Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUGAS

TL 3202 – PENGOLAHAN LIMBAH PADAT


EVALUASI KONDISI EKSISTING PENGOLAHAN LIMBAH PADAT
DI STASIUN KLENDER BARU

Nama Praktikan : Aureliansyah Alberami

NIM : 15318093

Kelas : 02

Tanggal Pengumpulan : 12 Maret 2021

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari – hari tentunya kita menghasilkan limbah. Limbah
sendiri bentuknya bermacam – macam, seperti limbah cair, limbah padat,
limbah B3, dan limbah gas. Limbah sendiri menurut World Health
Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah
dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang
tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah yang
memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara melalui unit suatu proses
lanjut akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah non-ekonomis
yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun
tidak akan memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem
pembuangan.
Perkembangan yang semakin pesat dan juga jumlah penduduk yang terus
meningkat tiap tahunnya menyebabkan meningkatnya volume limbah padat
yang dihasilkan. Semakin banyak populasi maka semakin berkurang juga lahan
yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah. Hal ini menyebabkan
pengolahan limbah tidak sesuai dengan standar yang ada yang nantinya
menyebabkan berbagai masalah di lingkungan sosial masyarakat.
Limbah padat merupakan limbah yang sering kita temui di kehidupan kita
sehari – hari. Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas
domestik yang berbentuk padat. Limbah padat dihasilkan dari berbagai macam
kegiatan seperti industri, tempat wisata, sekolah, pasar, pemukiman,
perkantoran, dan fasilitas umum yang lain.
Salah satu tempat umum yang memerlukan pengawasan dalam hal
persampahan adalah sarana trasportasi. Kereta api adalah salah satu transportasi
umum yang kerap digunakan penduduk DKI Jakarta. Pertambahan jumlah
penduduk tentunya membuat PT. KAI menaikkan fasilitas – fasilitas di sekitar
stasiunnya. Juga dengan fasilitas pembuangan sampah di stasiun. Namun, kerap
dalam implementasinya banyak hal – hal diluar dugaan. Mungkin karena
kurangnya pencerdasan ke masyarakat mengenai fasilitas atau masyarakat yang
tak acuh akan peraturan yang ada. Banyak hal yang dapat diakibatkan dari
permasalahan sampah ini apabila pengolahan limbah padat tidak tertangani
dengan baik.

I.2 Perumusan Masalah


Berikut adalah beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengolahan limbah
pada di Stasiun Klender Baru yang akan dibahas dalam laporan ini.
1. Bagaimana karakterisitik limbah padat yang dibuang di Stasiun Klender
Baru?
2. Bagaimana timbulan limbah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru?
3. Bagaimana komposisi limbah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru?
4. Bagaimana pengelolaan dan pengolahan limbah padat secara eksisting di
Stasiun Klender Baru?

I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1. Menegtahui karakterisitik limbah pada yang dibuang di Stasiun Klender
Baru
2. Mengetahui timbulan sampah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru
3. Mengetahui komposisi sampah padat yang dihasilkan di Stasiun Klender
Baru

I.4 Ruang Lingkup


Evaluasi kondisi eksisting pengolahan limbah padat dalam laporan ini terbatas
pada satu stasiun saja yaitu Stasiun Klender Baru. Data dan peta lapangan
merupakan data sekunder yang diambil dari literatur dan merupakan referensi
dari data lapangan stasiun yang berbeda karena keterbatas sumber dan waktu.
Tidak adanya pengecekan langsung terhadap timbulan dan komposisi sampah
kurangnya data yang tersedia.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

II.1 Letak Administratif


Stasiun Klender Baru adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di
Jalan Pondok Kopi Timur, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Stasiun ini
termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta dan hanya melayani rute KRL
Commuter Line. Stasiun ini kini memiliki empat jalur kereta api. Lokasi stasiun
berada di Jalan Pondok Kopi Timur, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur,
13940.

Gambar II.1 Wilayah Rencana Studi


(Sumber: Google Maps)
Stasiun Klender Baru berbatasan dengan Kecamatan Cakung dan
Kelurahan Penggilingan di sebelah utara dan Kecamatan Duren Sawit dan
Kelurahan Pondok Kopi di sebelah selatan.

II.2 Kondisi Geografi


Stasiun ini terletak pada ketinggian +11 meter diatas permukaan air laut. Untuk
luas stasiun, tidak ada sumber yang menyatakan berapa luas Stasiun Klender Baru,
namun penulis menggunakan aplikasi Google Earth untuk mengukur luas stasiun.
Didapat luas Stasiun Klender Baru adalah 9,698.37 m².
Gambar II.2 Perkiraan Luas Stasiun Klender Baru
(Sumber: Google Earth)
Titik koordinat stasiun ini terletak di 6.2176789°S, 106.9401723°E. Kondisi
stasiun ini tidak terlalu ramai karena stasiun ini bukan merupakan stasiun transit dan
jarak antar stasiun yang berada setelah Stasiun Klender Baru tidak terlalu jauh
sehingga cakupan stasiun – stasiun tersebut hanya di daerah sekitarnya saja.

Gambar II.3 Letak Stasiun Buaran, Klender Baru, dan Cakung


(Sumber: Google Maps)

II.3 Demografi
Stasiun Klender Baru memfasilitasi transportasi warga yang tinggal di sekitar
stasiun tentunya. Daerah pelayanannya meliputi Kecamatan Cakung terutama
Kelurahan Penggilingan dan Kecamatan Duren Sawit terutama Kelurahan Pondok
Kopi karena wilayah yang berbatasan langsung dengan Stasiun Klender Baru.
Berdasarkan pengamatan saya, mayoritas pengguna stasiun adalah para pekerja
kantoran dan pedagang, dikarenakan tidak ada data spesifik terkait tingkat pengguna
stasiun kereta dan juga karena situasi terkini yaitu Covid-19, maka segala kegiatan
pendidikan dialihkan ke daring. Asumsinya area pelayanan meliputi Kelurahan
Pondok Kopi, Malaka Jaya, Malaka Sari, Pondok Kelapa, dan Penggilingan. Asumsi
dilakukan berdasarkan kedekatan lokasi wilayah dengan stasiun.
Jumlah penduduk di area tersebut berdasarkan Kecamatan Duren Sawit Dalam
Angka 2020 dan Kecamatan Cakung Dalam Angka 2020 adalah sebagai berikut

Tabel II.1 Jumlah Penduduk di Area Pelayanan


Kelurahan Penduduk (jiwa)
Pondok Kopi 34.693
Malaka Jaya 26.756
Malaka Sari 25.610
Pondok Kelapa 89.411
Penggilingan 101.019
(Sumber: Kecamatan Duren Sawit Dalam Angka 2020 dan Kecamatan Cakung
Dalam Angka 2020)
Berdasarkan, data yang didapat dari jaktimkota.bps.go.id didapat data jumlah
penduduk berdasarkan pekerjaan pada tahun 2018. Berdasarkan asumsi sebelumnya
bahwa mayoritas pengguna stasiun merupakan pedagang dan pekerja kantoran,
maka data penduduk berikut merupakan hanya jumlah pekerja kantoran dan
pedagang. Berikut adalah datanya
Tabel II.1 Jumlah Penduduk di Area Pelayanan
Profesi
Kelurahan
Pekerja Kantoran (jiwa) Pedagang (jiwa)
Pondok Kopi 9.681 364
Malaka Jaya 10.269 148
Malaka Sari 9.221 126
Pondok Kelapa 20.253 277
Penggilingan 27.022 984
(Sumber: jaktimkota.bps.go.id)

Namun angka ini tentunya tidak dapat dijadikan acuan karena tidak ada data
pengguna kereta dari angka tersebut dan karena situasi, tidak semua orang bekerja
langsung ke lapangan. Berdasarkan yang saya amati dari hasil ke lapangan, pada
pukul 13.00, pengguna KRL ada sekitar 40 jiwa dan saat saya selesai yaitu sekitar
pukul 17.00, pengguna meningkat menjadi sekitar 50 – 60 jiwa karena jam itu
merupakan jam pulang kerja.
BAB III
KONDISI PENGOLAHAN PERSAMPAHAN WILAYAH STUDI

III.1 Timbulan Limbah Padat


Menurut SNI 19-2452-2008 definisi dari timbulan sampah adalah
banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun
per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan.Timbulan
sampah sendiri juga memiliki definisi lain menurut Departemen PU, 2009)
yaitu volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber
sampah di wilayah tertentu persatuan waktu.Timbulan sampah sangat
diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam
transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Timbulan limbah padat dipengaruhi oleh beberapa hal:
a. Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah menjadi sangat penting karena jumlah penduduk yang
makin padat, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk
menampung sampah kurang.Semakin meningkat aktivitas penduduk,
sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya
b. Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai Pengumpulan
sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan
dengan truk.Padahal sistem pengumpulan harus cepat karena berpengaruh
dengan lingkungan secara langsung, yaitu berkaitan dengan bau yang
dihasilkan sampah, mengganggu pandangan dan dapat menyebabkan suatu
bibit penyakit berkembang biak
c. Pemindahan
Pemindahan samapah dari alat pengumpul sendiri dilakukan di transfer
depo sehingga pemindahan sendiri hanya untuk meningkatkan efisisnesi
pengangkutan
d. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah memeiliki maksud sebagai kegiatan perasi yang
dimulai dari titik pengumpul sampah sampah titik terakhir sehingga cara ini
termasuk teknis dari pelaksana kegiatan TPS
e. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah upaya mengurangi volume sampah atau
merubah bentuknya menjadi lebih bermanfaat. Dari berbagai kemajuan
teknologi jumlah sampah juga meningkat meliputi plastik, kardus, AC, 28
TV, kulkas dan sebagainya. Hal ini membuat pengolahan sampah harus
sesuai dengan jenis sampah tersebut, agar pengolahan ini tepat dan jumlah
sampah dapat dikurangi.
Begitu pula dengan stasiun. Faktor yang mempengaruhi timbulan tidak hanya
itu, jumlah penumpang di kereta, banyaknya fasilitas makanan dan minuman di
sekitar stasiun, banyaknya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah, dan juga
kebiasaan dari penumpang.
Data yang digunakan dalam laporan ini merupakan data dari hasil sampling
stasiun lain karena tidak ada data timbulan sampah di Stasiun Klender Baru,
sehingga data yang digunakan berasal dari Stasiun Lempuyangan. Alasan
perbandingan dengan Stasiun Lempuyangan ini adalah luas wilayahnya yang cukup
serupa yaitu sekitar 7,598.99 m².
Gambar III.1 Perkiraan Luas Stasiun Lempuyangan
(Sumber: Google Earth)

Tabel III.1 Timbulan Sampah Stasiun Lempuyungan


Timbulan Sampah Tugu
Hasil Sampling Ke-
Berat (Kg/hari) Volume (L/hari)
1 31,78 150
2 26,22 126
3 23,51 124
4 25,30 126
5 25,43 116
6 20,02 98
7 23,24 110
8 25,66 128
Total 201,16 978
Rata – rata/Hari 25,15 122,25
(Sumber: Perencanaan Pengelolaan Sampah di Stasiun Lempuyungan, Anwar Fauzi)

Dari tabel diatas, didapatkan total timbulan sampah sebesar 201,16 kg dan berat
rata – rata sebesar 25,15 kg/hari, sedangkan volume total timbulan sebesar 978 L dan
volume rata – rata sebesar 122,25 L/hari. Jika dilihat, tidak perubahan yang signifikan
saat sampling dilakukan dari hari pertama hingga ke delapan. Hal ini dikarenakan saat
sampling dilakukan, jumlah pengunjung relatif sama dan sedikit jumlahnya.
III.2 Komposisi Limbah Padat
Komposisi sampah menyatakan komponen- komponen yang terdapat pada
sampah, biasanya dinyatakan dengan % berat. Data komposisi sampah diperlukan
dalam penentuan peralatan yang diperlukan, sistem, dan manajemen program dan
perencanaan (Tchobanoglous, dkk, 1993).
Hasil pengukuran komposisi sampah di Stasiun Lempuyangan didapatkan total
dan rata – rata berat hasil timbulan sebagai berikut:

Tabel III.2 Berat Sampah Per Komposisi Stasiun Lempuyangan


Persentase
Sampah Terpilah Berat (Kg)
(%)
Organik Sisa makanan dan
32,63 16,22091867
daun
Plastik Botol plastik 40,06 19,91449592
Plastik kemasan 8,36 4,155895804
Kresek plastik 18,96 9,425333068
Food pack plastik 29,20 14,51580831
Food pack sterofoam 22,98 11,42374229
Kardus 7,98 3,96699145
Kertas
Duplek 27,67 13,75521973
Logam Kaleng 8,99 4,46907934
Kaca Botol kaca 4,33 2,152515411
Total 201,16 100
Rata – rata Total Per Hari 25,15 -
(Sumber: Perencanaan Pengelolaan Sampah di Stasiun Lempuyungan, Anwar Fauzi)

Dari tabel diatas, didapatkan total berat sampah sebesar 201,16 kg dan berat
rata – rata sebesar 25,15 kg/hari. Bila dilihat, sampah jenis botol plastik merupakan
jenis sampah yang paling banyak bila dibandingkan dengan yang lain, hal ini
disebkan oleh rata – rata pengunjung yang membawa botol plastik untuk minum. Sisa
makanan dan daun juga dengan bungkus plastik dan sterofoam juga tergolong banyak
karena di sekitar stasiun banyak pohon – pohon rindang dan juga terdapat food court
yang menyebabkan banyak bungkus makanan.
Didapat pula dari hasil pengukuran komposisi sampah di Stasiun Lempuyangan
yaitu volume sampah per komposisi yaitu sebagai berikut:

Tabel III.3 Volume Sampah Per Komposisi Stasiun Lempuyangan


Sampah Terpilah Volume (L) Persentase (%)
Organik Sisa makanan dan
140 14,31492843
daun
Botol plastik 172 17,58691207
Plastik kemasan 50 5,112474438
Food pack plastik 138 14,11042945
Plastik
Food pack
114 11,65644172
sterofoam
Kresek plastik 96 9,81595092
Kardus 52 5,316973415
Kertas
Duplek 124 12,67893661
Logam Kaleng 56 5,72597137
Kaca Botol kaca 36 3,680981595
Total 978 100
Rata – rata Total Per Hari 122,25 -
(Sumber: Perencanaan Pengelolaan Sampah di Stasiun Lempuyungan, Anwar Fauzi)

Dari tabel diatas, didapatkan total volume sampah sebesar 978 Liter dan rata –
rata sebesar 122,25 L/hari. Sama seperti sebelumnya, bila dilihat, sampah jenis botol
plastik merupakan jenis sampah yang paling banyak bila dibandingkan dengan yang
lain, hal ini disebkan oleh rata – rata pengunjung yang membawa botol plastik untuk
minum. Sisa makanan dan daun juga dengan bungkus plastik dan sterofoam juga
tergolong banyak karena di sekitar stasiun banyak pohon – pohon rindang dan juga
terdapat food court yang menyebabkan banyak bungkus makanan.

III.3 Karakteristik Limbah Padat


Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), selain komposisi, maka karakteristik
lain yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan
kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen-
komponen sampah.Kekhasan sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang
berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah diklasifikasi
karakteristiknya sebagai berikut :
A. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik meliputi hal – hal berikut:
1. Berat jenis sampah
Berat jenis diinyatakan sebagai berat per volume (kg/L). Berat spesifik
sampah dipengaruhi oleh letak geografis, lokasi, musim dan lama waktu
penyimpanan. Setelah diketahui berat dan volume sampah, dapat
dihitung berat jenis sampah dengan rumus
kg berat sampah (kg)
berat jenis ( )=
L volume sampah (L)
Tabel III.4 Massa Jenis Sampah Per Komposisi Stasiun Lempuyangan
Sampah Terpilah Massa jenis (kg/L)
Organik Sisa makanan dan
0,233071429
daun
Botol plastik 0,232906977
Plastik kemasan 0,1672
Food pack plastik 0,1975
Plastik
Food pack
0,211594203
sterofoam
Kresek plastik 0,201578947
Tabel III.4 Massa Jenis Sampah Per Komposisi Stasiun Lempuyangan
(lanjutan)
Sampah Terpilah Massa jenis (kg/L)
Kardus 0,153461538
Kertas
Duplek 0,223145161
Logam Kaleng 0,160535714
Kaca Botol kaca 0,120277778

2. Kadar Kelembapan
Kadar Kelembaban didefinisikan sebagai massa air per unit massa
sampah basah atau sampah kering. Karena tidak adanya data terkait
sampah basah dan kering, maka digunakan referensi sebagai acuannya.

Tabel III.5 Kadar Kelembaban Sampah Perkotaan


Persentase (%)
Komponen Sampah
Kisaran Umum
Limbah makanan 50 – 80 70
Kertas 4 – 10 6
Karton 4–8 5
Plastik 1–4 2
Tekstil 6 – 15 10
Karet 1–4 2
Kulit 8 – 12 10
Sampah perkebunan 30 – 80 60
Kayu 15 – 40 20
Misc. Organik 10 – 60 25
Kaca 1–4 2
Timah 2–4 3
Tabel III.5 Kadar Kelembaban Sampah Perkotaan (lanjutan)
Persentase (%)
Komponen Sampah
Kisaran Umum
Logam non ferrous 2–4 2
Logam ferrous 2–6 3
Abu, debu 6 – 12 8
Limbah padat 15 – 40 20
perkotaan
(Sumber: Sulistyoweni, 2002)
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel diperlukan untuk mengetahui penyaringan dan
pemisahan yang akan dilakukan nantinya.

B. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi proses
alternatif dan pilihan pemulihan energi.
1. Kandungan Energi
Informasi mengenai kandungan energi dibutuhkan untuk mengetahui
besaran abu yang dihasilkan nantinya dna jumlah energi yang
dibutuhkan untuk membakar limbah berdasarkan jenisnya agar
teknologi yang digunakan tepat. Data yang digunakan merupakan data
referensi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

Tabel III.6 Sisa Akhir dan Kandungan Energi Limbah Padat Perkotaan
Komponen Persentase (%) Energi (kJ/kg)
Sampah Kisaran Umum Kisaran Umum
Limbah 2–8 5 3.500 – 7.000 4.650
makanan
Kertas 4–8 6 11.600 – 18.600 16.750
Tabel III.6 Sisa Akhir dan Kandungan Energi Limbah Padat Perkotaan
(lanjutan)
Komponen Persentase (%) Energi (kJ/kg)
Sampah Kisaran Umum Kisaran Umum
Karton 3–6 5 13.950 – 17.450 16.300
Plastik 6 – 20 10 27.900 – 37.200 32.600
Tekstil 2–4 2,5 15.000 – 18.600 17.450
Karet 8 – 20 10 20.900 – 27.900 23.250
Kulit 8 – 20 10 15.100 – 19.800 17.450
Sampah 2–6 4,5 2.300 – 18.600 6.500
perkebunan
Kayu 0,6 – 2 1,5 17.450 – 19.800 18.600
Misc. 2–8 6 11.000 – 26.000 18.000
Organik
Kaca 96 – 99 98 100 – 250 150
Timah 96 – 99 98 250 – 1.200 700
Logam non 90 – 99 96
ferrous
Logam 94 – 99 98 250 – 1.200 700
ferrous
Abu, debu 60 – 80 70 2.300 – 11.650 7.000
(Sumber: Sulistyoweni, 2002)
2. Kandungan Kimia
Kandungan kimia diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan yang
mudah terbakar dan tak mudah terbakar.
Tabel III.7 Kandungan Unsur Kimia Sampah Perkotaan yang Mudah
Terbakar (dalam %)
Kandungan Karbon Hidrogen Oksigen Nitrogen Sulfur Abu
Kimia
Limbah 48 6,4 37,6 2,6 0,4 5
makanan
Kertas 43,5 6 44 0,3 0,2 6
Karton 44 5,9 44,6 0,3 0,2 5
Plastik 60 7,2 22,8 - - 10
Tekstil 55 6,6 31,2 4,6 0,15 2,5
Karet 78 10 - 2 - 10
Kulit 60 8 11,6 10 0,4 10
Sampah 47,8 6 38 3,4 0,3 4,5
perkebunan
Kayu 49,5 6 42,7 0,2 0,1 1,5
Misc. 48,5 6,5 37,5 2,2 0,3 5
Organik
Abu, debu 26,3 3 2 0,5 0,2 68
(Sumber: Sulistyoweni, 2002)
III.4 Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Eksisting
Pengelolaan sampah di Stasiun Klender Baru belum baik. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama adalah terkait dengan tempat sampah. Ketersediaan
tempat sampah di Stasiun Klender Baru berjumlah 7 tempat sampah. Menurut salah
satu pegawai kebersihan di stasiun, ketersediaan tempat sampah ini dikurangi dari
sebelumnya agar meningkatkan tata tertib masyarakat agar tidak banyak membuang
sampah di stasiun. Untuk pembagian jenis tempat sampah sendiri, sudah dibagikan
antara non organik dan organik, namun tidak ada penjelasan yang jelas mana yang
organik dan mana yang non organik.
Gambar III.2 Tempat Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Selanjuntnya adalah terkait dengan bak penampungan sampah. Stasiun Klender
Baru mempunyai bak penampungan sampah sendiri sebelum akhirnya diangkut oleh
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sayangnya, di bak penampungan ini para pegawai
kebersihan menyatukan sampah yang sudah dipisah di tempat sampah. Hal ini
dikarenakan, saat di tempat sampah pun sudah tercampur sehingga mereka malas
untuk memisahkannya lagi karena merasa bukan tugas mereka untuk memilah
sampah.
Keluhan dari pegawai disana adalah banyak warga sekitar yang membuang
sampah ke bak penampungan mereka. Pihak stasiun merasa pembayaran
pengangkutan sampah dari pihak dinas akan dibebankan ke mereka karena warga
membuang sampah di tempat yang sama.
Gambar III.3 Bak Penampungan Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Gambar III.4 Bak Penampungan Sampah di Stasiun Klender Baru
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar III.5 Bak Penampungan Sampah di Stasiun Klender Baru


(Sumber: Dokumentasi pribadi)
III.5 Kebutuhan Pengolahan Limbah Padat
III.5.1 Proyeksi Timbulan Limbah Padat
Proyeksi timbulan didapat dengan pendekatan perhitungan jumlah
penumpang kereta per harinya. Saya tidak mendapatkan data dari penumpang
harian di Stasiun Klender Baru, sehingga saya menggunakan asumsi
perbandingan luas wilayah DKI Jakarta dengan asumsi lokasi wilayah cakupan
Stasiun Klender Baru sehingga
Luas wilayah DKI Jakarta Luas wilayah cakupan stasiun
=
Total penumpang Kereta Api 2018 Total penumpang Stasiun Klender 2018
661,5 14,64
=
11.166.115 Total penumpang Stasiun Klender 2018
Total penumpang Stasiun Klender Tahun 2018 = 247.123 jiwa. Data
wilayah didapat dari Kecamatan Duren Sawit Dalam Angka 2020 dan
Kecamatan Cakung Dalam Angka 2020 dan data penumpang didapat dari BPS.
Produksi timbulan sampah tahunan stasiun adalah sebesar 9179,75 kg/tahun.
Angka ini didapat dari rata – rata timbulan samaph yang dihasilkan per hari nya
dikali dengan jumlah hari setahun. Lalu, dapat dicari angka produksi sampah
tiap pengunjungnya dalam satu tahun dengan membagi produksi timbulan
sampah dengan banyaknya pengunjung asumsi dalam satu tahun yaitu
0,037146 kg/orang/tahun.
Kemudian, data di proyeksikan selama 10 tahun yang akan datang dengan
menggunakan menggunakan proyeksi penduduk geometri. Proyeksi penduduk
dengan metode geometri menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan
bertambah secara geometri dengan menggunakan dasar perhitungan majemuk
(Adioetomo dan Samosir, 2010). Laju pertumbuhan penduduk (rate of growth)
dianggap sama untuk setiap tahun.
Rumus proyeksi penduduk geometri:
Pn = P0 (1 + r)x
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun akhir
P0 = jumlah penduduk pada tahun awal
r = rasio penambahan jumlah penduduk
x = periode waktu yang ingin diproyeksikan

Nilai r untuk wilayah Pondok Kopi adalah 0,53% pada tahun 2010-2018
(Kecamatan Duren Sawit Dalam Angka 2020). Dengan hasil perhitungan yang
sudah didapatkan ini, diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan.
Tabel III.8 Proyeksi Penumpang 10 Tahun Kedepan
Tahun Proyeksi Penduduk (jiwa)
2018 247.153
2019 248.463
2020 251.104
2021 255.117
2022 260.569
2023 267.548
2024 276.169
2025 286.579
2026 298.958
2027 313.525
2028 330.543
2029 350.333

Setelah didapat proyeksi penduduk setiap tahunnya, proyeksi


pertambahan jumlah timbulan sampah di stasiun dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus dari World Bank Formula for Waste Generation
Projection. Rumusnya sebagai berikut:
1647,41−417,73 ×ln GDPn+29,43 ×ln GDPn
Waste Generation = 1647,41−417,73 ×ln ln ( GDP base)+29,43 ×ln ln (GDP base)
×

timbulan sampah per kapita


Dengan menggunakan rumus diatas, akan didapatkan nilai dari
pertambahan timbulan sampah/kapita tiap tahunnya. Berikut merupakan tabel
hasil perhitungan
Tabel III.9 Proyeksi Timbulan Limbah Padat Stasiun Klender Baru

Tahun GDP Populasi GDP/cap ln(GDP/C ln(GDP/C Waste Proyeksi


ita apita) apita)2 Generation Timbulan sampah
Sampah (kg/tahun)
2018 28433060 247.153 1150423 16,258225 264,32990 0,9870724 9180,7453
00000 4,22 72 35 668 0,037146 38
2019 30466210 248.463 1226186 16,322005 266,40784 1 9229,4065
00000 9,98 73 0,037146 98
2020 32097130 251.104 1278240 16,363580 267,76675 1,0084752 0,0374608 9406,5619
00000 4,9 17 59 28 2083 55
2021 33694840 255.117 1320760 16,396303 268,83875 1,0151727 0,0380292 9701,8963
00000 2,79 19 83 23 0349 07
2022 35298720 260.569 1354678 16,421659 269,67090 1,0203787 0,0388041 10111,169
00000 4,15 75 88 41 9078 19
2023 36926870 267.548 1380196 16,440321 270,28416 1,0242192 0,0397439 10633,427
00000 0,77 22 2 32 9847 3
2024 38588630 276.169 1397283 16,452625 270,68888 1,0267556 0,0408073 11269,731
00000 1,85 42 32 08 7331 48
2025 40294230 286.579 1406042 16,458874 270,89455 1,0280451 0,0419518 12022,510
00000 6,62 79 92 25 2121 97
2026 42051020 298.958 1406586 16,459261 270,90728 1,0281249 0,0431317 12894,570
00000 2,09 29 23 06 1226 43
2027 43860410 313.525 1398944 16,453813 270,72798 1,0270007 0,0442963 13887,997
00000 5,82 73 64 43 0052 62
2028 45271930 330.543 1369623 16,432631 270,03136 1,0226357 0,0452989 14973,260
00000 0,14 18 75 08 7864 3
2029 47637180 350.333 1359768 16,425410 269,79409 1,0211499 0,0462570 16205,371
00000 5,63 16 9 52 4985 05

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai timbulan sampah untuk


proyeksi 10 tahun kedepan pada tahun 2029 adalah 0,04625704985
kg/orang/tahun.
III.5.2 Proyeksi Komposisi Limbah Padat
Proyeksi komposisi limbah didapat dengan menggunakan data
persentase dari Tabel III.3 dikali dengan proyeksi timbulan limbah yang didapat
pada Tabel III.9. Didapat hasilnya sebagai berikut
Tabel III.10 Proyeksi Komposisi Limbah Padat Stasiun Klender Baru

Proyeksi
Sampah
Tahun Timbulan Plastik Kertas Logam Kaca
Organik
(kg/Tahun)

2018 9181 131421,7124 535074,1149 165215,8671 52568,68496 33794,15462

2019 9229 132118,2949 537910,2006 166091,5707 52847,31794 33973,27582

2020 9407 134654,2612 548235,206 169279,6426 53861,70444 34625,38143

2021 9702 138881,9513 565447,9444 174594,453 55552,78049 35712,50174

2022 10111 144740,6632 589301,2717 181959,6909 57896,26528 37219,02768

2023 10633 152216,7508 619739,6281 191358,201 60886,7003 39141,45019

2024 11270 161325,3996 656824,841 202809,0737 64530,15981 41483,67416

2025 12023 172101,3841 700698,4923 216356,0257 68840,55362 44254,64161

2026 12895 184584,8529 751524,0438 232049,5293 73833,94113 47464,67644

2027 13888 198805,692 809423,1743 249927,1556 79522,27676 51121,46363

2028 14973 214341,1495 872674,6799 269457,4451 85736,45977 55116,29556

2029 16205 231978,7267 944484,8157 291630,3993 92791,49065 59651,67256

III.5.3 Karakteristik Limbah Padat


Pada karakteristik limbah padat, diasumsikan tidak ada perubahan yang
signifikan terjadi selama 10 tahun, karena sulitnya untuk menganalisis
karakteristik. Karakteristik sendiri dipengaruhi oleh letak geografis, lokasi,
musim dan lama waktu penyimpanan, sehingga bisa saja terjadi perubahan
dalam kurun waktu 10 tahun yang tidak bisa diprediksi seperti letak geografis,
lokasi, dan lama waktu penyimpanan.

III.5.4 Kapasitas Teknologi Pengolahan


Kapasitas teknologi yang dibutuhkan adalah sebesar timbulan sampah
proyeksi 2039 yaitu sebesar 44,39726 kg/hari. Hal ini dilakukan dengan asumsi
kebutuhan moda transportasi yang selalu meningkat tiap tahunnya sehingga
kapasita pun menggunakan proyeksi tahun 2039.

III.5.5 Kebutuhan Produk Bagi Wilayah Studi Sekitar


Bisnir daur ulang menjadi hal yang mudah dilakukan untuk warga
sekitar. Sebagai produk bekas, sampah plastik memiliki nilai jual yang cukup
tinggi apabila diolah dengan benar. Plastik pun menjadi jumlah timbulan yang
paling banyak di stasiun. Pendaur ulang sampah plastik bisa dijadikan dalam
bentuk produk maupun jasa. Untuk produk, bisa diolah menjadi tempat pensil,
keranjang, dompet, tas, dan lainnya. Bisnis jasa bisa dijadikan suatu workshop
bagaimana cara mengolah tas, dompet, keranjang, dan alat lainnya.
Untuk limbah organik, dapat diajarkan komposting seperti takakura
yang mudah dilakukan di lingkungan rumah.
BAB IV
BEST PRACTICE

Di Jerman, mereka memilah sampah menjadi 7 yaitu sampah organik, sampah


kertas, sampah yang susah dipilah seperti popok bayi, makanan sisa, tissue, dan mainan
rusak, sampah khusus kemasan makanan dan minuman, sampah untuk membuang
gelas sisa, sampah pakaian, dan sampah botol. Walaupun jumlah sampah yang
dihasilkan di Jerman cukup banyak namun pengelolaan mereka baik jadi sampah –
sampah itu dapat digunakan atau diolah kembali menjadi barang jadi. Mereka juga taat
pada peraturan untuk tidak membuang sampah sembarangan karena denda yang
dikenakan cukup tinggi dan peraturan juga berlaku semestinya.
Lalu di Jerman pun ada penerapan “Pfandflaschen” yaitu botol dengan jaminan tidak
dibuang di tempat sampah namun dibawa ke mesin pengembalian botol dan diberikan
uang. Stasiun Lempuyangan menghasilkan mayoritas sampah plastik sehingga hal ini
cocok untuk diterapkan di stasiun.
Untuk sampah organik bisa diolah menjadi biogas dengan adanya kerja sama dengan
instansi swasta untuk pemasukan juga ke pihak stasiun.
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, Slamet dan Geovani Rima. STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI,


KARAKTERISTIK, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH NON
DOMESTIK KABUPATEN TANAH DATAR, Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknis, Universitas Andalas.
Lusiani, Mirna dan Phalen, Efod. (2015): Penentuan Jumlah Kedatangan Armada
Optimal KRL Commuter Line Jalur Bekasi – Manggarai Untuk Skenario
Kenaikan Jumlah Penumpang Menggunakan Simulasi Promodel, Journal of
Industrial Engineering & Management Systems, Vol.8;2.
Putra, Hijrah Purnama dan Yuriandala, Yebi. (2010): Studi Pemanfaatan Sampah
Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif, Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia, Vol2;1.

Anda mungkin juga menyukai