Anda di halaman 1dari 24

1

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 2
PENGENALAN MIKROSKOP MEDAN TERANG
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Memperkenalkan prinsip-prinsip penting dan cara kerja mikroskop majemuk medan terang,
serta cara menangani dan memeliharanya dengan baik.

PENDAHULUAN
Mikroskop berdasarkan sumber iluminasinya dikatagorikan ke dalam dua kelompok
yakni mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya menggunakan gelombang
cahaya sedangkan mikroskop elektron menggunakan elektron sebagai sumber iluminasinya.
Mikroskop cahaya terdiri atas banyak jenis diantaranya mikroskop medanterang (brightfield),
medan gelap (darkfield), kontras fase (phase contrast) dan pendar fluor (fluorescence).
Sedangkan mikroskop elektro terbagi atas dua jenis yakni tipe transmisi(Transmission Electron
Microscope, TEM) dan tipe payar (Scanning Electron Microscope, SEM). Dalam kegiatan ini,
Anda akan mempelajari lebih jauh mengenai mikroskop medan terang.
Sesuai dengan namanya, mikroskop medan terang adalah tipe mikroskopi dengan
medan yang mengelilingi obyek pengamatan (spesimen) terlihat terang sedangkan obyek
pengamatan terlihat gelap. Hal ini dapat terjadi karena cahaya yang berasal dari sumber
iluminasi diteruskan melalui sistem lensa tanpa adanya perubahan, sehingga terbentuk medan
terang. Berdasarkan sistem lensanya, mikroskop ada yang memiliki dua sistem lensa terpisah
(lensa obyektif dan lensa okuler), tipe mikroskop demikian dikenal dengan sebutan mikroskop
majemuk. Gambar Mikroksop majemuk (binokuler) dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Kerja dari dua sistem lensa akan memberikan perbesaran total dari spesimen yang
diamati. Lensa obyektf yang berada dekat dengan spesimen, berperan dalam memberikan
perbesaran awal dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas,
yakni menuju sistem lensa okuler. Bayangan nyata yang telah terbentuk kemudian diperbesar
oleh lensa okuler untuk kemudian menghasilkan bayangan maya, yang kita lihat. Pada
mikroskop juga terdapat kondensor yang merupakan sistem lensa pengumpul cahaya, yang
letaknya berada di bawah meja pentas. Dalam sistem kerja lensa kondensor dan lensa obyektif,
terdapat nilai tingkap numeris (NA, numerical aperture). NA merupkan pernyataan matematis
kerucut pada cahaya yang dihantarkan pada spesimen oleh kondensor dan dikumpulkan oleh
lensa obyektif. Semakin tinggi NA lensa obyektif dan kondensor maka jumlah cahaya yang
masuk ke sistem lensa mikroskop akan lebih banyak, sehingga resolusi obyek pengamatan
semakin tinggi.

Bahan
Mikroskop majemuk medan terang

PROSEDUR
1. Keluarkan mikroskop dari lemari penyimpanan. Bawalah mikroskop dalam posisi
tegak, dimana satu tangan memegang tubuh mikroskop, dan tangan lainnya
menyangga bagian bawah mikroskop. Hindari membawa mikroskop dengan satu
tangan.
2

2. Jangan menyentuh lensa dengan tangan Anda. Sekalah bagian lensa dengan
menggunakan kertas lensa.
3. Amati bagian-bagian mikroskop majemuk medan terang.
4. Pastikan bahwa semua sistem lensa dalam keadaan baik. Laporkan kepada asisten
apabila mikroskop yang Anda gunakan memiliki lensa yang kotor.
5. Pastikan lensa obyektif dengan kekuatan terendah yang berada pada posisi kerja
(sejajar dengan meja pentas).
6. Setelah tidak digunakan, simpan mikroskop kembali ke dalam lemari penyimpanan.
3

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 3
PENGGUNAAN MIKROSKOP MAJEMUK MEDAN TERANG
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Melatih Anda untuk dapat menggunakan mikroskop majemuk medan terang pada berbagai
perbesaran

PENDAHULUAN
Penggunaan mikroskop menjadi bagian penting dalam mengamati mikroorganisme.
Salah satu jenis mikroskop yang umum digunakan seorang mikrobiologiwan adalah mikroskop
majemuk medan terang (brightfield). Spesimen yang diamati dengan menggunakan mikroskop
medan terang akan terlihat lebih gelap daripada medan atau area yang mengelilingi spesimen.
Sumber cahaya yang masuk ke dalam sistem-sistem lensa akan langsung diteruskan tanpa
perubahan sehingga akan terbentuk medan terang. Sistem lensa mikroskop majemuk medan
terang tidak memiliki sistem khusus, layaknya mikroskop kontrasfase, yang akan memberi efek
perubahan terhadap cahaya yang diteruskan. Mikroskop majemuk medan terang memiliki dua
sistem lensa yang terpisah yakni lensa obyektif dan okuler yang berfungsi untuk meningkatkan
perbesaran. Mikroskop dengan sistem dua lensa dikenal juga dengan sebutan mikroskop
binokuler (Gambar 3).

Lensa okuler

Hidung yang
dapat berputar
Lensa obyektif
Tombol pemfokus Pentas
kasar Pengumpil
diagfragma
Kondensor
Tombol pemfokus
halus
Sumber iluminasi

Gambar 3.1 Bagian-bagian mikroskop binokuler.

Perbesaran spesimen yang diamati dengan mikroskop binokuler merupakan hasil dari
kerja dari dua sistem lensa, yakni lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa okuler terletak dekat
dengan mata pengamat sedangkan lensa obyektif terletak dekat dengan spesimen. Tiga lensa
obyektif yang umum dijumpai pada mikroskop adalah lesnsa berkekuatan rendah (10X),
berkekuatan kering tinggi (40-45X) dan lensa minyak imersi (100X). Sistem lensa obyektif
mengatur perbasaran awal dengan menghasilkan sistem bayangan nyata untuk kemudian
diteruskan ke sistem lensa okuler, dimana bayangan nyata kemudian diperbesar dan dihasilkan
bayangan maya.
4

Secara praktis, perbesaran terbaik untuk mengamati mikroorganisme dengan sistem


mikroskop binokuler majemuk medan terang adalah lensa obyektif perbesaran 100X. Untuk
perbesaran lensa obyektif 100X perlu digunakan minyak imersi atau minya celup. Hal ini
berkaitan dengan ujung lensa obyektif 100X yang sangat kecil sehingga hanya sedikit cahaya
yang dapat masuk/melintas dari lensa kondensor. Minyak imersi yang memiliki indeks bias
yang sama dengan kaca berperan untuk menghemat cahaya dimana keberadaanya yang
memenuhi ruang antara obyek dan lensa obyektif akan mencegah hilangnya cahaya sehingga
obyek akan teramati dengan baik dengan fokus yang tajam. Tajamnya bayangan spesimen yang
diamati pada mikroskop sangat bergantung terhadap pengaturan diafragma, kondensor, minyak
imersi dan faktor lainnya termasuk penyetelan mikroskop oleh pengamat.

BAHAN
Mikroskop majemuk, preparat khamir Saccharomyces cerevisiae yang telah diwarnai,
minyak imersi, kertas lensa.

PROSEDUR
1. Letakkan mikroskop pada meja kerja Anda pada jarak yang mudah bagi Anda untuk
melakukan pengamatan. Pada tahap ini, Anda diharapkan sudah mengetahui dan
memahami fungsi dari bagian-bagian mikroskop majemuk.
2. Atur nyala sumber iluminasi, dengan menekan tombol ON/OFF pada mikroskop yang
telah tersambung dengan sumber listrik.
3. Ambil praparat khamir yang telah disediakan dan letakkan pada meja pentas
mikroskop.
4. Atur diafragma iris mikroskop pada posisi terbuka penuh untuk memaksimalkan
cahaya yang masuk ke dalam sistem lensa.
5. Awali pengamatan preparat khamir pada perbesaran lensa obyektif paling rendah
(10X). Setelah mengatur lensa obeyektif 10X, lalu naikkan meja pentas hingga
berjarak 5-6 mm dari lensa obyektif. Secara perlahan putar tombol pemfokus kasar
sehingga meja pentas bergerak menjauhi lensa obyektif, tahapan ini dilakukan
bersamaan dengan melihat hasil bayangan pada lensa okuler secara langsung oleh
mata pengamat. Gunakan tombol pemfokus halus untuk memaksimumkan fokus
bayangan preparat. Gambarkan hasil pengamatan Anda pada perbesaran ini.
6. Sekarang gunakan lesa obyektif tinggi (40-45X). Putar lensa obyektif yang
diinginkan hingga ke posisi meja pentas yang sesuai. Hati-hati dalam memutar
hidung lensa oyektif, pastikan tidak merusak preparat yang terletak pada meja pentas,
dan macet. Mikroskop binokuler umumnya memiliki lensa parfokal dimana obyek
yang diamati akan tetap fokus pada resolusi yang baik walaupun lensa obyektif yang
digunakan berubah, tanpa perlu mengatur tombol pemfokus kasar. Pada beberapa
kesempatan, seringkali perlu dilakukan penyesuaian fokus obyek yang diamati
dengan mengatur tombol pemfokus halus. Gambarkan hasil pengamatan Anda pada
perbesaran ini.
7. Secara bertahap, setelah mendapatkan fokus obyek pada perbesaran 40-45X, gunakan
lensa obyektif 100X. Untuk pengamatan dengan lensa obyektif 100X, perlu
digunakan minyak imersi.
8. Teteskan minyak imersi dengan menggunakan ujung tusuk gigi pada preparat yang
terletak pada meja pentas dan telah teramati dengan baik pada perbesaran 40-45X
5

(jangan mengubah tombol pemfokus kasar). Atur dengan hati-hati sehingga lensa
obyektif 100X berada diatas lokasi minyak imersi yang telah diteteskan. Amati
bayangan yang terbentuk pada lensa okuler. Secara perlahan putar tombol pemfokus
halus untuk mendapatkan pengamatan obyek yang tajam. Gambarkan hasil
pengamatan Anda pada perbesaran ini.
9. Setelah selesai bersihkan lensa obyektif dengan kertas lensa secara perlahan dan
letakkan mikroskop pada lemari penyimpanan.

PENGAMATAN

Gambarkan hasil pengamatan mikroskopis yang telah Anda lakukan pada masing-masing
perbesaran lensa.

Perbesaran : Perbesaran :
Obyek yang diamati : Obyek yang diamati :

Perbesaran :
Obyek yang diamati
6

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 4
PENYIAPAN MEDIUM PERTUMBUHAN
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Memahami macam-macam medium pertumbuhan bakteri dan menguasai cara
menyiapkannya.

PENDAHULUAN
Medium pertumbuhan memegang peranan penting dalam upaya menumbuhkan atau
membiakkan bakteri di laboratorium. Di dalam medium pertumbuhan terkandung beragam
bahan nutrien yang penting untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Walaupun tiap
mikroorganisme membutuhkan komposisi nutrisi yang berbeda-beda, namun kebutuhan dasar
pertumbuhannya hampir sama diantaranya meliputi ketersediaan air, sumber karbon, sumber
nitrogen, sumber energi, mineral dan faktor pertumbuhan seperti vitamin, asam amino dan
lainnya. Beberapa mikroorganisme juga diketahui membutuhkan ion logam untuk mendukung
pertumbuhannya.
Untuk mendukung pertumbuhan bakteri, selain ketepatan medium pertumbuhan,
faktor lingkungan juga memegang peranan penting. Faktor lingkungan tersebut diantaranya
pH, suhu, dan keberadaan oksigen. Dalam menyiapkan medium pertumbuhan, seorang
mikrobiologiwan perlu mengukur tingkat keasaman medium sehingga sesuai dengan
kebutuhan bakteri yang akan ditumbuhkan. Sebagai contoh, untuk menumbuhkan bakteri
asidofilik, maka medium pertumbuhan perlu diatur tingkat keasamannya pada pH kisaran 4-5.
Kondisi inkubasi seperti suhu juga memegang peranan penting dalam mendukung
pertumbuhan bakteri. Beberapa kelompok bakteri mikrobiota tubuh memerlukan suhu 37 0C
untuk tumbuh pada medium pertumbuhan di laboratorium, sedangkan kelompok bakteri
lainnya dapat tumbuh pada suhu ruang (25-280C). Keberadaan oksigen juga dapat menjadi
pembatas pertumbuhan bakteri, untuk bakteri anaerob misalnya, maka kondisi
pertumbuhannya harus diatur sehingga oksigen tidak terdapat dalam kultur misalnya dengan
mengganti gas oksigen dengan nitrogen.
Medium pertumbuhan yang umum digunakan untuk menumbuhkan bakteri tergolong
ke dalam medium kaya nutrisi, seperti kaldu nutrien, yang seringkali disebut medium
serbaguna. Selain itu, berdasarkan kandungan bahannya, terdapat dua media pertumbuhan
bakteri yakni media selektif dan media diferensial. Media selektif mengandung zat-zat tertentu
yang dapat menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa menghambat
pertumbuhan organisme yang diinginkan. Sedangkan media diferensial mengandung zat kimia
tertentuk yang memungkinkan peneliti membedakan berbagai tipe bakteri yang tumbuh,
misalnya didasari oleh warna koloni maupun bentuk koloni.
Berdasarkan kepadatannya, medium dibedakan menjadi medium cair, setengah padat
(semi solid) dan padat (solid). Medium cair seringkali digunakan untuk membiakkan
mikroorganisme, melakukan uji fermentasi, serta uji lainnya. Sedangkan medium semi solid
seringkali digunakan untuk uji motilitas dan uji antagonisme bakteri. Medium padat umumnya
digunakan untuk pemurnian bakteri, isolasi bakteri, kuantitasi bakteri dan lainnya.
7

Pemadatan medium dapat dilakukan dengan menambahkan agar-agar pada larutan medium
sebelum disterilisasi. Medium padat umumnya mengandung 1.5-2% agar-agar sedangkan
medium semi solid megandung agar-agar dengan konsentrasi yang lebih rendah, seperti 0.75-
1%.

Bahan
1. Gelas ukur 200 ml
2. Gelas piala 250 ml
3. Kertas timbang
4. Neraca/timbangan elektrik
5. Spatula atau sendok
6. Bubuk medium Nutrien Agar (NA) dengan komposisi 2 gram bahan NA /100 ml
7. Air suling
8. Batang pengaduk/magnetic stir bar
9. Heater/pemanas elektrik
10. Pipet 10 ml atau gelas ukur 25 ml
11. 9 tabung reaksi kosong
12. kapas untuk sumbat
13. papan miring
14. keranjang tabung

PROSEDUR
1. Penyiapan medium untuk sterilisasi
Tahapan yang perlu dilakukan untuk penyiapan medium:
a. Perhatikan botol medium NA, baca komposisi bahan penyusun medium NA.
Tentukan berapa gram bahan NA yang perlu ditimbang untuk membuat
medium NA bervolume 100 ml.
b. Siapkan 100 ml air suling, ukur dengan tepat menggunakan gelas ukur.
c. Tuang air suling ke dalam gelas piala yang bersih.
d. Timbang bahan medium NA (2 gram) dengan menggunakan neraca sesuai
dengan kebutuhan. Sedikit-demi sedikit ambil medium NA dari botol dengan
menggunakan spatula/sendok. Ketika menimbang, gunakan kertas lensa
untuk menampung bahan medium NA. Jangan lupa untuk melakukan tera
(me-nol-kan) timbangan dengan kertas lensa, sebelum menimbang bahan
NA.
e. Masukkan bahan medium NA ke dalam air suling yang telah disiapkan dalam
gelas piala, aduk dengan menggunakan batang pengaduk. Jika tersedia,
gunakan batang magnetik untuk membantu mengaduk selama pemanasan.
f. Panaskan larutan medium NA dengan pemanas listrik, hingga mendidih.
Anda dapat menutup mulut gelas piala dengan aluminium foil ketika
memanaskan. Hidupkan fungsi putaran magnet, sehingga magnetic stir bar
berputar dan mengaduk larutan medium dengan rata (Gambar 7.1).
g. Dengan menggunakan pipet, masukkan 12 ml larutan medium NA ke dalam
masing-masing 8 tabung kosong. 1 tabung lainnya diisi dengan 4 ml larutan
medium NA. Tabung berisi 12 ml medium diperuntukkan untuk agar cawan,
sedangkan tabung berisi 4 ml medium digunakan untuk membuat agar
miring.
h. Sumbat tabung dengan kapas.
8

i. Sterilisasi semua tabung berisi medium pada autoklaf dengan suhu 121 0C,
selama 15 menit.

(penangas)

Gambar 7.1 Pengadukan larutan medium dengan bantuan batang magnet pada alat pemanas (hot plate).

2. Penuangan medium
Setelah sterilisasi, dengan hati-hati ambilah tiap tabung berisi medium untuk
kemudian disiapkan sebagai agar cawan dan agar miring. Tahapan yang dilakukan :
a. Diamkan tabung-tabung berisi medium yang telah steril untuk menurunkan
suhu (kurang lebih 500C), agar tidak terlalu panas dan mudah dipegang
dengan tangan.
b. Untuk agar miring, tabung berisi 4 ml medium dengan segera dimiringkan
pada papan miring, dan biarkan memadat. Jangan lupa beri label kelompok,
tanggal pembuatan medium, dan nama medium pada tabung.
c. Ambil cawan petri yang telah disiapkan, beri label kelompok, tanggal
pembuatan medium, dan nama medium pada bagian bawah cawan petri.
d. Ambil 8 tabung berisi 12 ml, dan tuangkan masing-masing medium dalam
tabung ke cawan. Lakukan teknik aseptik untuk menuang medium tersebut.
e. Biarkan medium memadat di dalam cawan petri (Gambar 7.2).
f. Lakukan teknik penuangan dengan benar untuk menghindari kontaminasi
mikoorganisme yang tidak dinginkan. Agar cawan dan agar miring yang
telah siap, disimpan ditempat tertutup untuk kemudian digunakan pada
praktikum minggu berikutnya.

Gambar 7.2 Penuangan medium steril kedalam cawan petri, gunakan teknik aseptik ketika menuang
medium.
9

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 5
STERILISASI BAHAN DAN PERALATAN
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Memahami berbagai jenis metode sterilisasi dan menguasai proses sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf.

PENDAHULUAN
Sterilisasi merupakan upaya pengendalian organisme dengan cara mematikan semua
organisme yang terdapat dalam suatu benda/bahan. Terdapat berbagai metode sterilisasi
tergantung kepada benda/bahan yang akan disterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana fisik seperti panas, radiasi dan filtrasi, maupun dengan sarana bahan
kimia seperti penggunaan desinfektan dan antiseptik. Ketika Anda melakukan prosedur
pemindahan biakan dengan teknik aseptik, penyekaan meja kerja dengan alkohol 70% serta
pembakaran lup inokulasi merupakan bagian dari proses sterilisasi, yakni dengan sarana bahan
kimia dan fisik terutama panas.
Sterilisasi dengan panas merupakan teknik sterilisasi yang umum diaplikasikan untuk
sterilisasi bahan dan perlatan laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi panas dibagi menjadi dua
berdasarkan keberadaan kelembaban dalam proses sterilisasi yakni, (1) sterilisasi panas lembab
(sterilisasi basah), jika ada kelembaban akibat panas dan uap air dan (2) sterilisasi panas kering
(sterilisasi kering), jika tanpa adanya kelembaban.
Sterilisasi basah seringkali digunakan untuk mensterilisasi bahan-bahan medium
pertumbuhan bakteri. Umumnya, sterilisasi basah dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator
uap, pada suhu 1210C selama 15 menit pada tekanan 1 atm di ketinggian permukaan laut.
Prinsip sterilisasi basah mirip dengan panci bertekanan tinggi (pressure cooker). Pada tempat-
tempat tertentu yang lebih tinggi dari permukaan air laut, maka diperlukan tekanan lebih besar
dari 1 atm untuk mencapai suhu 1210C. Sterilisasi kering dilakukan dengan menggunakan
oven. Sterilisasi kering membutuhkan waktu yang lebih lama serta suhu yang sangat tinggi.
Alat-alat laboratorium seperti tabung reaksi, pipet, cawan petri dari kacaumumnya disterilisasi
menggunakan teknik sterilisasi kering. Alat-alat tersebut dipanaskan di dalam oven selama
kurang-lebih 2 jam pada suhu 1600C.
Dalam kegiatan ini, Anda akan mensterilisasi medium pertumbuhan bakteri yang telah
Anda buat pada kegiatan sebelumnya dengan menggunakan autoklaf. Bentuk fisik autoklaf
sangat beragam, autoklaf konvensional memiliki bentuk seperti pressure cooker dan perlu
dipanaskan dengan menggunakan api (Gambar 8.1). Saat ini, telah berkembang autoklafdigital
yang lebih mudah penggunaannya, dan untuk meningkatkan suhu autoklaf digunakan listrik
(Gambar 8.2). Anda akan menggunakan autoklaf digital untuk mensterilisasi larutan medium,
namun Anda juga perlu mempelajari bagian-bagian autoklaf konvensional.
10

Gambar 8.1 S sterilisator uap konvensional.


Bagian pada tubuh autoklaf : 5. Saluran pengarah
1. Alat tolok tekanan 6. Tabung pengeluaran fleksibel
2. Sumbat pengaman 7. Wadah aluminium bagian dalam

3. Klep pengaman dengan pengatur aliran uap 8. Baut dan mur


4. Panah penunjuk 9. Badan sterilisator/ kontainer

7
3

4
5
8

Gambar 8.2 Sterilisator uap digital


Bagian pada tubuh autoklaf :
1. Alat tolok tekanan 5. Katup pengatur uap manual
2. Pemutar tutup autoklaf 6. Saluran pengeluaran air
3. Tutup autoklaf 7. Pengait tutup autoklaf/pengunci
4. Katup pengatur uap otomatis 8. Badan sterilisator/kontainer

Bahan
1. Bahan (larutan medium dalam tabung)
2. Plastik tahan panas
11

PROSEDUR
1. Masukkan bahan yang akan disterilisasi ke dalam plastik tahan panas lalu tutup plastik. Masukkan
plastik tersebut ke dalam keranjang besi, pastikan bahwa larutandalam tabung dalam keadaan
tegak.
2. Pastikan autoklaf telah tersambung dengan sumber listrik.
3. Tuangkan air suling ke dalam tabung autoklaf, perhatikan ambang batas volume airyang
diperbolehkan dalam tabung autoklaf.
4. Atur letak bahan yang akan disterilisasi dalam keranjang autoklaf, pastikan tersediaruangan antar
bahan yang akan disterilisasi.
5. Tutup tabung autoklaf, pastikan pengait tutup autoklaf terpasang dengan benar. Pastikan tutup
autoklaf dalam keadaan yang benar dan menutup rapat. Autoklaf yang tidak tertutup dengan benar
akan menyebabkan keluarnya air dari dalam tabung,sehingga suhu akhir 1210C akan sulit
tercapai dan terdengar bunyi berdesis seiringkeluarnya uap air.
6. Atur suhu pemanasan pada 121 0C selama 15 menit pada tombol digital pengatur suhu dan waktu.
7. Tekan tombon ON pada mesin autoklaf. Pada autoklaf konvensional, Anda perlu membuka klep
pengaman pengatur tekanan uap setelah menutup tutup autoklaf.Seiring dengan pemanasan dari api,
klep kemudian ditutup kembali apabila terdengan bunyi mendesis (air telah mendidih), sehingga suhu
panas 1210C dapat tercapai. Padaautoklaf digital, keseluruhan proses telah berlangsung secara
otomatis.
8. Setelah proses sterilisasi selesai, pastikan bahwa tekanan di dalam tabung beradapada posisi nol.
Anda tidak diperkenankan membuka autoklaf yang masih beradapada suhu tinggi dengan tekanan
tinggi. Buka perlahan tutup autoklaf, angkatkeranjang autoklaf yang berisi bahan medium.
12

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 6
TEKNIK ASEPTIK
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Menguasai cara pemindahan biakan bakteri secara aseptik.

PENDAHULUAN
Dalam melakukan eksperimen mikrobiologi, biakan murni merupakan bagian penting
dalam menganalisis berbagai karakter bakteri baik secara fisiologi maupun genetika. Biakan
murni merupakan biakan bakteri yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal.
Seorang mikrobiologiwan wajib menerapkan teknik aseptik ketika memindahkan kultur
bakteri dari suatu wadah ke wadah lain agar terhindar dari kontaminasi. Keberadaan
kontaminasi akan menjadikan biakan murni tercemar dan tidak lagi valid untuk dianalisis
karakter-nya. Selain itu, teknik aseptik penting diterapkan untuk melindungi Anda dan
sekeliling Anda dari pencemaran bakteri.
Prinsip utama teknik aseptik adalah sterilisasi peralatan-peralatan yang digunakan
untuk memidahkan bakteri dengan bantuan panas api. Beberapa alat tersebut diantaranya lup
inokulasi, tabung kultur, cawan petri berisi medium pertumbuhan, pipet serologis dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan praktikum ini, Anda akan mempelajari cara yang benar dan tepat
dalam mengaplikasikan teknik aseptik, diantaranya : bagian mana dari perlatan yang Anda
gunakan yang perlu didekatkan dengan panas api, lamanya waktu pemanasan, posisi tangan
Anda ketika melakukan pemindahan biakan dari satu wadah ke wadah lain, termasuk
membersihkan area meja yang Anda gunakan. Penerapan teknik aseptik yang tidak benar dan
tepat akan berujung pada kontaminasi biakan murni atau medium pertumbuhkan oleh
mikroorganisme pencemar yang tidak diinginkan.
Teknik aseptik merupakan teknik utama yang perlu dikuasai seorang
mikrobiologiwan. Teknik ini akan selalu digunakan pada berbagai kegiatan eksperimen yang
berkaitan dengan mikroorganisme. Oleh karena itu, Anda perlu memahami dan menguasai
dengan benar teknik aseptik sehingga kegiatan praktikum pada minggu-minggu berikutnya
dapat berjalan dengan baik.

Bahan
1. 1 Rak tabung
2. 2 tabung reaksi kosong tertutup sumbat kapas
3. lup inokulasi
4. 3 tabung berisi medium kaldu nutrien (Nutrient Broth, NB), masing-masing tabung
diberi label NB1, NB2, dan NB3.
5. 1 tabung agar miring berisi medium agar nutrien (Nutrient Agar, NA)
6. biakan agar miring Serratia marcescens

PROSEDUR
1. Siapkan lup inokulasi yang akan Anda gunakan, pastikan bahwa bagian ujung kawat
lup inokulasi membentuk lingkaran dengan diameter antara 2-4 mm (Gambar 5.1).
13

Gambar 5.1 Lup inokulasi, terdapat dua jenis ujung lup, ujung runcing dan bulat.

2. Seka area meja kerja Anda dengan larutan alkohol 70%. Pertama-tama semprotkan
larutan alkohol pada area meja kerja dan segera lap dengan menggunakan kain
bersih/kertas tisu. Selain itu, seka kedua tangan Anda dengan larutan alkohol 70%.
3. Lakukan latihan pemindahan biakan secara aseptik dengan menggunakan dua tabung
kosong (Gambar 5.2). Tahapan-tahapan yang perlu diterapkan:
a. Pegang kedua tabung (label tabung 1 dan 2) pada tangan kiri Anda, dan lup
inokulasi pada tangan kanan. Letakkan tabung satu pada bagian dalam
telapak tangan kiri Anda, sedangkan tabung 2 tepat disamping tabung 1 pada
bagian lebih luar di telapak tangan kiri Anda.
b. Panaskan lup inokulasi pada bunsen api hingga seluruh bagian kawat
berpijar. Biasakan untuk memanaskan ujung kawat lup inokulasi terlebih
dahulu dan berangsur-angsur berpindah ke bagian dekat dengan pegangan
lup. Diamkan lup inokulasi selama kurang lebih 10-20 detik, sebelum Anda
gunakan, hal ini untuk mencegah mati-nya biakan bakteri ketika bersentuhan
dengan kawat lup yang panas, ketika Anda benar-benar memindahkan biakan
bakteri.
c. Angkat kedua sumbat tabung satu persatu. Ambil sumbat pada tabung 2
dengan menggunakan jari kelingking. Lanjutkan dengan mengambil sumbat
tabung satu dengan menggunakan jari manis. Lakukan gerakan berputar
untuk mengambil sumbat tabung.
d. Panaskan kedua mulut tabung dengan cara menggerakkan mulut tabung
melintasi nyala api bunsen, jaga kemiringan tabung sekitar 450C, jangan
terlalu miring untuk menghindari tumpahan kultur apabila menggunakan
medium cair.
e. Masukkan lup inokulasi ke dalam tabung 1 layaknya Anda tengah mengambil
biakan yang terdapat di dalamnya. Lalu, pindahkan lup inokulasi ke tabung 2,
seakan-akan Anda menempatkan biakan yang ada di lup untuk masuk
kedalam tabung 2.
f. Panaskan kembali kedua mulut tabung pada api bunsen.
g. Tutup kedua tabung dengan sumbat yang terletak pada jari kelingking dan
jari manis Anda, kembali pada masing-masing tabung secara berurutan.
Jangan tertukar dalam mengembalikan sumbat tabung.
h. Panaskan lup inokulasi pada nyala api bunsen, tunggu sekuarng-kurangnya
10-20 detik, sebelum Anda letakkan ke tempatnya kembali.
i. Ulangi tahapan teknik aseptik hingga Anda menguasai teknik ini secara
benar dan tepat.
14

Gambar 5.2 Tahapan-tahapan penerapan teknik aseptik

4. Lakukan pemindahan biakan secara aseptik, dari tabung NB1 ke tabung NB2.
5. Lakukan pemindahan biakan secara aseptik, dari tabung kultur agar miring berisi S.
marcescens ke tabung NB3.
6. Lakukan pemindahan biakan secara aseptik, dari tabung kultur agar miring berisi S.
marcescens ke tabung agar miring NA. Ketika memindahkan biakan ke agar miring,
letakkan ujung lup yang berisi biakan pada bagian bawah agar miring dan ditarik ke
atas dengan arah goresan zig-zag.
7. Beri label pada semua tabung secara jelas dan detil, termasuk nama biakan, tanggal
inokulasi, nama Anda/ kelompok praktikum, serta nama medium yang digunakan.
8. Inkubasi masing-masing tabung pada suhu kamar selama 48 jam.
9. Amati masing-masing tabung yang telah diinkubasi, catat hasil yang peroleh. Dalam
kegiatan ini, jika Anda melakukan teknik aseptik dengan benar dan tepat, maka pada
15

tabung NB1 dan NB2 akan tetap jernih, sedangkan pada tabung NB3 akan keruh. Pada
tabung agar miring NA, akan terlihat koloni bakteri berbentuk zig-zag sesuai arah
goresan Anda.

PENGAMATAN

Isilah tabel pengamatan dibawah ini berdasarkan hasil pengamatan Anda

Tabung Hasil Gambar hasil pengamatan Catatan **


medium pengamatan *
NB1

NB2

NB3

NA

* isi dengan :jernih/ keruh/ terbentuk koloni biakan zig-zag ; ** isi dengan sesuai atau tidak sesuai, sesuai
berarti Anda telah melakukan teknik aseptik dengan benar sedangkan tidak sesuai berarti teknik aseptik
belum diterapkan dengan benar. Teknik aseptik yang tidak benar dapat ditandai dengan adanya
kontaminan mikroorganisme lain pada tabung berisi medium.
16

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 7
PENGGUNAAN PIPET SEROLOGIS
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Memahami beberapa jenis pipet serologis serta menguasai teknik pemipetan larutan dengan
menggunakan pipet serologis secara aseptik.

PENDAHULUAN
Pipet serologis merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan larutan dengan
volume tertentu dari satu wadah ke wadah lainnya. Larutan yang umum dipindahkan dengan
pipet serologis adalah medium/kaldu pertumbuhan bakteri. Pada pipet serologis terdapat
angka-angka yang menunjukkan ukuran volume. Terdapat dua jenis pipet yang dapat
dibedakan dari ujung pipet-nya, yakni pipet tiup dan pipet alir. Pipet tiup tidak memiliki
skala pada bagian ujung pipetnya sehingga untuk mengeluarkan seluruh isi larutan dalam
pipet maka perlu dibantu dengan tiupan. Pipet tiup juga ditandai dengan adanya gambar dua
cincin berwarna pada bagian dekat mulut tabung, sebagai penanda volume maksimum yang
dapat ditampung di dalam pipet. Sedangkan, pipet alir memiliki ujung pipet yang dilengkapi
dengan skala, sehingga untuk mengeluarkan sejumlah larutan dengan volume tertentu, Anda
hanya perlu mengalirkannya sesuai volume larutan yang ingin dipindahkan.Pipet alir
seringkali dikenal dengan sebutan pipet Mohr.

Gambar 6.1 Pipet alir dan pipet tiup, perhatikan keberadaan skala pada masing-masing ujung pipet.

Berdasarkan ukurannya, terdapat berbagai skala volume pipet serologis diantaranya 1


ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, dan 25 ml. Volume tersebut juga menandakan volume maksimum yang
dapat dipindahkan oleh masing-masing pipet tersebut. Pada badan pipet tertulis skala- skala
yang menunjukkan volume berupa garis panjang dan pendek serta tulisan skala. Sebagai contoh
pada pipet 10 ml, tertulis skala 10 ml in 1/10 atau seringkali ditulis 10ml : 0.1. Skala tersebut
mengindikasikan bahwa skala terkecil yang ditandai oleh garis pendek mencakup volume 1/10
yakni 0.1 ml, sedangkan volume di antara skala dengan garis yang lebih panjang menunjukkan
volume 1 ml. Contoh lainnya, pada pipet 10 ml tertulis skala 10 ml x 0.2, yang artinya skala
terkecil yang ditandai oleh garis pendek mencakup volume 0.2 ml atau 1/5,
17

sedangkan volume di antara skala dengan garis yang lebih panjang menunjukkan volume 1
ml.
Pada praktikum ini, Anda akan melakukan teknik pemindahan larutan kaldu dengan
menggunakan pipet serologis secara aseptik. Untuk proses pemindahan, Anda akan
menggunakan rubber bulb, sebagai alat penghisap dan pemindah larutan (Gambar 6.2).
Untuk mengendalikan keluarnya larutan dari dalam tubuh pipet, Anda perlu menguasai
bagian-bagian rubber bulb, terutama bagian tombol penghisap dan tombol pemindah.
Penekanan pada tombol yang salah, akan menyebabkan larutan masuk ke dalam bulb
sehingga mengotori bola bulb, dan dapat menjadi sumber kontaminan. Dalam memindahkan
larutan, Anda perlu menentukan pipet dengan ukuran yang sesuai. Sebagai contoh, untuk
memindahkan 3 ml larutan, gunakanlah pipet serologis berukuran 5 ml. Dalam hal ini, hindari
penggunaan pipet 1 ml yang diulang tiga kali karena sangat memungkinkan terjadinya
kontaminasi. Disisi lain, hindari juga penggunaan pipet yang berukuran 10 ml karena
pengendalian keluarnya larutan menjadi lebih sulit, sehingga kesalahan volume yang
dikeluarkan menjadi sangat besar.

Gambar 6.2 Rubber bulb, alat pengatur untuk menghisap dan mengeluarkan larutan dengan
menggunakan pipet serologis. Apabila ditekan, tombol A berperan untuk mengeluarkan udara
(air), tombol S berperan untuk menghisap (suction) larutan,s edangkan tombol E, berperan untuk
mengeluarkan (empty) larutan dari dalam pipet.

Bahan
1. Rak tabung
2. 2 tabung reaksi kosong tertutup sumbat kapas
3. 1 tabung reaksi berisi 5 ml air
4. 3 pipet bersih yang telah steril (ditandai dengan pipet yang dililit kertas) berukuran 1
ml.
5. 3 tabung berisi kaldu nutrien NB steril, beri label NB1, NB2 dan NB3.
6. 1 tabung berisi kultur Escherichia coli pada medium NB
7. wadah berisi desinfektan tempat menempatkan pipet bekas pakai.

PROSEDUR
1. Latihan memindahkan air (0.5 ml) ke dalam tabung kosong dengan pipet serologis.
Tahapan yang perlu dilakukan:
a. Siapkan pipet serologis 1ml dan tabung berisi air pada area kerja Anda. Buka
kertas yang melilit pipet, hindari pipet serologis Anda menyentuh meja kerja
ataupun perlatan lain untuk menghindari kontaminasi.
b. Pegang pipet serologis 1 ml dan masukkan bulb karet pada bagian ujung
pipet, tekan tombol A, untuk mengeluarkan udara dari dalam bola bulb,
hingga bola bulb mengempis. Letakkan pipet pada tangan kanan Anda.
c. Ambil tabung berisi air dengan tangan kiri Anda.
18

d. Ambil sumbat tabung dengan menggunakan jari kelingking, dan lewatkan


mulut tabung pada nyala api.
e. Lewatkan ujung pipet pada nyala api, jangan terlalu lama untuk menghindari
pecahnya ujung pipet.
f. Masukkan ujung pipet 1 ml ke dalam tabung, pastikan bahwa ujung pipet
menyentuh air dalam tabung. Jika Anda kesulitan dengan posisi tabung dan
pipet, Anda dapat meletakkan tabung pada rak tabung, dan arahkan pipet
masuk ke dalam tabung pada posisi lurus.
g. Tekan tombol S pada bulb untuk menghisap larutan, perhatikan larutan yang
masuk ke dalam pipet. Ujung tabung harus selalu berada dalam larutan, jika
tidak maka udara akan masuk ke dalam pipet dan menimbulkan gelembung.
Volume yang dimasukkan ke dalam tabung berukuran 0.5 ml, perhatikan
skala tabung untuk menyesuaikan. Angkat pipet dari dalam tabung.
h. Ambil tabung berisi air dari rak tabung dengan tangan kiri Anda, lewatkan
mulut tabung di atas nyala api, dan segera tutup dengan sumbatnya.
i. Ambil tabung kosong lainnya dengan tangan kiri Anda, dan buka sumbat
tabung dengan tangan kelingking tangan kanan, dan lewatkan mulut tabung
di atas nyala api.
j. Masukkan pipet berisi larutan ke dalam tabung kosong, tekan tombol E untuk
mengeluarkan 0.5 ml larutan dari dalam pipet. Perhatikan tipe pipet yang
Anda gunakan, apakah pipet tiup atau alir. Pastikan volume air yang Anda
pindahkan sejumlah 0.5 ml.
k. Keluarkan pipet dari dalam tabung, lewatkan ujung pipet diatas nyala api.
l. Lewatkan mulut tabung kosong diatas nyala api, segera tutup mulut tabung
dengan sumbat. Letakkan dalam rak tabung.
m. Lepas bulb dari mulut pipet, maksimalkan ukuran bola bulb, hindari
menyimpan bulb dalam kondisi kempis.
n. Masukkan pipet yang telah digunakan dalam wadah desinfektan.
2. Ulangi pemindahan air dari tabung ke tabung kosong lainnya dengan volume 1 ml.
Gunakan pipet serologis yang baru, namun gunakan tabung kosong yang sama dengan
kegiatan sebelumnya.
3. Lakukan pemindahan 0.5 ml larutan kaldu nutrien broth NB1 ke tabung NB2.
4. Lakukan pemindahan 0.5 ml kultur bakteri E. coli ke tabung NB3.
5. Inkubasi tabung NB1 dan NB2 pada suhu kamar selama 24 jam, sedangkan tabung
NB3 pada suhu 370C selama 24 jam.
6. Amati masing-masing tabung yang telah diinkubasi, catat hasil yang peroleh. Dalam
kegiatan ini, jika Anda melakukan teknik aseptik dengan benar dan tepat, maka pada
tabung NB1 dan NB2 akan tetap jernih, sedangkan pada tabung NB3 akan keruh.
19

PENGAMATAN

Isilah tabel pengamatan dibawah ini berdasarkan hasil pengamatan Anda

Tabung Hasil Gambar hasil pengamatan Catatan **


medium pengamatan *
NB1

NB2

NB3

• isi dengan :jernih atau keruh; ** isi dengan sesuai atau tidak sesuai, sesuai berarti Anda telah
melakukan pemindahan larutan dengan pipet serologis secara aseptik dengan benar sedangkan tidak
sesuai berarti pemindahan larutan dengan teknik aseptik belum diterapkan dengan benar.
20

PRAKTIKUM BIO211 MIKROBIOLOGI

BAB 8
ISOLASI BAKTERI DARI SUATU CAMPURAN
(disusun oleh Dr. Rika Indri Astuti, M.Si)

TUJUAN
Menguasai teknik isolasi bakteri dari suatu campuran, terutama teknik cawan gores dan
cawan tuang.

PENDAHULUAN
Di alam, bakteri umumnya hidup dalam populasi campuran bersama kelompok bakteri
yang lain. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies bakteri tertentu, makabakteri
target harus dipisahkan terlebih dahulu dengan populasi bakteri yang lain. Upaya pemisahan
bakteri tertentu terhadap populasi bakteri yang lain dikenal dengan isolasi bakteri.
Isolasi bakteri dari suatu campuran dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu dari
dua metode isolasi bakteri yang umum, yakni teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua
teknik ini digunakan dalam rangka mengisolasi bakteri target tertentu atau yangdikenal dengan
biakan murni. Biakan murni merupakan biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu
sel tunggal. Prinsip utama dari metode cawan gores dan cawan tuang ialah mengencerkan
organisme sedemikian sehingga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya dengan anggapa
bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri setelah inkubasi berasal dari sel
tunggal. Koloni terpisah atau biakan murni yang diperoleh kemudian dapat diujikan lebih lanjut
terutama untuk analisis identifikasi, dalam rangka mengetahui spesies dari bakteri target yang
diperoleh.
Pada teknik cawan gores, peneliti menggoreskan satu lup kultur campuran bakteri
diatas medium pertumbuhan yang sesuai, secara aseptik. Penggoresan kultur dilakukan secara
bertingkat dalam beberapa area penggoresan atau kuadran (Gambar 1 dan 2). Teknik ini juga
dikenal dengan sebutan teknik kuadran. Teknik cawan gores memiliki dua keuntungan yakni
menghemat bahan dan waktu. Namun metode ini sangat menuntut kemampuan dan
ketrampilan peneliti untuk dapat menggoreskan satu lup kultur secara baik diatas medium
pertumbuhan. Penggoresan yang berulang-ulang dan pengambilan kultur yang terlalu
berlebihan dapat menyebabkan koloni tunggal tidak terbentuk, sehingga proses isolasi sulit
terlaksana.
Pada teknik cawan tuang, suspensi campuran bakteri terlebih dahulu diencerkansecara
serial/bertahap. Tiap suspensi pengenceran kemudian dicampurkan pada medium agar yang
telah didinginkan (500C) untuk kemudian dicawankan. Pengenceran perlu dilakukan dalam
beberapa tahap, karena konsentrasi bakteri pada suspensi campuran belum diketahui, sehingga
satu diantara suspensi pengenceran tersebut dapat mengandung koloni terpisah di dalam agar.
Penerapan teknik ini lebih bersifat boros bahan namun tidak menuntut keterampilan yang
terlalu tinggi.

Bahan
1. Satu suspensi campuran Serratia marcescens, Escherichia coli dan Staphylococcus
2. 2 cawan agar NA, gunakan hasil dari kegiatan minggu sebelumnya
3. Lup inokulasi
21

4. 3 agar miring NA

PROSEDUR
1. Penerapan teknik cawan gores untuk isolasi bakteri dalam suspensi campuran
Tahapan yang perlu dilakukan,
a. Beri label kegiatan pada cawan Petri Anda, sertakan tanggal pelaksanaan kegiatan
dan nama Anda.
b. Pada bagian bawah cawan, buat empat bidang gores yakni bidang 0, I, II dan III
(Gambar 9.1). Bidang gores ini menjadi pembatas untuk tahapan penggoresan
yang akan Anda lakukan. Saat Anda telah menguasai teknik cawan gores ini,
pembagian bidang gores tidak perlu Anda gambarkan.

0 I I
I I
I
I

Gambar 9.1 Pembagian bidang gores pada cawan petri (A) Bidang gores jika dilihat pada
bagian dasar cawan (B) Bidang gores jika dilihat dari bagian atas cawan (tutup cawan).

c. Dengan menggunakan teknik aseptik, ambil satu ose biakan campuran dan
goreskan pada bidang gores 0 (Gambar 9.2).

III II
Gambar 9.2 Bidang gores 0, menjadi tempat Anda
menggores biakan campuran pertama kali.

d. Setelah menggoreskan biakan pada bidang gores 0, keluarkan ose dari cawan
petri, panaskan lup inokulasi Anda kembali. Selanjutnya, buka cawan petri
Anda, ambil (tarik) sedikit biakan pada bidang gores 0 lalu goreskan dengan
teratur pada bidang gores I (Gambar 9.3)

I
Gambar 9.3 Bidang gores I menjadi tahapan pengenceran
pertama setelah biakan campuran digoreskan pada
0 II bidang gores 0. Sebaiknya antar goresan dibuat terpisah.
III Hindari penggoresan yang saling bertumpuk.
22

e. Setelah menggoreskan biakan pada bidang gores I, keluarkan ose dari cawan
petri, panaskan lup inokulasi Anda kembali. Selanjutnya, buka cawan petri
Anda, ambil (tarik) sedikit biakan pada bidang gores I lalu goreskan dengan
teratur pada bidang gores II (Gambar 9.4).

Gambar 9.4 Bidang gores II menjadi tahapan


pengenceran kedua setelah biakan campuran
digoreskan pada bidang gores I.

f. Setelah menggoreskan biakan pada bidang gores II, keluarkan ose dari cawan
petri, panaskan lup inokulasi Anda kembali. Selanjutnya, buka cawan petri
Anda, ambil (tarik) sedikit biakan pada bidang gores II lalu goreskan dengan
teratur pada bidang gores III (Gambar 9.5).

I I 0
I I
Gambar 9.5 Bidang gores III menjadi tahapan
I pengenceran ketiga setelah biakan campuran digoreskan
I pada bidang gores II.

g. Setelah penggoresan pada bidang gores III selesai dilakukan, keluarkan lup
inokulasi Anda, dan panaskan kembali, untuk kemudian diletakkan pada
tempatnya.
h. Inkubasi cawan petri pada posisi terbalik selama 48 jam pada suhu 30 0C.
i. Amati koloni-koloni yang terbentuk pada tiap-tiap bidang gores, berikan deskripsi
koloni yang Anda amati.

2. Penerapan teknik cawan tuang untuk isolasi bakteri dalam suspensi campuran
Tahapan yang perlu dilakukan (Gambar 9.6).
a. Beri label kegiatan (cawan tuang, tahap pengenceran 1, 2 dan 3) pada cawan Petri
Anda, sertakan tanggal pelaksanaan kegiatan dan nama Anda. Selain itu, beri label
tahap pengecneran pada media agar nutrien (NA) cair dalam tabung reaksi (suhu
500C) yang akan Anda gunakan, berikan label tabung NA 1, 2 dan 3.
b. Kocok biakan campuran agar suspensi bakteri didalamnya tercampur dan tidak
mengendap di dasar tabung. Dengan menggunakan teknik aseptik, ambil dua lup
penuh biakan campuran dan masukkan ke dalam tabung NA 1. Putar-putar tabung
NA 1 dengan menggunakan dua telapak tangan Anda, untuk mencampur data
biakan dalam tabung.
23

c. Dengan cara yang sama, dengan menggunakan teknik aseptik, ambil dua lup
penuh biakan dari tabung NA 1 dan pindahkan ke tabung NA 2. Putar-putar
tabung untuk mencapur suspensi medium dan biakan.
d. Ulangi tahapan yang sama, dengan memindahkan dua lup penuh biakan dari
tabung NA 2 ke tabung NA 3. Putar-putar tabung untuk mencapur suspensi
medium dan biakan.
e. Secara aseptik, tuangkan suspensi tabung NA 1, NA 2 dan NA 3 pada masing-
masing cawan petri kosong, dengan label 1, 2 dan 3 secara berurutan.
f. Inkubasi cawan petri pada posisi terbalik selama 48 jam pada suhu 30 0C.
g. Amati koloni-koloni yang terbentuk pada tiap-tiap cawan petri, berikan deskripsi
koloni yang Anda amati.

2 lup 2 lup
2 lup
penuh penuh
penuh

NA 1 NA 2 NA 3

Biakan
campuran

1 2 3

Gambar 9.6 Skema tahapan isolasi bakteri dari campuran dengan teknik cawan tuang. Gunakan
teknik aseptik ketika memindahkan dua lup penuh biakan dari masing-masing tabung serta
menuangkan suspensi biakan dari tabung ke cawan petri.
24

PENGAMATAN

1. Isilah tabel pengamatan dibawah ini berdasarkan hasil pengamatan Anda

Ciri Koloni Mikroorganisme


S. marcescens E. coli S. aureus
Diameter
Warna
Elevasi
Tepian
Bentuk
Konsistensi
Bau

• gunakan Buku Mikrobiologi dalam Praktek, Gambar 10.6 sebagai pedoman


menentukan bentuk, tepian dan elevasi tiap mikroorganisme yang diamati)

2. Jelaskan perbedaan hasil isolasi bakteri dari suatu campuran dengan menggunakan
metodecawan tuang dan cawan gores.

Anda mungkin juga menyukai