Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

CRITICAL REVIEW ARTIKEL TERKAIT PERPAJAKAN

Mata Kuliah Isu-Isu Perpajakan

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Zaki Baridwan, Ak., M.Si.

Oleh :

Rianti Pratiwi
(196020300111030)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
Bagian I : Resume Jurnal

Judul Jurnal : Wholesale Taxes : Reflection on Non-Compliance With Importer


Taxpayers in Surabaya

Latar Belakang : Pajak adalah sumber dana utama bagi suatu negara untuk melakukan
kegiatan pembiayaan negara. Pendapatan pajak Realisasi diperoleh dari
berbagai sektor, yaitu sektor ekspor dan impor. Pencapaian penerimaan
pajak melebihi target APBN belum tentu menyimpulkan bahwa tingkat
kepatuhan di sektor ekspor dan impor juga meningkat. Masalah
ketidakpatuhan masih menjadi masalah yang sulit diatasi di berbagai
negara. Ketidakpatuhan importir dalam membayar pajak ini juga dapat
dilihat dari tindakan Bea Cukai, yang telah diblokir oleh 676 importir.
Pelanggaran yang dilakukan oleh importir ini termasuk tidak
melaporkan pengembalian pajak mereka.

Research Gap : Salah satu faktor mengapa akhirnya importir ini diblokir adalah
adanya praktik pajak borongan yang biasanya diterapkan oleh
importir. Pajak borongan adalah praktik ilegal yang digunakan oleh
importir untuk membuat pajak impor mereka lebih kecil dari yang
seharusnya dibayar. Praktik ini membuat peneliti akhirnya tertarik
melakukan penelitian pada fenomena ini.

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa alasan perilaku
ketidakpatuhan importir dengan kewajiban pajak impor mereka.

Tinjauan Literatur : Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan terkait dengan


masalah ketidakpatuhan oleh wajib pajak. Beberapa studi sebelumnya
terdiri dari penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif yang meneliti masalah ketidakpatuhan pajak seperti
penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2007), Laksono (2011),
Agustiantono (2012), Ernawati & Purnomosidhi (2011), Anjani & Restuti
(2016), Murphy & Tyler (2008), Faizal, Palil, Maelah, & Ramli (2017),
Hartner, Rechberger, Kirchler, & Schabmann (2008), Damayanti,
Sutrisno, Subekti, & Baridwan (2015), sedangkan untuk penelitian
kualitatif yang meneliti masalah pajak kepatuhan adalah penelitian
yang dilakukan oleh Worsham (1996), Aneswari, Darmayasa, & Yusdita
(2015)

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (non-positivistik) yang


bertujuan untuk mengetahui fakta sosial terkait dengan alasan importir
terkait perilaku ketidakpatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajak
impornya. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian
ini, sehingga metode kualitatif diharapkan dapat menyajikan hasil
analisis yang lebih mendalam.

Metode dalam penelitian ini menggunakan fenomenologi


transendental. Fenomenologi transendental, yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengeksplorasi berbagai jenis informasi untuk
mengetahui alasan ketidaktaatan wajib pajak importir terhadap pajak
impor mereka kewajiban. Wawancara dilakukan kepada informan
untuk mencoba dan untuk menemukan alasan mengapa mereka tidak
taat berdasarkan pengalaman dan sesuai dengan kesadaran mereka.
Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti dapat melakukan
tahap epoche terlebih dahulu dengan tujuan menemukan kemurnian
suatu fenomena.

Para peneliti menggunakan snowball sampling dalam mencari


informan. Peneliti menentukan beberapa kriteria untuk importir yang
menjadi informan dalam penelitian ini

Hasil Penelitian : 1) Pernyataan Mr. W sesuai dengan Teori Cost Benefit dari Dupuit
Model (1844). Jika ini terkait dengan penelitian ini, maka bonus
diterima oleh petugas Bea Cukai individu dari importir dapat dikatakan
bermanfaat, sedangkan risiko praktik pajak tertular dapat dikatakan
sebagai biaya. Pernyataan Mr W juga menunjukkan bahwa sistem yang
ada di Bea Cukai masih lemah, selain itu kode etik masih belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh semua petugas Bea Cukai.

2) Hasil wawancara dengan Bpk. AZ menyatakan bahwa beberapa


individu PPJK memang menawarkan layanan pajak massal sebagai
tambahan mengurus kewajiban pabean. Ini adalah daya tarik utama
bagi para importir untuk akhirnya memilih menggunakan layanan PPJK.
Alasan importir memilih layanan PPJK tidak semata-mata karena
mereka tidak mau rumit, tetapi tawaran layanan pajak borongan juga
ditawarkan oleh PPJK. Pernyataan Tn. AZ menunjukkan bahwa memang
ada banyak fakta yang diberikan oleh beberapa individu PPJK tentang
praktik perpajakan massal meningkatkan peluang bagi importir untuk
melakukan praktik pajak borongan.
3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan
memiliki efek positif dan signifikan terhadap niat untuk berperilaku dan
kontrol perilaku yang dirasakan memiliki efek langsung terhadap pajak.
Kontrol perilaku dirasakan dalam penelitian ini adalah penawaran
layanan praktik perpajakan yang ditawarkan oleh PPJK yang merupakan
kenyamanan yang membuat importir menjadi tidak patuh
4) Pernyataan dari Bpk. S menunjukkan bahwa tidak ada tindakan tegas
dari Kantor Pabean kepada importir yang melakukan praktik pajak
borongan, yang tentu saja akan sangat bermanfaat bagi importir
"nakal" dan merugikan importir yang melakukan praktik bersih sesuai
dengan aturan yang berlaku. Ketidakadilan ini pada akhirnya membuat
importir "bersih" melakukan praktik perpajakan ini. Persepsi buruk Mr.
S tentang Bea Cukai yang timbul karena ketidakadilan yang terjadi di
Bea Cukai, dapat digunakan sebagai alasan mengapa ia tidak patuh pada
kewajiban pajaknya.

Kesimpulan dan Saran : Alasan-alasan importir tidak patuh terhadap kewajiban pajak
termasuk: 1) berkembangnya praktik pajak borongan di antara importir
2) penawaran yang dilakukan oleh pengusaha Jasa Bea Cukai individu
(PPJK) untuk melakukan praktik pajak grosir.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor utama di balik beberapa
importir itulah mengapa pada akhirnya cenderung demikian tidak taat,
seperti praktik perpajakan massal. Praktik pajak grosir ini adalah
"jembatan" penghubung antara importir dan Bea Cukai melakukan
penipuan. Inti dari praktik perpajakan massal adalah proses negosiasi
yang dilakukan antara importir dan Bea Cukai pada aspek pajak impor
untuk barang-barang terkait komoditas
Bagian II : Critical Review

Wholesale Taxes: Reflections On Non-Compliance With Importer Taxpayers In Surabaya

Pendahuluan
Artikel dengan judul di atas ditulis oleh Dwika Tirta Mitrawan, Zaki Baridwan dan Yeney
Widya Prihatiningias dalam Jurnal South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics,
abd Law dan dipublikasikan pada 5 April 2019. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui apa
alasan perilaku ketidakpatuhan importir atas kewajiban pajak impor mereka. Para penulis telah
melakukan penelitian mereka menggunakan pendekatan kualitatif. Mereka menggunakan
pendekatan fenomenologi transedental untuk mengeksplorasi berbagai jenis informasi.
Tinjauan kritis ini, termasuk kritik terhadap penelitian ini, dibagi menjadi lima bagian; (1) Latar
belakang penelitian, (2) Tujuan penelitian, (3) literatur penelitian, (4) metode penelitian dan
analisis data serta (5) Hasil Penelitian.

Latar Belakang Penelitian


Penulis berpendapat bahwa importir memiliki peran yang cukup penting dilihat dari
sumbangsihnya dalam penerimaan pajak di Indonesia. Penulis menyertakan alasan atas klaim
ini yaitu bahwa total penerimaan pajak dari sektor ekspor dan impor, bea masuk berkontribusi
sekitar 20% dari total penerimaan (Oktavianus, 2016). Namun, meskipun penerimaan pajak
telah lebih dari target, hal ini tidak mencerminkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Penulis
menyertakan data statistic berupa jumlah tindakan bea cukai yang mana telah memblokir 676
importir dikarenakan salah satunya akibat tidak melaporkan pengembalian pajak mereka. Dari
alasan inilah peneliti merasa topik mengenai kepatuhan pajak importir menarik untuk ditelaah
lebih lanjut.
Latar belakang penelitian disampaikan dengan baik oleh penulis dengan menyertakan
alasan dan didukung oleh data untuk memperkuat klaimnya. Penulis juga mengemukakan peran
penting mengenai pajak oleh importir untuk penerimaan negara. Namun, penulis tidak
memaparkan secara gamblang mengapa fenomena ini masih sangat perlu diteliti lebih lanjut
dan bagaimana penggunaan pendekatan fenomenologi pada penelitian ini dapat memberikan
pandangan atau sumbangsih yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Tujuan Penelitian dan Rumusan Masalah
Tujuan dalam penelitian ini telah dinyatakan dengan jelas dan memiliki fokus yang
sempit sehingga kemungkinan untuk menjawab pertanyaan dapat dilakukan dengan baik dan
mendalam karena bahasan telah dibatasi untuk menhindari pembahasan yang meluas.
Rumusan masalah tidak dinyatakan secara implisit, namun hal ini sudah tercermin dalam
tujuan penelitian dan dari kesimpulan. Untuk pembaca yang telah terbiasa membaca jurnal, hal
ini bukan sebuah masalah yang besar. Namun, untuk orang awam atau pembelajar yang kurang
bacaan jurnalnya, maka ketiadaan rumusan masalah dapat membingungkan dan dapat pula
pembaca di akhir jurnal mendapatkan konklusi yang berbeda dari masalah utama yang
sebenarnya dibahas dalam artikel.

Tinjauan Literatur
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan terkait dengan masalah
ketidakpatuhan oleh wajib pajak. Studi sebelumnya mengenai topik ini dilakukan secara
kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif yang meneliti masalah ketidakpatuhan pajak
seperti penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2007), Laksono (2011), Agustiantono (2012),
Ernawati & Purnomosidhi (2011), Anjani & Restuti (2016), Murphy & Tyler (2008), Faizal, Palil,
Maelah, & Ramli (2017), Hartner, Rechberger, Kirchler, & Schabmann (2008), Damayanti,
Sutrisno, Subekti, & Baridwan (2015), sedangkan untuk penelitian kualitatif yang meneliti
masalah pajak kepatuhan adalah penelitian yang dilakukan oleh Worsham (1996), Aneswari,
Darmayasa, & Yusdita (2015).
Tinjauan literatur yang disajikan dalam artikel ini menyediakan sintesis dari penelitian
sebelumnya, yang berkaitan dengan topik yang diangkat. Penulis dapat mengekstraksi informasi
penting dari berbagai sumber dengan baik. Namun, dalam hal literatur, penelitian ini hanya
menjelaskan topik maupun temuan dari penelitian terdahulu.
Penulis tidak menjelaskan lebih jauh mengenai teori yang digunakan yaitu cost benefit
theory, teori perilaku terencana dan teori psikologi fiskal yang sebenarnya telah disebutkan.
Namun hal ini bukan merupakan kesalahan yang fatal mengingat penulis memilih metode
fenomenologi yang berarti bahwa landasan teori ini hanya digunakan untuk memandu dalam
menemukan fakta. Sehingga penulis maupun pembaca tidak perlu membatasi fikirannya dalam
lingkup teori ini saja.
Terakhir, dalam artikel ini terdapat kutipan yang cukup yang diambil dari sumber lain.
26 referensi dalam penelitian ini dapat diterima dan terkait dengan bidang penelitian. Kutipan
dalam teks dan daftar referensi sudah benar. Referensi yang sesuai digunakan untuk mendukung
ide, argumen, teknik, dan teori dalam makalah ini. Informasi ini memastikan bahwa pembaca
dapat dengan mudah menilik lebih lanjut artikel referensi yang relevan di lain waktu.

Metode Penelitian dan Analisis Data


Pemilihan pendektaan fenomenologi sebagai metode penelitian telah tepat digunakan
karena dengan metode ini, tujuan penuliss dapat dicapai. Melalui metode fenomenologi,
peneliti dapat mengeksplorasi berbagai jenis informasi untuk mengetahui alasan ketidaktaatan
wajib pajak importir terhadap kewajiban pajak impor mereka.
Untuk aspek data dan pengumpulannya, penulis melakukan wawancara untuk mencoba
menemukan alasan para importir atas ketidaktaatan mereka berdasarkan pengalaman dan
sesuai kesadaran mereka. Teknik ini sudah sesuai dengan pendekatan yang digunakan dan dapat
mempermudah penulis untuk mengali data dan informasi secara mendalam. Selain itu,
kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti, sebelum melakukan wawancara, berusaha untuk
membentengi hasil penelitiannya nanti dari pemikiran pribadinya sendiri dengan melakukan
tahap epoche.
Metode sampling menggunakan snowballing sampling dan oleh penulis telah dijelaskan
dengan baik kriteria apa saja yang digunakan. Namun, alasan penulis memilih metode sampling
dan lokasi penelitian ini masih kurang dapat dijustifikasi. Meskipun demikian, hal tersebut tidak
menjadikan penelitian ini hilang makna.
Dalam melakukan analis data atau informasi yang telah diperoleh, penulis telah
memaparkan tahapan secara baik dan runtut. Hal ini menambahkan keyakinan pembaca bahwa
hasil maupun kesimpulan yang nantinya akan diambil dan disampaikan oleh penulis telah
diperoleh dari proses yang dapat dipertanggungjawabkan dan diyakini.

Hasil Penelitian
Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor utama di balik ketidak-taatan beberapa
importir adalah karena berkembangnya praktik pajak borongan dalam aktivitas impor barang
serta adanya penawaran yang dilakukan oleh pengusaha Jasa Bea Cukai individu (PPJK) untuk
melakukan praktikm pajak grosir. Inti dari praktik perpajakan ini adalah proses negosiasi yang
dilakukan antara importir dan Bea Cukai pada aspek pajak impor untuk barang-barang
komoditas.
Hasil penelitian ini disampaikan oleh penulis dengan baik dan sistematis. Penulis
menyertakan kutipan hasil wawancara dengan beberapa narasumber untuk mendasari setiap
penjelasannya. Selain itu, penulis juga mengaitkan hasil temuannya dengan teori yang telah
berkembang maupun telaah literature.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, artikel penelitian ini sudah baik. Tujuan dari penelitian ini
dinyatakan dengan jelas dan fokusnya sempit. Meskipun penulis tidak menjelaskan teori-teori
yang digunakan sebagai panduan, penulis dapat secara sistematis mengekstrak informasi
penting dari proses tinjauan literatur, dan menggunakannya untuk memenuhi kesenjangan
penelitian. Selain itu, penelitian ini cukup baru dan bermanfaat bagi para peneliti dan praktisi di
bidang ekonomi dan perpajakan. Meskipun hampir semua metode, alat, dan teknik analisisnya
cocok dan dijelaskan dengan jelas, penulis sebaiknya lebih dapat menjelaskan alasan untuk
menjustifikasi pilihan metode sampling dan lokasi penelitian. Hasil keseluruhan secara langsung
telah menjawab dan tujuan penelitian dicapai dengan proses dan bukti yang cukup.

Potensi Pengembangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan sudut pandang wajib pajak terkait dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pajak mereka menggunakan dua teori utama yaitu teori
psikologis fiscal dari Schmolders (1959) dan teori perilaku terencana dari Ajzen (1985). Penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan kedua teori ini menggunakan metode penelitian yang
berbeda untuk menguji secara kuantitatif terkait hubungan erat antara satu faktor dengan
variable yang diuji. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat memodifikasi penelitian ini
dengan mengganti informan dengan kontranya sehingga didapat sudut pandang lain dan dalam
permasalahan yang diangkat dapat memberikan gambaran yang holistic terkait apa yang terjadi
dibalik fenomena yang diamati.

Anda mungkin juga menyukai