FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 TUGAS 1 PENGGUNAAN OBAT SECARA BIJAK DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Perbedaan Sistem Kesehatan Nasional dan Kebijakan Obat Nasional
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat digantikan
dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Keterjangkauan obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia, dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Adanya perundang-undangan, termasuk di dalamnya keputusan menteri kesehatan yang mengatur tentang obat, merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan akses obat bagi masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) memberikan landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak lain yang terkait. Di dalam SKN terdapat 7 subsistem salah satunya adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. Dalam subsistem tersebut penekanan diberikan pada ketersediaan obat, pemerataan obat termasuk keterjangkauan dan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat. Menindak lanjuti kebijakan tersebut, perlu dilakukan perbaikan terkait kebijakan obat nasional yang telah ada, hal tersebut di tetapkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional. KONAS merupakan dokumen resmi yang berisi pernyataan komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang obat beserta prioritas, strategi dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen pokok kebijakan untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Dengan demikian Kebijakan Obat Nasional merupakan bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional.
2. Analisis situasi penggunaan obat berdasarkan pengalaman kelompok :
A. Ketersediaan obat untuk penanganan covid di pelayanan kesehatan pada masa pandemi
Terjadi hambatan ketersediaan akses obat covid, obat covid hanya
terbatas untuk pasien di rumah sakit saja, tidak dapat diakses oleh pasien dari luar rumah sakit. Sedangkan pasien diluar rumah sakit yang akan mengakses obat tidak ada akses terhadap rumah sakit dikarenakan regulasi yang ada. Pasien covid 19, sebenarnya bisa mengakses obat di puskesmas atau apotek terdekat, namun tidak tersedia, ketidak tersediaan obat ini dikarenakan adanya pengaruh dari luar bidang kesehatan. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh belum adanya regulasi yang belum berkesinambungan antar stakeholder yang ada, sebagai contoh pengadaan alkes dan obat di masa pandemi covid 19 ini. Beberapa kabupaten kota karena otonomi daerah, ada yang mampu melakukan proses pengadaan sedian farmasi dan alkes dengan merubah anggaran di APBD perubahan, tetapi ada juga yang belum mampu melakukan perubahan. Perbedaan ini terkait dengan anggaran belanja dari yang belum ada pada tahun sebelumnya, yang bisa merubah maka kemudian mampu mengadakan, sedangkan yang tidak dapat merubah tidak mampu melakukan mengadakan. Apabila ada perubahan dan dari pihak Dinas kesehatan bisa mendistribusikan ke puskesmas-puskesmas sebagai faskes 1, maka hasilnya akan membantu masyarakat/pasien mendapatkan obat yang diperlukan.
Adanya skala prioritas dari pihak-pihak terkait dalam penanganan
pandemi covid untuk melakukan pengadaan item tertentu. Contoh : pengadaan alat laboratorium yang digunakan untuk melakukan test Genose, dibandingkan dengan pengadaan obat-obat penanganan covid dengan pertimbangan jika pencegahan penularan lebih kuat maka pasien terkonfirmasi akan menurun
B. Ketersediaan Obat di Pelayanan Kesehatan terkait pelayanan pasien dengan
BPJS.
Terjadi hambatan pelayanan obat untuk pasien dengan BPJS oleh
karena ketersediaan stok obat di fasilitas kesehatan yang terbatas. Hal ini disebabkan oleh adanya rantai distribusi obat yang terputus, mulai dari produsen, distributor, sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang sudah dibuat dan sampai ke Kemenkes tidak menjadi pedoman utama dalam perencanaan produksi dan distribusi obat. Pabrik atau penyedia menunggu pemesanan dari user ( Fasilitas Kesehatan) sebelum memproduksi.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Kebijakan Obat
Nasional. Jakarta
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2021. Keputusan Kepala
BPOM No. HK 02.02.1.2.07.21.281 tahun 2021: Petunjuk Teknis Pelaksanaan Persetujuan Penggunaan Obat Darurat. Jakarta
Presiden Republik Indonesia, 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta