Oleh :
Rianti Pratiwi
(196020300111030)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Bagian I : Resume Jurnal
Latar Belakang : Pajak adalah sumber dana utama bagi suatu negara untuk melakukan
kegiatan pembiayaan negara. Pendapatan pajak Realisasi diperoleh dari
berbagai sektor, yaitu sektor ekspor dan impor. Pencapaian penerimaan
pajak melebihi target APBN belum tentu menyimpulkan bahwa tingkat
kepatuhan di sektor ekspor dan impor juga meningkat. Masalah
ketidakpatuhan masih menjadi masalah yang sulit diatasi di berbagai
negara. Ketidakpatuhan importir dalam membayar pajak ini juga dapat
dilihat dari tindakan Bea Cukai, yang telah diblokir oleh 676 importir.
Pelanggaran yang dilakukan oleh importir ini termasuk tidak
melaporkan pengembalian pajak mereka.
Research Gap : Salah satu faktor mengapa akhirnya importir ini diblokir adalah
adanya praktik pajak borongan yang biasanya diterapkan oleh
importir. Pajak borongan adalah praktik ilegal yang digunakan oleh
importir untuk membuat pajak impor mereka lebih kecil dari yang
seharusnya dibayar. Praktik ini membuat peneliti akhirnya tertarik
melakukan penelitian pada fenomena ini.
Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa alasan perilaku
ketidakpatuhan importir dengan kewajiban pajak impor mereka.
Hasil Penelitian : 1) Pernyataan Mr. W sesuai dengan Teori Cost Benefit dari Dupuit
Model (1844). Jika ini terkait dengan penelitian ini, maka bonus
diterima oleh petugas Bea Cukai individu dari importir dapat dikatakan
bermanfaat, sedangkan risiko praktik pajak tertular dapat dikatakan
sebagai biaya. Pernyataan Mr W juga menunjukkan bahwa sistem yang
ada di Bea Cukai masih lemah, selain itu kode etik masih belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh semua petugas Bea Cukai.
Kesimpulan dan Saran : Alasan-alasan importir tidak patuh terhadap kewajiban pajak
termasuk: 1) berkembangnya praktik pajak borongan di antara importir
2) penawaran yang dilakukan oleh pengusaha Jasa Bea Cukai individu
(PPJK) untuk melakukan praktik pajak grosir.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor utama di balik beberapa
importir itulah mengapa pada akhirnya cenderung demikian tidak taat,
seperti praktik perpajakan massal. Praktik pajak grosir ini adalah
"jembatan" penghubung antara importir dan Bea Cukai melakukan
penipuan. Inti dari praktik perpajakan massal adalah proses negosiasi
yang dilakukan antara importir dan Bea Cukai pada aspek pajak impor
untuk barang-barang terkait komoditas
Bagian II : Critical Review
Pendahuluan
Artikel dengan judul di atas ditulis oleh Dwika Tirta Mitrawan, Zaki Baridwan dan Yeney
Widya Prihatiningias dalam Jurnal South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics,
abd Law dan dipublikasikan pada 5 April 2019. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui apa
alasan perilaku ketidakpatuhan importir atas kewajiban pajak impor mereka. Para penulis telah
melakukan penelitian mereka menggunakan pendekatan kualitatif. Mereka menggunakan
pendekatan fenomenologi transedental untuk mengeksplorasi berbagai jenis informasi.
Tinjauan kritis ini, termasuk kritik terhadap penelitian ini, dibagi menjadi lima bagian; (1) Latar
belakang penelitian, (2) Tujuan penelitian, (3) literatur penelitian, (4) metode penelitian dan
analisis data serta (5) Hasil Penelitian.
Tinjauan Literatur
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan terkait dengan masalah
ketidakpatuhan oleh wajib pajak. Studi sebelumnya mengenai topik ini dilakukan secara
kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif yang meneliti masalah ketidakpatuhan pajak
seperti penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2007), Laksono (2011), Agustiantono (2012),
Ernawati & Purnomosidhi (2011), Anjani & Restuti (2016), Murphy & Tyler (2008), Faizal, Palil,
Maelah, & Ramli (2017), Hartner, Rechberger, Kirchler, & Schabmann (2008), Damayanti,
Sutrisno, Subekti, & Baridwan (2015), sedangkan untuk penelitian kualitatif yang meneliti
masalah pajak kepatuhan adalah penelitian yang dilakukan oleh Worsham (1996), Aneswari,
Darmayasa, & Yusdita (2015).
Tinjauan literatur yang disajikan dalam artikel ini menyediakan sintesis dari penelitian
sebelumnya, yang berkaitan dengan topik yang diangkat. Penulis dapat mengekstraksi informasi
penting dari berbagai sumber dengan baik. Namun, dalam hal literatur, penelitian ini hanya
menjelaskan topik maupun temuan dari penelitian terdahulu.
Penulis tidak menjelaskan lebih jauh mengenai teori yang digunakan yaitu cost benefit
theory, teori perilaku terencana dan teori psikologi fiskal yang sebenarnya telah disebutkan.
Namun hal ini bukan merupakan kesalahan yang fatal mengingat penulis memilih metode
fenomenologi yang berarti bahwa landasan teori ini hanya digunakan untuk memandu dalam
menemukan fakta. Sehingga penulis maupun pembaca tidak perlu membatasi fikirannya dalam
lingkup teori ini saja.
Terakhir, dalam artikel ini terdapat kutipan yang cukup yang diambil dari sumber lain.
26 referensi dalam penelitian ini dapat diterima dan terkait dengan bidang penelitian. Kutipan
dalam teks dan daftar referensi sudah benar. Referensi yang sesuai digunakan untuk mendukung
ide, argumen, teknik, dan teori dalam makalah ini. Informasi ini memastikan bahwa pembaca
dapat dengan mudah menilik lebih lanjut artikel referensi yang relevan di lain waktu.
Hasil Penelitian
Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor utama di balik ketidak-taatan beberapa
importir adalah karena berkembangnya praktik pajak borongan dalam aktivitas impor barang
serta adanya penawaran yang dilakukan oleh pengusaha Jasa Bea Cukai individu (PPJK) untuk
melakukan praktikm pajak grosir. Inti dari praktik perpajakan ini adalah proses negosiasi yang
dilakukan antara importir dan Bea Cukai pada aspek pajak impor untuk barang-barang
komoditas.
Hasil penelitian ini disampaikan oleh penulis dengan baik dan sistematis. Penulis
menyertakan kutipan hasil wawancara dengan beberapa narasumber untuk mendasari setiap
penjelasannya. Selain itu, penulis juga mengaitkan hasil temuannya dengan teori yang telah
berkembang maupun telaah literature.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, artikel penelitian ini sudah baik. Tujuan dari penelitian ini
dinyatakan dengan jelas dan fokusnya sempit. Meskipun penulis tidak menjelaskan teori-teori
yang digunakan sebagai panduan, penulis dapat secara sistematis mengekstrak informasi
penting dari proses tinjauan literatur, dan menggunakannya untuk memenuhi kesenjangan
penelitian. Selain itu, penelitian ini cukup baru dan bermanfaat bagi para peneliti dan praktisi di
bidang ekonomi dan perpajakan. Meskipun hampir semua metode, alat, dan teknik analisisnya
cocok dan dijelaskan dengan jelas, penulis sebaiknya lebih dapat menjelaskan alasan untuk
menjustifikasi pilihan metode sampling dan lokasi penelitian. Hasil keseluruhan secara langsung
telah menjawab dan tujuan penelitian dicapai dengan proses dan bukti yang cukup.