Anda di halaman 1dari 3

Akuntansi Multiparadigma

Sebagai seorang mahasiswa jurusahan akuntansi tentu saja pernah mendengar dari
beberapa teman, kakak kelas maupun dosen bahwa akuntansi merupakan sebuah ilmu yang
belum memiliki muara yang jelas. Ada yang mengatakan akuntansi merupakan sebuah sain
karena akuntansi menggunakan angka pasti dan memiliki rumus-rumus tertentu dalam
melakukan perhitungan. Lainnya ada juga yang mengatakan akuntansi itu termasuk ilmu social,
karena akuntansi memiliki bagian untuk mempelajari perilaku seseorang dalam sebuah
perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Akan tetapi kenyataannya akuntansi di
Indonesia masuk kebagian ilmu sosial,dengan ekonomi sebagai generalisasinya. Hal ini dapat
dilihat dari akuntansi merupakan bagian dari jurusan yang tersedia disetiap fakultas ekonomi di
seluruh Indonesia.
Ada banyak pengertian akuntansi menurut para ahli dan lembaga-lembaga Akuntansi
yang ada, seperti : AICPA, AAA, Charles T. Hornggren dan Waler T. Harrison, Warren,
Littleton di Muhammad, Abubakar. A & Wibowo dan masih banyak lainnya. Akan tetapi saya
pribadi sangat menyukai pengertian akuntansi menurut wegant, kieso, kimmel dalam bukunya
introduction to accounting buku akuntansi di bangku perkuliahan yang saya baca. Akuntansi
adalah indentivikasi, pencatatan dan mengkomunikasikan (weagandt,kieso kimmel 2010). Dalam
bukunya Accounting Principle 12th menjelaskan inti dari akuntansi adalah identivikasi,
pencatatan dan mengkomunikasikan. Indentivikasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi
segala kegiatan ekonomi pada tanggal neraca atau setelah tanggal tersebut. Pencatatan,
pencatatan yang dilakukan adalah membuat jurnal, buku besar, trial balance, dan laporan
keuangan. Mengkomunikasikan, terakhir mengkomunikasikan identifikasi kegiatan ekonomi
yang terjadi dan seluruh laporan yang telah dibuat kepada stakeholders. Dari penjelasan ini saya
mulai sedikit memahami bahwa akuntanis adalah sebuah alat untuk mengambil keputusan.
Kemudian akuntansi dapat dipandang sebagai praktek dan teori. Akuntansi yang
dipraktikkan dalam suatu tempat merupakan sebuah hasil dari rancangan dan pengembangan
untuk mencapai suatu tujuan sosial tertentu, Praktik akuntansi tersebut tentu dipengaruhi oleh
berbagai hal yang ada disekitarnya, seperti factor sosial, ekonomi, politis, dan lainnya. Hal inilah
yang menyebabkan praktik akuntansi dalam suatu tempat berbeda dengan tempat lainnya. Untuk
melaksanakan suatu praktik akuntansi yang baik, tidak cukup hanya mempelajari akuntansi
secara praktik saja. Hal ini dikarenakan dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan,
asumsi dasar, konsep, penjelasan, dan lainnya yang semuanya berasal dari teori akuntansi. Teori
akuntansi sendiri merupaan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengapa praktik akuntansi
berjalan seperti sekarang. Jadi akuntansi bisa dipandang sebagai praktek ketika penerapa
akuntansi itu berada disebuah tempat yang dipengaru factor lingkungan, atau ciri khas tempat
tersebut, namun tetap melandasinya melalui teori akuntansi yang telah ada. Di dalam praktik
akuntansi terdapat beragam permasalahan yang harus diselesaikan. Penyelesaian permasalahan
tersebut tentu tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman semata, namun untuk
mencapai praktik akuntansi yang abaik diperlukan andasan teori. Jadi teori akuntansi merupakan
bagian penting dari praktik akuntansi. Pengetahuan terhadap teori akuntansi akan mengimbangi
keterbatasan pengalaman dan kemampuan praktis dalam menyelesaikan masalah.
Perkembangan praktik akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan teori
akuntansi itu sendiri. Ghozali (2004) membagi pergeseran akuntansi kedalam tiga decade yakni
perkembangan teori akuntansi normative, teori akuntansi positif serta pendekatan sosiologi
akuntansi. Perkembangan ini sangat berkaitan erat dengan fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat . Pada awalnya akuntansi dikatakan sebagai sebuah seni dan media pencatatan
transaksi keuangan perusahaan sehingga dikatakan sebagai sekedar alat pelaporan. Akan tetapi
ketika terjadi riset gap antara teori akuntansi yang diajarkan di berbagai perguruan tinggi dan
secara empiris berbeda dengan apa yang seharusnya terjadi menurut perusahaan, maka timbul
perngerseran perkembangan akuntansi dari pendekatan teori normative ke teori akuntansi positif
atau paham positif. Didalam perkembangannya akuntansi positif menyatakan akuntansi sebagai
ilmu bebas nilai. Hal ini kemudian menimbulkan kritik sehingga akuntansi bermetamorfosa
dengan menggunakan pendekatan sosiologi yang sarat dengan nilai. Pendekatan sosiologi
akuntansi adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada pengaruh sosial yang timbul dari
teknik-teknik akuntansi terhadap kesejah teraaan sosial di lingkungan tempat akuntansi
diterapkan. Adanya perbedaan cara pandang terhadap akuntansi yang bebas nilai atau sarat
dengan nilai, maka lahirlah sebuah pandangan yang berbeda-beda terhadap akuntansi itu sendiri
yang sering sisebut dengan paradigma (Ghozali 2004).
Variasi pemahaman tersebut dikenal dengan istilah paradigm yaitu sudut pandang
seseorang atas suatu obyek. Paradigma penelitian dibagi ke dalam lima bagian yakni pradigma
positif, paradigm interpretives, paradigm kritis, paradigm posmodernis dan paradigma spiritualis
(Triyuwono 2013). Paradigma-paradigma yang dibagun oleh para peneliti inilah yang disebut
dengan multiparadigma. Jadi dapat saya simpulkan bahwa akuntansi multiparadigma merupakan
pandangan yang dibangun lebih dari satu oleh seorang peneliti untuk memecahkan sebuah
masalah akuntansi yang berada di suatu tempat tertentu. Hal yang paling penting dalam berpikir
multiparadigma meyakini adanya kebenaran yang relative. Ini dikarenakan kebenaran itu terbatas
oleh ruang dan waktu tidak seutuhnya benar jika dipandang pada suatu waktu dan tempat yang
berdeda. Diharapkan dengan perkembangan praktik akuntansi berbasis multiparadigma, maka
paradigma-paradigma yang ada tidk akan saling menjatuhkan atau menyatakan satu paradigm
yang paling cocok dengan meniadakan paradigma lainnya. Sebaliknya justru akan lebig baik
jika semua paradigm saling berinteraksi atau bersinergi sehingga menghasulkan suatu kekuatan
baru, Triyuwono (2006) menyatakan sebagai sinergi oposisi biner.
Jadi akuntansi multiparadigma menurut saya sangat baik untuk diterapkan disuatu tempat
yang memiliki masalah yang komplek dan holistik, sehingga membantu untuk memcahkan
sebuah masalah bukan hanya dari satu sudut pandang, akan tetapi dari beberapa sudat pandang
yang bersinergi antara satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya saya menyimpulkan sendiri
mengapa akuntansi masuk kedalam ilmu sosial dan bukan ilmu pasti. Hal ini disebabkan praktik
akuntansi yang selalu terpengaruh oleh factor lingkungan dimana tempat akuntansi tersebut
diterapkan, namun praktik akuntansi yang diterapkan disuatu tempat tidak akan berjalan baik
tanpa adanya teori sebagai sebuah asumsi dasar, konsep dan penjelasan dan lainnya yang
menyebabkan pengetahuan atas teori akuntansi yang memadahi akan membantu mengimbangi
keterbatasan pengalaman dan kemampuan praktis dalam menyelesaikan sebuah masalah. Oleh
sebab itu sebuah teori akan selalu berkembang dan tidak akan pernah benar seutuhnya (kekal),
karena kebenaran pada dasarnya adalah relative. Kebenarn dikatakan menjadi bentuk seutuhnya
ketika kebenaran itu kembali pada sumbernya yaitu TUHAN.
Daftar Rujukan
Ghozali,Imam. 2004. Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif 
Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi di Indonesia. Pidato Pengukuhan
Guru Besar. Universitas Diponogoro. Semarang.  
Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, Dan Teori Akuntansi Syariah. Edisi Satu. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta 2013.
Weagant, Kieso, Kimmel. 2010. Accounting principle 12th. Wiley

Anda mungkin juga menyukai