Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN SIKKA

DINAS K E S E H A T AN
Jln El Tari Telp (0382) 21974
MAUMERE

LAPORAN
ORIENTASI GERMAS BAGI TENAGA KESEHATAN
I. LATAR BELAKANG
Negara berkembang termasuk Indonesia mengalami perubahan pola
penyakit dari penyakit tidak menular menjadi penyakit tidak menular.
Perubahan pola penyakit ini disebabkan karena berubahnya perilaku
manusia. Pada era tahun 1990an, penyebab kematian dan kesakitan
terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas,
TBC, Diare, dll. Namun sejak tahun 2010, penyebab terbesar kesakitan dan
kematian adalah akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke,
jantung, dan kencing manis. PTM tidak hanya menyerang usia tua tetapi
telah bergeser ke usia muda, terjadi di semua kalangan kaya dan miskin,
tinggal di kota maupun di desa.
Kecenderungan kesakitan dan kematian akibat PTM ini menyebabkan
beban biaya kesehatan semakin tinggi karena penanganannya
membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi. Biaya
untuk pengobatan PTM yang sangat besar dapat menyebabkan deficit JKN
dan kemiskinan (pengeluaran katastropik). Selain itu, kecacatan dan
kematian yang disebabkan oleh kasus PTM juga menyebabkan hilangnya
potensi/modal sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas
(productivity loss) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan
sosial dan ekonomi.
Meningkatnya PTM berkaitan dengan perubahan gaya hidup
masyarakat yang semakin maju, informasi dan transportasi yang semakin
mudah . Faktor risiko penyebab Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkait
dengan berubahnya gaya hidup masyarakat diantaranya adalah :
 Penduduk kuArang beraktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan
waktu dengan menonton TV, bermain game dan terlalu lama di depan
komputer. Hal ini dapat menyebabkan faktor risiko kegemukan.
 Pola makan yang berubah dimana kecenderungan masyarakat untuk
makan makanan olahan, siap saji, tinggi gula, garam dan lemak dan
kurang makanan yang berserat seperti buah dan sayur menyebabkan
gangguan pencernaan.
 Faktor risiko selanjutnya adalah minum minuman berakohol. Kebiasaan
minum minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh dan berisiko kematian.
 Kebiasaan merokok, yang dapat menyebabkan bermacam macam
penyakit di antaranya kanker paru-paru, kanker mulut.
Seiring dengan meningkatkan PTM, angka kesakitan dan kematian
akibat Penyakit Menular (PM) semakin menurun, walaupun prevalensi PM
masih cukup tinggi, salah satunya adalah TBC. Indonesia peringkat
tertinggi kedua jumlah kasus baru TBC di dunia. Sebanyak 290.000 kasus
TBC belum terjangkau dan terdeteksi. Menurut data WHO (2017), saat ini
terdapat 1.020.000 kasus baru TBC. 1 orang dengan TBC aktif dapat
menularkan ke 10-15 orang pertahunnya.
Selain kedua masalah diatas, saat ini Indonesia juga masih
mengalami masalah terkait gizi serius dan cakupan serta mutu imunisasi
yang belum maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya prevalensi
stunting (anak pendek) pada anak balita, yaitu masih sebesar 37,2 persen
(Riskesdas, 2013) dan sebanyak 1,7 Juta anak yang belum mendapat
imunisasi dan imunisasinya tidak lengkap (Kemenkes, 2014 – 2016).
Stunting balita merupakan gambaran terjadinya gangguan pada
pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak/kecerdasan, dan metabolisme
tubuh. Sedangkan bagi anak yang tidak di imunisasi dasar lengkap, berisiko
menimbulkan penyakit, kecacatan dan kematian.
Dengan demikian, stunting dan anak belum diimunisasi atau
imunisasinya tidak lengkap dapat menjadi faktor penghambat dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.
Untuk itu, masalah gizi khususnya stunting serta cakupan dan mutu
imunisasi harus segera ditangani secara serius dengan melibatkan berbagai
pihak, termasuk lintas sektor.
Pemerintah menetapkan gizi masyarakat sebagai salah satu isu
strategis pembangunan nasional. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Pembagian Gizi dan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 menegaskan kebijakan dan
strategi perbaikan gizi melalui pendekatan multisektor. Fokus perbaikan gizi
diarahkan untuk penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK),
yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun.
Perlu upaya yang signifikan untuk menanggulangi kecenderungan
kesakitan dan kematian serta permintaan pelayanan kesehatan yang terus
meningkat. Promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif
untuk mencegah meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit
baik menular maupun tidak menular. “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat”
(GERMAS) merupakan salah satu upaya promotif-preventif yang dilakukan
melalui pendekatan multi sektor. Tujuan umum dari Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat adalah untuk: (a) menurunkan beban penyakit menular dan
penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; (b)
menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit; (c) menghindarkan terjadinya penurunan
produktivitas penduduk; dan (d) menghindarkan peningkatan beban
finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.
Sebagai payung hukum pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat baik di tingkat nasional maupun daerah, telah dikeluarkan Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Inpres tentang Germas tersebut
ditujukan kepada :Para Menteri Kabinet Kerja; Kepala Lembaga Pemerintah
Non Kementerian; Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan; dan Para Gubernur dan Bupati/Walikota. Untuk menetapkan
kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat, Instruksi Presiden dapat diikuti dengan penetapan Peraturan
Daerah atau Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota sampai dengan regulasi
di tingkat desa untuk pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di
daerah. Masing-masing. Kementerian/Lembaga juga dapat menyusun
regulasi teknis pelaksanaan kegiatan apabila diperlukan. Untuk
meningkatkan efektifitas gerakan, dalam kerangka perencanaan dan
penganggaran di Kementerian/Lembaga dan dana transfer ke daerah,
gerakan masyarakat sehat dapat diintegrasikan dalam Rencana Kerja
Pemerintah (ditingkat pusat) dan Rencana Kerja Perangkat Daerah.
Namun sejak GERMAS dikumandangkan tahun 2017, sampai dengan
saat ini belum menggaung sampai ke desa-desa. Hal ini dapat terjadi
karena tenaga kesehatan belum semuanya memahami tentang GERMAS.
Untuk itu kegiatan ini dirasa penting demi memberi pemahaman GERMAS
kepada tenaga Kesehatan agar dapat melanjutkan komunikasi Informasi
Edukasi kepada masyarakat terkait GERMAS.
II. Tujuan
Membangun komitmen bersama dalam mendukung mendukung
program gerakan masyarakat hidup sehat
III. Dasar Hukum
1. Undang–Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah–daerah Tingkat II dalam Wilayah–wilayah daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tazhun 2014 tentan Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tantan Pemerintah
Daerah;
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4 Inpres Nomor 01 tahun 2017 Tentang Gerakan masyarakat Hidup
Sehat
5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 193;
6 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Pedoman pelaksanan GERMAS
7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694)
8 Permekenkes Nomor 8 tahun 2018 Tentang Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan

9 Peraturan daerah Kabupaten Sikka Nomor 03 Tahun 2019 Tentang


RPJMND Kabupaten Sikka Tahun 2018 – 2023
10 Peraturan Bupati Sikka Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Rencana
Strategis Perangkat Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2018 – 2023

11 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 13 Tahun 2016 tentang


Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sikka
(Lembaran daerah Kabupaten Sikka Tahun 2016 Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Nomor 98);
12 Peraturan Bupati Sikka Nomor 29 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan, Organisasi, Tugas dan Fungsi serta tata Kerja Dinas
Kesehatan;
13 DPA BOK DinasKesehatan Tahun 2020
IV. Pelaksanaan kegiatan
a. Tempat dan Waktu Pertemuan :
Tempat : Aula AlmaWairklau
Waktu : 02 Desember 2020
b. Peserta: tenaga Kesehatan Puskesmas sebanyak 50 orang
c. Kegiatan
o Kegiatan dibuka oleh kepala Dinas Kesehatan
o Materi Kebijakan Germas oleh Kepala Bidang Kesmas
o Materi Kegiatan Germas
o Forum Germas
d. RTL
 Mensosialisasikan GERMAS di setiap kesempatan pertemuan.
 Bekerjasama dengan pengelola pronkes Puskesmas dalam
melakukan kampanye GERMAS
V. Biaya :
Sumber dana dari Dana BOK Kabuapten tahun 2020
VI. Penutup
Demikian laporan ini dibuat sebagai bahan pelaporan
kepada pimpinan.

ORIENTASI GERMAS BAGI NAKES PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai