Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AIKA

Islam dan Masalah Harta dan Jabatan

Dosen Pengampu : Mila Khairunisa

Disusun Oleh :

Athoya Abdurasyid Hanif NIM : 2022201055

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Tangerang
A. Harta dan Jabatan sebagai Amanah dan Karunia

Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan
keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-Haqqah
Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu di akhirat kelak akan
mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut sebagai
amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata karena kehebatan
seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya bukan dimaksud untuk
kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan orang lain. Karena harta dan
jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan
dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.

Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal ayat 28:

‫َوا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوأَ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر َع ِظي ٌم‬

Dan ketahuilah, bahwahartamu dan anak-anakmuituhanyalahsebagaicobaan, dan


sesungguhnya di sisi Allah-lahpahala yang besar.

Juga Firman Allah pada Surat At-Taghabun ayat 15:

ِ ‫إِن َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع‬


‫َظي ٌم‬

Sesungguhnyahartamu dan anak-anakmuhanyalahcobaan (bagimu): di sisi Allah-


lahpahala yang besar.

Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah karunia Allah yang sangat
baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ia
akan menjadi fitnah dan bencana.

Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat dan
barokah, sedangkan harta dan jabatan yang disalahgunakan atau diperoleh dengan tidak halal
akan menjadi fitnah bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:

‫) من حديث عمرو بن العاص رفعه "نعم‬17763( " ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فيما رواه اإلمام أحمد في "مسنده‬
َ ‫فقد قال‬
‫المال الصالح للرجل الصالح" وإسناده صحيح‬.

Rasulbersabda :Sebaik baik harta yang solehadalah yang dimiliki oleh orang yang soleh.
HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan sohih Ibnu Hibban
8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini adalah sohih.
B. Kewajiban Mencari harta

Tidak dapat diingkari bahwa harta sangat berguna buat manusia, bahkan bukan hanya
untuk kehidupannya di dunia, tetapi juga untuk kepentingan di akhirat. Kepentingan di dunia
maksudnya seperti untuk makan, minum, pakaian, rumah tempat tinggal, biaya pengobatan,
pendidikan dan sebagainya. Sedangkan kepentingan akhirat maksudnya seperti untuk bisa
kita berinfak, berzakat, berwakaf, menunaikan ibadah haji dan sebagainya.

Oleh sebab itu manusia diperintahkan untuk bekerja keras atau berusaha dalam rangka
mencari harta buat kebahagiaannya dunia akhirat. Hal ini antara lain difahami dari Firman
Allah pada Surat Al-Mukminun ayat 3 dan 4 yang berbunyi:

Artinya:

3. dan orang-orang yang menjauhkandiridari (perbuatan dan perkataan) yang tiada


berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,

Dan Firman Allah pada Surat Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi:

77. dancarilahpadaapa yang telahdianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)


negeriakhirat, dan janganlahkamumelupakanbahagianmudari (kenikmatan) duniawi dan
berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telahberbuatbaik, kepadamu, dan
janganlahkamuberbuatkerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

C. Sikap Terhadap Harta dan Jabatan

Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT, maka kita
harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib berupaya dan berusaha
mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai bahagian dari modal hidup,
namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena
itu kita tidak harus ambisus untuk memperolehnya.

Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang maslahat
kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan bahwa ia juga tidak
boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yabg
tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh,
sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 :

Artinya:

54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Artinya:
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
Amat zalim dan Amat bodoh.

D. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan bahkan
didayagunakan di Jalan alah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab dan sesuai
dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta misalnya hendaklah digunakan selain
untuk kemaslahatan kehidupan duniawi, juga harus digunakan sebagai infak atau belanja
untuk akhirat.

Sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Munafiqun ayat 10 :

10. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"

Apabila harta telah di belanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan mengalir
terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila yang dibelanjakan
itu bertahan lama zat nya atau yang disebut sebagai wakaf, ini sesuai dengan sabda Nabi
SAW yang berbunyi:

‫ ِع ْل ٍم‬:‫ث‬
ٍ ‫ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل‬، ُ‫ " إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َسان‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ح يَ ْدعُو لَهُ "[تعليق المحقق] إسناده صحيح‬ َ ‫ أَوْ َولَ ٍد‬،ُ‫ص َدقَ ٍة تَجْ ِري لَه‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ْ‫ أَو‬،‫يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬

Artinya:
Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal
dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan,
sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR
Ad-Darimi dan tirmidzi. (SunanDarimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat kelak
jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-
Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:

13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah
kitab yang dijumpainya terbuka.

34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.

Anda mungkin juga menyukai