Anda di halaman 1dari 21

Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan Plasenta Previa

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu :
Ns. Dwi Susilawati, S.Kep., M.Kep.,Sp. Mat

Disusun Oleh:
KELOMPOK I
1. Feri Cahyanto 22020116183001
2. Maria Ngongo 22020116183003
3. Widya Pratiwi 22020116183009
4. Tarmuji 22020116183011

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan
saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya
tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama
harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga
atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami
perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka
datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera
dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan
cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat
membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien
plasenta previa.
b. Mahasiswa dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa
keperawatan pada klien  plasenta previa.
c. Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta
previa. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
LANDASAN TEORI
 
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan ostium uteri internal
(OUI). (FK Unpad, 2012)
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di
bagian atas uterus. (Sarwono Prawirohardjo. 2007)
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen
bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan
plasenta yang sempurna menutupi os serviks. (Helen Varney. 2007)

2. Klasifikasi Plasenta Previa


Menurut Chalik (2008), plasenta previa dapat digolongkan
menjadi empat bagian, yaitu :
a. Plasenta previa totalis/komplit.
Adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis.
Adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
c. Plasenta previa marginalis.
Adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
d. Plasenta letak rendah
Yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Menurut Perisaei, Sheilendra, Pahay, Rian (2008) plasenta previa
dapat dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound,
yaitu :
a. Derajat I : Plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim
b. Derajat II : Plasenta sudah mencapai ostium uteri internum
c. Derajat III : Plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri
internum
d. Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen bawah
rahim.
Menurut De Snoo dalam Mochtar (1998), klasifikasi plasenta
previa berdasarkan pembukaan 4 – 5 cm , yaitu :
1) Plasenta previa sentralis atau totalis; bila pada pembukaan 4-5 cm
teraba placenta menutupi seluruh ostea.
2) Plasenta previa lateralis; bila pada pembukaan 4-5 cm, sebagian
pembukaan ditutupi oleh placenta.
 Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian belakang.
 Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian depan.
 Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil/hanya pinggir
ostea yang ditutupi placenta.

Gbr. Jenis Klasifikasi Plasenta Previa


3. Etiologi
a. Umur dan paritas
1) Pada primigravida umur >35 tahun lebih sering dibandingkan
umur < 25 tahun
2) Pada multipora lebih sering
b. Endometrium hipoplastis: kawin dan hamil umur muda.
c. Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, curettage, dan manual plasenta.
d. Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
f. Kadang-kadang pada malnutrisi
 
4. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen
bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa.
Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga
menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum
uteri, akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat
berdekatan dengan ostimintenum. Plasenta yang letaknya demikian akan
diam di tempatnya sehingga terjadi plasenta previa.
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekannya plasenta
(apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim ).Pelebaran pada segmen
bawah uterus dan pembukaan servik akan menyebabkan bagian plasenta
yang diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus. Segmen
bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III.
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
(Dehes, 2013) 

5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari plasenta previa dan terjadi
pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik
dari plasenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia
dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut.
Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya
terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan
berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa
faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding
rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan
Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh
dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis
dari plasenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan
probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang
dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari plasenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis
pada wanita-wanita dengan plasenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvis mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
 
7. Komplikasi
a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis,
polip, keganasan, laserasi/troma)

9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
a. Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum
optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan karena perdarahan
pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya.
Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total dirumah sakit,
dengan persiapan transfuse darah dan operasi sewaktu-waktu. Akan
tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah dilakukan pemeriksaan
dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan
yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan
mana yang akan dipilih:
1) jenis plasenta previa
2) banyaknya perdarahan
3) KU ibu
4) Keadaan janin
5) Pembukaan jalan lahir
6) Paritas
7) Fasilitas rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut, ada 2 pilihan
persalinan:
1) Persalinan Pervaginam
a) Amniotomi
Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
 Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak
ada pembukaan
 Pada primigravida dengan plasenta previa
lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm
 Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.
Keuntungan amniotomi pada plasenta previa:
 Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan
menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan
berkurang/berhenti
 Partus berlangsung lebih cepat
 Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti
cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi
plasenta yang lepas.
2) Persalinan Perabdominal dengan SC
Indikasi SC pada plasenta previa yaitu:
a) semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b) semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol
c) semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan
tidak berhenti dan plasenta previa dengan panggul sempit,
letak lintang.
10. Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu
karena plasenta previa rendah sekali atau tidak sama sekali. Sejak
diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal
berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini
kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan
utama.
Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu ,
yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita, sehingga
beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia kebidanan
mutakhir masih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunam Wiilett,
dan versi Braxton-Hicks. Tindakan ini juga sekurang-kurangnya masih
dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitas seksio
sesarea belum ada. Dengan demikian tindakan-tindakan itu lebih banyak
ditujukan demi keselamatan ibu daripada janinnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, dan medical record.
b) Keluhan utama: gejala pertama perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu atau trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
 Sebab perdarahan; plasenta dan pembuluh darah yang
robek; terbukanya osteum manipulasi intravaginal atau
rektal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan plasenta.
c) Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak.
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.

2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar  perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH).
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan.
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi.
 Rencana menyusui bayi.

b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual pada janin.

d) Riwayat Penyakit dan Operasi


Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena
itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada
persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.

3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu
hamil:
Rambut dan kulit
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
Mata : pucat, konjungtiva tampak anemis
Hidung
Gigi dan mulut
Leher
Payudara
 Peningkatan pigmentasi areola puting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
napas.
 Diafragma meningkat.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
Abdomen
 Menentukan letak janin.
 Menentukan tinggi fundus uteri.
Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan (tanda Chandwick).
 Hipertropi epithelium.
Sistem musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur.
 Gaya berjalan yang canggung.
 Terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rektal.
Aktifitas
 Kemampuan Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan
dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
 Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring,
duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai
berikut:

Tingkat Aktifitas/ Mobilisasi Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

b) Khusus
Tinggi fundus uteri.
Posisi dan persentasi janin.
Panggul dan janin lahir.
Denyut jantung janin.
Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan sebagai
acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan
janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak
jantung janin normal permenit yaitu 120-160 x/menit.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu
hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu. Gambaran DJJ sebagai berikut:
 Takikardi berat : detak jantung di atas 180 x/menit
 Takikardi ringan : antara 160-180 x/menit
 Normal : antara 120-160 x/menit
 Bradikardi ringan : antara 100-119 x/menit
 Bradikardi sedang : antara 80-100 x/menit
 Bradikardi berat : kurang dari 80 x/menit

Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam


pemeriksaan DJJ adalah sebagai berikut:
 Stetoskop Laennec
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat
mendengarkan detak jantung janin secara manual oleh
pemeriksa yang dapat digunakan pada usia kehamilan
17-22 minggu. Cara pemeriksaan menggunakan laennec:
 Baringkan ibu hamil dengan posisi telentang.
 Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi
punggung janin.
 Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung
janin.
 Hitung total detak jantung janin.
 Catat hasil dan beritahu hasil pada klien.
 USG (Ultrasonografi)
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang
suara yang memiliki frekuensi tinggi (250 kHz-2.000
kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar
monitor.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya. ( Nanda 00146, hal.343)
c. Risiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
d. Intoleransi aktifitas b.d tirah baring. (Nanda 00092, hal. 241)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan kardiak output Setelah dilakukkanya tindakan 1. Kaji dan catat TTV, TD serta
berhubungan dengan keperawatan 2 X 24 jumlah perdarahan.
perdarahan dalam jumlah jam diharapkan penurunan 2. Bantu pemberian pelayanan
yang besar kardiak output tidak terjadi atau kesehatan atau mulai sarankan
teratasi dengan kriteria hasil : terapi cairan IV atau terapi
1. Volume darah intravaskuler transfusi darah sesuai
dan kardiak output dapat kebutuhan.
diperbaiki sampai nadi,
tekanan darah, nilai
hemodinamik, serta nilai
laboratorium menunjukkan
tanda normal
2 Ansietas berhubungan NOC hal. 572. NIC 498, pengurangan kecamasan
dengan ancaman status Setelah dilakukan tindakan dengan intervensi sebagai berikut :
terkini.. ( Nanda 00146, keperawatan selama 3 x 24 hal. 319
hal.343) diharapkan ansietas klien dapat 1. Gunakan pendekatan yang
berkurang dengan kriteria hasil: tenang dan meyskinkan.
1. Klien dapat beristirahat 2. Nyatakan dengan jelas harapan
2. Klien tidak menunjukkan terhadap perilaku klien
perasaan gelisah. 3. Jelaskan semua prosedur
3. Wajah tegang klien termasuk sensasi yang akan
berkurang. dirasakan yang mungkin akan
4. Kesulitan dalam dialami klien selama prosedur.
menyelesaikan masalah 4. Pahami situasi krisis yang
menjadi ringan. terjadi dari perspektif klien.
5. Klien dapat 5. Berikan informasi faktual
mengungkapkan rasa cemas terkait diagnosis, perawatan
secara lisan menjadi ringan. dan prognosis.
6. TTV normal 6. Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
7. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat.
8. Dengarkan klien
9. Kuatkan perilaku klien yang
baik secara tepat.
10. Dorong verbalisalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi.
12. Kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan
13. Observasi TTV

3. Resiko tinggi cedera Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah yang hilang.
(janin) b/d hipoksia 1. Menunjukkan profil darah Pantau tanda/gejala syok.
jaringan/ organ,profil dengan hitung SDP, Hb, 2. Catat suhu, hitung SDP, dan
darah dan pemeriksaan koagulasi bau serta warna rabas vagina,
abnormal,kerusakan DBN normal. dapatkan kultur bila
system imun. dibutuhkan.
3. Catat masukan/haluaran urin.
Catat berat jenis urin.
4. Berikan heparin, bila
diindikasikan
5. Berikan antibiotic secara
parenteral
4. Intoleransi aktifitas b.d NOC hal. 582 Manajemen Energi, NIC 0180 hal.
tirah baring. (Nanda Setelah dilakukan tindakan 177
00092, hal. 241) keperawatan 3x24 jam 1. Kaji status fisiologis pasien
diharapkan intoleransi aktifitas yang menyebabkan kelelahan
klien dapat teratasi dengan sesuai dengan konteks usia
kriteria hasil: dan perkembangan.
1. Frekuensi nadi ketika 2. Anjurkan pasien
beraktifitas menjadi tidak mengungkapkan perasaan
terganggu. secara verbal mengenai
2. Frekuensi pernapasan keterbatasan yang dialami.
ketika beraktifitas menjadi 3. Gunakan instrumen yang valid
tidak terganggu. untuk mengukur kelelahan.
3. Tekanan darah diastolik 4. Tentukan jenis dan banyaknya
ketika beraktifitas menjadi aktivitas yang dibutuhkan
sedikit terganggu. untuk menjaga ketahanan.
4. Kekuatan tubuh bagian atas 5. Monitor intake asupan nutrisi
menjadi tidak terganggu. untuk mengetahui sumber
5. Kekuatan tubuh bagian energi yang adekuat.
bawahmenjadi tidak 6. Monitor waktu dan lama
terganggu. istirahat.
7. Anjurkan tidur siang bila
diperlukan.
8. Bantu pasien untuk untuk
menjadwalkan periode
istirahat.
9. Hindari kegiatan perawatan
selama jadwal istirahat pasien.
10. Bantu pasien identifikasi
pilihan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi
embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan
kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga
meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam
perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
Daftar Pustaka

FKUI. 2005.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius


FK-Unpad. (2012) Obstetri Patologi, Elstar offset, Bandung
Ladewig, Patricia W. 2006.Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru
Lahir,Ed.5.Jakarta :EGC
Prawiroharjo,Sarwono.2006.Ilmu Kandungan.Jakarta : YBP - SP
Prawiroharjo,Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :YBP – SP
Prawiroharjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Stright,Barbara R.2005.Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir.E / 5.Jakarta : EGC
Varney,Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4 Vol.1.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai