Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

1. PENGERTIAN
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2000).
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi,
gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus
(Riyadi, 2009).

2. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI


a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti
: Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram
negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran
pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya
melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan
alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus (Ridha, 2014).
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri
yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Kuman pnemokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke seluruh segmen
atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan beberapa leukosit dari kapiler paru- paru.
Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta
relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak berisi udara
lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh
dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus di fagositosis oleh leukosit dan
sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit bersama
kuman pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak
berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah yang mati dan eksudat fibrin di
buang dari alveoli . terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan
kemampuan dalam pertukaran gas.
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang
terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen
bronkus berserbukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan
sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan
bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan
pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi
eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer
dan keruh, mengandung banyal kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya
eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan
tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas.
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan
produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul
peningkatan reflek batuk.
Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu dengan
infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru (Riyadi, 2009).
5. PENATALAKSANAAN
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik

6. PENGKAJIAN FOKUS
7. PATHWAYS

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intoleransi aktivitas
 Gangguan rasa nyaman

9. PERENCANAAN KEPERAWATAN
10. DAFTAR PUSTAKA
Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1 . Jakarta : EGC .
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba
Medika
Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak . Yogyakarta : Graha Ilmu .
Ridha, H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
Ngemba, H. R. (2015). Model Inferensi Sistem Pendukung Keputusan Pathway Klinik Asuhan
Keperawatan Bronchopneumonia . Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed), page 4 .

Anda mungkin juga menyukai