Anda di halaman 1dari 11

LITERATURE REVIEW

“Manajemen Pabrik Gula sebelum Tahun 1942: Kebijakan dan Peraturan


Pabrik pada Zaman Kolonial”
Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957 (Amri Eka Wardana)

Tata Ruang Dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920-1944 (Oktavian Ardana Putra, dkk)

DI BAWAH TEKANAN KAPITALISME PERKEBUNAN: PERTUMBUHAN DAN RADIKALISASISAREKAT RA’JAT

TEGAL (Wijanarto)

Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula Nasional (Sudi Madianto, dkk)

Disusun Oleh :
Kelompok 1 – MK 6B
Adys Aulia H.N.P (1804441040)
Andi Ghazali (1804441054)
Raisha Fildzah G (1804441008)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
MARET 2021
SECTION I

I. LATAR BELAKANG
Sebelum tahun kemerdakaan, Indonesia masih berada dalam jajahan Belanda. Banyak
sekali peraturan yang memonopoli kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satunya
adalah sistem tanam paksa. Dari situ pabrik gula mulai bermunculan dengan tebu sebagai
tanaman yang wajib ditanam oleh setiap penduduk

Selama berjalannya masa tersebut, banyak sekali perlakuan dan peraturan yang
memberatkan petani-petani Indonesia. Manajemen yang bersifat egois menyebabkan
banyak petani yang memperoleh upah minimum dan minimnya kesejathteraan bagi para
petani.

II. TOPIK PENELITIAN


Topik penelitian yang akan dibahas dalam literature review ini adalah Manajemen Pabrik
Gula dengan pendalaman lebih pada kebijakan dan peraturan selama zaman colonial.
Manajemen pabrik sendiri umumnya mengandung berbagai konsep pengelolaan yang
terkait dengan berbagai sumber daya pabrik. Hal ini ditujukan untuk mencapai tujuan
perusahaan hingga akhirnya perusahaan tersebut mampu mencapai keberhasilan yang
diharapkan.

Penelitian literature review ini akan menggunakan yang artikel-artikel di yang tertera
sebagai berikut:

• Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957 (Amri Eka Wardana)


• Tata Ruang Dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920-1944
(Oktavian Ardana Putra, dkk)
• DI BAWAH TEKANAN KAPITALISME PERKEBUNAN: PERTUMBUHAN DAN
RADIKALISASISAREKAT RA’JAT TEGAL (Wijanarto)
• Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula Nasional (Sudi
Madianto, dkk)
SECTION II

III. ARTIKEL YANG DIGUNAKAN


• Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957, Jurnal Forum Penelitian
Agro Ekonomi, 2016-08-18
Pengarang : Amri Eka Wardana
Terdaftar : PDDI LIPI

Masalah yang dibahas :


o Sistem Tanam Paksa menjadi alasan maraknya pabrik gula dengan tebu
sebagai tanaman wajib di Jawa
o Industri gula berada pada masa puncak kejayaan pada tahun 1930an.
o Depresi Ekonomi atau zaman Malaisse membuat industri gula terpukul
akibat turunnya harga gula dunia, meningkatnya produksi gula di beberapa
negara yang biasanya mengimpor gula, menurunnya impor gula oleh
Inggris, Cina dan Jepang dan berkembangnya industri gula di Taiwan
setelah Jepang menduduki negara ini dan kemudian mengalahkan industri
gulanya (Tahun 1933 – 1936)
o Penurunan pabrik gula dari 97 pabrik saat tahun 1933 menjadi 35 pabrik
pada tahun 193

Metodologi Penelitian :
o Heuristik, menelurusuri sumber-sumber sejarah yang berhubungan
dengan objek penelitian
o Kritik terhadap sumber, penulis melakukan verifikasi untuk menguji
validitas sumber-sumber yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang
telah di dapatkan
o Interprestasi, penulis melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber
tersebut dimana sumber-sumber yang berhasil diperoleh dikonfrontasikan
satu sama lain sehingga dapat terjadi rekonstruksi fakta sejarah
Hasil dan Kesimpulan :
Kesimpulan, Pabrik Gula Krebet untuk bertahan dalam krisis ekonomi mengganti
kualitas bibit tebu dengan yang lebih baik yaitu POJ 2879. Mereka juga
mengurangi upah bagi buruh walaupun akhirnya menimbulkan protes. Usai masa
kelam, pabrik digadai dan menerima bantuan dari bank negara untuk beroperasi.

• Tata Ruang Dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto


Tahun 1920-1944, Jurnal Panalungtik, Vol. 2(2), Desember 2019, pp 139–154
Pengarang : Oktavian Ardana Putra dan Niken Wirasanti
Terdaftar : ARJUNA

Masalah yang dibahas :


o Menganalisis Sejarah Pabrik Gula Di Vorstenlanden (Surakarta dan
Yogyakarta)
o Pola tata ruang Pabrik Gula Tanjung Tirto
o Perkembangan Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1923-1940

Metodologi Penelitian :
Pendekatan keruangan, upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan dari
perbedaan fenomena geosfer dalam ruang.

Hasil dan Kesimpulan :


Unsur fisik emplasemen Pabrik Gula Tanjung Tirto mengalami
perkembangansecara bertahap dari tahun 1920 hingga 1940. Dinamika yang
terjadi karena adanya upaya peningkatan jumlah produksi gula yang dilakukan
oleh direksi pabrik, arah kebijakan politik dari pemerintah Hindia Belanda dan
Pemerintah Jepang mengenai perkebunan masa itu, dan faktor dinamika ekonomi
dunia turut mempengaruhi pasang surut produksi gula di Pabrik Gula Tanjung
Tirto.
• DI BAWAH TEKANAN KAPITALISME PERKEBUNAN:
PERTUMBUHAN DAN RADIKALISASISAREKAT RA’JAT TEGAL,
1923-1926 Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 1 , No. 2, 2016, hlm. 133-146
Pengarang : Wijanarto
Terdaftar : ARJUNA

Masalah yang dibahas :


o Penyebab munculnya radikalisasi di Tegal.
o Dampak kapitalisme perkebunan awal abad XX
o Terbentuknya Sarekat Ra'jat (SR) Tegal

Metodologi Penelitian :
o Heuristik, menelurusuri sumber-sumber sejarah yang berhubungan
dengan objek penelitian
o Kritik terhadap sumber, penulis melakukan verifikasi untuk menguji
validitas sumber-sumber yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang
telah di dapatkan
o Interprestasi, penulis melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber
tersebut dimana sumber-sumber yang berhasil diperoleh dikonfrontasikan
satu sama lain sehingga dapat terjadi rekonstruksi fakta sejarah

Hasil dan Kesimpulan :


Kelahiran dan eksistensi Sarekat Ra'jat (SR) Tegal tidak bisa dilepaskan dari
kondisi sosial ekonomi khususnya dampak kapitalisme perkebunan awal abad
XX. Sarekat Ra'jat Tegal mewakili tipikalgerakan perlawanan dan sentimen
antikolonial. Belajar dari pertumbuhan SR Tegal,khazanah historiografi di
Indonesia diperkaya adanya studi gerakan radikal yang dimainkan organisasi
pergerakan kebangsaan.
• Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula
Nasional, Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2016-08-18
Pengarang : Sudi Madianto, Panjar Simatupang, Prajogo U. Hadi,
Husni Malian, dan Ali Susmiadi
Terdaftar : ARJUNA

Masalah yang dibahas :


o Menganalisis bagaimana perkembangan kebijakan industri gula di
Indonesia yang berawal dari tahun 1930an hingga hingga tahun 2000an

Metodologi Penelitian :
Metodologi yang digunakan pada artikel ini adalah metode pengumpulan data
historis kuantitatif dan kualitatif

Hasil dan Kesimpulan :


Industri gula tebu di Indoenesia hanya bisa tumbuh berkembang dengan ditopang
dengan usaha tani tebu, pabrik gula, dan penelitian & pengembangan. Kebijakan
industri komprehensif yang seharusnya membangun ketiga aspek sebelumnya
menjadi lebih kokoh, berimbang, dan terintergrasi sebagai upaya revitalisasi
industri gula nasional Indonesia
SECTION III

IV. ANALISI 3C2S


a. Compare
Menurut artikel Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-195, dijelaskan bahwa awal
mula pabrik gula yang bersebaran di Indonesia terkhususnya Pulau Jawa adalah akibat
dari Sistem Tanam Paksa yang diusut oleh Pemerintah Belanda. Sistem ini menargetkan
tebu sebagai salah satu tanaman yang harus di tanam di lahan para petani. Pernyataan ini
sejalan dengan artikel Tata Ruang dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung
Tirto Tahun 1920 - 1944 yang menjelaskan bahwa Sistem Tanam Paksa yang terjadi pada
daerah Jawa bagian Timur dengan tanaman tebu sebagai pilihan yang tepat dikarenakan
iklim dan kondisi lahan yang cocok dan mendukung.

Menurut artikel Di Bawah Tekanan Kapitalisme Perkebunan: Pertumbuhan &


Radikalisasisarekat Ra'jat Tegal, 1923 - 1926, pada akhir abad XIX hingga tahun 1930-an
lahan pada Pekalongan sekitar 31% diperuntukkan untuk tanaman tebu dari lahan
pertanian sawah. Pada artikel Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan
Industri Gula Nasional juga mengumbarkan bahwa pada zaman kolonial petani dipaksa
menanam tebu sesuai dengan luasan, teknologi, jadwal tanam, dan jadwal panen yang
telah ditetapkan oleh pabrik.

Industri gula pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke-XIX hingga tahun 1930-an
yang disebutkan dalam artikel Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-195 dan pada
artikel Tata Ruang dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920
- 1944 dijelaskan bahwa daerah Vorsrtenlanden perkebunan tebu yang tumbuh pesat
membawa jumlah pabrik gula pada daerah tersebut ikut meningkat. Pernyataan ini
didukung oleh artikel Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula
Nasional juga yang menyertakan data historis berupa tabel (Tabel Perkembangan
Produksi dan Produktivitas Gula di Indonesia) menunjukkan luas tanam tebu pada tahun
1930 seluas 196.592 Hektar dengan produksi tebu sebanyak 25.680.901 Ton.
b. Contrast
Dalam penerapan kebijakan dan peraturan Pabrik Gula di Indonesia pada zaman colonial
berdasarkan artikel Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-195, saat krisis Malaisse
terjadi manajemen Pabrik Gula Krebet memutuskan untuk mengganti varietas tanaman
tebu yang lebih unggul yakni bibit unggul POJ 2879. Sedangkan pada artikel Tata Ruang
dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920 - 1944 yang
dibawah manajemen baru memutuskan untuk membatasi tanaman keras (tebu) dengan
menggantikannya dengan tanaman pangan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak
manajemen pabrik memiliki perspektif yang berbeda dalam penerapan peratruan untuk
menjaga kelangsungan operasional dan profitabilitas pabrik.

Lalu menurut Di Bawah Tekanan Kapitalisme Perkebunan: Pertumbuhan &


Radikalisasisarekat Ra'jat Tegal, 1923 - 1926, pada tahun 1926 Sarekat Ra'jat (SR)
memberontak kepada pemerintah Belanda yang melakukan kapitalisme perkebunan.
Salah satu bentuk ancaman yang dilontarkan adalah dengan membakar ladang tebu yang
saat itu menjadi aset penting bagi pemerintah Belanda. Sebagai reaksi perlawanan
ancaman tersebut, manajemen membalas dengan peraturan yang berbau kekerasan yakni
dengan menahan orang yang ikut serta dalam pemberontakan tersebut.

Lalu pada artikel Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula
Nasional mengungkapkan bahwa dari tahun 1930 hingga melewati tahun 1942, rendemen
yang diterima justru berkurang dan bahkan masih tergolong sangat rendah. Hal
memperlihatkan secara jelas perlakuan dari kebijakan dan peraturan pabrik gula di
Indonesia yang tidak memandang kesejahteraan para buruh.

c. Criticize
Pada artikel Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-195; Tata Ruang dan
Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920 – 1944; dan Di Bawah
Tekanan Kapitalisme Perkebunan: Pertumbuhan & Radikalisasisarekat Ra'jat Tegal, 1923
- 1926, dalam pengulapasan kebijakan dan peraturan manajemen pabrik belum terlalu
menunjukkan pembahasan yang mendalam. Pada artikel-artikel tersebut lebih
menitikberatkan satu kebijakan yang ingin dibahas secara satu tema, seperti penggunaan
tata ruang dan lahan pabrik sebagai bentuk baru dalam mencari untung setelah tanaman
tebu mengalami penurunan harga yang signifikan dalam perdagangan internasional.

Sedangkan pada artikel Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri
Gula Nasional mengungkapkan apa saja kebijakan yang terjadi di Industri gula Indonesia
dan bagaimana latar belakang singkat setiap kebijakan serta memperlihatkan kelebihan
dan kerugian dari kebijakan selama perkembangan tersebut.

d. Synthesize
Dengan menggabung pernyataan-pernyataan dari keempat artikel, maka akan lebih baik
dalam suatu manajemen pabrik melihat aspek-aspek yang dapat dikendalikan. Aspek
yang dimaksud dapat berupa bagaimana manajemen memperlakukan buruh karena tanpa
keikutsertaan buruh dalam kegiatan operasi pabrik, maka roda kerja pabrik tentu tak akan
berputar.

Aspek yang dapat diperhatikan selanjutnya adalah bagaimana prospek yang ada dalam
kelangsungan hidup pabrik tersebut. Bagaimana manajemen merencanakan solusi yang
tersedia dan dapat diwujdukan dengan mengeluarkan cost yang sedikit dan risk yang
minim.

Aspek selanjutnya yang menjadi pertimbangan manajemen adalah lingkungan eksternal


pabrik. Bagaimana seharusnya manajemen bergerak secara selaras dengan lingkungan
sekitar tanpa menciptakan masalah dengan lingkungan.
SECTION IV

V. KESIMPULAN
Dari hasil keseluruhan literature review yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa
penelitian pada keempatartikel di atas mengambil topik mengenai "Manajemen Pabrik
Gula sebelum tahun 1942: Kebijakan dan Peraturan Pabrik pada Zaman Kolonial" bahwa
setiap artikel memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keempat artikel
yang disebutkan dapat menunjukkan pengaruh kebijakan dan peraturan terhadap operasi
pabrik serta bagaimana manajemen mengelola pabrik.

Dalam penelitian selanjutnya, para penulis dapat membahas bagaimana kebijakan dan
peraturan yang dijelaskan pada keempat artikel berpengaruh dalam Bidang Manajemen
dan Bidang Agribisnis pada industri saat ini. Dengan begitu akan memperlihatkan
bagaimana perlakuan sumber daya yang mana yang bisa ditarik dalam saat ini sebagai
upaya menjaga kesejahteraan pekerja dan upaya selaras untuk mendapatkan keuntungan
berbisnis.

Lalu dalam implementasi hasil literature review ini ke Bidang Manajemen, saat ini
keempat jurnal yang diteliti dapat memberikan pengetahuan bagaimana mengelola aspek-
aspek penting dalam pabrik seperti faktor lingkungan, rencana pencegahan risiko,
ataupun aspek lingkungan bagi pihak manajemen terutama dalam menjalankan pekerjaan
dalam industri gula.
REFERENSI

Mardianto, S., & dkk. (2005). Peta Jalan (Road Map) dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula
Nasional. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 23 No. 1, 19-37.
Putra, O. A., & Wirasanti, N. (2019). Tata Ruang dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung
Tirto Tahun 1920 - 1944 Kabupaten Sleman. Jurnal Panalungtik, Vol. 2(2), 139-154.
Wardana, A. E. (n.d.). Dinamika Pabrik Gula Krebet Malang 1906-1957. AVATARA, e-Journal
Pendidikan Sejarah.
Wijanarto. (2016). Di Bawah Tekanan Kapitalisme Perkebunan: Pertumbuhan & Radikalisasisarekat
Ra'jat Tegal, 1923-1926 . Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 1, No. 2, 133-146.

Anda mungkin juga menyukai