Laporan Modul Batuk Dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1pdf PDF Free
Laporan Modul Batuk Dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1pdf PDF Free
Dewi Nugrahaputri
Laporan Tutorial
“ Modul Batuk & Sesak Pada Dewasa “
Sistem Respirasi
Disusun
Oleh
Rahmawati
AdeCitra Ashari
Grace Hanna Cristian
Auni Fitri Humaerah
Sri Rejeki
Otniel Kristanto
Ahmad Airlangga
Mira Wati Aho
Yunita Yusuf
Desi Andriani
Ade Putra Salino
Wa Ode Sri Ayu
Saza Khoirunnisa
Rita Yaroseray
Fakultas Kedokteran
Universitas Haluoleo
Kendari
2014
1.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep-konsep dasar yang
berhubungan dengan gejala batuk dan sesak serta mampu membedakan beberapa penyakit sistem respirasi yang
memberikan tersebut.
1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat :
1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang dapat memberikan gejala batuk/sesak pada dewasa
2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya sesak/batuk pada dewasa
a. Menjelaskan susunan dari organ-organ respirasi
b. Menjelaskan tentang struktur dan fungsi sel-sel dari masing-masing organ respirasi
c. Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan perubahan yang terjadi
3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk/sesak
4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk/sesak
a. Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain bakteri penyebab infeksi saluran nafas.
b. Menjelaskan tentang sifat-sifat umum, virus penyebab infeksi pada saluran nafas.
5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk/sesak pada penyakit sistem respirasi
a. Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk/sesak
b. Menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit dengan gejala
batuk/sesak.
6. Menjelaskan pelaksanaan yang diberikan pada penderita penyakit-penyakit yang memberikan keluhan utama
sesak.
Skenario 1
Seorang laki-laki 25 tahun, mahasiswa kedokteran datang ke dokter pembimbingnya untuk menyampaikan
kalau ia tidak dapat mengikuti kegiatan di RS karena sakit sekaligus untuk konsultasi tentang penyakitnya. Ia mengeluh
batuk berdahak yang hebat warna mukoid, kadang kuning, pilek dan disertai demam yang hilang timbul dialaminya sudah
10 hari. Selain itu ia juga mengeluh sakit kepala terutama pagi hari, myalgia, anoreksia, dan kadang-kadang diare.
Suhunya mencapai 38,50C, denyut nadi 100x/menit, tensi 110/70 mmHg, dan pernapasannya 20x/menit. Sebelumnya ia
juga pernah menderita batuk dan beringus tapi sudah agak baikan setelah minum obat anti tusif dan anti biotic. Ini
dialaminya 1 bulan sebelum sakit yang sekarang dideritanya.
Kata Sulit
1. Myalgia : nyeri pada satu atau sejumlah otot.
2. Anoreksia : kehilangan selera makan.
3. Warna Mukoid : lendir bebas selaput lendir terdiri dari sekresi kelenjar-kelenjar bersama dengan
berbagai garam anorganik, sel yang berdeskuamasi dan leukosit, berwarna putih
4. Diare : buang air besar lebih dari 3x perhari konsistensi cair.
5. Anti tusif : meredahkan atau mencegah batuk.
Kata Kunci
1. Laki-laki 25 tahun
2. Batuk berdahak hebat warna mukoid kadang kuning
3. Demam hilang timbul
4. Sakit kepala, myalgia, anoreksia, kadang diare.
5. Pemeriksaan fisik : suhu 38,50C, nadi 100x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan 20x/menit.
6. Riwayat penyakit batuk, beringus membaik setelah minum obat anti tusif dan anti batuk.
Pertanyaan
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernafasan
2. Patomekanisme gejala pada kasus
3. Etiologi penyakit yang menyebabkan batuk
4. Patomekanisme penyakit yang menyebabkan batuk
5. Manifestasi klinis penyakit yang menyebabkan batuk
6. DD dan DS
7. Faktor resiko DS
8. Langkah diagnostik
9. Pemeriksaan penunjang DS
10. Hubungan riwayat penyakit dahulu dan sekarang
11. Penatalaksanaan DS
12. Prognosis dan komplikasi DS
13. Pencegahan DS
Jawaban
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernafasan
Anatomi
Fisiologi
Terdapat dua proses respirasi dalam tubuh yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal.
1. Respirasi eksternal
Yaitu pertukaran gas antara O2 dan CO2 antara atmosfer dan sel tubuh.
2. Respirasi internal
Yaitu pertukaran O2 dan CO2 antara paru ke sel tubuh (mitokondria) untuk metabolisme tubuh.
Pertukaran gas memerlukan 4 proses penting yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses dimana udara masuk ke lingkungan pernafasan (paru) dan menghembuskan
keluar. Ventilasi terdiri dari
a. Inhalasi/inspirasi : masuknya udara dari luar ke paru-paru.
b. Ekshalasi/ekspirasi : udara yang ada di paru-paru dikeluarkan.
2. Difusi
Difusi adalah O2 yang ada di dalam paru masuk ke dalam pembuluh darah kapieler yang ada disekitar
paru, dan CO2 yang ada dalam kapiler paru dimasukkan kedalam paru.
3. Transportasi gas (perfusi)
Transportasi gas adalah O2 yang ada di pembuluh darah paru-paru dibawah ke pembuluh darah sehingga
O2 dapat sampai ke sel, dan sebaliknya.
4. Regulasi
Pengaturan yang diperankan oleh sistem saraf dan sistem hormon. Terdapat tiga jenis pusat kontro
yaitu:
a. Pusat kontrol pernafasan
- Batang otak (pons/medulla oblongata) yang berfungsi sebagai pernafasan spontan.
- Pons yang terdiri atas 2 yaitu
Apneustic central : menstimulasi neuron inspirasi di medulla oblongata
Pneumotaxic center : bekerja melalui mekanisme penghambatan inspirasi.
- Korteks yang berfungsi sebagai pernafasan volunter (disadari) misalnya menyanyi dan berbicara.
b. Efektor pernafasan
- N. Frenikus yang menginnervasi diaphragma
- N. Intercostalis yang menginnervasi muskulus intercostalis dan muskulus abdominalis
- N. Acsesorius yang menginnervasi muskulus sternokleidomastoideus
- N. Servikalis inferior yang menginnervasi muskulus skaleneus
c. Sensor pernafasan
- Kemoreseptor sentral pada permukaan ventral medulla oblongata merespon dengan cepat setiap
peningkatan konsentrasi CO2 atau peningkatan konsentrasi ion H+ dengan meningkatkan ventilasi.
- Kemoreseptor perifer (pada bifurcatio arteri karotis dan sepanjang arkus aorta diaktifkan oleh
hipoksia CO2 dan H+.
Histologi
Udara yang masuk ke paru-paru mula-mula melewati bagian atap atau superior rongga hidung. Di atap hidung
terdapat epitel khusus yaitu epitel olfaktorius yang mendeteksi dan meneruskan bau-bauan. Pada epitel ini
terdapat tiga jenis sel : sel penyokong atau sustentakuler, sel basal, dan sel olfaktorius. Di bawah epitel
di jaringan ikat terdapat kelenjar olfaktorius serosa.
Bagian konduksi sistem pernafasan
Pada bagian konduksi sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus terminalis.
Agar saluran nafas besar selalu terbuka maka, saluran ini di tunjang tulang rawan hialin(cartilago hyalina).
Trakea sendiri dilingkari oleh cartilago hyalin berbentuk C yang tidak utuh. Serat elastik dan otot polos yang
disebut otot trakealis yang menghubungkan ruang diantara ujung-ujung tulang rawan. Pada trakea terdapat
berbagai jenis sel yaitu sel torak bersilia, sel goblet (produksi mukus), sel basal (aktif berdifferensiasi),
sel sikat/brush cell, dan sel bergranula kecil.
Kemudian bercabang 2 menjadi bronkus yang masuk ke dalam paru-paru maka cincin tulang rawan hialin
diganti oleh lempeng tulang rawang hialin tidak beraturan yang mengelilingi bronkus. Sewaktu bronkus
terus bercabang dan berkurang ukurannya jumlah dan ukuran lempengan ini ikut berkurang. Seperti halnya
pada bagian akhir konduksi bronkiolus terminalis.
Bronkiolus yang lebih besar dilapisi oleh epitel bertingkat semu bersilia, sering berkurangnya ukuran epitel
ini menjadi epitel selapis bersilia. Sedangkan bronkiolus yang lebih kecil hanya dilapisi oleh epitel selapis
kuboid. pada bronkiolus terminalis juga terdapat sel clara (sekresi surfaktan) sebagai pengganti dari sel
goblet.
Bagian respiratorik sistem pernafasan
Tempat ini dimulai pada tempat berlangsungnya pertukaran gas yang dimulai oleh bronkiolus respiratorius
yang ditandai dengan adanya kantong-kantong udara berdinding tipis yaitu alveoli.
Respirasi hanya dapat berlangsung pada alveoli, selain itu struktur intrapulmonal lainnya tempat
berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, dan saccus alveolaris.
Selain itu juga terdapat sel-sel dalam alveolus. Sel yang paling banyak adalah sel alveolus gepeng atau
penumosit tipe 1, diantaranya terselip sel-sel pneumocyte 2. Makrofag juga ditemukan di dinding alveoli
yang disebut macrophagocytus alveolaris, sedangkan pada alveoli disebut sel debu.
2. Patomekanisme gejala pada kasus
Batuk
Impuls aferen (N
Benda asing pada Menimbulkan
vagus M.
jalan napas refleks batuk
Oblongata)
Tekanan
2,5 udara di Epiglotis
intratoraks &
inspirasi cepat menutup
paru meningkat
Pita suara
Otot abdomen membuka, udara Kompresi kuat
dan otot ekspirasi bertekanan tinggi paru bronkus dan
berkontraksi dalam paru trakea kolaps
meledak keluar
Batuk Berdahak
Hipersekresi
Infeksi/iritasi sal. mukus, hipertrofi Sekresi sel
Napas kelenjar goblet meningkat
submukosa
Batuk berdahak
Demam
Pirogen eksogen
yaitu
Makrofag, IL1, IL6, TNF α, IFN
lipopolisakarida,
monosit, limfosit α
peptidoglikan dan
teichoic acid
As. Arachidonat
Prostaglandin dari membran Hipothalamus dan
(PGE2) fosfolipid oleh fosfolipase A2
siklooksigenasi
Refleks
Peningkatan Peningkatan vasokonstriksi PD
setting termostat konsentrasi dan kulit dan
di hipothalamus produksi panas pelepasan
epinefrin olah PD
Peningkatan
metabolisme tubuh
dan tonus otot
Sakit kepala
O2↓↓
O2 ↓↓ (Kompensasi gagal)
SAKIT KEPALA
Anorexia dan Diare
ANOREKSIA DIARE
Myalgia
O2 Berefek
menurun Respirasi Respirasi meningkatk Tertimbun
Myalgia
di dalam aerob anaerob an As. di otot
tubuh laktat
Pneumonia
Defenisi
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit).
Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru berupa alveoli dapat dipenuhi cariran atau nanah. Akibatnya
keampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen akan terganggu). Kekurangan oksigen dalam sel-sel
tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, maka proses
peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi.
Etiologi
Penyebab pneumonia bermacam-maca yaitu bakteri, virus, fungi, alergi, aspirasi, hypostatic pneumonia.
Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh pneumococcus, staphylococcus, H.influeza, mycobacterium tuberculosis,
klebsiella dan E,coli.
Patofisiologi
a. Virus
Virus masuk
Menyerang jln
ke paru-paru Sitokin
nafas dan Apoptosis sel
melalui teraktivasi
alveoli
inhalasi
Jadi dapat pula dikatakan bahwa pneumonia virus komplikasinya merupakan pneumonia bakteri.
b. Bakteri
Masuk ke
alveoli
Bakteri inhalasi
Menginvasi
ruangan di
antara sel dan
alveoli melalui
rongga
penghubung
Neutrophil
Demam
Membunuh dan mengigil dan Transpor O2
melepaskan mual menurun
sitokine
Bakteri ke
Mengisi alveoli Syok septik
aliran darah
Ke cavitas
Empyema
pleura
c. Jamur
Mikroorganisme ini tidak spesifik menyebabkan pneumonia. Jamur dapat menyerang jika sebelumnya
pasien sendiri sudah terpapar penyakit yang menyebabkan sistem imun menurun misalnya saja AIDS,
obat-obatan imunosupesif.
d. Parasit
Parasit
masuk Gangguan
melalui Aliran darah Respon imun transportasi Pneumoniae
kulit/ditelan O2
Kongesti neutrofil di
kapiler
Akumulasi masif
dlm ruang alveolar
(limfosit &
makrofag)
Hepatisasi Merah
Eritrosit keluar dr
kapiler yg
meregang
Reabsorpsi
eksudate
Resolusi
(8-10 hr)
Jar. paru
kembali normal
Manifestasi Klinis
Secara anatomik pneumonia terbagi menjadi dua yaitu :
1. Pneumonia lobaris
Merupakan penyakit primer, kebanyakan menyerang anak besar (biasanya sesudah berumur 3 tahun).
Anak tampak sakit berat, demam tinggi, pergerakan dada pada sisi yang sakit nampak lambat, pekak
relatif pada perkusi. Gambaran radiologi terlihat jlas infiltrat yang jelas. Pada penyembuhan demam
menurun secara tiba-tiba (krisis) dalam 5-9 hari.
2. Bronchopneumonia
Biasanya merupakan penyakit sekunder, timbul setelah menderita penyakit lain. Kebanyakan menyerang
bayi dan anak kecil. Keadaan umum tidak terlalu terganggu (bila belum sesak), demam tidak terlalu tinggi
(demam intermitten). Tidak ditemukan pekak relatif pada perkusi, pada foto thoraks tidak tampak
bayangan infiltrate (bila ada tersebar kecil).
Untuk gambaran pneumonia bakteri akut ditandai oleh :
1. Demam dan mengigil
2. Batuk yang mengeluarkan dahak yang berwarna kuning hijau atau mungkin mengandung darah (mukus
dikeluarkan dari paru-paru)
3. Sakit dada terutama saat batuk atau saat menarik nafas yang dalam
4. Bernafas dengan cepat dan pendek, serta hilang selera makan
5. Muka kelihatan merah
Faktor resiko
1. Umur > 65 tahun
2. Tinggal di pantai jompo
3. Alkoholismus
4. Malnutrisi
5. Merokok
6. Aspirasi
7. COPD, kardiovaskular, diabetes melitus, neurologis
8. Infeksi saluran pernafasan akut
Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis selain klinis, pemeriksaan yang mendukung diagnosis adalah
a. Chest X Ray
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan sebelum dapat ditemukan secara fisis. Pada bronkopneumonia
terdapat bercak-bercak infiltrat satu atau bebrapa lobus paru. Foto rontgen juga menunjukkan
komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumothoraks, pneumomediastinum
atau perikarditis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pneumonia pneumococcus tes darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 sampai
40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kumam penyebab dapat dikultur dari swab tenggorokan dan
30% bisa dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin diakibatkan karena terdapatnya albumin
ringan karena suhu naik. Pneumonia pneumokokkus tidak dapat dibedakan dengan bakteri lain selain
pemeriksaan mikrobiologi.
Langkah-langkah diagnostik
Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang
dikemukakan pasien disertai pemriksaan penunjang. Diagnosis berdasarkan etiologi dapat dilakukan
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dan/atau serologi.
Berdasarkan berat ringannya pneumonia dibedakan menjadi :
1. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum, harus dirawat di RS dan
diberi antibiotik.
2. Pneumonia berat : bila ada retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum harus dirawat di RS dan
diberi antibiotik
3. Pneumonia : bila ada retraksi, tetapi nafas cepat
- >60x/menit pada bayi <2 bln
- >50x/menit pada bayi 2-12 bln
- >40x/menit pada bayi 1-5 thn
Tidak perlu dirawat cukup beri antibiotik oral
4. Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu
antibiotik.
Bayi dibawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian
sering terjadi.
Pemeriksaan Fisis
Pneumonia lobaris :
1. Inspeksi : frekuensi pernafasan >40x/menit, pernafasan cuping hidung, sianosis, paru yang sakit
pergerakannya lambat, gembung.
2. Palpasi : fokal fremitus sisi sakit>keras
3. Perkusi : sisi sakit pekak relatif
4. Auskultasi : sisi sakit BP menurun, BT ronki nyaring 1 lobus
Bronkkopneumonia
1. Inspeksi : sakit sedang, retraksi frekuensi pernafasan > 50x/menit
2. Palpasi : -
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi : ronki nyaring diffus satu/ke 2 paru
Penatalaksanaan
Untuk mengurangi resiko resistensi mikroorganisme terhadap obat sebaiknya pengobatannya dilakukan
sesuai etiologi, tetapi karena memakan waktu maka hanya dapat diberikan dengan pengobatan polifragmasi.
Penisilin 50.000 IU/kgBB/hari dan ditambahkan dengan kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari atau diberikan
antibiotik spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari.
Anak yang sesak nafas memrlukan cairan intravena dan dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan adalah
campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 mL botol
infuse. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dnegan menggunakan rumus darrow. Karena
kebanyakan penderita menderita asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan
dengan melakukan koreksi perhitungan basa sebanyak -5 mEq.
Pencegahaan
1. Menghindari paparan asap rokok dan polusi udara
2. Menghindari kelahiran yang menyebabkan fetal distress
3. Melakukan pemberian ASI
4. Hindarkan bayi/anak kecil dari keramaian umum terutama kontak dengan penderita ISPA
5. Membatasi penularan nasokomial dengan cara membiasakan diri cuci tangan, penggunaan sarung tangan
atau masker, dan isolasi penderita
6. Pemberian vaksin
Untuk RSV (Respiratory sytical virus) dapat diberikan imunisasi dengan glikoprotein permukaan F dan G
RSV yang sudah dimurnikam.
Vaksin yang disebabkan oleh H. Influenza dapat diberikan vaksin Hib. Dan untuk sterptococcus
pneumoniae dapat diberikan vaksin pneumococcal hepravalen. Pemberian vaksin ini direkomendasikan
untuk anak-anak >2 tahun dan pada orang dewasa resiko tinggi seperti kardiovaskular, hodkin disease,
asplenia, serta kondisi-kondisi yang dihubungkan dengan penggunaan imunosupresi.
Komplikasi
Dengan penggunaan antibiotik komplikasi tidak pernah ditemui. Komplikasi yang mungkin terjadi ialah
empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih
jarang dilihat.
Prognosis
Dengan memberikan antibiotika yang tepat dan adekuat mortalitas dapat diturunkan sampai kurang 1%. Anak
yang menderita MEP dan terlambat ditangani menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
TB Paru
Defenisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman mycobacterium tuberculosis .
tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M.tuberculosis.
tuberkulosis paru mencakup 80% dari seluruh kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% merupakan
tuberkulosis ekstrapulmonal. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi M. Tuberculosis.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan
tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen m. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman
mampu tahan asam serta sanga tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob
yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, mycobacterium tuberculosis senang tinggal di
apeks paru yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi.
Patofisiologi
TB paru primer kebanyakan terjadi pada anak-anak
Droplet Kuman
nuklei masuk Aktifasi
neutrofil
dan
makrofag
TB post primer biasanya menyerang pada orang dewasa yang sebelumnya sudah pernah terpapar TB primer
sebelumnya
Jar. ikat
Granuloma seketika Nekrosis Jar. keju
hancur
Di batukan Cavitas
Cavitas
Meluas Tuberkuloma
Stelatte
Sembuh Cavitas lagi
shape
Cavitas yg
Komplikasi
terbungkus
Mycetoma
Manifestasi Klinis
Gejala Respiratorik :
a. Batuk > 3 mgg
b. Batuk darah
c. Nyeri dada
d. Sesak nafas
Gejala sistemik :
a. Demam
b. Anoreksia
c. Malaise
d. Berat badan menurun
e. Keringat malam
Faktor resiko
1. Umur
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki potensi 2x lipat dibanding wanita
3. Tingkat pendidikan
4. Pekerjaan
5. Kebiasaan merokok
6. Kepadatan hunian kamar tidur
7. Ventilasi
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan kuman TB untuk menentukan diagnosis. Bahan pemeriksaan
ini berasal dari sputum, cairan pleura, bilasan bonkus, CSF, kurasan bronkoalveoloar, urin, feses, dan
jaringan biopsi.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi foto apikolordotik, obliq, dan CT scan. Tuberkulosis memberikan
gambar bermacam-macam pada foto thoraks. Gambaran yang dapat ditemukan yaitu :
a. bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
b. bayangan berawan atau bercak
c. adanya kavitas tunggal atau ganda
d. bayangan bercak milier
e. bayangan efusi pleura, umumnya unilateral
f. destroyed lobe sampai destroyed lung
g. kalsifikasi
h. schwarte
3. Pemeriksaan khusus
Saat ini telah ditemukan beberapa teknik baru untuk mendeteksi Tb yaitu :
a. BACTEC : dengan metode radiometrik, dimana CO2 yang dihasilkan dari metablisme asam lemak M.
Teuberculosis dideteksi growth indexnya.
b. Polymerase chain reactin (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari M.tuberculosis hanya saja
masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi.
c. Pemeriksaan serologi seperti ELISA, ICT, dan Mycodot.
Langkah-langkah diagnosis
Lakukan anamnesis dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut :
1. Riwayat penyakit yang sama dengan anggota keluarga
2. Riwayat frekuensi penggunaan bat, apakah diminum secara teratur atau tidak
3. Riwayat kontak dengan pasien yang terinfeksi
4. Ada tidakanya bunyi ronki pada pemeriksaan auskultasi
5. Ada tidaknya keringat malam hari, penurunan berat badan, serta batuk darah untuk mengetahui tanda-
tanda TB secara pasti.
6. Riwayat merokok
Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Obat yang digunakan yaitu obat utama dan obat tambahan. Jenis obat yang digunakan sesuai rekomendasi
WHO yaitu rifampisin (R), isoniazid (H), pirampizin (z), sterptomisin (s), etambutol (e).
Pencegahan
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita
tuberkulosis BTA +.
2. Mass chest X ray yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu.
3. Vaksinasi BCG
Bronkhitis
Definisi
Peradangan pada saluran pernafasan broncial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus,
bakteri, proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung
akut maupun kronik. Proses ini disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran
nafas atas maupun bawah.
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih
dari tiga minggu, peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya
edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering
dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat
dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi akut
mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya
3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. Infeksi saluran nafas merupakan
masalah klinis yang sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya.
Eksaserbasi infeksi akut akanbronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut
akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga
berpengaruh terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbai, maka
mortalitas juga akan dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbasi, maka mortalitas juga
akan semakin meningkat.
Etiologi
Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV),
virus influenza, virus parainfluenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus
yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Sedangkan pada
bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut :
1. Spesifik
a. Asma
b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).
c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlamydia, pertusis,
tuberkulosis, fungi/jamur.
d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.
e. Sindrom aspirasi.
f. Penekanan pada saluran napas
g. Benda asing
h. Kelainan jantung bawaan
i. Kelainan sillia primer
j. Defisiensi imunologis
k. Kekurangan anfa-1-antitripsin
l. Fibrosis kistik
m. Psikis
2. Non spesifik
a. Asap rokok
b. Polusi udara
Patofisiologi
alveoli Fibrosis
Asap Sel goblet Bronchiolus
Hipersek yg
iritasi jmlx menyumbat &
resi berdekat Rentan Kerusakan
jalan meningktat, menyempit
mukus an dg inf. paru
nafas F. silia bronciol
menurun us rusak Empise
ma
Broncie
ctasis
Manifestasi Klinik
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini dari bronchitis kronis. Batuk mungkin
dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat
merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan (Smeltzer & Bare, 2001).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel
keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF sedikit naik
atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi
paksa dalam 1 detik < 80% dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP 1 : KVP <70% (Rubenstein, et al.,
2007).
3. Pemeriksaan gas darah
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik sehingga PaCO2 naik dan
PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah
paru dan penambahan eritropoeisis.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal (hipertrofi atrium dan
ventrikel kanan) (Rubenstein, et al., 2007).
5. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih.
Langkah diagnostik
1. Anamnesis
Riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum, sesak) dan faktor-faktor
penyebabnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising
mengi.
b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior dada
meningkat).
c. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung
berkurang.
d. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir sternum.
e. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian tekanan vena,
hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.
Penatalaksanaan
1. Terapi eksaserbasi akut
a. Antibiotik
b. Terapi oksigen ( jika terjadi kegagalan jalan nafas)
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
d. Bronkodilator
2. Terapi jangka panjang dan rehabilitasi.
Pencegahan
Komplikasi
Komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang jelek menurut Behrman (1999), antara lain :