Anda di halaman 1dari 18

EFEKTIVITAS ASAM MEFENAMAT

TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID (DISMENORE)


BERDASARKAN NUMERIC RATING SCALE (NRS)

Oleh :

1. Septiani (1908060002)
2. Rahman Hadi Saputra (1908060010)
3. Dian Yuliana (1908060029)

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
2021
ABSTRAK

Dismenore pada remaja adalah hal yang wajar untuk dirasakan ketika siklus menstruasi datang.
Asam mefenamat merupakan terapi farmakologis yang sering digunakan oleh perempuan
dismenore untuk mengurangi ketidaknyamanan nyeri haid dengan menginhibisi enzim
siklooksigenase (COX-2) yang dapat mencegah pembentukan asam arakidonat serta
prostaglandin yang akan menstimulasi kontraksi atau nyeri saat haid. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas asam mefenamat terhadap penanganan
dismenore dengan penilaian skala NRS. Metode penelitian dengan quasi experimental terdiri dari
2 kelompok uji-kontrol dengan penilaian nyeri pretest-postest berdasarkan skala NRS.
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon rata-rata penurunan 4,50 dari data pretest-postest
kelompok uji sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata penurunan 2,50 pada data pretest-
postest kelompok kontrol. Hasil perbandingan tiap kelompok (uji-kontrol) nilai signifikansi
p=0,002 (p<0,05) bahwa terdapat perbedaan penurunan intensitas nyeri haid. Asam mefenamat
memiliki efektivitas yang baik terhadap penurunan nyeri haid dibandingkan dengan kontol
(plasebo).

Kata kunci : Asam Mefenamat, Dismenore, NRS, Haid, Pereda sakit


ABSTRACT

Dysmenorrhea in adolescents is a natural thing to feel when the menstrual cycle comes.
Mefenamic acid is a pharmacological therapy that is often used by women with dysmenorrhea to
reduce the discomfort of menstrual pain by inhibiting the enzyme cyclooxygenase (COX-2)
which can prevent the formation of arachidonic acid and prostaglandins which will stimulate
contractions or pain during menstruation. The purpose of this study was to determine how much
effectiveness of mefenamic acid on the treatment of dysmenorrhea with the NRS scale
assessment. The research method was quasi-experimental consisting of 2 groups of test-control
with pretest-posttest pain assessment based on the NRS scale. Based on the results of the
Wilcoxon statistical test, the average decline was 4.50 from the pretest-posttest data of the test
group, while in the control group the average decrease was 2.50 from the pretest-posttest data of
the control group. The results of the comparison of each group (test-control) significance value p
= 0.002 (p <0.05) that there are differences in the decrease in the intensity of menstrual pain.
Mefenamic acid has a good effectiveness in reducing menstrual pain compared to dick (placebo).
Keywords: Mefenamic Acid, Dysmenorrhea, NRS, Menstruation, Pain relief
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dismenore primer adalah gejala ginekologis yang paling umum dilaporkan oleh
perempuan usia reproduksi. Dismenore disebut juga kram menstruasi atau nyeri
menstruasi, nyeri ini didefinisikan sebagai nyeri kram yang berulang, yang sering terjadi
selama menstruasi. Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25%
disertai masalah yang biasa dirasakan remaja berkaitan dengan menstruasi seperti
dysmenorrhea (67,2%) dan sindrom premenstruasi (PMS) sebesar 63,1%. Wanita yang
mengalami dismenorea primer biasanya menggunakan NSAID sebagai pengobatan lini
pertama untuk menghilangkan nyerinya antara lain seperti Asam Mefenamat, Ibuprofen,
Natrium Naxproxen, atau Katoprofen. Dismenore dapat terjadi karena adanya
peningkatan prostaglandin (PG)F2-α yang distimulusi enzim siklooksigenase (COX-2)
mengakibatkan hipertonus dan vasokontriksi sehingga terjadi iskemia dan nyeri saat
menstruasi. Asam mefenamat yang merupakan salah satu terapi farmakologis yang
menginhibisi enzim siklookginase (COX-2) sehingga dapat mengurangi
ketidaknyamanan nyeri haid.

Intesitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual sehingga kemungkinan nyeri
dalam intensitas dirasakan oleh perempuan bisa berbeda-beda. Metode penilaian nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale. NRS yang merupakan skala sederhana dan linier,
umumnya digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dalam praktek klinik serta dapat
digunakan untuk penelitian nyeri secara klinis. NRS ditandai dengan garis 0 – 10 dengan
interval yang sama dimana 0 menunjukkan tidak ada nyeri, 5 menunjukkan nyeri sedang,
dan 10 menunjukkan nyeri berat.
Gambar 1 Numeric Rating Scale (NRS)
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Asam Mefenamat efektif dalam menurunkan nyeri dismenore pada perempuan
yang sedang haid?

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini terbatas kepada percobaan mengetahui efektivitas obat asam mefenamat
terhadap rasa nyeri pada dismenore.

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas asam mefenamat terhadap penanganan
dismenore dengan penilaian skala NRS.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, Metode penelitian dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang penjelasan teori dasar yang mendukung dalam penyusunan karya tulis
ilmiah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang metode apa yang digunakan dalam meneliti karya tulis ilmiah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan yang terkait dengan karya tulis ilmiah
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan karya tulis ilmiah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Dismenore

Dismenore atau yang lazim disebut nyeri menstruasi (haid) bukanlah hal yang baru bagi
wanita. Dismenore dibagi menjadi dua yaitu, Dismenore primer dan Dismenore sekunder.

Dismenore primer adalah nyeri pada perut bagian bawah saat menstruasi tanpa
disertai adanya kelainan atau penyakit pada panggul. Sedangkan Dismenore sekunder
adalah nyeri pada perut bagian bawah saat menstruasi disertai adanya kelainan atau penyakit
pada panggul. Artikel kali ini akan lebih fokus membahas tentang dismenore primer karena
disemenore sekunder membutuhkan penanganan lebih khusus, tergantung dari faktor
penyebabnya. Diperkirakan 1 dari 2 wanita mengalami dismenore dan 1 dari 10 wanita
tersebut mengalami gejala yang parah hingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari – hari.
Dismenore sering dialami oleh wanita khususnya usia 15 – 25 tahun dan angka kejadiannya
menurun di atas usia tersebut.

Faktor Penyebab Dismenore

Penyebab dismenore primer masih kurang jelas. Namun, nyeri ini diduga akibat peningkatan
jumlah prostaglandin di dalam rahim saat menstruasi. Prostaglandin merupakan sejenis
hormon (dihasilkan dalam tubuh) yang berperan dalam proses terjadinya nyeri. Faktor yang
meningkatkan dismenore primer adalah usia kurang dari 20 tahun, usaha penurunan berat
badan, depresi / kecemasan, terganggunya hubungan sosial dengan orang lain, menstruasi
dalam jumlah yang berlebihan, nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan), merokok.
Gejala yang timbul

Gejala utama dismenore adalah nyeri hingga ke bagian punggung dan kaki dimulai pada hari
pertama atau sehari sebelum menstruasi, berlangsung 12 – 24 jam, namun beberapa kasus
dapat berlangsung 2- 3 hari. Rasa nyeri tidak selalu sama untuk setiap kali masa menstruasi,
terkadang terasa lebih hebat dibanding masa menstruasi sebelumnya. Nyeri dapat berkurang
seiring bertambahnya usia atau setelah mempunyai anak. Kelelahan, nyeri pada payudara,
mual, kembung, konstipasi (sembelit), lebih emosional dan mudah merasa sedih, sakit
kepala, dan pingsan merupakan gejala lain yang muncul saat dismenore.

2.2 Pengukuran Derajat Nyeri

Pengukuran Derajat Nyeri Mandiri Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat
nyeri

1. Visual Analog Scale (VAS)


Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai
nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin
dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan
atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa
angka atau pernyataan deskriptif.

Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa
nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS
juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien
anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah
dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena
VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi.
Gambar 2. Visual Analog Scale (VAS)

2. Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri.
Dua ujung ekstrem juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda
nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara
alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala
verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.
Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit
berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi
pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

Gambar 3. Visual Rating Scale (VRS)

3. Numeric Rating Scale (NRS)


Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan
perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun,
kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap
terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek analgesik.

Gambar 4. Numeric Rating Scale (NRS)

2.3 Asam Mefenamat


Asam mefenamat (Asam N-2, 3- xililantrannilat) dengan rumus molekul C 15H15NO2
memiliki pemerian serbuk mikrokristalin, berwarna hampir putih hingga putih.
mefenamat bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin, yaitu
senyawa penyebab rasa sakit dan peradangan. Memiliki kelarutan praktis tidak larut
dalam air, sedikit larut dalam alkohol, kloroform, dan diklorometana, larut dalam larutan
hidroksida alkali. Disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari dari cahaya,
memiliki nilai log P 4,03. Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik, sebagai anti
inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam
mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap
obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul
misalnya dispensia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung. Pada usia lanjut efek samping hebat sering dilaporkan. Efek samping lain
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia hemolitik
juga pernah dilaporkan.

Gambar 4 Struktur Asam Mefenamat


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian yang dipakai pada karya tulis ilmiah ini :

- Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan dan studi pustaka/riset pustaka meski bisa dikatakan mirip akan
tetapi berbeda. Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka,
kajian teoritis, landasan teori, telaah pustaka (literature review), dan tinjauan teoritis.
Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya
berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang
belum dipublikasikan. Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian dengan studi
literatur tidak harus turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Pada
riset pustaka (library research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal
menyiapkan kerangka penelitian (research design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan
sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Selain data, beberapa
hal yang harus ada dalam sebuah penelitian supaya dapat dikatakan ilmiah, juga
memerlukan hal lain seperti rumusan masalah, landasan teori, analisis data, dan
pengambilan kesimpulan. penelitian dengan studi literatur adalah penelitian yang
persiapannya sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan metode
pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka, membaca, mencatat, dan
mengolah bahan penelitian. Meskipun terlihat mudah, studi literatur membutuhkan
ketekunan yang tinggi agar data dan analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang
optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan analisis yang matang dan mendalam agar
mendapatkan hasil. Dengan demikian penelitian dengan studi literatur juga sebuah
penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah karena pengumpulan data
dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian. Variabel pada
penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data yang diperoleh dianalisis secara
mendalam oleh penulis. Data-data yang diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-sub bab
sehingga menjawab rumusan masalah penelitian. Studi Pustaka atau Kajian Pustaka
merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik
yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat
praktis. Dengan menggunakan metode penelitian studi pustaka, penulis akan dapat
dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti. Karena mempunyai banyak
referensi terhadap objek dari penelitian dari jurnal-jurnal terdahulu. Melakukan studi
pustaka juga dapat membantu penulis dalam mengembangkan penelitian yang hendak
akan dikerjakan dengan referensi dari jurnal serupa.

- Metode Pengumpulan Data


Adapun Metode Pengumpulan data dari penelitian ini diambil dari sumber data, yang
dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Subjek Penelitian akan diberikan form yang harus diisi, subjek penelitian yang telah
mengisi informed consent akan dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang ada. Subjek akan
menerima instrument awal berupa kuisioner L-MMPI, jika skor masuk dalam kriteria
inklusi maka akan masuk ke dalam penelitian. Subjek inklusi akan diberi tahu mengenai
beberapa step penelitian dari wawancara onlne via whatsapp, lalu sesi pembagian
kelompok perlakuan dengan aplikasi spinner, dimana kelompok perlakuan terdiri dari 3
yaitu kelompok uji dengan pemberian asam mefenamat, dan kelompok control akan
diberi plasebo berupa teh hijau. Subjek diberi kuisioner Numeric Rating Scale (NRS)
yang diisi sebelum (pretest) dan setelah perlakuan (post test). Lalu diberi perlakuan
sesuai kelompok yang didapatkan, selang kurang lebih 2 jam subjek mengisi lembar NRS
post test.

Kelompok yang akan diberikan perlakuan menggunakan asam mefenamat :


1. Na
2. Ir
3. Y
4. Al
5. Nu
6. U
7. H
8. F
9. Ai
*Ket : Nama subjek menggunakan inisial nama

Kelompok yang akan diberi perlakuan plasebo :


1. R
2. Di
3. M
4. Ni
5. No
6. Y
7. F
8. Ic
9. De
*Ket : Nama subjek menggunakan inisial nama

- Analisis data
Data yang sudah ditabulasikan akan diolah dengan uji Wilcoxon menggunakan perangkat
lunak SPSS.25.0
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pre-post pada kelompok uji dengan pemberian asam mefenamat dengan dosis 500 mg
berdasarkan skala nyeri NRS dapat dilihat pada Tabel 1. Serta hasil pre-post pada kelompok
positif dengan pemberian teh hijau berdasarkan skala nyeri NRS dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari tabel 1 dan tabel 2, dapat dilihat bahwa pada kelompok uji dapat dikatakan efektif karena
adanya penurunan nyeri dari data pretest dan posttest. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-
rata tidak ada penurunan pretest-postest.
Berdasarkan analisis statistic uji Wilcoxon, rata-rata penurunan yang diperoleh antara kelompok
uji dengan kontrol diperoleh rata-rata penurunan (posttest<pretest) pada kelompok uji 4,50
Sementara pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata penurunan 2,50 yang berarti penurunan
nyeri dari pemberian asam mefenamat 500 mg lebih tinggi dibandingkan plasebo (tabel 3).
Bahkan perbandingan yang diperoleh telah signifikan dengan nilai p=0,002 (p<0,05), bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok uji dengan pemberian asam mefenamat
dibandingkan kelompok kontrol (tabel 5)

Sejauh ini, uji coba telah menunjukkan bahwa ibuprofen, naxproxen, ketoprofen dan asam
mefenamat secara signifikan lebih baik daripada plasebo. Pada pemberian asam mefenamat 500
mg terdapat uji pre-post yang menunjukkan tidak adanya penurunan nyeri bahkan pada
kelompok kontrol banyak data yang tidak sesuai yang seharusnya tidak terjadi penurunan nyeri,
setelah dikonfirmasi ternyata karena kurangnya kepatuhan subjek sehingga hasil yang didapat
tidak begitu maksimal.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan analisis statistik uji Wilcoxon, rata-rata penurunan yang diperoleh antara kelompok
uji dengan kontrol diperoleh rata-rata penurunan (posttest<pretest) pada kelompok uji 4,50
Sementara pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata penurunan 2,50 yang berarti penurunan
nyeri dari pemberian asam mefenamat 500 mg lebih tinggi dibandingkan plasebo. Terdapat
perbedaan rata-rata penurunan skala nyeri pada masing-masing kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dengan hal ini asam mefenamat dengan dosis 500 mg memiliki efektivitas
yang baik terhadap penurunan nyeri haid dibandingkan dengan kontrol (plasebo).
DAFTAR PUSTAKA

1. Lefebvre, Guylaine, Ottawa ON Odette Pinsonneault, and Sherbrooke Q. C. 2005.


Primary Dysenorrhea Consensus Guideline, J Ofisfet Gynaecol Can, 27, (169),
(December 2005), 1117- 1130.

2. Anggraeni, Kiki Fitria., Fitriana, Nurul., Indriyanti, Niken., 2020. Efektivitas Asam
Mefenamat terhadap penurunan Nyeri Dismenore Berdasarkan Numeric Rating Scale, 12th
Proc. Mul. Pharm. Conf. (11-12 Desember 2020), 2614-4778.
3. Lawrence, Hal C. 2015. The American College of Obstetricians and Gynecologists
Supports Access to Women’s Health Care, American College of Ob5t8tTitiON5 Ond
Gyneologi5t, 125, (6), (June 2015), 1282-1284.
4. Ismarozi, Desti, Sri Utami, dan Riri Novayelinda. 2015. Efektivitas Senam Dismenore
Terhadap Penanganan Nyeri Haid Primer Pada Remaja, JOM, 2, (1), (Februari 2015),
820-827.
5. Nurmiaty, Siswanto Agus Wilopo dan Toto Sudargo. 2011. Perilaku Makan dengan
Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Remaja, Berita Kedokteran Ma5yarakat, 27, (2),
(Juni 2011), 75- 82.
6. Natalia, Shanty dan Nita Dwi Astikasari. 2019. Pengaruh Permen Dark Chocolate
terhadap Nyeri Dismenore Primer pada Remaja Putri di SMP Gaya Baru Desa
Sumberejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang, Journal for Qualify in
Women'5 Health, 2, (2), (September 2019), 31-37.
7. Khairunnisa, Nadhia, Asep Sukohar, Rizki Hanriko, dan Tendry Septa. 2018.
Hubungan Pemberian Dark Chocolate Terhadap Penurunan Skala Nyeri Menstruasi
(Dismenore Primer) Yang Dipengaruhi Dengan Kondisi Stres Pada Mahasiswi
Kedokteran Universitas Lampung, Ma jority, 7, (3), (Desember 2018), 81-89.
8. Kostania, Gita dan Anik Kurniawati. 2016. Perbedaan Efektivitas
Ekstrak Jahe Dengan Ekstrak Kunyit Dalam Mengurangi Nyeri Dismenorhea Primer
Pada Mahasiswi Di Asrama Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta, Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan, 5, (2), (November 2016), 136-143.
9. Gulati, A. Loh J. 2011. A55C55UI CN t Of Pain: Complete Patient Evaluation. In:
Vadivelu, Nalini, Urman, Richard D., and Hines, Roberta L. Editors. Essentials Of Pain
Management. New York: Springer.
10. Yudianta, Novita Khoirunnisa, dan Ratih Wahyu Novitasari. 2015. Assessment Nyeri,
Jurnal CDK- 226, 42, (3), 214-234.
11. Dawood MY. 2006. Primary dysmenorrhea: advances in pathogenesis and
management. Obstet and Gynecol, 108, (2), 428—441.

Anda mungkin juga menyukai