibagi ke dalam
anggota birokrasi tidak lagi didasarkan pada kelompok mengendalikan sarana produksi
ikatan genelogis lagi seperti yang dilakukan lewat kepemilikan sarana tersebut dan
oleh sistem birokrasi tradisional kerajaan, kelompok yang tidak ikut kedalam
tetapi berdasarkan kriteria rasional. kepemilikan.. Dalam proses peralihan sistem
4. Konsep Perubahan pemerintahan tradisional ke sistem kolonial
Konsep perubahan merupakan istilah tidak berjalan mulus, terjadi pertentangan-
yang mengacu kepada sesuatu hal yang pertentangan namun tetap tunduk pada
menjadi tampil berbeda. Konsep tersebut sistem yang telah berlaku.
demikian penting dalam sejarah dan Dalam menggantikan hubungan-
pembelajaran sejarah, mengingat sejarah itu hubungan kekayaan dengan hubungan
sendiri pada hakikatnya adalah perubahan. kekuasaan sebagai inti dari teori kelas
7
Dahrendorf menyatakan bahwa, model dua kehidupan masa sekarang dan masa yang
kelas ini tidak dapat diterapkan pada akan datang (Surakhmad, 1985: 43).
masyarakat keseluruhan tetapi hanya pada Penulis menganggap bahwa metode
asosiasi-asosiasi tertertu yang ada dalam historis merupakan metode yang cocok
suatu masyarakat. Biasanya dalam digunakan dalam penelitian ini. Hal ini
masyarakat histori tertentu pertentangan disebabkan karena data-data yang
yang berbeda saling tumpah tindih. dibutuhkan untuk menyusun tesis ini pada
Fenomena ini mengandung makna bahwa umumnya berasal dari masal lampau dan
figur kekuasaan sebuah institusi (sistem hanya dapat diperoleh dengan mengguanakn
kolonial) tidak perlu mengambil bagian metode tersebut. Metode historis
dalam institusi lain (sistem adat). Ketika mengandung empat tahapan langkah
pemisahan itu terjadi disebagian besar penelitian dalam menemukan suatu fakta
institusi, maka intensitas pertentangan akan sejarah.
meningkat. Pertama, tahapan mencari dan
Selanjutnya Dahrendorf, (1959: 180), mengumpulkan sumber yang berhubungan
membedakan tiga tipe utama aspek Teori dengan penelitian, yakni sumber primer dan
konflik; pertama, kelompok semu (quasi sekunder. Adapun sumber primer yang dikaji
group) atau “sejumlah pemegang posisi dalam kaitannya dengan penulisan adalah
dengan kepentingan yang sama”. Kelompok arsip-arsip Belanda yang relevan dengan
semu ini adalah calon anggota tipe batasan tematis dan temporal penulisan.
kepentingan. Kedua, kelompok-kelompok Sumber sekunder yaitu penelitian di
konflik sosial adalah konsep dasar untuk perpustakaan berupa buku, jurnal, tesis, yang
menerangkan konflik sosial. Ketiga, aspek diperoleh di perpustakaan jurusan
terakhir dari teori konflik adalah hubungan pendidikan sejarah, perpustakaan Universitas,
konflik dengan perubahan. Konflik Balai Kajian dan Nilai-nilai Luhur Purbakala.
hanyalahh satu bagian realitas sosial, konflik Tahapan pengumpulan data seperti ini
juga menyebabkan perubahan dan disebut Heuristik.
perkembangan. Kedua, tahapan kritik terhadap
METODE PENELITIAN dokumen agar mendapatkan fakta sejarah.
Penulisan ini menggunakan jenis Kritikan dimaksudkan untuk menguji
penelitian kualitatif deskriptif. Berdasarkan kevalidan dan sumber yang faktual, yakni
data dan kajian sejarah yang berkenan melakukan kritikan eksternal dan internal.
dengan analisis struktural terhadap sistem Tujuan yang ingin dicapai melalui kritik ini
pemerintahan kolonial di Onderafdeling adalah untuk menghindari kemungkinan
Bonthain, berdasarkan sumber-sumber terjadinya spekulasi data yang berupa arsip,
sejarah khususnya arsip dan buku-buku yang jurnal, tesis, buku yang relevan dengan
relevan. Merujuk pada prosedur kerja kajian ini.
penelitian sejarah, maka penelitian tentang Ketiga, tahapan interpretasi data
sistem pemerintahan kolonial di adapun data yang dikritik dan selanjutnya
Onderafdeling Bonthain. disebut sebagai fakta sejarah. Fakta sejarah
Penggunaan metode histori juga yang dimaksud dalam konteks ini adalah
dimaksudkan untuk mencoba menemukan fakta dari kegiatan usaha penelitian terhadap
kejelasan-kejelasan atas sesuatu gejala masa situasi sistem pemerintahan kolonial di
lampau untuk menemukan dan memahami Onderafdeling Bonthain. Tahapan ini
kenyataan sejarah yang berguna bagi bertujuan untuk mengaitkan fakta yang satu
dengan yang lainnya. Dimana tahapan
8
kritikan sumber, fakta yang dihasilkan bahwa peletak dasar bagi kehidupan
berdiri sendiri dan terpisah. Untuk diperoleh berpemerintahan untuk daerah Bantaeng
kehati-hatian supaya terhindar dari yang dikenal dengan sebutan To Manurung
interpretasi yang subjektif terhadap fakta Ri Onto sebagai raja Bantaeng pertama.
yang satu dengan yang lainnya. Dengan Bentuk pemerintahan yang berlangsung pada
demikian, akan ditemukan kesimpulan masa itu mengandung unsur-unsur absolut
peristiwa sejarah yang ilmiah. monarki (kerajaan mutlak), maksudnya
Keempat, tahap historiografi yakni segala kekuasaan datang dari atas, yaitu raja,
merupakan tahapan penelitian terakhir dari dalam hal ini raja seolah-olah menguasai
keseluruhan rangkaian prosedur kerja metode hidup dan maut serta hak milik rakyatnya
sejarah. Dalam fase ini pemaparan atau hasil (Hafid, 2000: 17). Kehadiran To Manurung
penelitian yang telah dilakukan. Dalam hal dalam babakan sejarah perkembangan
ini penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah masyarakat Sulawesi Selatan, telah mencatat
disajiakan secara kronologis yang merupakan suatu hal yang baru. Menurut Mattulada,
ciri esensial penulisan sejarah. Jadi dapat (1977: 22): suatu keadaan ini digambarkan
disimpulkan bahwa proses pengungkapan sebagai,
lewat karya ilmiah tentang sistem “Pelonjakanbentuk-bentuk kekuasaan
pemerintahan kolonial Hindia Belanda di pada tingkat kaum kerabat yang
Onderafdeling Bonthain 1905-1942 yang dipimpin oleh ketua kaum, ke satu
menguraikan proses peralihan dari sistem macam bentuk kekuasaan baru yang
pemerintahan tradisional ke sistem kolonial, lebih tinggi dan lebih dipusatkan
struktur administrasi pemerintahan dan dalam tangan pribadi seseorang, yaitu
pengaruh sistem pemerintahan kolonial To Manurung dan keturunannya
terhadap aktivitas politik dan perekonomian kemudian menjadi raja”
di Onderafdeling Bonthain melalui prosedur Berdasarkan kutipan di atas, maka
metode sejarah yang mengarah pada keadaan semacam ini merupakan suatu
penulisan sejarah politik. Pengkajian ini kejadian yang menyeluruh dalam sejarah
tidak lepas dari fakta-fakta sejarah yang kehadiran-kehadiran kerajaan yang ada di
disajikan dalam tulisan berdasarkan sumber Sulawesi Selatan termasuk Bantaeng yang
Arsip Nasional RI Perwakilan Propinsi mengenal konsep To Manurung. Tokoh
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Ujung legendaries yang dianggap sebagai manusia
Pandang serta buku-buku relevan lainnya. luar biasa dan tidak diketahui asal-usulnya.
Kiranya dapat menambah khasanah ilmu Kemunculan tokoh To Manurung Ri Onto
pengetahuan yang berkorelasi dengan yang bergelar Karaeng Loeya digambarkan
kehidupan masyarakat. sebagai seorang lelaki yang kedatangannya
HASIL PENELITIAN disertai dengan terjadinya peristiwa-
A. Peralihan Sistem Administrasi peristiwa alam yang luar biasa seperti
Pemerintahan Tradisional ke Kolonial. terjadinya petir dan guruh. Kemudian
1. Sistem Pemerintahan Kakaraengang menjadi pemimpin pusat dari Tau Tujua
Sistem pemerintahan tradisonal pada melalui Rampang Onto, ia mengumpulkan
masyarakat Bugis dan Makassar mengacu ketujuh kepala kaum dengan maksud untuk
pada sistem pemerintahan kerajaan, dimana mempersatukan mereka. Kesediaan bersatu
pada masa itu mempunyai batasan kekuasaan dan pengakuan atas kekuasaanya dari
dan wewenang di daerah masing-masing. ketujuh kelompok kaum dinyatakan dengan
Berbagai sumber kepustakaan, khususnya mendirikan rumah tokoh pemimpin baru ini.
dalam Rappang Ri Bantaeng dikemukanan, rumah tersebut kemudian dinamakan Balla’
9
Lompoa Ri Onto, selain untuk dihuni, juga Memegang peranan sebagai wakil raja
sebagai simbol pengakuan adanya yang bertugas membawahi daerah daerah
pemerintahan puncak yang dipegang oleh To bawahan yang di sebut lili’.
Manurung, selain itu juga dikenal juga Balla’ 4) Suro :
Tujua Ri Onto, rumah untuk kepala Memegang peranan sebagai kepercayaan
pemimpin kaum lainya. raja/duta bertugas untuk menyampaikan
Dalam sistem pemerintahan keputusan-keputusan raja dan dewan adat
Kakaraengang ada beberapa hal yang perlu ke anggota masyarakat.
diketahui, sebagai berikut: 5) Tobarani :
a. Struktur Pemerintahan Kerajaan Bantaeng Memegang peranan sebagai pengawal raja
Dasar-dasar pelaksanaan pemerintahan dan tentara kerajaan.
kakaraengang berdasar pada adat, dan 6) Pinati :
hukum kerajaan. Saling berkaitan secara Memegang peranan sebagai
internal antara sistem kepercayaan dengan pendeta/dukun bertugas memelihara
politik antara masyarakat dengan raja dan benda pusaka kerajaan dan memimpin
segmen-segmen kehidupan lainya. kegiatan-kegiatan ritual (Mukhlis dan
Hubungan ini satu sama lain tidak bisa Kathryn, 1985: 17).
dipisahkan (Sahajuddin, 2011: 3). Berkaitan 7) Kali :
dengan kontra politik dikenal Ada’ Sampulo Memegang peranan sebagai penasehat
Ruwa (lihat tabel 4.2). Adapun struktur spiritual raja ( La Sakka, 2014: 72)
pemerintahan Kerajaan Bantaeng terdiri atas : Selain itu adapun Ada’ Sampulo Ruwa
1. Karaeng (raja) sebagai pemegang juga berfungsi sebagi lembaga legislative
pemerintahan. 2. Gallarang Bantaeng yang mewadahi terwujudnya kontrak politik
(mangkubumi) terdiri: a). Karaeng antara raja dengan rakyat Bantaeng. Kontrak
Salewatan, yang bertugas menggantikan raja pemerintahan mengisyaratkan raja atau
jika berhalangan hadir. b). Karaeng pemegang kedndali politik tidak memiliki
Tompobulu, bertugas sebagai kepala kekuasaan mutlak. Kewenangan diatur
pemerintahan di bagian pegunungan. c). menurut kontrak yang berlaku, juga pada
Hadat Sampulo Ruwa, bertugas atas tatanan kultural yang menjadi aturan dan
pemeliharaan adat istiadat kerajaan dan hukum bermasyarakat dan bernegara. Hal ini
pembuatan hukum kerajaan. meyebabkan tidak jarang seorang raja
b. Pejabat dan Perangkat Pemerintahan dikenakan sanksi dan hukuman, sepeti
Kehendak raja adalah undang-undang, diturunkan dari tahta atau diasingkan bahkan
raja adalah pemerintah dan pemerintah dibunuh (Sahajuddin, 2011: 3). Sistem ini
adalah raja. Dari uraian tersebut di atas, kemudian mengalami perubahan besar
maka raja dalam menjalankan setelah ekspedisi militer pada tahun 1905.
pemerintahannya pada masa itu dibantu 2. Sistem Pemerintahan Kolonial
berbagai jabatan tradisional sebagai Pada masa kolonialisasi terutama fase
fungsionaris pemerintahan seperti: pendudukan Belanda, pemerintah kolonial
1) Tonigallara/ Gallarang : menerapkan desentralisasi yang sentralistis,
Memegang peranan membantu raja dan birokrasi, dan feodalistis untuk kepentingan
bertugas sebagai kepala dewan adat. kolonial. Penjajah Belanda menyususun
2) Jannang : suatu hierarki Bumiputra dan orang-orang
Memegang peranan sebagai kepala-kepala asing yang harus tunduk pada Gubernur
pa’rasangang (negeri kesatuan adat) Jendral. Pemerintah kolonial Belanda
3) Sulewatang : menetapkan daerah untuk mengatur rumah
10
wilayahnya dan diberi gelar Regent Van dengan cara pemerintahan yang sejenis
Bonthain. Ia diakui sebagai kepala adat meskipun ada sedikit perbedaan. Daerah adat
disamping pemerintahan Belanda selaku pertama misalnya, merupakan gabungan
penguasa tertinggi di wilayah daerah-daerah bawahan yang dikepalai oleh
Onderafdeeling (Mattulada, 1974: 26). kepala-kepala adat yang bergelar Jannang.
Regentchap (Kabupaten), Wilayah Mereka membawahi beberapa wilayah yang
kotamadya yang ada di dalam wilayah lebih kecil lagi yang dikepalai oleh
kabupaten tidak termasuk wilayah kabupaten. pimpinannya yang disebut Anrong Tau.
Pemerintah kabupaten terdiri dari: a). Regent Setiap Anrong Tau ini bergelar totoa dan
(Bupati), bupati di angkat oleh G.G, ia matoa.
menjadi ketua dari DPRK dan ketua Kemudian kedua belas dewan adat
merangkap anggota dari College van yang tergabung dalam wilayah Ada’
Gecommitteerden. Ia mempunyai tugas Sampulo Ruwa ini dikepalai oleh seorang
melakukan verordeningen dan keputusan bergelar Gallarang Bantaeng. dia memegang
DPRK oleh karena itu Bupati adalah alat peranan sebagai perantara pihak belanda
kabupaten (Daerah) dan alat pusat. b). dengan kepala-kepala adat, termasuk juga
Regentschapsraad (DPR Kabupaten). Peran kepala Ada’ Tompobulu, sekaligus menjadi
dan kedudukan bupati misalnya, semasa juru bicara atau perwakilan rakyat terhadap
pemerintahan kerajaan menjadi abdi raja, kepala onderafdeling yakni controlir.
kemudian beralih menjadi abdi pemerintah Daerah-daerah bawahan yang disebut Lili,
Belanda yang lebih mementingkan masing-masing dikepalai lili’ dengan gelar
kepentingan pemerintah kolonial. beragam seperti halnya gelar para Jannang.
Berikut dibawah ini adalah struktur Mereka berhubungan dengan raja melalui
pemerintahan di wilayah Onderafdeling wakil-wakil rakyat atau Karaeng Salewatang.
Bonthain dari tingkatan yang paling atas Wakil raja merupakan pendamping raja yang
sampai tingkatan paling bawah beserta selain membawahi pemerintahan Lili, juga
jabatanya: mengurus pemerintahan umum dan
keamanan kerajaan. Berbeda dengan
pengangkatan seorang Gallarang yang
dipilih oleh para kepala adat yang tergabung
dalam Ada’ Sampulo Ruwa, seorang
Salewatang langsung diangkat oleh raja dari
kalagan keluarga kerajaan dengan
mendengar pertimbangan dewan adat
Gambar 4.3. Struktur Pemerintahan (Mukhlis & Kathryn, 1985: 36).
Onderafdeling B. Sistem Administrasi Pemerintahan
Dapat kita lihat sebagai berikut: Kolonial
pemilihan Raja atau regent tetap dipilih oleh 1. Pemerintah Pusat
dewan adat dan sebagai pemegang Dasar-dasar pelaksanaan pemeritahan
kekuasaan dalam kerajaan ia membawahi Hindia Belanda bersumberkan pada Undang-
tiga daerah bawahan. Ketiga daerah bawahan Undang Dasar (Gronwet) Negeri Belanda
kerajaan ini. 1. Daerah bawahan yang tahun 1922, yang kemudian berturut-turut
tergabung dalam wilayah Ada’ Sampulo diperbaiki melalui amandemen-amandemen
Ruwa, 2. Wilayah Ada’ Tompobulu, 3. 1929, 1935 dan yang terakhir pada 1938.
Daerah-daerah bawahan tertentu yang Menurut UUD tersebut Hidia Belanda
disebut Lili. Daerah daerah ini tersusun menjadi bagian dari Kerajaan Belanda yang
12
kehidupan sosialnya adalah suku dan Kerajaan Bantaeng, yang mana pada waktu
bukannya desa seperti di Jawa. Sejak 1938 itu banyak terjadi perubahan dibidang
terdapat 3 wilayah gubernemen: Sumatera, susunan pemerintahan Kerajaan Bantaeng.
Borneo (Kalimantan), dan Timur Besar Dalam hal ini lembaga tersebut diketuai oleh
(Grote Oost), yang terbagi kedalam 17 Karaeng Mannapiang dan sekaligus juga
keresidenan atau residensi. Sumatera terdiri sebagai kepala Adatgemeenschap Bestuur
dari 10 keresidenan, yakni Aceh, Pantai Bonthain.
Timur (oost kust), Tapanuli, Pantai Barat Dalam struktur pemerintahan Belanda,
(westhust), Riau, Jambi, Bengkulen Kerajaan Bantaeng merupakan
(Bengkulu), Palembang, Lampung, dan Onderafdleing dari Afdeling Bonthain yang
Bangka; Borneo terdiri dari 2 keresidenan, dikepalai oleh seorang Asisten Residen.
yakni Kalimantan Barat (West Borneo) dan Setiap Afdeling terbagi atas wilayah bagian
Kalimantan Selatan dan Timur (South and yang disebut Onderafdeling, dikepalai oleh
East Borneo); Sulawesi terdiri dari 2 seorang pamong praja Belanda bergelar
keresidenan Manado dan Celebes; dan Conteleur. Dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing 1 keresidenan Maluku dibantu oleh seorang pamong praja bumi
(Moluccas); Timor serta Bali dan Lombok. putera bergelar Bestuurs Assisten. Kemudia
Di luar Jawa terdapat berbagai di dalam setiap Onderafdeling terdapat
kelompok lokal, yang kadang-kadang beberapa adat gemeenrschap yang
memiliki peranan penting yang lebih besar membawahi beberapa distrik dan setiap
dan mencakup wilayah yang luas dari pada distrik dikepalai oleh seorang kepala distrik
desa-desa di Jawa Ordonansi Pedesaan yang dengan sebutan karaeng. Dan selanjutnya
baru untuk daerah-daerah di luar Jawa yang distrik-distrik ini pun membawahi pula
berlaku sejak 1 Januari 1939 di satu pihak beberapa onder distrik dan kampung-
membedakan antara desa yang tradisional kampung, yang dikepalai oleh seorang
dengan desa-desa yang telah maju (modern) kepala kampung dengan gelar seperti:
dan di lain pihak menyediakan prasarana- Gallarrang, Jannang, Totoa dan Matowa.
prasarana transformasi dari satu tingkat ke Berikut beberapa bagian yang
tingkat lain. Ordonansi baru (tahun 1939) termasuk dalam pemerintahan lokal, yaitu:
tersebut dimaksudkan untuk a. Perangkat Desa
menyempurnakan Ordonansi Pedesaan yang Desa merupakan unit dasar dari
lama yang telah dicoba untuk diterapkan bagi administrasi di Pemerintahan Belanda
seluruh desa-desa di Jawa. biasanya menghindarkan diri dari camapur
Bantaeng merupakan suatu bekas tangan terhadap masalah-masalah desa
kerajaan di kawasan Timur Indonesia, namun sejauh kepentingan pemerintah pusat tidak
setelah pemerintahan Hindia Belanda menuntutnya. Tiap desa dikepalai oleh
berkuasa di daerah Sulawesi Selatan, kepala desa (Lurah, Bekel atau Petinggi)
Bantaeng menjadi Onderafdeling di dalam yang dipilih langsung oleh penduduk desa
lingkungan pemerintahan Gubernemen atas persetujuan residen. Adapun persyaratan
Belanda. Kemudian pada tahun 1927 bagi kepemimpinan seorang kepala kampung
pemerintahan Hindia Belanda membentuk pada masa itu, adalah sesorang yang
suatu lembaga pemerintahan di Bantaeng terkemuka dan berpengaruh ke dalam
yang disebut Adatgemeenschap Bestuur. masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal
Lembaga ini merupakan suatu langkah awal ini pemilihan seorang kepala kampung
dari pemerintahan Belanda untuk tersebut, tidak melalui pemilihan langsung
merehabiliter kedudukan raja-raja di tetapi ditunjuk oleh para tokoh-tokoh
14
berasnya ke negara-negara lain. Peraturan ini Namun yang menjadi kendala dalam
berlaku pada tanggal 25 september 1911. pembudidayaan tanaman ini yaitu kurangnya
Kehadiran komunitas perkebunan di bibit unggul sehingga hasil panen pun sedikit.
tanah jajahan melahirkan lingkungan yang 2) kentang jenis lokal, kurang diminati di
berbeda dengan lingkungan setempat. pasaran karena tidak sesuai dengan standar
Sehingga banyak pihak mengatakan, sistem ekspor, sehingga kentang jenis ini kurang
perkebunan di negara jajahan telah diminati untuk dibudidayakan selain itu nilai
menciptakan tipe perekonomian kantong jual di pasar lokal juga rendah. 3) kentang
(enclave economics) yang bersifat dualistis samara, sama halnya dengan jenis kentang
dimana terjadi perbedaan yang sangat lokal juga kurang diminati untuk
signifikan antara komunitas sektor dibudidayakan selain itu nilai jual di pasar
perekonomian modern dengan komunitas lokal juga rendah.
sektor perekonomian tradisional yang d) Kopi
subsistem. Adapun jenis tanaman-tanaman Tanaman kopi banyaka dibudidayakan
wajib perkebunan di Onderafdeling Bonthain di daerah dataran tinggi, seperti di Kampung
yaitu: Loka, Tamaona, Lannying, Bukang paliang,
a) Jagung (maiz) Cidondong, Parring-Parring, Pabumbuangan.
Tanam jagung merupakan tanaman Jenis tanaman kopi yang dibudidayakan
yang banyak di budidayakan hampir semua yaitu jenis Kopi Arabika, yang merupakan
di daerah Onderafdeling Bonthain karena salah satu kualitas ekspor di Onderafdeling
menjadi salah satu komoditas ekspor. Sekitar Bonthain. Sedangkan jenis tanaman Kopi
tahun 1939-1940 hasil budidaya tanaman ini Robusta dibudidayakan di daerah Ereng-
mengalami peningkatan tiga kali lipat dari ereng dan Moti. Pada umumnya hasil
tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana tanaman kopi di daerah Onderafdeling
keterangan kepala daerah dan pedagang. Bonthain tidak sebanyak di wilayah di
Sehingga tanaman ini menjadi tanaman Onderafdeling lain. Bibit kopi ini di
wajib di daerah Onderafdeling Bonthain. datangkan dari daerah Maiwa (Enrekang).
b) Singkong (cassave) Selain itu para pegawai perkebunan kopi di
Seperti di Onderafdeling Wajo yang datangkan dari Enrekang. Sesuai keputusan
menjalankan budidaya tanaman singkong Verbod Invoer Aardappel Staatsblad 1938
(cassave), ubi jalar (bataten), sayuran, di No. 699. (Arsip Kabupaten Bantaeng, 1940:
daerah pegunungan seperti loka, lanyying, 12).
dan lain-lain. Akibat berbagai kebijakan di atas
c) Kentang perkembangan ekonomi daerah-daerah luar
Tanaman ini juga merupakan tanaman Jawa semakin pesat. Pada tahun 1905 ekspor
wajib dibudidayakan, sama halnya dengan daerah-daerah luar Jawa berjumlah f.
jagung, tanaman kentang juga menjadi salah 165.000.000. Jumlah itu meningkat sampai f.
satu komoditas ekspor di Onderafdeling 280.000.000 pada tahun 1925 dan menjadi f.
Bonthain. Kedua jenis tanaman ini paling 495.000.000 pada tahun 1940. Kenaikan
banyak memberikan pemasukan di kas yang pesat ini menunjukkan bahwa
pemerintahan. Adapun tiga jenis kentang sumbangan daerah luar Jawa terhadap
yang dibudidayakan 1) kentang jenis ekspor Hindia Belanda cukup besar, yaitu
Surabaya, kentang jenis ini memiliki kualitas dari 29 % tahun 1905 menjadi 54 % pada
terbaik dan memiliki harga yang lebih tinggi tahun 1925 dan lalu menjadi 60 % pada
dibanding dua jenis kentang lainnya yang tahun 1940 (Rasyid, 2017).
dibudidayakan di Onderafdeling Bonthain. 2) Pajak Penghasilan
18
Pajak dapat dibedakan dalam menjadi Kepala kampung Campaga, c). Kepala
pajak langsung dan pajak tak langsung. Pajak kampung Gantarangkeke, d). Kepala
langsung terdiri: a) pajak penghasilan kampung Biangkeke, e). Kepala kampung
(inkomstenbelasting) bagi yang Lembang-Gantarangkeke. Kepala-kepala
berpenghasilan di atas ƒ. 120, b) pajak upah kampung beserta yang lain yang mempunyai
(loonbelating) sebesar 1%, c) pajak kekayaan ongko, harus membayar pajak atas tanah
(vermogenbelasting) bagi yang kekayaannya yang dikuasai. Menurut adatheffing itu tidak
melebihi ƒ. 25.000, d) pajak perseroan boleh lebih dari 10% hasil kebun yang ada di
(vennootschapsbelasting) berdasarkan ongko-ongko itu. Pada tahun 1939
keuntungan bersih tahunan dari suatu badan pembayaran pajak yang harus di keluarkan
hukum, e) pajak rumah tangga (personele adalah 1/3 dari hasil.
belasting) seperti sewa rumah, nilai mebel, Berdasarkan uraian diatas, telah
sepeda, sepeda motor, kuda dan lain-lain, f) memberikan gambaran tentang proses
verponding pajak tanah yang bukan tanah peralihan sistem tradisional ke sistem
adat (pajak rumah, tanah, dan benda yang tak kolonial, sistem administrasi di wilayah
bergerak, g) pajak tanah (landrente), h) pajak Onderafdeling Bonthain, memberikan
kupon (coupon belasting), i) pajak kendaraan gambaran proses terbentuknya suatu susunan
(motorvoertuigen belasting), j) pajak potong pemerintahan serta mekanisme pemerintahan
ternak (slachtbelasting). tradisional dan pemerintahan di
Sedang pajak tak langsung terdiri: a) Onderafdeling Bonthain. Masuknya
pajak ekspor-impor (in en uitvoerrechten), b) kekuasaan kolonial juga memberikan
pajak segel (zegelrecht), c) pajak balik nama pengaruh terhadap kehidupan politik dan
(recht van overshryving), d) pajak makanan ekonomi, mengakibatkan terjadinya proses
dan minuman (asen), e) pajak suksesi dan transformasi struktural dari struktur politik
pemindahan (recht van successie en dan ekonomi tradisional ke arah struktur
overgang), f) pajak lelang (recht op politik dan ekonomi kolonial dan modern.
openbare verhopingen), g) pajak statistik PENUTUP
untuk barang impor (statistiek rechten). A. Kesimpulan
Retribusi adalah pembayaran sebagai Berdasarkan hasil penelitian mengenai
imbalan atas jasa tertentu yang diberikan sistem pemerintahan kolonial Hindia
kepada masyarakat, seperti pasar, pelabuhan Belanda di Onderafdeling Bonthain 1905-
dan lain-lain. Pendapatan dari kekayaan 1942. Adapun kesimpulan yang di peroleh
(domein) misalnya pembayaran yang yaitu:
diperoleh dari pemberian tanah dengan hak 1. Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda
erfpacht. dan Undang-Undang Pemerintahan
Perubahan birokrasi pemerintahah Hindia Belanda, yang dibuat oleh
tersebut mendorong pemerintahan kolonial kerajaan untuk Pemerintahan Hindia
Belanda untuk mengadakan pula Belanda, yang dalam bentuk sekarang,
perubahan hal pemakaian tanah rakyat. hanya mengacu ke tahun 1925. Selain
Pada tahun 1918 diadakan perubahan hak itu, masuknya Kolonial Belanda maka
pemakaian tanah. (Hasan, 2012). Kepala- Ada’ Sampulo Ruwa resmi menjadi
kepala kampung kebanyakan mempunyai Adatregentschapraad sebagai lembaga
sawah ornament atau ongko hutan atau pengelola keuangan pada pemerintah
ongko perkebunan, sebagai pendapatan resmi. lokal. Legitimasi kepemimpinan yang
Kepala kampung yang mempunyai ongko dilakukan berdasarkan suatu keputusan
yaitu: a). Kepala kampung Lonrong, b). pemerintahan pusat, tetapi pemerintahan
19
lokal juga masih memiliki peranan Ujung Pandang. Volume III, Nomor 1
dalam pemerintahan. Tahun 1988/1989. Surat De Hulp
2. Sistem administrasi pemerintahan Bestuur Assisten Resident Bonthain.
kolonial, tidak banyak mengubah sistem No.Reg 16 Tahun 1940.
birokrasi dan administrai pemerintahan Daliman, A. 2017. Sejarah Indonesia Abad
yang berlaku di Bantaeng. Sistem XIX-Awal Abad XX: Sistem Politik
birokrasi pemerintahan yang Kolonial dan Administrasi
dikembangkan pemerintah kolonial Pemerintahan Hindia-Belanda.
justru sepenuhnya ditujukan untuk Yogyakarta: Ombak
mendukung semakin berkembangnya Dahrendorf, Ralf. 1959. Class and Class
pola paternalistik yang telah menjiwai Conflict in Industrial Society, (London:
sistem birokrasi pada era kerajaan Routledge; First Pub. 1957
bertumpu pada Undang-Undang Fahmi, Nuril. 2013. Orang Onto: Warisan
desentralisasi tahun 1922. Sejarah Dan Budaya Komunitas Adat
3. Pengaruh sistem pemerintahan kolonial Di Bantaeng. Rayhan Intermedia.
terhadap politik dan aktivitas Hafid, Abdul 2000. Sistem Pemerintahan
perekonomian di onderafdeling bonthain Pada Masyarakat Makassar di Kab.
mengakibatkan terjadinya proses Gowa. Balai Kajian Sejarah dan Nilai
transformasi struktural dari struktur Tradisional Ujung Pandang.
politik dan ekonomi tradisional ke arah Hasan, M. Nur. Corak Budaya Birokrasi
struktur politik dan ekonomi kolonial Pada Masa Kerajaan, Kolonial Belanda
dan modern. Hingga di Era Desentralisasi dalam
B. Saran Pelayanan Publik. Jurnal. Hukum, Vol
1. Dianggap perlu untuk mengadakan XXVIII, No. 2, Desember 2012.
penelitian lebih lanjut tentang sistem Junaeda, St. 2014. Menelitik Jejak
pemerintahan kolonial di Kabupaten Pendidikan di Sulawesi Selatan: Dari
Bantaeng, agar dapat memberikan Sistem Pendidikan Tradisional Hingga
informasi yang lebih banyak lagi kepada Sistem Pendidikan Modern. Fakultas
pihak yang ingin mengetahui lebih Ilmu Sosial UNM. Jurnal Rihlah Vol.
spesifik lagi tentang masa kolonial. II No. 1.
2. Melalui tulisan ini kiranya, pemerintah La Sakka. 2014. Historiografi Islam Di
daerah Kabupaten Bantaeng lebih Kerajaan Bantaeng. Balai Penelitian
banyak memberikan perhatian terhadap dan Pengembangan Agama Makassar.
cagar budaya khususnya peninggalan Makassar.
Kolonial yang saat ini bangunan yang Mappangara, Suriadi. 2008. Sulawesi Selatan,
sangat bernilai sejarah tersebut Dimensi Sosial-Budaya, untuk
terbengkalai. Sehingga para generasi Parisiwisata (Departemaen
muda tidak lupa akan sejarah daerahnya Kebudayaan Dan Pariwisata RI
khususnya Kabupaten Bantaeng. Dengan Universitas Hasanuddin).
DAFTAR PUSTAKA Mattulada. 1974. Elite di Sulawesi Selatan.
Agung, Gde Anak Agung Putra. 2009. Dalam Bulletin Yaperna No. 2 Tahun I,
Peralihan Sistem Birokrasi dari Agustus 1974. Jakarta.
Tradisional ke Kolonial. Yogyakarta: Mukhlis dan Kathryn Robinson (ed). 1985.
Pustaka Pelajar. Politik, Kekuasaan, dan
Arsip Nasional RI Perwakilan Propinsi Kepemimpinan di Desa. Makassar:
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
20