Laporan Tugas01 K02 TL3206 15318093 AureliansyahAlberami
Laporan Tugas01 K02 TL3206 15318093 AureliansyahAlberami
NIM : 15318093
Kelas : 02
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari – hari tentunya kita menghasilkan limbah. Limbah
sendiri bentuknya bermacam – macam, seperti limbah cair, limbah padat,
limbah B3, dan limbah gas. Limbah sendiri menurut World Health
Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah
dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang
tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah yang
memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara melalui unit suatu proses
lanjut akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah non-ekonomis
yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun
tidak akan memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem
pembuangan.
Perkembangan yang semakin pesat dan juga jumlah penduduk yang terus
meningkat tiap tahunnya menyebabkan meningkatnya volume limbah padat
yang dihasilkan. Semakin banyak populasi maka semakin berkurang juga lahan
yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah. Hal ini menyebabkan
pengolahan limbah tidak sesuai dengan standar yang ada yang nantinya
menyebabkan berbagai masalah di lingkungan sosial masyarakat.
Limbah padat merupakan limbah yang sering kita temui di kehidupan kita
sehari – hari. Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas
domestik yang berbentuk padat. Limbah padat dihasilkan dari berbagai macam
kegiatan seperti industri, tempat wisata, sekolah, pasar, pemukiman,
perkantoran, dan fasilitas umum yang lain.
Salah satu tempat umum yang memerlukan pengawasan dalam hal
persampahan adalah sarana trasportasi. Kereta api adalah salah satu transportasi
umum yang kerap digunakan penduduk DKI Jakarta. Pertambahan jumlah
penduduk tentunya membuat PT. KAI menaikkan fasilitas – fasilitas di sekitar
stasiunnya. Juga dengan fasilitas pembuangan sampah di stasiun. Namun, kerap
dalam implementasinya banyak hal – hal diluar dugaan. Mungkin karena
kurangnya pencerdasan ke masyarakat mengenai fasilitas atau masyarakat yang
tak acuh akan peraturan yang ada. Banyak hal yang dapat diakibatkan dari
permasalahan sampah ini apabila pengolahan limbah padat tidak tertangani
dengan baik.
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Menegtahui karakterisitik limbah pada yang dibuang di Stasiun Klender
Baru
2. Mengetahui timbulan sampah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru
3. Mengetahui komposisi sampah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru
II.3 Demografi
Stasiun Klender Baru memfasilitasi transportasi warga yang tinggal di sekitar
stasiun tentunya. Daerah pelayanannya meliputi Kecamatan Cakung terutama
Kelurahan Penggilingan dan Kecamatan Duren Sawit terutama Kelurahan Pondok
Kopi karena wilayah yang berbatasan langsung dengan Stasiun Klender Baru.
Berdasarkan pengamatan saya, mayoritas pengguna stasiun adalah para pekerja
kantoran dan pedagang, dikarenakan tidak ada data spesifik terkait tingkat pengguna
stasiun kereta dan juga karena situasi terkini yaitu Covid-19, maka segala kegiatan
pendidikan dialihkan ke daring. Asumsinya area pelayanan meliputi Kelurahan
Pondok Kopi, Malaka Jaya, Malaka Sari, Pondok Kelapa, dan Penggilingan. Asumsi
dilakukan berdasarkan kedekatan lokasi wilayah dengan stasiun.
Jumlah penduduk di area tersebut berdasarkan Kecamatan Duren Sawit Dalam
Angka 2020 dan Kecamatan Cakung Dalam Angka 2020 adalah sebagai berikut
Namun angka ini tentunya tidak dapat dijadikan acuan karena tidak ada data
pengguna kereta dari angka tersebut dan karena situasi, tidak semua orang bekerja
langsung ke lapangan. Berdasarkan yang saya amati dari hasil ke lapangan, pada
pukul 13.00, pengguna KRL ada sekitar 40 jiwa dan saat saya selesai yaitu sekitar
pukul 17.00, pengguna meningkat menjadi sekitar 50 – 60 jiwa karena jam itu
merupakan jam pulang kerja.
BAB III
KONDISI PENGOLAHAN PERSAMPAHAN WILAYAH STUDI
Dari tabel diatas, didapatkan total timbulan sampah sebesar 201,16 kg dan berat
rata – rata sebesar 25,15 kg/hari, sedangkan volume total timbulan sebesar 978 L dan
volume rata – rata sebesar 122,25 L/hari. Jika dilihat, tidak perubahan yang signifikan
saat sampling dilakukan dari hari pertama hingga ke delapan. Hal ini dikarenakan saat
sampling dilakukan, jumlah pengunjung relatif sama dan sedikit jumlahnya.
III.2 Komposisi Limbah Padat
Komposisi sampah menyatakan komponen- komponen yang terdapat pada
sampah, biasanya dinyatakan dengan % berat. Data komposisi sampah diperlukan
dalam penentuan peralatan yang diperlukan, sistem, dan manajemen program dan
perencanaan (Tchobanoglous, dkk, 1993).
Hasil pengukuran komposisi sampah di Stasiun Lempuyangan didapatkan total
dan rata – rata berat hasil timbulan sebagai berikut:
Dari tabel diatas, didapatkan total berat sampah sebesar 201,16 kg dan berat
rata – rata sebesar 25,15 kg/hari. Bila dilihat, sampah jenis botol plastik merupakan
jenis sampah yang paling banyak bila dibandingkan dengan yang lain, hal ini
disebkan oleh rata – rata pengunjung yang membawa botol plastik untuk minum. Sisa
makanan dan daun juga dengan bungkus plastik dan sterofoam juga tergolong banyak
karena di sekitar stasiun banyak pohon – pohon rindang dan juga terdapat food court
yang menyebabkan banyak bungkus makanan.
Didapat pula dari hasil pengukuran komposisi sampah di Stasiun Lempuyangan
yaitu volume sampah per komposisi yaitu sebagai berikut:
Dari tabel diatas, didapatkan total volume sampah sebesar 978 Liter dan rata –
rata sebesar 122,25 L/hari. Sama seperti sebelumnya, bila dilihat, sampah jenis botol
plastik merupakan jenis sampah yang paling banyak bila dibandingkan dengan yang
lain, hal ini disebkan oleh rata – rata pengunjung yang membawa botol plastik untuk
minum. Sisa makanan dan daun juga dengan bungkus plastik dan sterofoam juga
tergolong banyak karena di sekitar stasiun banyak pohon – pohon rindang dan juga
terdapat food court yang menyebabkan banyak bungkus makanan.
2. Kadar Kelembapan
Kadar Kelembaban didefinisikan sebagai massa air per unit massa
sampah basah atau sampah kering. Karena tidak adanya data terkait
sampah basah dan kering, maka digunakan referensi sebagai acuannya.
B. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses
alternatif dan pilihan pemulihan energi.
1. Kandungan Energi
Informasi mengenai kandungan energi dibutuhkan untuk mengetahui
besaran abu yang dihasilkan nantinya dna jumlah energi yang
dibutuhkan untuk membakar limbah berdasarkan jenisnya agar
teknologi yang digunakan tepat. Data yang digunakan merupakan data
referensi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.
Tabel III.6 Sisa Akhir dan Kandungan Energi Limbah Padat Perkotaan
Komponen Persentase (%) Energi (kJ/kg)
Sampah Kisaran Umum Kisaran Umum
Limbah 2–8 5 3.500 – 7.000 4.650
makanan
Kertas 4–8 6 11.600 – 18.600 16.750
Tabel III.6 Sisa Akhir dan Kandungan Energi Limbah Padat Perkotaan
(lanjutan)
Komponen Persentase (%) Energi (kJ/kg)
Sampah Kisaran Umum Kisaran Umum
Karton 3–6 5 13.950 – 17.450 16.300
Plastik 6 – 20 10 27.900 – 37.200 32.600
Tekstil 2–4 2,5 15.000 – 18.600 17.450
Karet 8 – 20 10 20.900 – 27.900 23.250
Kulit 8 – 20 10 15.100 – 19.800 17.450
Sampah 2–6 4,5 2.300 – 18.600 6.500
perkebunan
Kayu 0,6 – 2 1,5 17.450 – 19.800 18.600
Misc. 2–8 6 11.000 – 26.000 18.000
Organik
Kaca 96 – 99 98 100 – 250 150
Timah 96 – 99 98 250 – 1.200 700
Logam non 90 – 99 96
ferrous
Logam 94 – 99 98 250 – 1.200 700
ferrous
Abu, debu 60 – 80 70 2.300 – 11.650 7.000
(Sumber: Sulistyoweni, 2002)
2. Kandungan Kimia
Kandungan kimia diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan yang
mudah terbakar dan tak mudah terbakar.
Tabel III.7 Kandungan Unsur Kimia Sampah Perkotaan yang Mudah
Terbakar (dalam %)
Kandungan Karbon Hidrogen Oksigen Nitrogen Sulfur Abu
Kimia
Limbah 48 6,4 37,6 2,6 0,4 5
makanan
Kertas 43,5 6 44 0,3 0,2 6
Karton 44 5,9 44,6 0,3 0,2 5
Plastik 60 7,2 22,8 - - 10
Tekstil 55 6,6 31,2 4,6 0,15 2,5
Karet 78 10 - 2 - 10
Kulit 60 8 11,6 10 0,4 10
Sampah 47,8 6 38 3,4 0,3 4,5
perkebunan
Kayu 49,5 6 42,7 0,2 0,1 1,5
Misc. 48,5 6,5 37,5 2,2 0,3 5
Organik
Abu, debu 26,3 3 2 0,5 0,2 68
(Sumber: Sulistyoweni, 2002)
III.4 Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Eksisting
Pengelolaan sampah di Stasiun Klender Baru belum baik. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama adalah terkait dengan tempat sampah. Ketersediaan
tempat sampah di Stasiun Klender Baru berjumlah 7 tempat sampah. Menurut salah
satu pegawai kebersihan di stasiun, ketersediaan tempat sampah ini dikurangi dari
sebelumnya agar meningkatkan tata tertib masyarakat agar tidak banyak membuang
sampah di stasiun. Untuk pembagian jenis tempat sampah sendiri, sudah dibagikan
antara non organik dan organik, namun tidak ada penjelasan yang jelas mana yang
organik dan mana yang non organik.
Gambar III.2 Tempat Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Selanjuntnya adalah terkait dengan bak penampungan sampah. Stasiun Klender
Baru mempunyai bak penampungan sampah sendiri sebelum akhirnya diangkut oleh
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sayangnya, di bak penampungan ini para pegawai
kebersihan menyatukan sampah yang sudah dipisah di tempat sampah. Hal ini
dikarenakan, saat di tempat sampah pun sudah tercampur sehingga mereka malas
untuk memisahkannya lagi karena merasa bukan tugas mereka untuk memilah
sampah.
Keluhan dari pegawai disana adalah banyak warga sekitar yang membuang
sampah ke bak penampungan mereka. Pihak stasiun merasa pembayaran
pengangkutan sampah dari pihak dinas akan dibebankan ke mereka karena warga
membuang sampah di tempat yang sama.
Gambar III.3 Bak Penampungan Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Gambar III.4 Bak Penampungan Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Nilai r untuk wilayah Pondok Kopi adalah 0,53% pada tahun 2010-2018
(Kecamatan Duren Sawit Dalam Angka 2020). Dengan hasil perhitungan yang
sudah didapatkan ini, diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan.
Tabel III.8 Proyeksi Penumpang 10 Tahun Kedepan
Tahun Proyeksi Penduduk (jiwa)
2018 247.153
2019 248.463
2020 251.104
2021 255.117
2022 260.569
2023 267.548
2024 276.169
2025 286.579
2026 298.958
2027 313.525
2028 330.543
2029 350.333
Proyeksi
Sampah
Tahun Timbulan Plastik Kertas Logam Kaca
Organik
(kg/Tahun)