Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL ILMIAH

EVALUASI PROGRAM TES KESEHATAN PRA NIKAH ( PRE MARITAL


CHECK-UP ) DI PUSKESMAS WIRADESA
KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh :
MUL RIZKIANA
A2A216080

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

Evaluasi Program Tes Kesehatan Pra Nikah (Pre Marital Check- Up)
Di Puskesmas Wiradesa Kabupaten Pekalongan
Disusun oleh :
Mul Rizkiana A2A216080

Telah disetujui
Penguji

Dra. Rodhiyah, SU
NIP.195306181980032001
Tanggal : ...............................

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Trixie Salawati, S.Sos, M.Kes Nurina Dyah Larasaty, S.KM, M.kes


NIK 28.6.1026.096 NIK 28.6.1026.278
Tanggal .............................. Tanggal ..............................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Semarang

Mifbakhuddin, S.KM. M.Kes


NIK.28.6.1026.025
Tanggal : ...........................
Evaluasi Program Tes Kesehatan Pra Nikah ( Pre Marital Check -Up) Di Puskesmas
Wiradesa, Kabupaten Pekalongan

Mul Rizkiana¹, Trixie Salawati¹, Nurina Dyah Larasaty¹


¹Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK
Latar Belakang : salah satu usaha preventif untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu
dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan sebelum hamil dengan pemeriksaan tes kesehatan pra
nikah (Pre Marital Check- Up). Di Puskesmas Wiradesa Kabupaten Pekalongan program sudah
berjalan namun belum efektif dan ditemukan adanya ketidaksesuaian antara jumlah calon
pengantin yang melakukan pemeriksaan dengan data jumlah perkawinan dari KUA setempat.
Tujuan : Mengetahui evaluasi pelaksanaan program pelayanan tes kesehatan pra nikah (Pre
marital Check Up) di Puskesmas Wiradesa, Pekalongan. Metode: Jenis penelitian kualitatif,
penentuan informan purposive sampling, Informan utama pemegang program pelayanan tes
kesehatan pra nikah di Puskesmas dan kepala KUA kecamatan Wiradesa, informan pendukung
bidan pelaksana dan calon pengantin. Analisis menggunakan model Miles dan Huberman Hasil :
Pelaksanaan program berjalan sesuai harapan, untuk alur dan tindakan pemeriksaan sesuai SOP
melihat ketersediaan alat dan bahan dengan faktor pendukunga danya Man, Market dan Money
untuk faktor penghambat belum adanya evaluasi dan tidak ada koordinasi antara Puskesmas
dengan KUA. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan program dengan mengadakan kursus
catin dan menyediakan brosur tentang kursus catin dan tes kesehatan pra nikah Kesimpulan:
Program sudah berjalan sesuai SOP dengan adanya faktor pendukung, adanya faktor penghambat
yaitu belum adanya evaluasi dan tidak adanya koordinasi antar Puskesmas dan KUA sehingga
menyebabkan adanya ketidaksesuaian data.

Kata Kunci : Evaluasi, Tes Kesehatan Pra Nikah

Background: one of the preventive efforts to reduce MMR and IMR is by implementing pre-
pregnancy health services by pre-marital health check-ups. In the Wiradesa Health Center in
Pekalongan Regency, the program has been running, but it has not been effective and there is a
discrepancy between the number of prospective brides who conduct an examination and data on
the number of marriages from the local KUA. Objective: Knowing the evaluation of the
implementation of pre-marital health testing services (Pre-marital Check-Up) at the Puskesmas
Wiradesa, Pekalongan. Methods: This type of qualitative research, the determination of purposive
sampling informants, the main informants were holders of pre-marital health testing service
programs at the Puskesmas and the head of the KUA district of Wiradesa, informants supporting
implementing midwives and brides. Analysis using the Miles and Huberman model Results: The
program runs according to expectations, for the flow and action checks according to the SOP to
see the availability of tools and materials with supporting factors, Man, Market and Money for
inhibiting factors there is no evaluation and there is no coordination between Puskesmas and
KUA. Efforts are made to improve the program by holding catin courses and providing brochures
about catin courses and pre-marital health tests. Conclusion: The program has been running
according to the SOP with supporting factors, there are inhibiting factors namely lack of
evaluation and lack of coordination between Puskesmas and KUA, causing data mismatch.

Keyword : Evaluation, Pre Marital Check-Up


Pendahuluan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tinggi. Salah satu usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
yaitu dengan usaha pencegahan penyakit (Preventif) yaitu salah satunya pelayanan
tes kesehatan pra nikah.1 Pemeriksaan dimulai dari calon pengantin agar kelak
mempunyai keturunan yang sehat dan ibu melahirkan dengan selamat .2
Pemeriksaan tes kesehatan pra nikah ( pre marital check-up ) adalah
sekumpulan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan kedua calon
mempelai laki – laki dan perempuan yang hendak menikah, terutama untuk
mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat
mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janinnya kelak ( penyakit
yang diturunkan oleh genetik ).3 Tes kesehatan pra nikah dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.97 Tahun 2014 meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium,
pemeriksaan penyakit menular, gizi, konseling kesehatan serta imunisasi TT dan
tes kehamilan. Selain itu di Indonesia tes kesehatan pra nikah khususnya pada
pemberian imunisasi TT digunakan sebagai salah satu syarat administrasi dalam
perkawinan4
Salah satu permasalahan yang ada di pelayanan tes kesehatan pra nikah yaitu
masih banyak calon pengantin yang tidak melakukan tes kesehatan namun lolos
dalam administrasi perkawinan serta pemeriksaan yang dilakukan di luar
kecamatan sehingga adanya kesulitan memonitoring dari pihak Kantor Urusan
agama (KUA).5
Pelaksanan tes kesehatan pra nikah (pre marital check-up) di Pekalongan
salah satunya dapat dilakukan di Puskesmas Wiradesa. Studi pendahuluan yang
dilakukan didapatkan bahwa pelaksanaan tes kesehatan pra nikah yang umum
dilakukan hanya pemeriksaan fisik, tes urine untuk mengetahui kehamilan dan
imunisasi TT. Data yang didapatkan menunjukkan adanya ketidaksesuaian jumlah
calon pengantin yang melakukan pemeriksaan (2016 sebanyak 235 orang, 2017
sebanyak 263 orang dan per Mei 2018 sebanyak 45 orang) dengan data jumlah
perkawinan dari KUA Kecamatan Wiradesa (2016 sebanyak 543 orang, 2017
sebanyak 536 orang dan per Mei 2018 sebanyak 175 orang).6
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dimana penentuan
subyek penelitian menggunakan Purposive Sampling. Informan Utama dalam
penelitian ini adalah pemegang program pelayanan tes kesehatan pra nikah (Pre
Marital Check-Up) di Puskesmas Wiradesa dan kepala KUA kecamatan
Wiradesa. Informan pendukung adalah tenaga bidan pelaksana pelayanan dan
pasangan calon pengantin.
Hasil
Semua informan menyatakan bahwa pelaksanaan program tes kesehatan
pra nikah di Puskesmas Wiradesa sudah berjalan baik sesuai dengan SOP yang
ada. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium. Semua
pemeriksaan yang ada harus dilakukan oleh calon pengantin karena sangat penting
untuk mewujudkan kesehatan reproduksi guna menciptakan generasi yang
berkualitas selain itu juga sebagai salah satu syarat administrasi pernikahan di
KUA.
Sebagian besar informan menyebutkan alur pemeriksaan dimulai dari
adanya surat rekomendasi desa untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas,
kemudian di Puskesmas dilakukan pemeriksaan di ruang KIA dan laboratorium.
Setelah itu surat keterangan dari Puskesmas diberikan ke KUA sebagai syarat
administrasi.
Semua informan baik informan utama dan pendukung menyatakan adanya
sarana dan prasarana yang memadai, adanya SDM, ketersediaan dana bersumber
dari BOK dan hasil pelayanan serta ketetapan surat keterangan pemeriksaan
sebagai salah satu administrasi menikah menjadi faktor pendukung jalannya
program tes pra nikah.
Sebagian dari informan menyebutkan bahwa dalam program tes kesehatan
pra nikah ini tidak ada faktor penghambat, namun sebagian informan lain
menyatakan bahwa belum dilakukannya evaluasi program dapat dijadikan salah
satu faktor penghambat program. Selain itu juga tidak adanya koordinasi antar
pemegang program di Puskesmas dengan KUA berkaitan dengan hasil pelayanan
tes kesehatan dan calon pengantin yang mendaftar di KUA serta ketentuan tempat
pemeriksaan.
Sebagian besar informan menyebutkan bahwa selama ini upaya yang telah
dilakukan untuk meningkatkan kualitas program dengan adanya pengadaan kursus
catin dan penyediaan brosur berkaitan dengan kursus catin dan pemeriksaan tes
kesehatan pra nikah.
Pembahasan
Program sudah berjalan cukup baik, sudah sesuai dengan SOP Puskesmas
Wiradesa. Ketersediaan tenaga kesehatan sudah memenuhi kebutuhan SDM yang
berpengaruh terhadap jalannya suatu program agar berjalan efektif dan efisien. 7
Pelaksanaan pelayanan tes kesehatan pra nikah di Puskesmas Wiradesa
dijadwalkan pada hari selasa, rabu, dan kamis. Pemeriksaan pada tes kesehatan
pra nikah meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan laborat dan pemberian
imunisasi TT Capeng dan semua pemeriksaan diwajibkan dilakukan oleh catin.
Sebagaimana dalam PMK No 97 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa
pelayanan pra nikah ditujukkan untuk menyiapkan ibu hamil yang sehat sehingga
dapat melahirkan generasi yang sehat pula. Selain itu juga masa persalinan dan
nifas lancar tanpa penyulit sehingga pemeriksaan kesehatan pra nikah sangat perlu
dilakukan oleh para calon pengantin.8
Untuk alur pemeriksaan tes kesehatan pra nikah (Pre Marital Check- Up)
di Puskemas Wiradesa dimulai dari adanya surat perintah/ rujukan dari desa calon
pengantin untuk melakukan pemeriksaan tes kesehatan. Pemeriksaan dimulai di
ruang KIA dilanjutkan ke ruang laboratorium. Surat keterangan diberikan kepada
petugas KUA sebagai salah satu syarat administrasi mendaftar pernikahan. Alur
yang sama juga diterapkan di pelayaan kesehatan (Puskesmas) di Probolinggo
yang dimulai dari pendaftaran nikah didesa kemudian mendapatkan surat
keterangan untuk pemeriksaan di Puskesmas dan terakhir hasil pemeriksaan
diserahkan ke KUA.9
Di Kabupaten Pekalongan sendiri belum mengeluarkan peraturan yang
mengatur tentang pelayanan kesehatan reproduksi dengan pemeriksaan tes
kesehatan pra nikah. Selama ini Puskesmas di wilayah Kabupaten Pekalongan
masih berpedoman pada Permenkes No. 97 Tahun 2014 dalam pelayanan
kesehatan pra nikah. Kemudian untuk tahapan evaluasi program juga belum
pernah dilakukan.Adanya evaluasi guna mengetahui perkembangan serta
hambatan dalam pelaksanaan program selain itu juga sebagai bahan masukan
untuk penyusunan program ditahun- tahun berikutnya.10
Faktor pendukung program ini adalah sarana dan prasarana yang memadai,
adanya SDM, ketersediaan dana bersumber dari BOK dan hasil pelayanan. Selain
itu ketetapan surat keterangan pemeriksaan sebagai salah satu administrasi
menikah.11
Selain faktor pendukung juga terdapat faktor penghambat yaitu belum
pernah dilakukannya evaluasi program Evaluasi program sangat penting
dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga dapat dicari
solusi nya untuk segera diperbaiki. 12 Faktor penghambat lainnya yaitu tidak ada
koordinasi antara pihak Puskesmas dengan KUA menyebabkan adanya
ketidaksamaan jumlah data catin yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
dengan data jumlah catin yang mendaftarkan pernikahan di KUA, selain itu
perbedaan pernyataan dari pemegang program yang mengatakan bahwa
pelayanan pemeriksaan tes kesehatan pra nikah di Puskesmas Wiradesa
diutamakan untuk masyarakat wilayah kerja Puskesmas Wiradesa. Sedangkan
menurut pihak KUA pemeriksaan bisa di lakukan disemua pelayanan fasilitas
kesehatan, yang terpenting setiap catin harus melakukan pemeriksaan tersebut dan
mempunyai surat keterangan bahwa telah dilakukan pemeriksaan tes kesehatan
pra nikah dan imunisasi TT Capeng. Hal sama pernah terjadi di Kabupaten
Probolinggo dimana tidak adanya koordinasi antar sektor terkait menyebabkan
hasil pelaksanaan yang sudah berjalan kurang maksimal sehingga pemerintahan
Kabupaten Probolinggo merancang sistem pelayanan terpadu (Landuni) yang
melibatkan beberapa komponen seperti Desa, KUA, Bidan Desa, Kader serta
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang saling berkesinambungan.13
Upaya atau usaha yang dilakukan oleh Puskesmas untuk meningkatkan
pelaksanaan program tes kesehatan pra nikah (Pre Marital Check- Up) antara lain
dengan mengadakan kursus catin yang diadakan 3 bulan sekali, menyediakan
brosur mengenai tes kesehatan pra nikah dan kursus catin. Dengan pemberian
penyuluhan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan catin tentang
pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sebagai langkah awal menciptakan
generasi sehat. Sehingga muncul kesadaran melakukan pemeriksaan tes kesehatan
pra nikah. Langkah ini terbukti pada hasil penelitian di Puskesmas Puncang Sewu
Surabaya dimana dengan penyuluhan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan
pengetahuan para catin14
Meskipun demikian, upaya yang ada masih dirasa belum efektif karena
pelaksanaan kursus catin yang tidak tepat yaitu 3 bulan sekali. Hal tersebut tidak
memungkinkan semua calon pengantin yang ada di Kecamatan Wiradesa dapat
undangan untuk mengikuti kursus pra catin. Hal sama terjadi pada program kursus
pra nikah di KUA Klojen Malang yang mana penjadwalan kegiatannya kurang
sistematis serta kurang efekifitasnya komponen- komponen yang mendukung
mengakibatkan program yang telah dibuat kurang berjalan dengan baik sehingga
perlu diadakannya pembenahan pada tiap- tiap komponen yang masih ada
kekurangannya.15
Kesimpulan
1. Program sudah berjalan sesuai dengan SOP puskesmas, pemeriksaan yang
ada wajib dilaksanakan semua oleh calon pengantin. Namun untuk evaluasi
pelaksanaan program belum pernah dilaksanakan baik dalam Puskesmas
maupun dengan lembaga terkait diluar Puskesmas. Sejauh ini Kabupaten
Pekalongan belum mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pelayanan
tes kesehatan pra nikah dan Puskesmas di wilayah Kabupaten Pekalongan
masih berpedoman pada Permenkes No. 97 Tahun 2014.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat program :

Faktor Pendukung Faktor Penghambat


a. Sarana dan Prasarana a. Belum pernah dilakukannya
b. SDM evaluasi program
c. Dana yang bersumber dari BOK b. Tidak ada koordinasi antara
dan hasil pelayanan Puskesmas dengan KUA
d. Kewajiban calon pengantin berkaitan dengan jumlah calon
melakukan pemeriksaan sebagai pengantin yang melakukan
salah satu syarat administrasi pemeriksaan dan ketentuan
daftar nikah di KUA tempat pemeriksaan

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan program antara lain


dengan pengadaan kursus pra nikah bagi calon pengantin dan menyediakan
brosur mengenai tes kesehatan pra nikah dan kursus catin. Namun upaya
tersebut dirasa masih kurang efektif dan masih perlu dibenahi kembali.
Saran
1. Bagi Pemerintahan Kabupaten Pekalongan dan dinas terkait dalam hal ini
Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan diharapkan untuk membuat/
mengeluarkan Peraturan mengenai pemeriksaan tes kesehatan pra nikah (Pre
Marital Check- Up) untuk mengatur dan menetapkan alur serta pemeriksaan
dalam tes kesehatan pra nikah dan menjadikan pelayanan ini menjadi program
pokok, bukan bagian dari program lain di Pelayanan Puskesmas.
2. Bagi Puskesmas diharapkan untuk dapat melakukan evaluasi program
sehingga dapat menigkatakan program pelayanan pemeriksaan tes kesehatan
pra nikah, selain itu juga diharapkan menjalin koordinasi dengan instansi yang
berkaitan dengan program agar terdapatnya kesamaan tujuan dari pelaksanaan
program. Upaya untuk meningkatkan pelayanan tes kesehatan pra nikah juga
diharapkan dibuat lebih efektif agar tercapainya tujuan yang diharapkan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan tema
yang sama namun permasalahan yang berbeda sepeti meneliti pegaruh dari
koordinasi dan kompetensi kinerja SDM terhadap peningkatan kinerja
program.
1
DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes RI No 97 Tahun 2014. Tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta: Kemenkes http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.
%2097%20ttg%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf. (Diakses tanggal 29 Desember
2017)
2
Republik Indonesia. 2009. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran
Negara RI Tahun 2009 No 144 . Sekretariat Negara. Jakarta
3
Febrianti, Eka. Perspektif Hukum Islam Tentang Pemeriksaan Pra Nikah. Lampung: UIN Raden
intan. 2017
4
Salikhah, Siti Nur Hidayatus. Studi Hukum Islam Tentang Imunisasi TT Sebagai Salah Satu
Persyaratan Administrasiu Nikah Bagi Calon Pengantin (Studi Kasus di Wilayah KUA Kabupaten
Nganjuk). 2014 http://digilib.uinsby.ac.id (Diakses tanggal 17 Juli 2018)
5
Efendi, Ubaidillah. Analisis Instruksi Bersama Kementrian Agama dan Kementriam Kesehatan
No.2 tahun 1989 Terhadap Pelaksanaan Imunisasi TT Bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan
Tarik Kabupaten Sidoarjo. 2018. http://digilib.uinsby.ac.id (diakses tanggal 17 Juli 2018)
6
Data Register Puskesmas Wiradesa dan KUA Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
7
Rahmawati, Sri Pinti. 2007. Analisis Faktor Sumber Daya Manusia Yang Berhubungan dengan
Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi oleh Petugas Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora
Tahun 2006. Tesis. S2 Universitas
Diponegoro,Semarang.http://eprints.undip.ac.id/18303/1/SRI_PINTI_RAHMAWATI (diakses pada
tanggal 5 Juli 2019)
8
Permenkes RI No 97 Tahun 2014. Tentang Pelayanan Kesehatan Masa sebelum Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta: Kemenkes http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.
%2097%20ttg%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf. (Diakses tanggal 29 Desember
2017)
9
Sri Sumarmi, Mamik. 2012. Pengembangan Sistem Layanan Pra Nikah Terpadu (LADUNI) Di
Kabupaten Probolinggo. Universitas airlangga. http://researchgate.net/Publication/319162387
(DIAKSES TANGGAL 5 Juli 2019)
10
PERGUB Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 185 Tahun 2017 Tentang Konseling dan
Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin. 2017. http://peraturan.bpk.go.id (diakses tanggal 5
Juli 2019)
11
Salikhah, Siti Nur Hidayatus. Studi Hukum Islam Tentang Imunisasi TT Sebagai Salah Satu
Persyaratan Administrasiu Nikah Bagi Calon Pengantin (Studi Kasus di Wilayah KUA Kabupaten
Nganjuk). 2014 http://digilib.uinsby.ac.id (Diakses tanggal 17 Juli 2018)
12
PERGUB Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 185 Tahun 2017 Tentang Konseling dan
Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin. 2017. http://peraturan.bpk.go.id (diakses tanggal 5
Juli 2019)
13
Sri Sumarmi, Mamik. 2012. Pengembangan Sistem Layanan Pra Nikah Terpadu (LADUNI) Di
Kabupaten Probolinggo. Universitas airlangga. http://researchgate.net/Publication/319162387
(DIAKSES TANGGAL 5 Juli 2019)
14
Amalia, Riantini. 2018. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada Calon Pengantin Di
Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal
Biometrika dan Kependudukan. Vol.7, Juli 2018 No : 29-38
15
Kusniah, Umi. 2016. Implementasi Kursus Calon Pengantin di KUA Klojen Malang. Fakultas
Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id (diakses tanggal 5
Juli 2019)

Anda mungkin juga menyukai