PENDAHULUAN
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan
terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1 Januari 2016,
hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan gerakan tanah yang
berkembang menjadi banjir bandang. Tepat pada 2 Januari 2016 Kabupaten Jember banjir
bandang melanda kecamatan Panti. Banjir bandang yang terjadi di malam hari tersebut
membawa serta lumpur, bebatuan-bebatuan besar serta membawa kayu dari atas gunung
khususnya di sekitar bantaran Kali Dinoyo dan Kali Putih. Lima desa yang dilaluinya
hancur diterjang lumpur, kayu dan bebatuan, yaitu Desa Kemiri, Suci, Pakis, Gelagahwero
Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir. Dari data
BPS Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari 2016
mengakibatkan 76 orang meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang mengungsi dan 36
rumah hanyut, 2.400 rumah rusak, 6 jembatan putus serta 140 ha sawah rusak terendam
lumpur.
Banjir yang terjadi di awal tahun 2016 tersebut banyak menyebabkan korban jiwa, 57
orang meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan sekitar 300 orang masih
terisolasi (Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2017, banjir kembali terjadi di beberapa
wilayah di Kabupaten Jember salah satunya wilayah Panti dan Rambipuji (Surya Online,
2009). Di awal tahun 2011, sekitar awal bulan maret banjir kembali terjadi di Kecamatan
Panti Kabupaten Jember. Banjir yang terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang
luka, ratusan rumah rusak, dan satu rumah hancur total (Kompas.com, 2016). Hal ini
membuktikan kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya
banjir.
Pemukiman penduduk di Desa Kemiri berada di lereng gunung dan berkelok di sepanjang
tebing sungai. Selain sungai-sungai kecil, dua sungai besar mengapit Desa Kemiri, sungai
Dinoyo dan Kali Putih, membuat masyarakat tidak terlalu banyak pilihan untuk tempat
masyarakat terhadap bencana, khususnya bencana longsor dan banjir bandang terutama
Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya
manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan
komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan
akurat untuk menekan korban dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam
upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa setempat.
pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian risiko, monitoring
dan reporting risiko.
Bagaimana gambaran risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan
Menganalisis risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember?
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teorttis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
Kesehatan Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terkait
1. Bagi Instansi/Desa
agar mengurangi risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat dapat lebih
Jember
Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko bencana
4. Bagi Penulis
Diharapkan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam merencanakan,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik,
sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi
apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya.
Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik
1. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua
kejadian yang menimbulkan kerugian.
2. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada
sebuah organisasi.
3. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu
kerugian.
Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola bencana dengan baik.
Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti tejadinya dan tidak diketahui kapan
akan terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan
langkah pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana
1. Kesiapsiagaan
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka
yang dimiliki diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan
akibat suatu bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif
1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana
misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat rancanagan
2. Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar
mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat
diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
3. Pendekatan admisnistratif
1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana
2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industry berisiko
tinggi.
4. Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana.
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana
sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti
tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar
1. Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap darurat antara
lain:
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya,
sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena
Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula
ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak
1. Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi bencana
yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena
itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai
jenis bencana.
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan
2 Rekonstruksi
dan budaya, tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko
2. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB
analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan
yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana
dan data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat
atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin
tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya.
Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
1. jumlah korban;
seperti berikut:
Dampak
Probabilitas
1 2 3 4 5
5
Tanah
4 Banjir
longsor
3 kekeringan
Puting
2
beliung
Gempa bumi
1
dan tsunami
Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu
ditangani.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah
sebagai berikut:
1. Identifikasi bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu
daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam,
aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi
bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.
BAB 3
PEMBAHASAN
Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini memiliki luas
wilayah 1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun yaitu, Dusun Delima, Dusun
Kantong, Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun Sodong, Dusun Danci, dan Dusun
Tenggiling. Sebelah utara desa berbatasan dengan Pegungan Argopuro, sebelah timur desa
berbatasan dengan Desa Sukorambi, sebelah selatan desa berbatasan berbatasan dengan
Desa Serut dan Desa Suci, dan sebelah barat desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil
Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha dan 80 %
perbukitan atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar lahan di Desa Kemiri
digunakan sebagai lahan perkebunan. Perkebunan tersebut terdiri atas perkebunan daerah
(700.000 Ha) dan perkebunan swasta (350.000 Ha). Lahan yang digunakan untuk sawah
pertanian seluas 290.584 Ha. Sedangkan lahan untuk pemukiman dan pekarangan
memiliki luas 142.500 Ha. Sisanya untuk Tegalan dengan luas 94.000 Ha dan kuburan
1. Prasarana pendidikan
1. Prasarana Kesehatan
1. Identifikasi risiko
Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan identifikasi
risiko. Keberhasilan suatu proses manajemen risiko bencana sangat ditentukan oleh
kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua risiko dan penyebab bencana.
Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko sebanyak
mungkin. Dalam manajemen risiko bencana, identifikasi risiko dapat dimulai dari
2. Terdapat dua sungai 2. Jumlah buta huruf tanggap bencana
terkikis/longsor
1. Penilaian risiko
Dampak
c. Probabilitas
1 2 3 4 5
5
4 BANJIR
3
2
1
Keterangan :
Untuk dampak memiliki nilai 3, yakni masuk ketegori sedang (40-60% wilayah
rusak).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-11.-bab–
n.pdf
http://unej.ac.id/