Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER KLIEN DENGAN PERAWATAN PALIATIF


CARE DZIKIR DAN DOA
Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Paliatif
Dosen Pembimbing : Rully Andika,S.Kep.,Ns.,MAN

Disusun Oleh :
1. Melani Dewi Purwanti (108118033)
2. Anggi Novita Sari (108118041)
3. Asna Cahyaningsih (108118043)
4. Adi Nugraha Vanda D (108118048)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 24 Mei
2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Contents
MAKALAH.......................................................................................................................i
TERAPI KOMPLEMENTER KLIEN DENGAN PERAWATAN PALIATIF CARE
DZIKIR DAN DOA...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Terapi Komplementer......................................................................3
B. Pengertian Dzikir.................................................................................................3
C. Bentuk-Bentuk Dzikir..........................................................................................3
D. Tujuan Dzikir.......................................................................................................6
E. Manfaat Berdzikir................................................................................................6
F. Tata cara Dzikir...................................................................................................8
G. Pengertian Doa.................................................................................................8
H. Mekanisme Biologis Terhadap Tubuh..........................................................10
I. Indikasi................................................................................................................11
J. Kontraindikasi....................................................................................................12
K. Tahap-Tahap Psikoterapi Doa......................................................................13
L. Tata cara terapi Doa..........................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang
muncul saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi
herbal, akupuntur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada
berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh
teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi
sorotan banyak Negara. Pengobatan komplementer atau alternative
menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat
dan Negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer
yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai
tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternative pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan
terapi alternative (Smith et al., 2004). Hal ni terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi komplementer?
2. Apa pengertian dzikir?
3. Apa saja bentuk-bentuk dzikir?
4. Apa saja tujuan dari terapi dzikir?
5. Apa saja manfaat dari terapi dzikir?
6. Bagaimana tata cara dzikir?
7. Apa pengertian doa?
8. Bagaimana mekanisme biologis terhadap tubuh?
9. Apa saja indikasi terapi doa?
10. Apa saja kontraindikasi terapi doa?
11. Apa saja tahap-tahap psikoterapi doa?
12. Bagaimana tata cara doa?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian terapi komplementer
2. Untuk mengetahui pengertian dzikir
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dzikir
4. Untuk mengetahui tujuan dari terapi dzikir
5. Untuk mengetahui manfaat dari terapi dzikir
6. Untuk mengetahui pengertian doa
7. Untuk mengetahui mekanisme biologis terhadap tubuh
8. Untuk mengetahui indikasi terapi doa
9. Untuk mengetahui kontraindikasi doa
10. Untuk mengetahui tahap-tahap psikoterapi doa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut WHO, pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan,
misalnya jamu ynag merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer di Negara Singapura. Di Indonesia sendiri,
jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional.

B. Pengertian Dzikir
Secara etimologi dzikir berasal dari kata dzakara artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal
atau mengerti dan mengingat (Anshori, 2003:116).
Menurut Hasbi Assidiqi (1982:36), dzikir adalah menyebut nama
Allah SWT, dengan membaca tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illahu),
tahmid (Alhamdu), basmallah (bismillahirahmanirrahim) dan membaca al-
Qur’an serta membaca doa-doa yang diterima dari Nabi Muhammad
SAW.
Sedangkan menurut Mir Valuddin (2000:84), dzikir adalah
senantiasa dan terus menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta
kepada Allah serta mengosongkan hati dari kecintaandan ketertarikan pada
dunia fana ini.

C. Bentuk-Bentuk Dzikir
Dzikir merupakan pengalaman rohani yang dapat dinikmati oleh
pelakunya. Hal ini yang dimaksud oleh Allah sebagai penentraman hati.
Menurut Muhammad Zaki, Hakikat Dzkir pada hakekatnya dzikir dibagi
menjadi 4 macam :
1. Dzikir Qalbiyah
Dzikir Qalbiyah adalah merasakan kehadiran Allah, dalam
melakukan apa saja, sehingga hati selalu senang, tanpa ada rasa
takut, karena Allah Maha Melihat, tidak ada yang tersembunyi dari
pengetahuan-Nya. Dzikir Qalbiyah lazim disebut ihsan, yaitu
engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya
sekalipun engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.
2. Dzikir Aqliyah
Dzikir Aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa
Allah dibalik setiap gerak alam semesta, Allah yang menjadi

3
sumber gerak itu. Segala ciptaannya dengan segala proses
kejadiannya adalah proses pembelajaran bagi manusia. Segala
ciptaannya berupa batu, sungai, gunung, udara, pohon, manusia,
hewan, dan sebagainya merupakan pena Allah SWT yang
mengandung kalam-Nya (sunatullah) yang wajib dibaca.
3. Dzikir Amaliah
Dzikir Amaliah yaitu tujuan yang sangat urgen, setelah hati
berdzikir, akan berdzikir, lisan berdzikir, maka akan lahirlah
pribadi-pribadi yang suci, pribadi-pribadi yang berakhlak mulia,
dari pribadi-pribadi tersebut akan lahir amal-amal soleh yang di
ridhai, sehingga terbentuk masyarakat yang bertaqwa. Sedangkan
pembagian dzikir secara garis besar pada umumnya meliputi :
a) Dzikir lisan dan hati, yakni dengan mengucapkan
kalimat-kalimat dzikir dan merenungkan serta mengingat
Allah dengan hati
b) Dzikir perbuatan, yakni dengan berbuat kebaikan dan
beramal sholeh dengan mengingat kebesaran Allah (Al-
Islam, 1987:1988).
Beberapa ahli memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk dzikir
yang diterapkan dalam kehidupan tashawuf, para ahli tersebut
diantaranya : Sukamto MM, dalam Anshori (2003:18) membagi dzikir
kedalam empat jenis :
1) Dzikir membangkitkan daya ingat
2) Dzikir kepada hokum-hukum ilahi
3) Dzikir-dzikir mengambil pelajaran atau peringatan
4) Dzikir meneliti proses alam
Menurut Amin Syukur banyak bentuk dzikir yang ditentukan dalam ajaran
tashawuf :
1) Dzikir jahr sesuatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk
ucapan-ucapan llisan, yang lebih menampakan suara yang jelas
untuk menuntun gerak hati.
2) Dzikir khafi yaitu dzikir yang samar-samar. Dzikir khafi dilakukan
secara khusyu’ oleh ingatan bak disertai dzikir lisan atau tidak.
3) Dzikir haqiqi, yaitu dzikir yang sebenarnya, jenis terakhir ini
dilakukan oleh seluruh jiwa raga bak lahir maupun batin, kapan
saja dimana saja.
Amin Syukur disisi yang lain juga menyebutkan bentuk dzikir atau
tata cara berdzikir dalam beberapa jenis. Pertama, dzikir qauli atau jahr,

4
yakni membaca lafal tasbih, tahmid, tahlil, dan sebagainya dengan suara
keras. Ucapan lisan untuk membimbing hati agar selalu ingat kepada-Nya.
Lisan yang biasa berdzikir maka dengan sendirinya hati yang
bersangkutan menjadi ingat. Kedua, ingat Tuhan dalam hati tanpa
menyebut nama-Nya disebut dengan dzikir qalby atau sirri.
Pada prinsipnya kedua dzikir tersebut dilaksanakan dalam cara dan
kesopanan sesuai dengan prinsip yang ditentukan dengan merendahkan
diri, penuh takut dan tidak mengeraskan suara, namun apabila dilakukan
ditempat yang khusus boleh berdzikir dengan suara yang keras. Ketiga
adalah dzkru al-ruh yatu dzkir dalam arti seluruh jiwa raga tertuju untuk
selalu ingat kepada-Nya, dengan berprinsip minallah, lillah, billah, dan
ilallah artinya manusia berasal dari Allah, manusia adalah milik Allah, atas
dengan merendahkan diri, penuh takut dan tidak mengeraskan suara,
namun apabila dilakukan ditempat yang khusus boleh berdzikir dengan
suara yang keras. Ketiga adalah dzkru al-ruh yatu dzkir dalam arti seluruh
jiwa raga tertuju untuk selalu ingat kepada-Nya, dengan berprinsip
minallah, lillah, billah, dan ilallah artinya manusia berasal dari Allah,
manusia adalah milik Allah, atas bantuan Allah dan kembali kepada Allah.
Keempat adalah dzikir fi’li (aktivitas social) yakni berdzikir dengan
melakukan kegiatan praktis, amal shalih, dan menginfakan sebagian harta
untuk kepentingan social, melakukan hal yang berguna bagi pembangunan
bangsa serta agama. Dzikir social merupakan refleksi dari dzikir qauli,
dzikir qalby dan dzikir ruh.
Adapun bacaan-bacaan yang dianjurkan dalam dzikir lisan menurut
Hawari (2002:199) adalah sebagai berkut :
1) Membaca tasbih (subhanallah) yang mempunya arti Maha Suci
Allah
2) Membaca tahmid (Alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi
Allah
3) Membaca tahlil (la ilaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain
Allah
4) Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar
5) Membaca Hauqalah (la haula wala quwawata illa billah) yang
bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah
6) Hasballah : Habiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah
Allah dan sebaik-baiknya pelindung
7) Istighfar : astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon
ampun kepada Allah yang maha agung

5
8) Membaca lafadz baqiyatussalihah : subhanallah wal hamdulillah
wala illaha illallah allahu akbar yang bermakna maha suci Allah
dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah
Maha Besar.

D. Tujuan Dzikir
Tujuan berdzikir adalah mensucikan jiwa dan membersihan hati
serta membangunkan nurani. Hal ini ditunjukkan Allah SWT dalam
firman-Nya :
Artinya : Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al Qur’an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah SWT (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lan). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-
Kanbuut:29/45)
Tujuan dari kegiatan dzikir, tentunya adalah menyikap sisi dalam
kehidupan menusia untuk sama-sama merasakan hidangan Allah SWT.
Dan tentunya, tujuan dzikir taubah itu bercorak moral, seperti mambina
kejujuran, kesabaran, cinta sesame, penyantun dan mempertajam kepekaan
social (kecerdasan spiritual)

E. Manfaat Berdzikir
Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat, selain
merasakan ketenangan batin, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain
yaitu:
- Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya siapa
yang senantiasa berdzikir kepada Allah maka akan bisa mencapai
derajat kekasih Tuhan
- Dzikir merupakan kunci ibadah-ibadah yang lain
- Dzikir akan membuka hijat dan menciptkan keikhlasan hati yang
sempurna
- Dzikir akan menurunka rahmat
- Menghilangkan kesusahan hati
- Melunakan hati
- Memutuskan kehendak setan
- Dzikir menolak bencana (Wahab, 1997:87-92)

Menurut Anshari (2003:33) dzikir bermanfaat mengontrol perilaku.


Pengaruh yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang

6
melupakan dzikir atau llupa kepada Tuhan, terkadang tanpa sadar dapat
berbuat maksiat, namun mana kala ingat kepada Tuhan, kesadaran akan
dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.
Menurut Abdullah Gymnastiar (2005:106-107) dengan berdzikir
orang akan mempunyai mental yang kuat, penuh semangat dan tak kenal
putus asa, mampu mengontrol diri sehingga berhati sejuk dan tidak mudah
emosi. Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia
modern seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Amin
Syukur (2006:36) antara lain :
a. Dzikir memantapkan iman
Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu
melihanya. Ingat kepada Allah berarti lupa kepada yang lain, ingat
yang lain berarti lupa kepada-Nya. Melupakan-Nya akan
mempunyai dampak yang luas dalam kehidupan manusia. Dan
ingatlah Tuhanmu jika kamu lupa, dan katakana : semoga Tuhanku
memimpin aku kejalan yang lebih dekat kebenarannya dari pada
jalan ini (Al-Kahfi 18:24) sebab dzikir berarti ingat kepada
kekuasaan-Nya.
b. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya
Dalam kehidupan ini, seseorang tak bisa lepas dari
kemungkinan datangnya bahaya. Hal ini dapat diambil pelajaran
dari peristiwa Nabi Yunus As yang tertelan ikan. Pada saat itu
Yunus As berdoa : la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh
dhalimin (tiada Tuhan selan engkau, maha suci engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dhalim) (al-
Anbiya’ 21:27). Dengan doa dan dzikir itu Yunus As dapat keluar
dari perut ikan.
c. Dzkir sebagai terapi jiwa
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan
suatu konsep dikembangkannya nilai-nilai ilahiah dalam batin
seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa
dan dzikir, dapat di pandang sebagai malja’ (tempat berlindung)
ditengah badai kehidupan modern disinilah misi Islam untuk
menyejukkan hati manusia. Dzikir fungsional, akan mendatangkan
manfaat antara lain mendatangkan kebahagiaan, menentramkan
jiwa, obat penyakit hati dan sebagainya.
d. Dzikir menumbuhkan energy akhlak
Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi
moral, akibat dari berbagai rangsangan dari luar, khususnya

7
melalui mass media. Pada saat seperti ini dzikir yang dapat
menumbuhkan iman dapat menjadi sumber akhlak. Dzikir tidak
hanya dzikir substansial, namun dzikir fungsional. Dengan
demikian, betapa pentingnya mengetahui, mengerti dan mengingat
(dzikir) Allah, bak terhadap nama-nama maupun sifat-sifat-Nya,
kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri secara aktif, karena
sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam hati, diucapkan dalam
lisan dan direalisasikan dalam amal perbuatan.

F. Tata cara Dzikir


Prosedur
1. Persiapan Alat dan lingkungan
a) Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah, dsb)
b) Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi
secara penuh
2. Langkah-langkah
a) Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan
b) Duduklah dengan santai
c) Tutup mata
d) Kendurkan otot-otot
e) Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat
spiritual yang dibaca secara berulang-ulang
f) Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran
g) Lakukan selama 10 menit
h) Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan
beristirahat, buka pikiran kembali, barulah berdiri dan
melakukan kegiatan kembali.
3. Kriteria Evaluasi
a) Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual menggunakan
catatan aktivitas terapi yang telah dilakukan.
b) Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat
keefektifan terapi.
c) Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat
mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam
mengembangkan sesi

G. Pengertian Doa

8
Definisi doa secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab (da’a-
yad’uu- du’aa-an) yang berarti memohon atau meminta. Kata doa juga
mempunyai beberapa makna atau arti lain yang merujuk kepada ayat-ayat
Al-Quran dan Al Hadist. Menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya,
Bada’I’ul Fawa’id menerangkan bahwa doa merupakan permohonan untuk
segala sesuatu yang bermanfaat dan tuntunan untuk menjauhkan segala
sesuatu yang mendatangkan kemudharatan.
Kata du’a atau doa adalah bentuk mashdar dari fi’il sedangkan
menurut Ibnu Haja, kata doa sebenarnya bentuk qashr (singkat) drai kata
al-da’wa seperti dalam firman Allah SWT : Tentang artinya, menurut Ibnu
Hajar doa memiliki beragam arti, antara lain : al-thalab (permintaan), dan
berdoa untuk mendapat sesuatu berarti dorongan untuk melaksanakan
sesuatu tersebut. Da’awtu fulanan berarti aku telah meminta kepada
seseorang, namun bisa pula berarti memohon pertolongan dari orang
tersebut. Doa juga bisa berarti menghilangkan ketentuan, seperti firman
Allah SWT : (Tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia
maupun di akhirat). Selain itu, doa juga dimutlakkan pada arti ibadah
(Sambas&Sukayat, 2003:11).
Doa merupakan suatu media komunikasi antara seseorang dengan
sang Khalik (Tuhan) dalam rangka memohon dan meminta hajat di dunia
maupun di akhirat, mengeluh, dan mengadu atas permasalahan hidup yang
dihadapi, atau bentuk ketergantungan seseorang hamba yang lemah dan
hina kepada Allah SWT (Tuhan yang Maha perkasa dan Maha mulia).
Imam Al Khathabi dalam kitabnya, Sya;nud Du’a menjelaskan bahwa doa
adalah permohonan bantuan dari seorang hamba kepada tuhannya dengan
menampakkan kefakiran kepada-Nya dan membebaskan diri dari
keyakinan akan adanya kekuatan selain Allah SWT.
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan
sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan
Al-Qur’an banyak menyebutkan pula bhawa tadharu’ (berdoa dengan
sepenuh hati) hanya akan muncul bila disertai keikhlasan. Hal tersebut
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih. Dengan
tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah
akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam
keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam
kesulitan maupun dalam kelapangan. Dalam Al-Qur’an Allah telah
menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan
keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berplaing adri mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti

9
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS.
Al-Kahfi: 28).

H. Mekanisme Biologis Terhadap Tubuh


Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
tidak berdaya. Keadaan emosi tidak memiliki obyek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subyektif dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan
merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut. Respon
psikologi karena pembedahan dapat berkisar dari cemas ringan, sedang,
berat, sampai panic tergantung dari masing-masing individu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi respon fisiologi dan psikologi sepanjang pengalaman
pembedahan antara lain adalah usia, status fisik, dan mental, tingkat
keparahan penyakit, besar kecilnya operasi, sumber social ekonomi serta
ketidaksiapan fisik dan psikologi dari pasien untuk menjalani operasi
(Budianto, 2010).
Kecemasan yang berat akan mempengaruhi hipotalamus dan
menimbulkan dua mekanisme yang berbeda. Impuls pertama didukung
oleh system saraf simpatis yang akan mempengaruhi medulla adrenal
dalam memproduksi epinephrine dan non epinephrine. Dalam keadaan
normal. Kedua substansi ini akan memberikan sirkulasi darah yang
adekuat sehingga keseimbangan cairan dan eletrolit terjaga, suhu tubuh
stabil sehingga energy terpenuhi. Tetapi jika produksinya patologis akan
meningkatkan rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil, penurunan
motilitas GI tract hingga terjadi glikogenolisis dan gluconeogenesis di
hepar. Sedangkan mekanisme kedua akan mempengaruhi kelenjar hipofise
anterior sehingga merangsang produkis hormone adrenokortikosteroid
yaitu aldosterone dan glukokortikoid. Aldosterone berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, reabsorbsi air dan
natrium. Glukokortikois menyediakan energy pada kondisi emergensi dan
penyembuhan jaringan. Kecemasan dapat timbul karena kesiapan
psikologis terhadap pembedahan belum terjadi (Budianto, 2010).
Doa adalah pernyataan segala hal keinginan kita kepada Tuhan
(surat Filipi 4:6), doa merupakan autosugesti yang dapat mendorong
seorang berbuat sesuai dengan yang didoakan dan bila dipanjatkan dengan
sungguh-sungguh berpengaruh pada perubahan jiwa dan badan. Doa
kesembuhan adalah pernyataan sikap ketika berbicara kepada Tuhan

10
dengan bersuara ataupun mengucapkannya dalam hati meminta
kesembuhan. Ketika berdoa akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa
optimism (harapan kesembuhan), mendatangkan ketenangan, damai, dan
merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga mengakibatkan
rangsangan ke hipotalamus untuk menurukan produksi CRF (Cortictropin
Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary
anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin
Hormon). Hormon ini yang akan merangsanng kortek adrenal untuk
menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini yang akan menekan system imun
tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan (Budianto, 2010).
Pemberian terapi doa sebagai salah satu terapi psikoreligius
merupakan terapi modalitas yang dapat dilakukan sebagai terapi tambahan
atau komplementer. Menurut Hawari (2008), terapi psikoreligius dapat
membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) dan
keimanan (faith) pada diri seseorang. Hal ini senada dengan penelitian
yang dilakukan senada (2012) mengenai terapi psikoreligius untuk
menurunkan tingkat stress pada pasien halusinasi mendapatkan data
obyektif tentang perasaan lebih tenang, emosi lebih terkendali, dan tidak
gelisah. Aspek religiusitas mengandung unsur meditasi dan relaksasi
sehingga sebagai mekanisme koping yang dapat membangkitkan
ketahanan tubuh seseorang secara alami. Secara biologis orang dengan
tingkat religiusitas tinggi memiliki kadar CD-4 (limfosit T helper) yang
tinggi, ini menunjukkan tingginya daya tahan imunologi seseorang
(Hawari, 2007 dalam Subandi dkk, 2012).
Selain mempengaruhi tingkat imunologi, tingkat religiusitas yang
tinggi dapat juga meningkatkan mood dan menurunkan kadar katekolamin
(norepinefrin dan epinefrin) serta menyehatkan diri seseorang (Dalmida,
2006: Cumnings, 2010). Gangguan ansietas dihubungkan dengan
peningkatan kadar norepinefrin dalam darah (Towsend, 2009:Videbeck,
2011). Sehingga dengan pemberian terapi psikoreligius kadar norepinefrin
dalam darah dapat menurun dan gangguan ansietas dapat diatasi (Subandi
dkk, 2012).

I. Indikasi
Tidak ada indikasi yang ditentukan untuk melakukan terapi doa.
Namun ada literature menyebutkan bahwa indikasi terapi doa, yaitu pada
kasus penyakit terminal (White et al, 200 : 345). Selain itu dapat juga
digunakan pada kasus-kasus psikoneuroimunologi, seperti kanker,
penyakit coroner dan penyakit autoimun (Lorentz, 2006). Indicator dalam
terapi doa, yaitu ansietas dan stress. Kondisi-kondisi yang menimbulkan

11
ansietas tinggi dapat diterapi dengan menggunakan terapi doa, khususnya
pada kasus-kasus penyakit kronis dan terminal dimana tingkat stress yang
tinggi dialami oleh klien. Dengan menggunakan terapi doa dapat
menghasilkan hypnosis diri untuk relaksasi dimana timbul kesadaran dan
kepercayaan terhadap Tuhan sehingga dapat meningkatkan mekanisme
koping dan menurunkan tingkat stress.
Berdasarkan hasil penelitian psikoimunologi, tingkat stress dan
emosi memiliki peranan pentingdalam kemudahan mendatangkan penyakit
(Daruna, 2004 dalam Lorentz, 2006). Menurut Lorentz (2006), stress
mengatur aktivitas system tubuh yang menyebabkan kekacauan dalam
mempertahankan kesehatan. Kemampuan mengahadapi stressor yang
rendah menyebabkan terjadinya penurunan pertahanan hemeostasis tubuh
yang menyebabkan penurunan system imun. Stress menstimulasi dan
melepas enzyme dalam kelenjar adrenal untuk memproduksi hormone
stress, yaitu epinefrin, norepinefrin, dan kortikoid adrenal. Hormone
tersebut menyebabkan aktivasi perubahan biokimia dalam system saraf,
endokrin, dan system imun yang mempengaruhi semua system organ
(Blauer-Wu, 2002 dalam Lorentz, 2006). Hal inilah yang menyebabkan
adanya hubungan antara pikiran dan tubuh terhadap kondisi sakit ketika
pikiran dan tubuh berkomunikasi melalui system endokrin, saraf, dan
system imun (Song & Leonard, 2000 dalam Lorentz, 2006).
Terapi doa merupakan salah satu teknik pikiran-tubuh yang
berfokus pada Yang Maha Kuasa. Teknik ini menghasilkan emosi positif
dan strategi koping afektif yang dapat membantu mengubah cara pikir
individu dalam menghadapi masalah, melalui pengontrolan respon
terhadap stress karena mereka harus memaksakan konrol reaksi dan
perilakunya terhadap stress (Lorentz, 2006). Terapi ini menggunakan
aktivitas mental berulang dan menolak dengan sadar terhadap pikiran-
pikiran negative dan menghasilkan stimuli kognitif menjadi positif. Ketika
stimuli kognitif diterima system saraf pusat, kemudian informasi tersebut
disampaikan melalui system hormonal kepada reseptor sel imun. Sel imun
memiliki reseptor molekul anti-ansietas. Jika reseptor ini menerima stimuli
kognitif positif, maka terjadi pengaturan aksi system imun dimana system
imun ini mempertahankan hemeostasis tubuh yang dapat mempengaruhi
limpa, kelenjar limpa, dan limfoid sehingga meningkatkan autoimun.
Selain itu, stimuli kognitif yang merupakan hasil perbaikan pikiran
menyebabkan respon relaksasi melalui produksi gelombang alfa otak yang
memicu kondisi sejahtera dan relaksasi. Hal ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan darah laktat yang sesuai dengan level rendah ansietas.

12
Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas di system saraf simpatis yang
menyebabkan ketenangan dan ansietas rendah.

J. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk terapi doa, yaitu penyakit psikiatri (Ernst et
al, 2007:163). Penyakit psikiatri merupakan penyakit dimana keadaan
mental pasien mengalami gangguan sehingga kesadaran dan kepercayaan
terhadap Tuhan menjadi tidak efektif. Selain itu, penyakit psikiatri
menyebabkan gangguan kognitif sehingga tidak dapat dihasilkan stimulasi
kognitif positif yang dapat mempengaruhi emosi positif.

K. Tahap-Tahap Psikoterapi Doa


Berikut tahap-tahap psikoterapi doa (Kuswardani, 2009) :
1. Tahap kesadaran sebagai hamba
Inti dari terapi ini adalah pembangkitan kesadaran,
kesadaran terhadap kehambaan dan kesadaran akan kelemahan
sebagai manusia. Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan
seseorang yang berdoa berada pada keadaan lemah. Tanpa adanya
kesadaran akan kelemahan diri ini maka kesungguhan dalam
berdoa sulit dicapai. Hakikat berdoa adalah meminta, yang
meminta derajatnya harus lebih rendah dari pada yang dimintai.
Untuk itu sebelum seseorang berdoa diharuskan untuk
merendahkan diri dihadapan Allah. Bentuk kesadaran ini dapat
dilakukan dengan melihat kepada diri sendiri misalnya melihat
jantung bahwa jantung itu bergerak bukan kita yang
menggerakkan, darah yang mengalir bukan atas kehendak kita,
atau juga dapat melihat masalah yang sedang dihadapi,
ketidakberdayaan, ketidakmampuan mengatasi hal ini dmunculkan
dalam kesadaran sehingga bukan nantinya dapat menimbulkan
sikap menerima dan sikap pasrah. Paada tahap ini seseorang juga
disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami.
Penyakit tersebut bukan ditolak namun diterima sebagai bagian
dari diri kemudian dimintakan sembuh kepada Allah.
2. Tahap penyadaran akan kekuasaan kepada Allah
Selanjutnya setelah diri sadar akan segala kelemahan dan
segala ketidakmampuan diri maka pengisian dilakukan yaitu
dengan menyadari kebesaran Allah kasih saying dan terutama
adalah maha penyembuhnya Allah. Tahap ini juga menimbulkan
pemahaman tentang hakikat sakit yang dialami bahwa sakit berasal
dari Allah dan yang akan menyembuhkan adalah Allah.

13
Penyadaran akan kekuasaan Allah ini dapat dilakuakn dengan
melihat bagaimana Allah menggerakkan segala sesuatu,
menghidupkan segala sesuatu. Tahap ini juga dapat menumbuhkan
keyakinan kita kepada Allah atas kemampuan Allah dalam
menyembuhkan. Bagaimana seseorang dapat berdoa kalau dirinya
tidak mengenal atau meyakini bahwa Sang Penyembuh tidak dapat
menyembuhkan. Yakin juga merupakan syarat mutlak dari suatu
doa karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya, jika
hambanya menyangka baik maka Allah baik demikian pula
sebaliknya. Kegagalan utama terhadap jawaban Allah atas doa
yang kita panjatkan kepada Allah adalah keraguan kita. Seringkali
ketika berdoa namun hati mengatakan “dikabulkan tidak ya” atau
mengatakan “mudah-mudahan dikabulkan”, kalimat ini maksudnya
tidak ingin mendahului Allah tapi sebenarnya adalah meragukan
Allah dalam mengabulkan doa kita. Ada perbedaan antara
mendahului kehendak Allah dengan keyakinan yang ditujukan
kepada Allah. Jika mendahului biasanya menggunakan kata
seharusnya begini, harus begitu, tapi jika yakin kita optimism akan
kehendak Allah dan tidak masuk pada kehendak Allah. Sebagai
contoh bila kita berdoa “Ya Allah hilangkan kesedihan hati saya”,
maka kita yakin kepada Allah bahwa Allah memberikan
kesembuhan. Hal yang penting juga adalah afirmasi terhadap doa
yang kita panjatkan kalau berdoa harus yakin dikabulkan tidak ada
alasan lain untuk tidak yakin selain dikabulkan. Sebab Allah akan
mengabulkan apa yang kita yakini dari pada apa yang kit abaca
dalam doa kita.
3. Tahap komunikasi
Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami, dan sadar
akan kebesaran Allah maka selanjutnya adalah berkomunikasi
denngan Allah sebagai bagian penting dari proses terapi.
4. Permohonan dan kesembuhan terhadap apa yang dialami
Permohonan doa bukanlah permintaan yang memaksa Allah untuk
mengabulkan. Untuk itu doa yang dipanjatkan harus disertai
denngan kerendahan hati, dengan segenap sikap butuh kepada
Allah. Posisi hamba yang berdoa adalah meminta dia tidak berhak
untuk memaksa, hamba tadi hanya diberi wewenang untuk
meyakini bahwa doanya dikabulkan bukan memaksa Allah untuk
mengabulkan
5. Tahap menunggu diam namun hati tetap mengadakan permohonan
kepada Allah

14
Doa merupakan bentuk komunikasi antara yang meminta
dan yang memberi. Ketika proses permintaan sudah disampaikan
maka proses pemberian (dijawabnya doa) harus ditunggu karena
pemberian atau dijawabnya bersifat langsung. Syarat untuk dapat
menerima jawaban ini adalah dengan sikap rendah diri, terbuka,
dan tenang (tidak tergesa-gesa). Sikap ini akan dapat menangkap
kalam Allah (jawaban doa) yang tidak berbentuk ucapan tidak
berbentuk huruf tapi berbentuk pemahaman pencerahan, ilham
(enlightment), atau berbentuk perubahan-perubahan emosi dari
tidak tennag menjadi tenang, dari sedih menjadi hilang
kesedihannya. Tahap ini merupakan tahap respon yang diberikan
oleh Allah kepada kita sebagai jawaban doa yang kita panjatkan.
Tahap ini juga disertai dengan sikap pasrah total kepada Allah
mengikuti apa maunya Allah dan apa kehendak Allah, sikap ini
akan dapat menangkap jawaban Allah (Purwanto, 2007).

L. Tata cara terapi Doa


1. Persiapan
a) Persiapan perawat
1) Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan
medis
2) Rumuskan diagnosa terkait
3) Buar perencaan Tindakan
4) Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain
membantu jika perlu
5) Cuci tangan dan persiapkan alat
b) Persiapan klien
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Jelaskan maksud dan tujuan
4) Jaga privasi klien
2. Cara kerja
a) Tumbuhkan niat dalam diri untuk meminta disembuhkan oleh
Alloh
b) Rileksasikan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala,
jangan ada ketegangan otot
c) Lakukan tahap kesadaran sebagai hamba: sadari keluhan yang
dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran bahwa
kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-
apa.

15
d) Lakukan tahap penyadara dan kekuasaan Alloh: sadari
kebesaran Tuhan, lihat alam senesta, bagaimana Tuhan yang
memberi hidup dan mati, Tuhan yang memberi sembuh dan
sakit
e) Lakukan tahap komunikasi sebagai bagian penting dari proses
terapi, tahap ini dapat dibentuk:
1) Ungkapan seluruh keluhan yang dirasakn Tuhan
2) Ungkapkan segala yang dipikirkan dan apa yang
menjadi kekhawatiran kepada Tuhan
3) Memohon kesembuhan kepada Tuhan
4) Tetap rileks dan masih pada posisi memohon kepada
Tuhan
5) Pasarah kepada Tuhan diserati keyakinan bahwa Tuhan
menjawab doa yang dipanjatkan
3. Evaluasi
a) Evaluasi respon pasien
b) Simpulkan hasil kegiatan
c) Berikan reinforcement positif
d) Lakukan kontrak untuk Tindakan selanjutnya
e) Akhiri kegiatan dengan cara baik

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian pengalaman dzikrullah akan mengembangkan
rasa cinta pada dzat yang diingat yaitu Allah SWT. Sedangkan bagi
rohani, menurut Amin Syukur dengan berdzikir maka hati akan menjadi
online atau wushul denngan Allah, dengan demikian akan terjadi
penyerapan nur ilahi sehingga terjadi proses pencerahan, terpantul ke otak,
yang menimbulkan gelombang getaran kelenjar hormone yang dapat
menentramkan syaraf, membangkitkan kreatifitas, menghilangkan rasa
cemas dan takut, sehat jasmani dan rohani. Mengganti kekecewaan dengan
harapan, kemarahan dengan kedamaian, malas dengan semangat dan
akhirnya terbuka tirai (kasyf), terbuka wawasan baru, penuh mahabbah
dan diridhai.
Doa secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab (da’a- yad’uu-
du’aa-an) yang berarti memohon atau meminta. Kata doa juga mempunyai
beberapa makna atau arti lain yang merujuk kepada ayat-ayat Al-Quran
dan Al Hadist. Menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Bada’I’ul Fawa’id
menerangkan bahwa doa merupakan permohonan untuk segala sesuatu
yang bermanfaat dan tuntunan untuk menjauhkan segala sesuatu yang
mendatangkan kemudharatan.

B. Saran
Senantialah kita berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT sebagai
bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberi nikmat dan
kehidupan yang nyaman dunia, karena Allah akan mengganjar pahala yang
berlipat kepada hambanya yang selalu ingat kepada Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/354123760/Makalah-Terapi-
Komplementer#download
Ariyanto D. 2006. Psikoterapi dengan Doa. Jurnal Suhuf vol XVIII no 1.
Budianto, Mesah. 2010. Pengaruh Terapi Religius Doa Kesembuhan Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hawari, D. 1997. Al-Quran Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Dana Bakti Primayasa.
Kuswardani, Istiana. 2009. Terapi Kultural dan Spiritual Penyakit Jantung
Koroner. Psikohumanika: Jurnal Ilmiah Psikologi.
Lorentz, Madeline M. 2006. Stress And Psychoneuroimunology Revisited: Using
Mind-Body Intervention To Reduce Stress. Alternative Journal Of Nursing, Issue
11.
Sambas, Syukriadi dan Sukayat, Tata. 2003. QUANTUM DOA: Membangun
Keyakinan Agar Doa Tak Terhijab dan Mudah Dikabulkan. Jakarta: Mizan
Publika.
Subandi, M.A. 2003. Integrasi Psikoterapi dalam Dunia Medis. Makalah.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

18

Anda mungkin juga menyukai