B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah mengetahui pengelolaan staf yang efektif baik secara
kuantitas maupun kualitas
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang proses atau tahapan pengelolaan staf (rekrutmen-
pengembangan staf)
b) Mengetahui metode perhitungan dalam ketenagaan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MANAJEMEN/PENGELOLAAN STAF
1. Definisi pengelolaan/manajemen staf
Pengelolaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar dan titik
tolak dari kegiatan pelaksanaan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi
apabila proses pengelolaan dilakukan dengan baik akan memberikan jaminan
pelaksanaan kegiatan menjadi baik sehingga mencapai tujuan organisasi yang
berdaya guna dan berhasil guna.
Manajemen sumber daya manusia adalah manajemen yang menyangkut
pengerahan dan seleksi karyawan, uraian tugas, pendidikan pelatihan dan
pengembangannya.
2. Fungsi staffing
Fungsi staffing mencakup memperoleh, menempatkan, dan mempertahankan staf
pada posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan keperawatan
Kebutuhan Spesifikasi
Pekerja Pekerjaan
Pegawai yang
diterima
C. ORIENTASI STAF
1) Pengertian
Orientasi adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan
lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi organisasi tata laksana,
kebijakan, tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang bagi pegawai baru.
Perawat yang telah lulus dalam tes seleksi penerimaan pegawai baru maka
akan mengikuti kegiatan orientasi. Orientasi dilakukan disemua unit yang ada
dirumah sakit dan selama beberapa waktu agar semua pegawai baru dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru. Perawat khususnya
perawat ICU dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan, daya analisa dan
tanggungjawab yang tinggi, mampu bekerja mandiri, membuat keputusan
yang cepat dan tepat, serta berkolaburasi dengan tim kesehatan lainnya
(Depkes RI, 2006). Menurut harmon dalam Gillies (1986) orientasi menekan
perubahan moral yang terjadi dari status siswa perawat ke status pegawai.
Cherie dan Gebrekidan (2013) menyatakan masa orientasi menjadi hal yang
penting bagi tenaga baru khususnya tenaga perawat baru, dimana akan
memberikan keuntungan antara lain membangun pengertian karyawan akan
organisasi rumah sakit, membantu memperoleh penerimaan oleh rekan
perawat lainnya, memberikan pemahaman tentang budaya kerja serta
memberikan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif. Sunyoto (2013)
menyatakan bahwa orientasi merupakan suatu program untuk
memperkenalkan karyawan baru pada peran-peran mereka, kebijakan,
organisasi, keyakinan dan nilai-nilai organisasi serta pada lingkungan dan
teman kerja yang baru. Menurut Smaley 2000, orientasi yang buruk dapat
menyebabkan pegawai baru mengundurkan diri sewaktu-waktu atau
menimbulkan masalah dimasa mendatang.
2) Sasaran Program Orientasi
Sasaran program orientasi adalah setiap perawat baru yang telah lolos
seleksi penerimaan yang akan bekerja di Rumah Sakit atau karena pindah
ruangan di dalam rumah sakit.
3) Langkah-langkah program orientasi
a) Orientasi Organisasi
Struktur organisasi dan tata kelola pelayanan di rumah sakit
Visi, Misi, dan tujuan organisasi dan pelayanan di rumah sakit
Jenis-jenis pelayanan yang tersedia
Fasilitas-fasilitas yang yang tersedia
Prosedur yang digunakan untuk pemeliharaan fasilitas-fasilitas
rumah sakit
Sistem pengamanan dan ketertiban termasuk peraturan di rumah
sakit
b) Orientasi tentang kebijakan manajemen sumber daya manusia
Hak dan kewajiban pegawai (insentif, libur, cuti, pensiun,
kesejahteraan)
Sistem penghargaan/reward dan sanksi
Sistem pengembangan staf
Sistem evaluasi kinerja staf
c) Orientasi tugas personal perawat
Program pelaksanaan asuhan keperawatan
Diskripsi pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Batas kewenangannya dan Kode etik profesi keperawatan
Prosedur-prosedur keperawatan ( tindakan-tindakan keperawatan,
infeksi nosokomial/HAIs, tindakan pre dan post operasi, dll)
Menurut Robbins (2010), ada dua jenis orientasi yaitu orientasi unit kerja yang
memperkenalkan karyawan dengan unit kerja, menjelaskan pekerjaannya dan
pengenalan dengan rekan kerjanya sehingga nantinya mereka akan berkontribusi
terhadap kemajuan organisasi. Orientasi organisasi menginformasikan karyawan baru
tentang sasaran organisasi, filosofinya, prosedur dan peraturan organisasi serta
kebijakan sumber daya manusia yang relevan. Program orientasi memberikan
informasi yang dibutuhkan tentang aturan perumahsakitan atau organisasi berupa visi,
misi, filosofi, standar Operasional kerja, standar praktik, peraturan-peraturan, serta
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Dengan mengetahui gambaran kerja yang akan
dilaluinya, seorang perawat baru dapat menghindari kesenjangan yang timbul antara
apa yang diharapkan dari pekerjaan barunya dengan kenyataan yang ada ( Dessler
1997).
4) Orientasi lapangan
Setelah mendapatkan materi di kelas, pegawai baru tersebut melakukan orientasi ke
lapangan di semua ruangan rawat inap dan rawat jalan serta instalasi di lingkungan
rumah
5) Orientasi khusus ruangan pegawai baru akan ditempatkan
Pengorganisasian dan tata ruang
Standar Pelayanan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan
Fasilitas-fasilitas dan peralatan yang tersedia
Perkenalan dengan semua staf di ruangan
Tugas dan tanggung jawab serta wewenangnya dalam ruangan baru
tersebut
Prosedur yang ada baik administrasi maupun tindakan klinis
keperawatan yang berlaku di ruangan.
Model penugasan, tata cara kerja dan hal-hal lain yang berlaku
6) Evaluasi
Evaluasi dalam program orientasi sangat penting karena untuk mendapatkan
hasil kerja klinis yang profesional. Proses adaptasi dan perkembangan perawat baru,
baik dalam hal kemampuan dan perilakunya menjadi tanggung jawab Kepala ruangan,
sehingga perlu adanya supervisi untuk merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,mengevaluasi
berkesinambungan setiap perawat dengan sabar, adil, serta bijaksana sehingga setiap
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, aman, cepat, dan tepat
secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan dari perawat . Seperti
pendapat Gillies 1989 supervisi yang diterapkan pada masa orientasi oleh seorang
atasan langsung membuat perawat pelaksana mengerti standar pelaksanaan kerja lebih
baik dibanding siapapun, oleh karena dengan supervisi seorang atasan dapat
memberikan penilaian langsung kepada bawahan yang terlibat langsung dalam
program orientasi. Evaluasi perlu diadakan setiap satu minggu sekali untuk
mengetahui kemajuan yang diharapkan selama periode 3 bulan. Seperti yang
dicontohkan oleh O’neal 1986 bahwa orientasi 2 minggu dapat diterapkan di unit
rawat intentif, unit kebidanan, 4 minggu di unit bedah dalam dan anak. Adapun
Minor & Thompson, 1981 juga mengatakan program orientasi tiga bulan diberikan
kepada semua perawat untuk mempercepat proses adaptasi selama masa transisi dari
status siswa ke status pegawai. Untuk mempermudah pelaporan evaluasi dilakukan
dengan menggunakan alat evaluasi (check-list) yang disesuaikan dengan
kebutuhan/standar rumah sakit.
7) Laporan Orientasi
Kepala ruang membuat laporan orientasi untuk mendapatkan data yang
objektif tentang kemampuan yang telah dicapai oleh setiap perawat baru yang telah
melakukan orientasi, yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
Keterangan :
A : Jam efektif /24 jam
B : BOR x jumlah tempat tidur
C : Jumlah hari libur
Dengan catatan :
1) Ada satu jam pengganti
2) Jam kerja efektif 7 jam/hari.
3) Libur hari minggu = 52 hari
4) Cuti tahunan = 12 hari
5) Libur Nasional = 14 hari
6) Cuti hamil rata-rata = 29 hari
7) Sehingga keseluruhan hari libur berjumlah 78 hari.
Faktor Koreksi = 15 +4 X 25
100
= 4,75 = 5 orang
Head Nursing
Nursing Staff Nursing Staff Nursing Staff
Menurut Kron & Gray, model tim mengandung 2 konsep utama yang harus
ada yaitu kepemimpinan dan komunikasi efektif.
Keuntungan model tim :
a. Pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Perbedaan pnendapat/konflik antar staf dapat di tekan melalui rapat tim
c. Memberikan kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal dan
menyatukan perbedaan dengan aman dan efektif
Kekurangan :
a. Memerlukan waktu untuk rapat tim, sehingga pada waktu sibuk rapat di
laksanakan secara terburu-buru dimana hasilnya komunikasi dan koordinasi
antar anggota terganggu
b. Perawat yang belum terampil dan berpengalaman selalu bergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Associate
nurse (night)
Associate
nurse Associate
Primary nurse nurse
Patient/klien
physichian
Di Rumah sakit X memiliki ruang ICU dengan kapasitas tempat tidur 8 buah
dimana rata BOR nya 4 pasien/hari dengan 2 diantaranya menggunakan ventilator.
Jumlah SDM perawat di ICU sebanyak 14 orang dengan 1 Kepala Ruang dari latar
belakang pendidikan S1 dan 13 perawat dengan pendidikan keperawatan D3. Sistem
penugasan yang diterapkan di ruangan adalah Modifikasi Tim dimana Ketua tim
bertugas pada pagi hari dan membawahi semua tim, hal ini dikarenakan jumlah SDM
dan kualifikasi SDM yang tidak memungkinkan untuk di bentuk model Tim secara
ideal.
Penjadwalan staf dibagi kedalam 4 bagian yaitu sift pagi 5 perawat termasuk
Kepala ruang, sift siang 3 perawat, sift malam 3 perawat dan yang mendapat jatah
libur sebanyak 3 orang. Kualifikasi yang wajib dimiliki perawat ICU di Rumah Sakit
tersebut adalah pelatihan PPGD, dan hanya terdapat 50% perawat yang memiliki
kualifikasi tambahan seperti pelatihan ICU. Klasifikasi jenjang karir baru saja
diterapkan sehingga semua staff dilakukan pemutihan dan digolongkan setara dengan
PK II.
B. PEMBAHASAN
Bardasarkan kasus diatas,kita dapat melakuka analisa terkait Staf dan menejemen staf
berdasarkan masing-masing elemen yang terkandung dalam pilar ke 6 ini. Analisa
yang dilakukan menggunakan sistem Where are we now, where are we going to dan
how to get there.
1. Sistem rekrutmen
a. Where are we now
Dari kasus diatas dapat dijabarkan bahwa untuk jumlah tenaga keperawatan di
ruang ICU masih belum balance dengan antara jumlah perawat dan beban kerja
yang ada diruangan tersebut.
b. Where are going to
Membentuk sistem rekruitmen yang baku untuk kopetensi perawat ICU dan
melakukan rekruitmen.
c. How do we get there
Rekrutmen merupakan gerbang utama dalam proses stafing, Kualifikasi dan
Mekanisme yang baik akan mempengaruhi dalam proses pengelolaan nantinya.
Maka perlu adanya standart dalam melakukan rekrutment.
1) Kualifikasi
a) Pendidikan minimal keperawatan D3
b) ampu menggunakan berbagai alat alat perawtan ICU
c) mampuMampu mengetahui cara pengendalian infeksi nosokomial
d) Mengetahui penggunaan antibiotik secara rasional
e) Mampu memberikan perawatan gangguan pada pasien :
Jalan nafas dan pernafasan
Kardivaskuler
Susunan saraf pusat
Saluran kemih
Sistem pencernaan
Keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU
g) Mengetahui dan mampu memberikan ALS, BLS dan resusitasi
h) Meliliki sertifikat Pelatihan
Memiliki sertifikat kegawat daruratan keperawatan seperti BTLS,
BCLS, BTCLS, BLS,PPGD, ATLS dan ATCLS
Memiliki kopetensi dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi (STR)
Memiliki Surat Ijin Praktik (SIP)
2. Sistem orientasi
Where are we now ?
Belum ada prosedur tentang sistem orientasi yang jelas pada ruangan tersebut.
Sebelumnya ruangan hanya menerapkan orientasi sederhana seperti
menjelaskan struktural ruangan, alat-alat, sistem kerja/pembagian shift dan
mekanisme timbang terima. Selain masalah diatas, lamanya masa orientasi di
masing-masing ruangan berbeda, sehingga tujuan orientasi tidak tercapai
dengan maksimal.
Where are we going to ?
Terbentuknya Prosedur tetap (SOP) pada sistem orientasi baik dari Orientasi
Rumah Sakit hingga orientasi pada ruangan.
How do we get there ?
a) Membuat SPO tentang orientasi Rumah sakit dan ruangan.
b) Materi yang disampaikan jelas tentang Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU antaralain ; model penugasan, pekerjaan, prosedur dan kebijakan
yang ada agar memahami tujuan keperawatan dan bagaimana tujuan
diterjemahkan dalam job deskripsi
c) Orientasikan tempat, fasilitas dan perlengkapan yang ada
d) Adanya sistem monitoring dan evaluasi
3. Sistem Pengembangan
a) Where are we now ?
Sistem pengembangan staff masih dalam proses untuk mengacu ke
pengembangan jenjang karier staff. Klasifikasi jenjang karir baru saja
diterapkan sehingga semua staff dilakukan pemutihan dan digolongkan
setara dengan PK II.
b) Where are we going to?
Penyusunan sistem pengembangan staff yang sesuai dengan aturan-aturan
yang ada (jenjang karier sesuai UU keperawatan) sehingga mampu
mengembangkan atau meningkatkan sumber daya manusia tidak hanya
secara kuantitaif namun juga secara kualitas demi menciptakan pelayanan
kesehatan yang bermutu.
c) How do we get there?
Secara kuantitas jumlah perawat yang dibutuhkan masih kurang. Jumlah
perawat yang ada 17 orang. Berikut hasil perhitungan jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan oleh rumah sakit diatas :
Jumlah tenaga Jumlah yang Keterangan
yang tersedia
dibutuhkan
Gillis 29 15 Kurang 15
Douglas 13 15 Cukup
Depkes 13 15 Cukup
Berdasarkan perhitungan diatas tidak terdapat kekurangan staff atau
SDM perawat di ruangan tersebut sehingga tidak perlu dilakukan
pengembangan kuantitas/rekutment SDM baru. Pengembangan yang perlu
dilakukan adalah dari kualitas SDM antara lain pengadaan pelatihan
kekritisan/kegawatan baik yang dilakukan oleh Rumah Sakit itu sendiri
ataupun pihak luar, mengadakan studi banding dengan rumah sakit setipe
atau diatasnya, mengadakan magang di rumah sakit yang lebih maju baik
dari segi pelayanan maupun lainnya, mengadakan temu ilmiah atau
penelitian bersama dengan kelompok kerja keperawatan.
Pengembangan dari sisi karier juga harus dilakukan dengan mengacu
pada sistem jenjang karier. Pada kasus penerapan pengembangan jenjang
karier sudah dilakukan yang dimulai dengan melakukan pemutihan
perawat setara dengan PK II. Perlu dikembangkan lagi prosedur untuk
kenaikan jenjang katier ke tingkat yang lebih tinggi.
4. Sistem Penugasan
a) Where are we now ?
Sistem penugasan yang diterapkan di ruangan adalah Modifikasi Tim
dimana Ketua tim bertugas pada pagi hari dan membawahi semua tim, hal
ini dikarenakan jumlah SDM dan kualifikasi SDM yang tidak
memungkinkan untuk di bentuk model Tim secara ideal. Penjadwalan staf
dibagi kedalam 4 bagian yaitu sift pagi 5 perawat termasuk Kepala ruang,
sift siang 3 perawat, sift malam 3 perawat dan yang mendapat jatah libur
sebanyak 3 orang.
b) Where are we going to ?
Penyusunan model keperawatan yang terstandart dan sesuai dengan
kondisi ruangan dimana adanya rencana penambahan SDM untuk
menciptkan pelayanan yang prima.
c) How do we get there ?
Pada kasus ditas dapat dilihat bahwa rumah sakit menerapkan sitem
penugasan “Modifikasi Tim” yang berdasarkan jumlah tenaga yang
dimiliki. Model Tim sendiri adalah suatu model penugasan dimana 1
perawat primer membawahi beberapa perawat asosiate yang masing-masing
menangani 4-6 pasien. Bentuk modifikasitim yang diterapkan rumah sakit
X dapat berubah menjadi bentuk tim yang ideal dengan perombakan
struktural tanpa penambahan jumlah staff. Peubahan meliputi adanya 2
katim pada shift pagi dimana masing-masing katim membawahi beberapa
perawat dan 1 katim shift siang dan malam masing-masing 1 . Pada shift
pagi masing-masing katim membawahi 4 perawat associate dan shift siang
malam membawahi seluruh perawat associate.
Model Tim shift siang malam
Head Nursing
Perawat 3 3 2
total 6 3 2
BAB III
KESIMPULAN
Managemen adalah suatu proses atau rangkaian tingkah laku dan aktivitas yang
dilakukan untuk membentuk sistem dan standar dalam penyediaan perawatan pasien dan
fungsi organisasi. Tujuan dari manajemen staf atau SDM adalah untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta memonitoring sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Komponen dalam stafing
dan menejemen staf meliputi proses rekrutmen, orientasi staf, pengembangan staf, sceduling
dan penugasan staf. Semua aspek ini merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi
karena masing-masing aspek ini memiliki tugas yang nantinya akan mempengaruhi
pengelolaan pada aspek berikutnya.
Pelayanan yang baik berawal dari pengelolaan staf yang baik, yang pengelolaan staf
yang baik berawal dari perumusan / perencanaan yang matang dan terstruktur. Staf dan
menejemen staf lah menjadi sarana dalam perumusan dan pengelolaan terhadap SDM yang
ada. Maka Staf dan Manajemen staf menjadi bagian penting dari 7 pilar tata kelola
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, S. 2000. Aplikasi Psikologi dalam manajemen sumber daya manusia perusahan.
Cetakan pertama. Jakarta : Pusgrafin
Cherie & Gebrekidan, 2013. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Yogyakarta:
Imperium
Depkes. 2002. Panduan penilaian kompetensi perawat, Departemen Kesehatan RI Jakarta
Depkes. 2007. Aturan penilaian kinerja perawat di Pelayanan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI Jakarta
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Jakarta: PT Prenhallindo
Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes
RI. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.
Darmayanti T, Oktamianti P. 2013. Analisis Kompetensi Perawat Ruang Intensif (Intensive
Care Unit) Rumah Sakit Umum Tabanan Tahun 2013
Ilyas, Y. 1999. Kinerja : Teori, penilaian dan penelitian Depok : Badan penerbit FKM UI
Jakarta
Gillies, D.A. 1989. Manajemen Keperawatan suatu pendekatan system. Edisi kedua
terjemahan Illinois : WB Saunders Company
Gibson, J.L 1997. Organisasi : perilaku, stuktur, proses Jakarta : Erlangga
Hanggraeni, D. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia
Hartiti, T. 2012. Program Orientasi Dan Karakteristik Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di
Rs Islam Roemani Pku Muhammadiyah Semarang, Prosiding seminar nasional
lembaga penelitian Universitas Muhammadiyah semarang.
Marquis, BL. 2000. Leadership Roles and manajemen Function in Nursing : Theory and
Aplication .third edition. Philadelphia : Lipincolt
Nawawi, H 2000. Manajemen Sumber Daya manusia untuk bisnis yang kompetitif Gajah
Mada University pers.
Robbins., Coulter. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh. Erlangga : Jakarta
Smalley L.R. 2000. Orientasi dan pelatihan ditempat kerja penerjemah ramelan Pustaka
Binaman Presindo.
Sunyoto, D. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: CAPS.
Buku Ajar : manajemen Keperawatan. Roymond H Simora. 2012. Jakarta : EGC