Anda di halaman 1dari 17

TA-3123 Ventilasi Tambang

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : HAFIDHA DWI PUTRI ARISTIEN


NIM : 12111003
SHIFT : JUMAT (09.00 – 11.00)
ASISTEN : - BAGUS MAHESWARA (12110038)
- FIRA RESTI ANINDITA (12110058)

LABORATORIUM GEOMEKANIKA DAN PERALATAN TAMBANG


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Ventilasi Tambang


Ventilasi Tambang adalah suatu kegiatan yang memasukan udara bersih dari atas
permukaan secara paksa guna memenuhi kebutuhan udara di bawah tanah untuk menunjang
proses produksi, juga sebagai pengatur sirkulasi udara dibawah tanah.

1.2 Fungsi Ventilasi Tambang


Ventilasi tambang berfungsi untuk:
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan
menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam tambang dan
juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas yang
ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang
yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah hingga
ambang batas yang diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah sehingga
dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman

1.3 Prinsip Ventilasi Tambang


Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku hukum alam
bahwa:
a. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas.
b. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan
tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan yang lebih besar.
c. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam ventilasi
tambang.

1.4 Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang


Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling berhubungan,
yaitu:
a. Pengaturan/pengendalian kualitas udara tambang.
Dalam hal ini akan dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang diperlukan
oleh para pekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas udara (Quality
control).
b. Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang diperlukan oleh
pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitunganuntuk jumlah
aliran udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jaringan ventilasi
tambang sampai perhitungan kapasitas dari kipas angin.
c. Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat diperoleh lingkungan
kerja yang nyaman.
Dalam hal ini akan dibahas mengenai penggunaan ilmu yang mempelajari sifat-sifat
udara atau psikrometri (psychrometry).
Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis perlu juga
dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya aliran udara akibat ventilasi
alami, yaitu antara aliran udara sebagai akibat perbedaan temperatur yang timbul secara alami.

1.5 Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum ventilasi ini adalah:
1) mengetahui pengaruh pengaturan udara terhadap kelembaban relatif
2) mengetahui pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara
3) mengetahui pengaruh perubahan penampang terhadap aliran udara
4) mengetahui pengaruh penambahan booster (axiliary fan) pada kondisi udara.

1.6 Peralatan yang Digunakan


Dalam praktikum pengukuran laboratorium ventilasi ini digunakan beberapa jenis
peralatan, yaitu:
1) Saluran ventilasi
2) Fan
a. Centrifugal fan

Mempunyai beberapa bilah kipas yang mengelilingi


pusat kipas. Meningkatkan tekanan dan aliran udara.
Forward blades cocok digunakan untuk aliran udara
dengan volume dan tekanan yang tinggi.

b. Axial fan
Adalah kipas yang berbentuk sekrup. Prinsip kerjanya adalah dengan memberikan
percepatan tangensial ke udara saat melewati impeller. Energi rotasi harus
tekronversi menjadi energi beraliran linier dan head static saat
udara meninggalkan impeller. Hal ini akan menghasilkan
efisiensi yang tinggi. Axial fan akan menghasilkan tekanan
yang kecil dan debit yang besar.

3) Anemometer
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang melalui
system ventilasi. Digunakan dua jenis anemometer, yaitu anemometer
digital dan analog.

4) Pitot tube (3 buah)


Pitot tube digunakan untuk mengukur tekanan
udara pada aliran udara kecepatan tinggi. Pitot
tube terdiri dari dua pipa konsentris yang
berbentuk L. Pipa bagian dalam mempunyai
ujung muka yang terbuka tempat aliran udara
masuk, sedangkan pipa bagian luar tertutup
ujungnya yang disekeliling ujungnya terdapat
lubang-lubang kecil tempat aliran udara keluar. Head aliran udara yang melalui tabung
pitot diukur dengan manometer yang dihubungkan dengan selang plastik. Head yang
diukur adalah Total Head (Ht), Static Head (Hs), dan Velocity Head (Hv).
5) Manometer (3 buah)
Manometer yang digunakan dalam praktikum ini
adalah manometer tabung U yang diisi oleh spiritus.
Tabung U ini dihubungkan dengan selang terhadap
tabung pitot. Nantinya, perbedaaan ketinggian dari
spiritus akan menunjukkan perbedaan tekanan.

6) Sling psychrometer
Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban
udara secara tidak langsung. Alat ini terdiri dari dua
buah termometer raksa yang mengukur termometer
basah (wet bulb) dan termometer kering (dry bulb).
Pada prinsipnya termometer kering mencatat
temperatur udara pada udara bebas atau di
atmosfer. Sedangkan termometer cembung basah
mencatat temperatur penguapan, dimana besarnya lebih kecil daripada temperatur pada
udara bebas. Selisih antara temperatur cembung kering dan temperatur cembung basah
akan menunjukkan kondisi kejenuhan udara.
7) Stopwatch
Alat untuk menghitung lama waktu aliran udara melewati saluran udara.
8) Waterpass
Waterpass adalah alat untuk mengukur
kerataan dari dudukan manometer.
Ditempatkan diatas dudukan dari
manometer.

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Mengetahui korelasi pengaturan udara dengan kelembaban relatif


Pada pengaturan udara yang masuk ke dalam sistem ventilasi bawah tanah, kita akan
mengatur kelembaban relatif udara di dalam sstem ventilasi bawah tanah. Pengaturan
kelembaban udara relatif berhubungan dengan Tbasah dan T kering serta kurva psikrometer. Faktor
kelembaban udara pada tambang bawah tanah berguna untuk mengatur tingkat kenyamanan
kerja pada tambang bawah tanah.
Kelembaban Relatif (Relative Humidity, Ø) merupakan perbandingan antara tekanan uap
udara pada temperatur konstan, umumnya dinyatakan dalam persentase (%).

Pv
Kelembapan Relatif =  100 %
Ps

2.2 Pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara.


Sifat aliran udara dianalogikan dengan aliran arus listrik maka digunakan dua hukum
dasar Kirchhoff. Sistem ventilasi dapat berbentuk seri maupun paralel. Pada sistem ventilasi
paralel akan didapati percabangan maka kuantitas udara akan terbagi ke masing-masing
percabangan sesuai dengan hokum I Kirchhoff (kuantitas udara yang masuk percabangan sama
dengan jumlah kuantitas udara pada masing-masing cabang).
Adanya percabangan aliran udara pada ventilasi akan menyebabkan distribusi aliran
udara ke setiap cabang. Besarnya debit aliran udara setiap cabang tergantung kepada beberapa
faktor seperti luas penampang dan kekasaran permukaan dinding ventilasi. Namun, pada
prinsipnya besarnya debit aliran udara memasuki atau meninggalkan percabangan adalah
sama.
Bila debit aliran udara yang meninggalkan percabangan didefinisikan positif dan debit
aliran udara yang memasuki percabangan didefinisikan negatif, maka jumlah keempat debit
aliran udara haruslah nol, Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0
Secara umum Hukum I Kirchoff dapat dinyatakan sebagai berikut :

∑Q=0

2.3 Mengetahui korelasi luas penampang dengan kecepatan dan debit udara
Pada penampang kecil akan dihasilkan aliran udara yang mempunyai kecepatan aliran
yang tinggi sedangkan pada luas penampang yang besar akan didapatkan aliran udara dengan
kecepatan aliran yang rendah. Namun pada penampang kecil dan besar mempunyai jumlah
aliran udara pada tiap satuan waktu.
Cara yang paling umum digunakan untuk menentukan Head Loss adalah dengan metode
Equivalent Length Method :

KP(L  Le)Q2
H L  Hf  H x 
A3
Keterangan :
K = Friction Factor
P = Perimeter
L = Panjang
Le = Panjang Ekivalen
Q = Debit
A = Luas

2.4 Pengaruh letak pengukuran tabung pitot dalam saluran ( ¼ L, ½ L, ¾ L)


Karena adanya gesekan antara aliran udara dengan dinding-dinding saluran udara, maka
aliran udara yang paling besar kecepatannya adalah yang berada di posisi ½ L.

Gambar pola aliran udara sebenarnya dalam pipa


2.5 Pengaruh pola aliran udara pada titik pengamatan ( A1, A2, A3)
Akibat dari percabangan adalah akan terjadi friction loss (head yang hilang diakibatkan
oleh gesekan) dan shock loss yang berasal dari kekasaran permukaan dari luas penampang
duct. Percabangan ini tidak akan memperoleh debit aliran udara yang sama, karena diakibatkan
oleh beberapa faktor yakni kecepatan aliran udara dan luas penampang saluran. Bukti dari
percabangan ini dapat dilihat pada saat pembukaan dan penutupan dari sekat. Pada kondisi
yang ideal, semakin jauh titik pengamatan dari sumber fan, maka akan semakin banyak loss
sehingga head yang terbaca akan makin kecil.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN DAN HASIL PENGUKURAN

3.1 Prosedur Percobaan


a. Persiapaan percobaan
Memastikan peralatan keamanan sudah digunakan dan dipersiapkan (safety
shoes)

Menurunkan peralatan praktikum yaitu ventduck

Memastikan bahwa dudukan lat sudah benar

Mempersiapkan dudukan manometer di samping tabung pitot dan


memastikan kedatarannya dengan waterpass

Mengambil kompresor dan dipasangkan dengan fan axial. Memastikan juga


fan sentrifugal sudah terpasang pada instalasi listrik

b. Pengukuran kelembaban udara dalam ruang

Membasahi reservoir termometer cembung basah dengan air

Memutar Sling psychrometer sekitar 2 menit

Membaca bacaan pada termometer basah dan kering dengan cepat

Memastikan tidak ada pengaruh dari temperatur tubuh, pernapasan,maupun


sinar yang kuat agar dihasilkan pembacaan yang presisi

c. Pengukuran kecepatan aliran udara pada saluran udara


Memastikan bahwa anemometer sudah dikalibrasi dan jarum sudah
menunjukkan pada nilai 0

Memutar posisi anemometer sebesar 900 agar menghilangkan pengaruh


resistensi

Membaca bacaan pada anemometer setelah percobaan selama 2 menit

Membaca bacaan setiap jarum pada anemometer menyesuaikan satuan


kemudian mencatatnya.

Setelah pembacaan selesai , mengkalibrasi anemometer kembali.


Memindahkan anemometer pada setiap posisi yang telah ditentukan yaitu
(1/4L, 1/2L, 3/4L). Dan mengulangi langkah awal

d. Pengukuran dimensi dan penggunaan karakteristik jaringan


Mengukur dimensi saluran ventilasi (diameter, panjang, dan lebar) serta menentukan
karakteristik jaringan.

e. Pengukuran tekanan udara dengan pitot tube

Mengatur posisi pitot pada posisi yang telah ditentukan (1/4L, 1/2L, 3/4L)

Memasang selang pada tabung pitot dengan manometer U

Memastikan dudukan manometer sudah seimbang denga menempelkan


waterpass dimana gelembungnya berada ditengah.

Setelah aliran dimulai, melihat beda ketinggian yang ada pada manometer.

Mengulangi untukl mengukur Hv, Ht, Hs

f. Pengukuran kuantitas udara yang mengalir per menit pada kondisi intake
Diperoleh melalui perhitungan (pengolahan data).

3.2 Pengukuran
a. Kondisi A
1) Axial fan menyala, centrifugal fan tidak menyala
2) Pasang fan axial exhaust
3) Tutup katup penyekat (tanpa cabang)
4) Pangamatan yang dilakukan :
- Temperature kering dalam saluran (tk)
- Temperatur basah dalam saluran (tb)
- Temperatur kering dalam ruangan (TK)
- Temperature basah dalam ruangan (TB)
5) Ukur kecepatan aliran udara pada titik A1, A2, dan A3 (dalam 2 menit)
6) Ukur beda kenaikan fluida dalam manometer pada titik A1, A2, dan A3, baik untuk
beda tekanan total, static, maupun velocity. Pengukuran ini dilakukan dalam tiga
posisi pitot tube yang berbeda, dengan acuan kepala pitot tube berada di tiga
posisi yaitu : tepi saluran ujung kanan, tepi saluran ujung kiri, dan ditengah
saluran.
7) Lakukan juga untuk kondisi katup penyekat dalam keadaan terbuka (dengan
cabang)
b. Kondisi B
1) Axial dan centrifugal fan menyala
2) Pasang fan axial intake
3) Tutup katup penyekat (tanpa cabang)
4) Pangamatan yang dilakukan :
- Temperature kering dalam saluran (tk)
- Temperatur basah dalam saluran (tb)
- Temperatur kering dalam ruangan (TK)
- Temperature basah dalam ruangan (TB)
5) Ukur kecepatan aliran udara pada titik A1, A2, dan A3 (dalam 2 menit)
6) Ukur beda kenaikan fluida dalam manometer pada titik A1, A2, dan A3, baik untuk
beda tekanan total, static, maupun velocity. Pengukuran ini dilakukan dalam tiga
posisi pitot tube yang berbeda, dengan acuan kepala pitot tube berada di tiga
posisi yaitu : tepi saluran ujung kanan, tepi saluran ujung kiri, dan ditengah
saluran.
7) Lakukan juga untuk kondisi katup penyekat dalam keadaan terbuka (dengan
cabang)

3.3 Hasil Pengukuran


a. Kondisi A
Temperatur kering : Awal 81 ⁰F 27.22 ⁰C
Akhir 81 ⁰F 27.22 ⁰C
Temperatur basah : Awal 71 ⁰F 21.67 ⁰C
Akhir 72 ⁰F 22.22 ⁰C
Kelembaban relatif : Awal 61.68 %
Akhir 65.16 %
Jenis Fan : Axial Fan (intake)
Pengukuran Tekanan dan Kecepatan Udara di Titik A1, A2, A3
Saluran Tanpa Cabang Saluran Dengan Cabang
Posisi Anemometer (L)
A1 A2 A3 A1 A2 A3
Hs(mm) 6 6 2 1 1 1 4 4 3 3 2 2
Ht(mm) 12 12 10 9 1.5 2 12 12 9 9 2 3
0.25 Hv(mm) 6 6 7 8 0.5 0.5 8 10 5 4 0.5 5
V (m/s) 10.64 9.111 11.95 11.63 8 7.95 9.91 11.2 5.08 9.64 7.09 7.09
V rata-rata (m/s) 9.88 11.79 7.98 10.55 7.36 7.09
Hs(mm) 6 6 2 2 2 1.5 2 3 3 3 2 2
Ht(mm) 14 12 11 10 3 1.5 6 11 8 7 2 1
0.5 Hv(mm) 8 6 9 8 1 0.5 4 8 5 3 4 4
V (m/s) 10.26 10.01 11.2 11.57 7.75 7.717 11.3 11.3 6.95 6.34 6.96 6.34
V rata-rata (m/s) 10.13 11.39 7.73 11.26 6.65 6.65
Hs(mm) 8 8 3 3 2 1 4 6 5 4 2 3
Ht(mm) 14 14 10 9 2 1.5 12 14 7 6 4 3
0.75 Hv(mm) 6 6 7 6 0.5 0.5 8 8 2 2 6 6.5
V (m/s) 10.41 10.44 11.45 11.29 7.883 7.683 11.7 8.83 6.85 6.48 7.03 7.53
V rata-rata (m/s) 10.43 11.37 7.78 10.26 6.67 7.28

Pengukuran Kecepatan Udara di Ujung Fan

Pengukuran kecepatan udara Kecepatan (m/s)


di ujung ventilasi
Dengan percabangan Tanpa percabangan
0.3 0.3
0.25 0.2 0.3
0.1 0.9
Posisi Anemometer (L)

Rata-rata 0.2 0.5


0.6 0.8
0.5 0.5 0.5
0.3 1
Rata-rata 0.466666667 0.766666667
0.3 0.3
0.75 0.2 0.9
0.2 0.3
Rata-rata 0.233333333 0.5

b. Kondisi B
Temperatur kering : Awal 80.9 ⁰F 27.17 ⁰C
Akhir 81 ⁰F 27.22 ⁰C
Temperatur basah : Awal 70.9 ⁰F 21.61 ⁰C
Akhir 71 ⁰F 21.67 ⁰C
Kelembaban relatif : Awal 61.6 %
Akhir 61.7 %
Jenis Fan : Sentrifugal & Axial Fan (intake)
Pengukuran Tekanan dan Kecepatan Udara di Titik A1, A2, A3
Saluran Tanpa Cabang Saluran Dengan Cabang
Posisi Anemometer (L)
A1 A2 A3 A1 A2 A3
Hs(mm) 16 11 4 4 5 4 7 9 7 6 8 8
Ht(mm) 24 20 13 13 6 6 16 15 10 9 7 3
0.25 Hv(mm) 9 8 9 9 9 7 8 9 3 3 10 7
V (m/s) 21.12 21.11 17.41 17.37 10.15 10.24 22.4 22.8 8.34 10.8 8.56 8.76
V rata-rata (m/s) 21.11 17.39 10.20 22.64 9.56 8.66
Hs(mm) 14 12 4 4 4 4 8 10 6 7 2 3
Ht(mm) 23 22 13 13 4 5 21 18 10 11 3 3
0.5 Hv(mm) 8 8 9 9 5 5 11 12 4 4 1 2
V (m/s) 15.78 13.84 11.68 11.89 7.967 11.04 14.4 20.9 6.26 5.76 8.73 6.92
V rata-rata (m/s) 14.81 11.79 9.50 17.63 6.01 7.82
Hs(mm) 17 15 4 4 4 4 8 14 7 7 4 4
Ht(mm) 19 20 14 14 3 3 22 21 11 11 1 5
0.75 Hv(mm) 1 4 10 10 5 5 8 12 4 4 3 1
V (m/s) 18.53 18.35 10.41 14.15 9.842 9.917 18.2 20.1 7.92 7.84 8.41 8.37
V rata-rata (m/s) 18.44 12.28 9.88 19.15 7.88 8.39

Pengukuran Kecepatan Udara di Ujung Fan

Pengukuran kecepatan udara Kecepatan (m/s)


di ujung ventilasi
Dengan percabangan Tanpa percabangan
2 1.9
0.25 2.1 2.1
1.5 1.7
Posisi Anemometer (L)

Rata-rata 1.866666667 1.9


2.1 2
0.5 2.3 2.2
1.8 1.9
Rata-rata 2.066666667 2.033333333
1.9 1.7
0.75 1.7 1.7
1.6 1.7
Rata-rata 1.733333333 1.7

c. Kondisi Umum
 P barometer = 710 mmHg
 Massa jenis Spiritus = 789 kg/m3
 Kecepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
 Effisiensi ( ) = 80%
 Tegangan = 220 Volt
 Data dimensi jaringan ventilasi
Lokasi titik Tinggi (cm) Lebar (cm)
1 15 15.4
2 15 15.4
3 24.3 24.3

BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Pengolahan Data


a. Menentukan keliling dan luas jaringan
Lokasi titik Tinggi (m) Lebar Luas Keliling (m)
(m) (m2)
A1 0.15 0.154 0.0231 0.608
A2 0.15 0.154 0.0231 0.608
A3 0.243 0.243 0.059049 0.972

b. Menentukan debit udara kondisi A (Axial Fan saja yang menyala)


Axial Fan
Dengan Cabang
A1 A2 A3 Di Ujung Ventilasi
Posisi 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L
v (m/s) 10.55 11.26 10.26 7.361 6.646 6.67 7.092 6.65 7.28 0.200 0.467 0.233
Area (m2) 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.059 0.059 0.059 0.068 0.068 0.068
Debit (m3/s) 0.244 0.260 0.237 0.170 0.154 0.154 0.419 0.393 0.430 0.014 0.032 0.016
Debit rata-rata
(m3/s)
0.247 0.159 0.414 0.020
Tanpa Cabang
A1 A2 A3 Di Ujung Ventilasi
Posisi 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L
v (m/s) 9.877 10.13 10.43 11.79 11.39 11.4 7.975 7.73 7.78 0.500 0.767 0.500
Area (m2) 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.059 0.059 0.059 0.068 0.068 0.068
Debit (m3/s) 0.228 0.234 0.241 0.272 0.263 0.263 0.471 0.457 0.460 0.034 0.052 0.034
Debit rata-rata
0.234 0.266 0.462 0.040
(m3/s)

c. Menentukan debit udara kondisi B (Sentrifugal dan Axial Fan menyala)


Axial & sentrifugal Fan
Dengan Cabang
A1 A2 A3 Di Ujung Ventilasi
Posisi 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L
v (m/s) 22.635 17.634 19.153 9.557 6.010 7.883 8.658 7.821 8.388 1.867 2.067 1.733
Area (m2) 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.059 0.059 0.059 0.068 0.068 0.068
Debit (m3/s) 0.523 0.407 0.442 0.221 0.139 0.182 0.511 0.462 0.495 0.126 0.140 0.117
Debit rata-rata
0.458 0.181 0.489 0.128
(m3/s)
Tanpa Cabang
A1 A2 A3 Di Ujung Ventilasi
Posisi 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L 0,25L 0,5L 0,75L
v (m/s) 21.11 14.81 18.44 17.39 11.79 12.3 10.2 9.5 9.88 1.900 2.033 1.700
Area (m2) 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.023 0.059 0.059 0.059 0.068 0.068 0.068
Debit (m3/s) 0.488 0.342 0.426 0.402 0.272 0.284 0.602 0.561 0.583 0.128 0.137 0.115
Debit rata-rata
0.419 0.319 0.582 0.127
(m3/s)
d. Menentukan kuat arus I (Ampere)
Fan Axial Fan
Posisi Head (mm) Head (Pa)
Anemometer
A1 A2 A3 A1 A2 A3
Saluran tanpa cabang
0.25 L 12 9.5 1.75 94.68 74.955 13.8075
0.50 L 13 10.5 2.25 102.57 82.845 17.7525
0.75 L 14 9.5 1.75 110.46 74.955 13.8075
Saluran dengan cabang
0.25 L 12 9 2.5 94.68 71.01 19.725
0.50 L 8.5 7.5 1.5 67.065 59.175 11.835
0.75 L 13 6.5 3.4 102.57 51.285 26.826

Fan Axial & Centrifugal Fan


Posisi Head (mm) Head (Pa)
Anemometer
A1 A2 A3 A1 A2 A3
Saluran tanpa cabang
0.25 L 22 13 6 173.58 102.57 47.34
0.50 L 22.5 13 4.5 177.525 102.57 35.505
0.75 L 19.5 14 3 153.855 110.46 23.67
Saluran dengan cabang
0.25 L 15.5 9.5 5 122.295 74.955 39.45
0.50 L 19.5 10.5 3 153.855 82.845 23.67
0.75 L 21.5 11 3 169.635 86.79 23.67

4.2 Analisis Data


Berdasarkan data temperatur kering dan basah, dapat diketahui nilai kelembaban relatif
(dengan menggunakan moody chart), namun dalam praktikum ini kelembaban diabaikan dalam
perhitungan karena perbedaan temperatur awal dan akhir tidak signifikan.

Berdasarkan data kecepatan udara dari kondisi A dan B, diketahui bahwa kecepatan
udara pada kondisi B lebih besar daripada kondisi A. Hal ini menunjukkan penggunaan
centrifugal fan dapat menambah kecepatan aliran udara.

Dengan melihat besar head (tekanan) pada titik A1, A2, dan A3, didapatkan bahwa
semakin jauh udara mengalir, besar tekanan semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya
gesekan udara dengan permukaan, yang dapat mengurangi tekanan (head loss). Selain itu,
ketika udara dialirkan dalam jaringan dengan cabang, besar kecepatan dan tekanan setelah
percabangan lebih kecil daripada ketika udara dialirkan dalam jaringan tanpa cabang. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya percabangan akan mengurangi kecepatan udara, serta
menimbulkan shock loss yang dapat mengurangi tekanan.

Gaya gesek pada dinding ventilasi (terjadinya friction loss) juga mempengaruhi
kecepatan aliran udara. Hal ini diketahui dari perbedaan kecepatan aliran udara pada posisi
anemometer yang berbeda, dimana kecepatan di bagian tengah lebih besar dibandingkan
kecepatan di bagian tepi ventilasi.

Perbedaan hasil pengamatan yang muncul dalam pengambilan data dengan kondisi yang
sama dapat terjadi akibat faktor ketelitian pembacaan, kesigapan dalam pengambilan data,
serta kurangnya persiapan alat yang dilakukan. Faktor lain yang dapat menyebabkan kurangnya
akurasi data yang didapat adalah kebocoran yang terjadi pada pipa ventilasi, sehingga debit,
kecepatan aliran, dan tekanan udara berkurang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Prinsip ventilasi tambang mengikuti prinsip aliran udara, yaitu mengalir dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah. Suhu, tekanan, debit udara, dan kecepatan aliran udara memiliki
hubungan yang erat dan sangat berpengaruh terhadap keberjalanan operasi penambangan.
Penambahan auxiliary fan dalam hal ini sentrifugal fan akan menambah kecepatan aliran udara,
sehingga akan mengakibatkan tekanan udara menjadi semakin besar.

Adanya gesekan dengan dinding ventilasi akan mengurangi besar kecepatan udara.
Selain itu, adanya percabangan dalam jaringan ventilasi akan menimbulkan shock loss serta
mengurangi kecepatan aliran udara.

5.2 Saran

Perawatan dan perbaikan alat perlu dilakukan secara rutin, seperti masalah kebocoran
pada pipa. Dalam pengambilan data, diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk menghasilkan
data yang akurat. Persiapan alat juga merupakan faktor utama untuk meningkatkan akurasi
data.
DAFTAR PUSTAKA

Diktat Ventilasi Tambang T. Pertambangan UNPAR.

Hartman, Mutmansky, Romani, Wang. 1997. Mine Ventilation and Air Conditioning: Third Edition.
John Wiley & Sons. Inc: Canada.

Anda mungkin juga menyukai