Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

PENGGUNAAN OBAT SECARA BIJAK


DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN

Disusun Oleh :

Ida Ayu Made Erma Ariningsih (218122104)

Ignatia Erlita Pramujayanti (218122105)

Maria Cyrilla Iglesia Adi N. (218122107)

Veronika Susi Purwanti R. (218122108)

Y.B. Arya Primantana (218122109)

Sr. M. Karla Sumiyem ( 218122111)

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
TUGAS 1
PENGGUNAAN OBAT SECARA BIJAK
DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN

1. Perbedaan Sistem Kesehatan Nasional dan Kebijakan Obat Nasional

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat digantikan


dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan bahan atau paduan bahan-bahan
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk
produk biologi. Keterjangkauan obat esensial merupakan salah satu hak azasi
manusia, dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban
bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta.
Adanya perundang-undangan, termasuk di dalamnya keputusan menteri
kesehatan yang mengatur tentang obat, merupakan salah satu upaya pemerintah
meningkatkan akses obat bagi masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
memberikan landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan
kesehatan bagi seluruh penyelenggara kesehatan, baik pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota, maupun masyarakat dan dunia usaha, serta pihak
lain yang terkait. Di dalam SKN terdapat 7 subsistem salah satunya adalah
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. Dalam subsistem tersebut
penekanan diberikan pada ketersediaan obat, pemerataan obat termasuk
keterjangkauan dan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat. Menindak
lanjuti kebijakan tersebut, perlu dilakukan perbaikan terkait kebijakan obat
nasional yang telah ada, hal tersebut di tetapkan dalam Keputusan Mentri
Kesehatan Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional. KONAS merupakan dokumen resmi yang berisi pernyataan
komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang
obat beserta prioritas, strategi dan peran berbagai pihak dalam penerapan
komponen-komponen pokok kebijakan untuk pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan. Dengan demikian Kebijakan Obat Nasional merupakan bagian
integral dari Sistem Kesehatan Nasional.

2. Analisis situasi penggunaan obat berdasarkan pengalaman kelompok :


A. Ketersediaan obat untuk penanganan covid di pelayanan kesehatan pada
masa pandemi

Terjadi hambatan ketersediaan akses obat covid, obat covid hanya


terbatas untuk pasien di rumah sakit saja, tidak dapat diakses oleh pasien
dari luar rumah sakit. Sedangkan pasien diluar rumah sakit yang akan
mengakses obat tidak ada akses terhadap rumah sakit dikarenakan regulasi
yang ada. Pasien covid 19, sebenarnya bisa mengakses obat di puskesmas
atau apotek terdekat, namun tidak tersedia, ketidak tersediaan obat ini
dikarenakan adanya pengaruh dari luar bidang kesehatan. Keadaan tersebut
dipengaruhi oleh belum adanya regulasi yang belum berkesinambungan
antar stakeholder yang ada, sebagai contoh pengadaan alkes dan obat di
masa pandemi covid 19 ini. Beberapa kabupaten kota karena otonomi
daerah, ada yang mampu melakukan proses pengadaan sedian farmasi dan
alkes dengan merubah anggaran di APBD perubahan, tetapi ada juga yang
belum mampu melakukan perubahan. Perbedaan ini terkait dengan
anggaran belanja dari yang belum ada pada tahun sebelumnya, yang bisa
merubah maka kemudian mampu mengadakan, sedangkan yang tidak dapat
merubah tidak mampu melakukan mengadakan. Apabila ada perubahan dan
dari pihak Dinas kesehatan bisa mendistribusikan ke puskesmas-puskesmas
sebagai faskes 1, maka hasilnya akan membantu masyarakat/pasien
mendapatkan obat yang diperlukan.

Adanya skala prioritas dari pihak-pihak terkait dalam penanganan


pandemi covid untuk melakukan pengadaan item tertentu. Contoh :
pengadaan alat laboratorium yang digunakan untuk melakukan test Genose,
dibandingkan dengan pengadaan obat-obat penanganan covid dengan
pertimbangan jika pencegahan penularan lebih kuat maka pasien
terkonfirmasi akan menurun

B. Ketersediaan Obat di Pelayanan Kesehatan terkait pelayanan pasien dengan


BPJS.

Terjadi hambatan pelayanan obat untuk pasien dengan BPJS oleh


karena ketersediaan stok obat di fasilitas kesehatan yang terbatas. Hal ini
disebabkan oleh adanya rantai distribusi obat yang terputus, mulai dari
produsen, distributor, sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) yang sudah dibuat dan sampai ke Kemenkes tidak
menjadi pedoman utama dalam perencanaan produksi dan distribusi obat.
Pabrik atau penyedia menunggu pemesanan dari user ( Fasilitas Kesehatan)
sebelum memproduksi.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Kebijakan Obat


Nasional. Jakarta

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2021. Keputusan Kepala


BPOM No. HK 02.02.1.2.07.21.281 tahun 2021: Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Persetujuan Penggunaan Obat Darurat. Jakarta

Presiden Republik Indonesia, 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai