Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL BOOK REPORT

DI SUSUN OLEH:

GROUP B

SHAKILA KHAIRA ARDIANI (4191151009)

SITI ZUBAIDAH (4191151019)

REGINA KEZIA ANGGREAINI SITUMORANG (4193151009)

NOVA LINDA Y SINAGA (4193351015)

BOMER LUMBANTORUAN (4193351018)

KELAS : PENDIDIKAN IPA DIK B 2019

DOSEN PENGAMPU : Lisnawaty Simatupang, S.Pd., M.Si.

MATA KULIAH : SAINS ENTERPRENERSHIP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga “Critical Book
Report” dapat ini terselesaikan.

Terima kasih kepada Ibu yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu
kami sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan
ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan
bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2021

Group B
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
D. Identitas Buku

BAB II RINGKASAN BUKU

1. Ringkasan Buku Utama


2. Ringkasan Buku Pembanding

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

A. Kelebihan Buku
B. Kelebihan Buku

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sehubungan dengan diterapkannya kurikulum KKNI di Universitas Negeri
Medan, para mahasiswa mahasiswa dituntut dituntut untuk lebih kreatif kreatif dalam
mengembangkan mengembangkan ide, dan kreatifitasnya. Dalam Critical Book
Report ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi sebuah buku, dan meringkas menjadi
satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa yang melakukan
critical book report ini, termasuk di dalamnya mengerti akan kelemahan dan
keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya mereview buku
Pengantar Kewirausahaan Karya Bahri dan membandingkan dengan buku Pengantar
Pengantar Kewirausahaan Kewirausahaan (Rekayasa (Rekayasa Akademik Akademik
Melahirkan Melahirkan Enterpreneurship) karya Rusydi Ananda dan Tien Rafida.

B. Tujuan Penulisan
Mengkritisi dan membandingkan suatu topik pembahasan tentang Pengantar
Kewirausahaan dalam dua buku yang berbeda. Serta mengulas dan memahami isi
buku dan dapat menambah wawasan tentang isi buku tersebut.

C. Manfaat Penulisan
Mengetahui hakikat yang sebenarnya tentang kewirausahaan dan dapat menambah
wawasan penulis dalam pembuatan CBR yang baik dan benar.
D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul Buku : Pengantar Pengantar Kewirausahaan Kewirausahaan
2. Nama Pengarang : Bahri, SE., M.M. : Bahri, SE., M.M.
3. Penerbit Penerbit : Pustaka Pustaka Baru Press
4. ISBN : 978-602-376-29 978-602-376-293-4
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Jumlah Halaman : 240 Halaman

Buku Pembanding
1. Judul Buku : Pengantar Pengantar Kewirausahaan Kewirausahaan
(Rekayasa (Rekayasa Akademik Akademik Melahirkan Enterpreneurship)
2. Pengarang Pengarang : Rusydi Ananda dan Tien Rafida
3. Penerbit Penerbit : Perdana Perdana Publishing Publishing
4. Cetakan : Pertama Pertama
5. ISBN : 978-602-6970-91-6 978-602-6970-91-6
6. Kota Terbit : Medan
7. Jumlah Halaman : 251 Halaman
BAB II

RINGKASAN BUKU

1. Ringkasan Buku Utama

BAB 1 RUANG LINGKUP DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN

A. DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan sebagi sebuah disiplin ilmu memiliki beragam implikasi langsung


dalam uapaya pengembangan potensi, bakat, dan pengetahuan seseorang untuk berwirausaha,
yang kemudian dapat menopang peningkatan taraf hidupnya. Di dalam disiplin ilmu
kewirausahaan terkandung beragam pengembangan potensi dan karakter sesorang, baik
dalam kepemimpinan, komunikasi, pengendalian diri, kkreativitas pengorganisasian
kelompok/tim, interaksi, dan pembentukan relasi sosial, pola-pola pemesaran dan jual beli
barang atau jasa, serta periklanan. Kewirausahana merupakankegiatan dalam rangka meraih
peluang terbaik, yang tentunya berkaitan dengan bidang usaha berbasis keuntungan, yang
dijalankan berdasarkan sistem keorganisasian tertentu. Kewirausahaan sendiri bersal dari kata
wirausaha, yaitu orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Kata wirausaha berasal dari dua kata, yaitu “wira” dan “usaha”, dimana “wira”
memiliki arti berani dan “usaha” memiliki arti kegiatan, istilah asing dari kata ini adalah
entrepreneurship. Senada dengan definisi tersebut, Aprilianty, E. (2012) juga menjelaskan
bahwa wirausahawan adalah orang yang mengembangkan produk baru atau ide baru dan
membangun bisnis dengan konsep baru.

B. OBJEK STUDI KEWIRAUSAHAAN

Objek studi kewirausahaan merupakan suatu domain atau ranah yang menjadi target
pengembangan maupun pemberdayaan secara sistematik dalam rangka menghasilkan
individu-individu wirausaha yang handal, terlatih, baik dari segi karakter maupun sikap dan
perilakunya. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (dalam Rusdiana, H.A. 2018, kemampuan
seseorang yang menjadi objek kewirausahaan adalah:
1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.
2) Kemampuan memotivasi diri.
3) Kemampuan untuk berinisiatif.
4) Kemampuan berinovasi.
5) Kemampuan untuk menciptakan modal uang atau barang modal (capital goods).
6) Kemampuan untuk mengatur waktu.
7) Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
8) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman
yang baik maupun menyakitkan.

C. PERKEMBANGAN DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN

Perkembangan kewirausahaan sebagai sebuah disiplin ilmu berlangsung dalam waktu


yang lama, terutama proses ini diawali diluar negeri. Berdasarkan catatan sejarah, Frinces
Z.H. (2010) menyatakan bahwa awal mula perkembangan disiplin ilmu kewirausahaan adalah
dari seorang ekonom Prancis yang bernama Richard Cantillon, ia memulai kajian paling
awal tentang wirausaha pada tahun 1775. Secara garis besar, ketiga kategori basis yang
menggambarkan perkembangan pola pemikiran kewirausahaan meliputi basis prasejarah,
basis ekonomi, dan basis multidisipliner.

1. Basis Prasejarah
a) Sekitar Tahun 500 M
b) Abad 500-1000 M
c) Abad 1000-1500 M
d) Abad Pertengahan (1300-1500 M)
e) Sekitar Abad 17 (1600-an M)

2. Basis Ekonomi
a) Masa Klasik (Sekitar Tahun 1700-1800-an M)
b) Masa Neo Klasik (Dimulai Akhir Tahun 1800-an)
c) Masa Proses Austria (AMP/Austria Market Process)
3. Basis Multidisiplin
Abad 20 ditandai dengan terjadinya pendekatan kewirausahaan yang mulai
mengalami perubahan hingga kemudian dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor lingkungan dan manusia
2) Faktor manusi mencakup psikologi meliputi keinginan untuk berprestasi,
menerima tanggung jawab dalam situasi kompleks dan kemauan mnerima risiko
dipandang sebagi perbedaan antar individu.
3) Faktor-faktor pemasaran memengaruhi aktivitas kewirausahaan.
4) Faktor teknologi baru, tingkat modernisasi, ekologi dan populasi organisasi.
5) Faktor lingkungan seperti paraturan dan kebijakan pemerintah, kebijakan publik,
hukum (sebagaimana diadaptasi dari McClelland, Hills, Reynolds, Gnywali dan
Fogel, dalam Respati, H., 2009).

BAB 2 KONSEP, KONTEKS, DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN

A. KONSEP KEWIRAUSAHAAN

Seorang wirausaha (entrepreneur ) mampu mengkombinasikan sumber daya, tenaga


kerja, peralatan ataupun hal lainnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih dari
sebelumnya sekaligus orang yang memperkenalkan sebuah perubahan, inovasi dan
perbaikaan produk

B. KONTEKS KEWIRAUSAHAAN

Zimmerer (dalam Rusdiana, 2018) juga memberikan penjelasan bahwa kewirausahaan


merupakan suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi yang tentunya berperan dalam
memecahkan masalah atau persoalan, serta menemukan peluang yang digunakan untuk
memperbaiki kehidupan. Jika dilihat dari konteksnya, kewirausahaan sendiri bisa
didefinisikan ke beberapa sudut pandang (Alma, 2010), yakni:

1. Dari pandangan ahli ekonomi, kewirausahaan merupakan gabungan dari beberapa


faktor produksi, seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, material,
maupun peralatan lainnya.
2. Dari pandangan bisnis, pelaku wirausaha dianggap sebagai saingan atau ancaman.
3. Dari pandangan psikologi, pelaku wirausaha biasanya mendapatkan dorongan
yang kuat, sehingga memiliki kekuatan untuk memperoleh tujuannya.
4. Dari pandangan pemodal, pelaku wirausaha dianggap mampu menciptakan
kesejahteraan bagi orang lain, yang tentunya dibantu oleh penemuan-penemuan
barunya tersebut.

C. HAKIKAT DAN INTI KEWIRAUSAHAAN

Meredith (2015) mengungkapkan inti dan nilai hakiki yang harus dimiliki wirausaha,
yakni percaya diri, berorientasi terhadap tugas maupun hasil, memiliki keberanian mengambil
risiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berorientasi terhadap masa depan, kreativitas, serta
inovasi. Berikut penjelasan lengkapnya : (1) Percaya diri, (2) Berorientasi terhadap tugas
maupun hasil, (3) Keberanian mengambil risiko, (4) Memiliki jiwa kepemimpinan, (5)
Berorientasi terhadap masa depan, (6) Kreativitas dan inovasi.

BAB 3 KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

A. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

Karakteristik kewirausahaan merupakan sifat dan karakter dalam kualitas tertentu


yang melekat pada seorang wirausahawan dan dapat diidentifikasi dalam berbagai
kesempatan secara ajeg yang dibatasi dalam ranah etis dan moral yang berlaku dalam
masyarakat. Berikut merupakan karakteristik kewirausahaan sebagaimana yang dijelaskan
oleh Suryana (2011).

1. Motif Berprestasi Tinggi


2. Selalu Perspektif
3. Memiliki Kreativitas Tinggi
4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
5. Berkomitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
6. Mandiri dan Tidak Ketergantungan
7. Berani Menghadapi Risiko
8. Selalu Mencari Peluang
9. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
10. Memiliki Kemampuan Manajerial
11. Memiliki Keterampilan Personal
B. NILAI-NILAI HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN

Boohene (dalam Sukirman, 2017) menyatakan bahwa nilai- nilai kewirausahaan


diantaranya adalah meliputi kreativitas, pengambilan risiko, inovasi, berorientasi prestasi,
ambisi dan kemerdekaan. Sedangkan Zultiar, I., et al (2017) menjelaskan dalam konteks
kewirausahaan sebagai disiplin ilmu dalam pendidikan, terdapat beberapa nilai-nilai hakikat
yang hendak diimplementasikan, yaitu: (1) Mandiri, (2) Kreatif, (3) Berani mengambil risiko,
(4) Berorientasi pada tindakan, (5) Kepemimpinan, (6) Kerja keras, (7) Jujur, (8) Disiplin, (9)
Inovatif, (10) Tanggung jawab, (11) Pantang menyerah, (12) Kerja sama, (13) Komitmen,
(14) Realistis, (15) Rasa ingin tahu, (16) Komunikatif, (17) Motivasi kuat.

C. SIKAP DAN KEPRIBADIAN WIRAUSAHAWAN

Sikap merupakan perwujudan nilai-nilai yang terkandung dalam diri seseorang dalam
merespons stimulus dari lingkungan. Suryana (dalam Suharyono, 2018), menyebutkan
tentang ciri wirausahawan, yaitu: (1) Percaya Diri, (2) Berorientasi pada Tugas dan Hasil, (3)
Pengambil Risiko, (4) Kepemimpinan, (5) Keorisinilan, (6) Berorientasi ke Masa Depan.

D. MOTIVASI BERPRESTASI DALAM KEWIRAUSAHAAN

Motivasi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dorongan. Kebutuhan


merupakan faktor utama dalam motivasi, dimana kebutuhan yang belum terpenuhi akan
menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan dari dalam individu untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.

BAB 4 JENIS, FUNGSI, DAN PERAN KEWIRAUSAHAAN

A. JENIS-JENIS KEWIRAUSAHAAN

Menurut Zimmerer (dalam Saragih, 2017) kewirausahaan dibedakan menjadi empat


golongan, yaitu:

1. Part Time Entrepreneur


2. Home Base New Ventures
3. Family
4. Copreneur

Selain golongan kewirausahaan tersebut, Longenecker (dalam Nasution dkk, 2011)


membagi pola kewirausahaan menjadi dua, yakni wirausaha artisan dan wirausaha
opurtunitis. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

1. Wirausaha Artisan
2. Wirausaha Opurtunitis

B. MANFAAT DAN FUNGSI KEWIRAUSAHAAN

Zimmerer (dalam Saragih, 2017) menjabarkan beberapa manfaat dari kewirausahaan,


yakni:

1. Peluang untuk melakukan suatu perubahan.


2. Peluang untuk menentukan nasib.
3. Peluang untuk mendapatkan keuntungan.
4. Peluang mendapatkan kepuasan atas capaian potensi.
5. Peluang mendapatkan pengakuan atas usahanya.
6. Peluang menjalani hal yang disukai.

C. PERAN KEWIRAUSAHAAN

Zebua (2017) menjabarkan bahwa bila dilihat dari ruang lingkupnya, peran wirausaha
dapat dibagi menjadi dua fungsi, yakni fungsi makro dan fungsi mikro. Jika fungsi makro,
biasanya pengusaha atau pelaku usaha akan memiliki peran sebagai penggerak, pemacu, serta
pengendali.

BAB 5 MODAL DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN

A. MODAL KEMAUAN, KEMAMPUAN, DAN PENGETAHUAN

Menurut Suryana (2011), kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif


yang dijadian dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kemauan
dan tekad saja tidak cukup, tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan (keterampilan).
Pengetahuan adalah salah satu factor kognitif, termasuk kemampuan menghafal, mengingat
sesuatu atau melakukan pengulangan suatu informasi yang sudah diresapi atau ditangkap
(Suryana, 2011).

B. MODAL DASAR INSANI KEWIRAUSAHAAN


1. Modal Sosial
2. Modal Intelektual
3. Modal Mental
4. Modal Kompetensi Kewirausahaan

C. BEKAL KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


1. Keterampilan Manajerial
2. Keterampilan Konsep
3. Human Skill
4. Keterampilan Mengenai Masalah dan Cara Memutuskan Sesuatu
5. Keterampilan dalam Mengatur Waktu

D. PROSES AWAL KEWIRAUSAHAAN

Menurut (Winarto, 2011), untuk memulai wirausaha dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu membuka usaha baru, meneruskan usaha orang lain, atau bekerja sama dengan pihak
manajemen suatu perusahaan.

E. PROSES PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KEWIRAUSAHAAN

Setelah memulai usaha baru, seorang wirausahawan pasti ingin terus berkembang. Di awali
dengan adanya inovasi, proses perkembangan kewirausahaan terbagi kedalam beberapa fase.
Beberapa fase tersebut meliputi (Noore dalam Suryana, 2011):

1. Fase Inovasi
2. Fase Kejadian Pemicu
3. Fase Implementasi
4. Fase Pertumbuhan
BAB 6 FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT KEWIRAUSAHAAN

A. FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN

Suryama (2011), Tiga faktor penyebab keberhasilan seorang wirausaha antara lain:

1. Kemampuan dan kemauan


2. Tekad yang kuat dan kerja keras
3. Kesempatan dan peluang

B. FAKTOR PENGHAMBAT KEWIRAUSAHAAN

Menurut Sreevidya dan Venugopalan (dalam Kurniati, 2015) hambatan dalam


berwirausaha adalah:

1. Hambatan Kemampuan
2. Hambatan Personal
3. Hambatan Sumber Daya
4. Hambatan Preferensi
5. Hambatan Sosial Budaya

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KEWIRAUSAHAAN

Keuntungan berwirausaha menurut Zimmerer dan Scarbrogh (dalam Munawaroh,


2016) adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai pengnaturan terhadap perubahan nasib sendiri.


2. Dapat merealisasikan kontribusi nyata kepada masyarakat baik dalam bidang
produksi maupun jasa.
3. Membuat perubahan dan perkembangan di masa depan.
4. Mampu menggunakan potensi sepenuhnya sebagai pernyataan dan aktualisasi
diri.

Namun tidak hanya sekadar keuntungan berlipat yang akan didapatkan oleh seorang
wirausaha, akan tetapi ada beberapa kerugian sebagai berikut:

1. Berkorban secara personal untuk mengembangkan usaha, dari awal harus bekerja
dengan waktu yang lama dan sibuk.
2. Tanggung jawab yang besar karena seorang wirausaha harus menjalankan fungsi
bisnis yang memiliki aspek seperti pemasran, manajemen keuangan, serta
pengadaan barang maupun pelatihan.
3. Untuk masa awal mungkin saja memiliki keuntungan yang kecil dan
kemungkinan gagal juga ada. Sebab pada umumnya wirausaha menggunakan
modal sendiri, sehingga terdapat peluang keuntungan ataut kerugian yang terjadi.

BAB 7 KEWITAUSAHAAN DALAM KONTEKS BISNIS

A. MEMULAI USAHA ATAU BISNIS BARU

Perintisan sebuah usaha baru membutuhkan perencanaan yang matang dengan


menjangkau banyak pertimbangan. Supriyanto (2009) menjelaskan bahwa salah satu kunci
sukses dalam memulai usaha adaah membuat perencanaan usaha/perencanaan bisnis yang
matang dan realistis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh calon wirausahawan dalam
menentukan lapangan usaha yang akan digeluti adalah:

1. Lapangan usaha yang cocoj untuk orang lain belum tentu cocok bagi kita
2. Lapangan usaha yang pada masa lalu menguntungkan, belum tentu pada saat ini
masih menguntungkan, atau lapangan usaha yang mengntungkan saat ini belu tentu
menguntungkan di masa depan
3. Lapangan usaha yang berkemban baik di suatu daerah, belum tentu dapat
berkembang dengan baik pula di daerah lain, dan sebaliknya
4. Kajian terkait kondisi internal dan eksternal dari usaha yang dijalankan.

B. LANGKAH MEMASUKI BISNIS BARU

Rahman E. (2003) menjelaskan bahwa model proses perintisan dan pengembangan


kewirausahaan terdiri dari langkah sebagai berikut:

1. Proses Inovasi (Innovation)


2. Proses Pemicu
3. Proses Pelaksanaan
4. Proses Pertumbuhan
C. MERINTIS USAHA ATAU BISNIS BARU

Sulastri, L. menjelaskan tentang bentuk usaha yang dapat dirintis berkaitan dengan
pola kepemilikannya, yaitu:

1. Perseorangan (Sole Proprietorship)


2. Kemitraan (Partnership)
3. Korporasi (Corporation)

D. HAMBATAN DALAM MEMASUKI INDUSTRI


1. Skala Ekonomi ( Economies of Scale)
2. Diferensiasi dan Merek Produk ( Product Differentiation)
3. Persnyatan Modal (Capital Requirement)
4. Biaya Peralihan Pemasok (Switching Cost)
5. Akses Jalur/ Jaringan Distribusi
6. Peraturan Pemerintah Terkait
7. Ketersediaan dan Kepemilikan Aset Perusahaan

E. WARALABA

Waralaba (Franchise) merupakan suatu kegiatan usaha yang berisi kesepakatan atau
perjanjian yang dilakukan/ dibuat antara perusahaan induk dengan wirausahawan untuk
belajar dan mendapatkan pengalaman maupun keterampilan baik mengenai teknik produksi,
pemasaran, system manajemen, pelatihan-pelatihan, riset dan pengembangan, dan lain
sebagainya yang dibuu=tuhkan untuk menjalankan bisnis usaha tersebut.

Berikut beberapa keuntungan dari pelaksanaan usaha dengan sistem/ konsep waralaba
(Franchise):

1. Manajemen Bisnis dan Finansial yang Telah Teruji


2. Reputasi yang Telah Terbentuk
3. Struktur Relasi Bisnis
4. Dukungan dan Penjaminan Keterampilan dalam Menjalankan Usaha
F. BENTUK-BENTUK KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Pemilihan bentuk usaha dapat berbeda-beda yang dapat dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi yang ada di sekitar lingkungan wirausahawan ataupun dipengaruhi oleh orientasi
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Beberapa pertimbangan yang umumnya dapat
mempengaruhi bentuk kepemilikan bisnis, yaitu:

1. Kebutuhan Terkait Penyediaan Modal


2. Pengawasan dan Kemampuan Manajerial
3. Batas-Batas Wewenang dan Tanggung Jawab
4. Jenis Bidang Usaha dan Kegiatan yang Akan Dijalankan
5. Tingkat dan Potensi Risiko yang Akan Dihadapi

BAB 8 PERENCANAAN, PENGOLAHAN, DAN STRATEGI BISNIS

A. PERENCANAAN USAHA

Perencanaan usaha merupakan suatu peta pentinig bagi seorang wirausaha, oleh
karena itu baik pengusaha dengan skala kecil atau besar sangat membutuhkan perencanaan
awal sebelum memulai suatu bisnis atau usaha. Beberapa alasan penting mengapa harus
membuat perencanaan usaha sebelum mendirikan suatu bisnis (Anggiani, 2018) yaitu:

1. Mengawasi dan Mengendalikan Bisnis dalam Skala Harian


2. Mendapatkan Investor atau Mitra Kerja
3. Mendapatkan Dana Investasi
4. Mengatur Mitra yang Diajak Bekerja Sama
5. Mendapatkan Kontrak Besar
6. Menarik Tenaga Kerja
7. Untuk Memberikan Motivasi dan Kefokusan dalam Bekerja

B. PENGELOLA KEUANGAN

Pengelolaan keuangan yang efektif memang perlu dilakukan. Bila wirausaha


mengalami kesulitan dalam pengelolaannya, mungkin dapat mengerahkan karyawan yang
bertugas dalam mengelola keuangan, sehingga usaha pun dapat berjalan dengan lancar.
C. TEKNIK DAN STRATEGI PEMASARAN

Pemasaran merupakan hal yang penting bagi dunia bisnis, oleh sebab itu wirausaha
harus mampu membaca kearah mana pelanggan membutuhkan produk. Stanton (dalam
Winarto, 2011) mengungkapkan bahwa pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari setiap
kegiatan usaha yang tujuannya untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
serta mendistribusikan barang maupun jasa yang akan memuaskan kebutuhan dari konsumen.

D. BAURAN PEMASARAN

Bauran pemasaran adalah penggunaan strategi campuran yang meliputi product, price,
promotion, dan physical evidence atau place ( Boom dan Bitner dalam Kohler dan
Armstrong, 2011). Bauran pemasaran memiliki empat unsure (Stanton dalam Winarto, 2011)
yang sering disebut four p’s, yakni strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan
strategi promosi.

E. STRATEGI PEMASARAN BAGI BISNIS BARU

Silalahi (dalam Swstha dkk, 2012) mengungkapkan ada tujuh factor yang akan
membantu wirausaha baru meraih kesuksesannya, yaitu:

1. Strategic intent
2. Governance
3. Finding
4. Business Plan
5. Management team
6. Execution
7. Timing

F. TEKNIK PENGEMBANGAN USAHA

Menurut Budiarta (2010), tahapan mengembangkan usaha yakni:

1. Mempunyai ide usaha


2. Menyaring ide usaha
3. Melakukan perencanaan usaha
4. Implementasi rencana usaha serta pengendalian usaha

G. MANAJEMEN DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN


1. Strategi Perusahaan atau Korporat.

Berikut ini beberapa kategori uyang terkait dengan strategi perusahaan atau korporat
yaitu:

a. Perusaan industri tunggal dalam satu garis bisnis


b. Perusahaan yang beroperasi dalam beberapa industry
c. Perusahaan yang tidak beroperasi atau tidak berhubungan satu sama lain

2. Kompetensi Inti atau Diversifikasi Korporat

Dalam menjalankan strategi, perusaan memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Profitabilitas
b. Nilai Pemegang Saham
c. Risiko

H. MEMELIHARA SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi semangat dari wirausaha (Setyorini,
2010), yakni:

1. Peluang usaha yang terbuka leba.


2. Minat usaha yang dimiliki.
3. Modal yang sudah tersedia dan mencukupi.
4. Melihat teman atau orang yang usahanya sukses.

BAB 9 LOKASI STRATEGIS PERUSAHAAN

A. PENGERTIAN LOKASI STRATEGIS

Lokasi merujuk pada suatu tempat, letak atau di mana sesuatu


ditempatkan/diletakkan. Lokasi yang baik untuk kegiatan usaha adalah lokasi yang memiliki
dampak atau implikasi posotif terkait proses-proses dari kegiatan pemasaran yang dilakukan.
B. PENTINGNYA LOKASI YANG STRATEGIS

Pemilihan lokasi strategis bertujuan untuk memaksimalkan proses-proses produksi


dari kegiatan ataupun aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam rangka untuk memaksimalkan
peluang mendapatkan peluang mendapatkan laba setinggi-tingginya dengan memperhatikan
tipe atau jenis bisnis yang dijalankan suatu perusahaan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMILIHAN LOKASI YANG


STRATEGIS

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi suatu perusahaan dalam menetapkan lokasi
usahanya (Maulana, 2008): (1) Letak pasar, (2) Letak sumber bahan baku, (3) Ketersediaan
tenaga kerja, (4) Ketersediaan tenaga listik, (5) Ketersediaan air, (6) Fasilitas pengangkutan,
(7) Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi, (8) Pelayanan
kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran., (9) Peraturan pemerintahan setempat, (10)
Sikap masyarakat, (11) Biaya dari tanah dan bangunan, (12) Luas tempat parker, (13) Saluran
pembuangan, (14) Kemungkinan perluasan, (15) Lebar jalan.

D. KARAKTERISTIK LOKASI STRATEGIS

Karakteristik suatu lokasi yang dikatakan staregis untuk menjalankan usaha memiliki
beberapa indikator, yaitu:

1. Penetapan dan pemilihan suatu lokasi yang dikatakan strategis untuk menjalankan
usaha meminimalkan biaya produksi.
2. Penetapan dan pemilihan suatu lokasi usaha akan memaksimalkan pendapatan
perusahaan.
3. Penetapan dan pemilihan suatu lokasi usaha akan memudahkan proses-proses
pengiriman berikut memberi kesempatan kepada perusahaan untuk
meminimalkan biaya yang diperlukan tanpa mengurangi mutu dan kualitas dari
barang ataupun bahan baku produk yang dipindahkan.
BAB 10 ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

A. ETIKA KEWIRAUSAHAAN

Etika kewirausahaan merupakan pengkajian ilmiah yang menyeluruh dan mendalam


mengenai sistem nilai, kesusilaan, dan sistem nilai yang dimiliki seorang pengusaha dalam
menunjukkan dan mengekspresikan beragam sikap dan tindakan yang dianggap baik, dalam
kaitan posisinya sebagai pelaku ekonomi dan bagian dari masyarakat dan warga negara.

B. PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEWIRAUSAHAAN

Berikut merupakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagaimana yang diungkapkan


Muslich (dalam Sumaryati, A., 2014):

1. Prinsip Otonomi,
2. Prinsip kejujuran,
3. Prinsip tidak berniat jahat,
4. Prinsip keadilan,
5. Prinsip hormat pada diri sendiri

C. MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA

Metode untuk mempertahankan standar etika bisnis yang harus dipahami dan
dijalankan oleh para pelaku bisnis, manajer ataupun sumber daya manusia dan para
stakeholders adalah sebagai berikut (Suparman, 2013):

1. Menciptakan kepercayaan perusahaan, dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan


yang mendasari tanggung jawab etika bagi para stakeholders.
2. Mengembangkan kode etik yang merupakan standar tindakan-tindakan dan
prinsip etika sumber daya manusia yang diharapkan perusahaan.
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten.
4. Melindungi hak perorangan.
5. Melaksanakan pelatihan etika.
6. Melakukan audit etika secara periodik.
7. Mempertahankan standar yang tinggi tentang tindakan karena begitu penting
untuk menekankan bahwa etika sangat penting dalam organisasi bisnis.
8. Menghindari etika yang tercela.
9. Menciptakan budaya komunikasi dua arah.
10. Melibatkan sumber daya manusia yang mempertahankan standar etika.

D. TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Berikut beberapa syarat penting tanggung jawab sosial perusahaan (Iskandar, 2007),
meliputi:

1. Tindakan dilakukan dengan sadar dan tahu.


2. Adanya kebebasan, tidak dalam keadaan tertekan.
3. Manager tau dan bersedia melakukan tindakan.
4. Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: tanggung jawab terhadap lingkungan
dan ramah lingkungan.
5. Tanggung jawab terhadap sumber daya manusia dalam upaya bertanggung jawab
terhadap perusahaan terutama melalui aktivitas manajemen sumber daya manusa
yang meliputi perencanaan tenaga kerja dan operasional.
6. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan.
7. Tanggung jawab terhadap investor.
8. Tanggung jawab terhadap masyarakat.

BAB 11 KREATIF DAN INOVATIF BISNIS

A. PENGERTIAN KREATIF

Kreativitas merupakan titik pacu dalam usaha menyongsong kemajuan melalui


proses-proses perumusan ide dan gagasan baru ketika menghadapi tantangan dan masalah
hingga didapat sudut pandang akan sesuatu hal (baik dari brntuk pemikiran ataupun produk
hasil karya) yang terbarukan dan berbeda dari sebelumnya.

1. Kreativitas sebagai proses


2. Kreativitas sebagai produk
3. Kreativitas sebagai pribadi
B. BENTUK-BENTUK KREATIF

Starko, Fisher, & William (dalam Fachruddin, F., 2017) menjelaskan bahwa kreatif
atau kreativitas tumbuh melalui proses-proses sebagai berikut:

1. Kreatif diwujudkan malalui melahirkan, dimana dalam tataran sedehana,


kreativitas berwujud membuat, membentuk, dan melahirkan seuatu.
2. Kreatif diwujudkan dengan kemampuan menghasilkan sesuatu yang bervariasi
(diferenisasi), di mana mengulang sesuatu bukanlah bentuk dari kreatif.
3. Kreatif diwujudkan dalam originalitas (keaslian), yaitu sesuatu yang dilahirkan,
seperti gagasan, produk, dan temuan-temuan yang fantastic.

C. CIRI-CIRI ORANG KREATIF

Sund (dalam Bara, A.K.B., 2012) mengungkapkan ciri-ciri orang kreatif, yakni:

1. Memiliki hasrat ingin tahu yang besar.


2. Memiliki sikap terbuka terhadap pengalaman baru.
3. Panjang akal.
4. Memiliki keinginan untuk menemukan dan meneliti.
5. Menyukai tugas yang berat dan sulit.
6. Menyukai pencarian tentang jawaban yang luas dan memuaskan.
7. Berdedikasi serta aktif dalam menjalankan tugas.
8. Memiliki pikiran yang fleksibel.
9. Selalu menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak.
10. Mampu membuat analisis dan sintesis.
11. Selalu bersemangat untuk bertanya.
12. Daya abstraksinya sangat baik.
13. Latar belakang membacanya luas.

D. PROSES KREATIF

Menurut Graham Wallas, proses kreativitas terdiri dari 4 tahapan yang dikenal dengan
The Four P’s of Creativity, yaitu:

1. Preparation,
2. Incubation,
3. Illumination,
4. Verivication.

E. PENGERTIAN INOVASI BISNIS

Inovasi dalam bisnis merupakan sesuatu yang baru yang mengandung berbagai
alternatif dan kemungkinan, yang mana dapat diperjelas dengan adanya informasiinformasi
pengiring. Terkait dengan inovasi alam hal produk, Kotler dan Keller (2012) menyebutkan
terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Mengembangkan atribut produk baru.


2. Mengembangkan beragam tingkat mutu.
3. Mengembangkan model dan ukuran produk (profilerasi produk).

F. PROSES INOVASI BISNIS

Proses keputusan inovasi sebagai kegiatan individu untuk mencari dan memproses
informasi tentang suatu inovasi sehingga dia termotivasi untuk mencari tahu tentang
keuntungan atau kerugian dari inovasi tersebut yang akhirnya akan mengadopsi inovasi atau
tidak. Tahapan-tahapan tersebut menurut Rogers (dalam Schiffman dan Kanuk, 2010):

1. Pengetahuan ( Knowledge)
2. Kepercayaan ( Persuasion)
3. Keputusan ( Decision)
4. Penerapan ( Implementation)
5. Konfirmasi (Confirmation)
6. Ketidakberlanjutan ( Discontinueance)

G. FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN INOVASI BISNIS

Faktor-faktor keberhasilan dan arti pentingnya penerapan inovasi dalam perusahaan


sebagaimana yang dirangkum dari beberapa sumber dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Inovasi harus berorientasi pada perubahan dan kondisi pasar (market oriented)
2. Inovasi harus mampu meningkatkan keuntungan dan nilai tambah bagi
perusahaan (value added )
3. Inovasi harus mampu meningkatkan nilai guna, efektivitas dan efisiensi produk
maupun proses pembuatannya.
4. Inovasi harus sesuai dengan visi, misi, tujuan dan orientasi perusahaan dalam
lingkungan industri.
5. Inovasi harus sesuai dengan orientasi teknologi perusahaan.

BAB 12 STRATEGI DAN KEWIRAUSAHAAN DIGITAL

A. PENGERTIAN WIRAUSAHA DIGITAL

Chayapa & Cheng Lu (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
memengaruhi keputusan seseorang untuk berbelanja online, yaitu:

1. Kenyamanan
2. Kelengkapan informasi
3. Ketersediaan produk dan jasa
4. Efisiensi biaya dan waktu

B. SELUK BELUK WIRAUSAHA DIGITAL

Wirausaha digital adalah upaya pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia bisnis.
Untuk bisa menjadi seorang wirausaha digital, dibutuhkan beberapa prinsip dasar seperti
minat, visi jangka panjang, kepemimpinan, jaringan atau relasi.

C. KONSEP DIGITAL MARKETING

Digital marketing adalah praktik marketing yang menggunakan saluran distribusi


digital untuk mencapai konsumen dengan cara yang relevan, personal, dan cost-effective
(Satyo, 2009). Aktivitas-aktivitas pemasaran akan dilakukan secara intensif menggunakan
media komputer, baik mulai dari penawaran produk, pembayaran, dan pengirimannya.
Menjadikan perusahaannya mudah dijangkau oleh pelanggan dengan hadir di media-media
melalui akses langsung ke pelanggan, merupakan inti dari digital marketing.
D. STRATEGI PEMASARAN WIRAUSAHA DIGITAL (ONLINE )

Dalam pemasaran digital, hal yang dapat digunakan dalam wirausaha digital adalah:

1. Profil bisnis dan produk


Meliputi nama usaha, logo, foto tempat usaha, nomor kontak/telepon usaha,
daftar produk/layanan, foto produk, dan Informasi lainnya yang penting.
2. Google Maps
3. Facebook dan Instagram
4. Search Engine Optimizer (SEO)
5. Website atau Blog
6. Memanfaatkan fitur digital untuk mengembangkan bisnis

E. PERAN DIGITAL MARKETING DALAM PERKEMBANGAN WIRAUSAHA

Digital marketing merupakan promosi bisnis melalui saluran media digital. Adapun
yang termasuk ke dalam digital media, antara lain website, media sosial, radio, televisi,
perangkat mobile, bahkan bentuk media nondigital seperti billboard dan lain-lain.

2. Ringkasan Buku Pembanding

BAB I PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN WIRAUSAHA DAN KEWIRAUSAHAAN

Secara etimologis, istilah wirausaha berasal dari kata “wira” dan “usaha”. Kata
“Wira” bermakna: berani, utama, atau perkasa. Sedangkan “usaha” bermakna kegiatan
dengan mengerahkan tenaga pikiran dan fisik untuk mencapai sesuatu maksud. Secara
terminologis, wirausaha adalah kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan
peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan B. Pendekatan
dan Teori Kewirausahaan.

1. Pendekatan Makro. Pendekatan makro menjabarkan faktor-faktor yang


mempengaruhi sukses gagalnya suatu entrepreneurship.
2. Pendekatan Mikro. Pendekatan mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik pada
entrepreneurship.
B. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN MENJADI ENTREPRENEUR

Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2008) memaparkan 6 (enam) peluang


keunggulan dengan menjadi entrepreneur sebagai berikut:

1. Peluang menentukan nasib sendiri.


2. Peluang melakukan perubahan. Entrepreneur dapat melakukan perubahan dengan
usaha yang dilakukan.
3. Peluang untuk mencapai potensi sepenuhnya. Jika masih bekerja sebagai
karyawan, seseorang dapat merasakan kebosanan, kejenuhan, kurang memperoleh
tantangan dan merasa tidak dapat mengembangkan diri sepenuh hati dengan
pekerjaan yang dijalankannya.
4. Peluang untuk memperoleh keuntungan yang menakjubkan.
5. Peluang untuk berperan besar dalam masyarakat dan memperoleh pengakuan.
6. Peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan bersenang-senang dalam
mengerjakannya.

C. KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN

Zimmerer dan Scarborough (1996) memaparkan karakteristik entrepreneur yang


sukses adalah:

1. Memiliki komitmen tinggi terhadap tugasnya.


2. Mau bertanggung jawab.
3. Peluang untuk mencapai obsesi.
4. Toleransi menghadapi resiko kebimbangan dan ketidakpastian.
5. Yakin pada dirinya.
6. Kreatif dan fleksibel.
7. Ingin memperoleh balikan segera.
8. Energik tinggi.
9. Motivasi untuk lebih unggul.
10. Berorientasi ke masa depan.
11. Mau belajar dari kegagalan.
12. Kemampuan memimpin.
BAB II ETIKA, FUNGSI DAN PRINSIP WIRAUSAHA

A. PENGERTIAN ETIKA USAHA

Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Etika mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal, yaitu apakah didukung
dengan penalaran yang tepat atau tidak tepat.

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku entrepreneur berdasarkan nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi. Dalam makna lain etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan
untuk menunjukan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi. Etika
bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan.

B. ETIKA WIRAUSAHAWAN

Kasmir (2006) menjelaskan secara umum terdapat beberapa ketentuan yang diatur dalam
etika entrepreneur sebagai berikut:

1. Sikap dan prilaku seorang entrepreneur harus mengikuti norma yang berlaku
dalam suatu negara atau masyarakat.
2. Penampilan yang ditunjukkan seorang entrepreneur harus selalu apik, sopan,
terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
3. Cara berpakaian entrepreneur juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain.
4. Gerak-gerik seorang entrepreneur juga dapat menyenangkan orang lain,
hindarkan gerak-gerik yang dapat mencurigakan.

C. TUJUAN DAN MANFAAT ETIKA USAHA


1. Untuk persahabatan dan pergaulan.
2. Menyenangkan orang lain.
3. Membujuk pelanggan
4. Mempertahankan pelanggan
5. Membina dan menjaga hubungan
D. FUNGSI WIRAUSAHA

Setiap entrepreneur memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan dalam berwirusaha.
Fungsi pokok entrepreneur sebagaimana dijelaskan Basrowi (2011) sebagai berikut:

1. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko tentang tujuan dan


sasaran perusahaan.
2. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.
3. Menetapkan bidang usaha yang diinginkannya.
4. Menghitung skala usaha yang diinginkannya.
5. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar)
dengan komposisi yang menguntungkan.
6. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya.
7. Mengendalikan secara efektif dan efisien
8. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru
9. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau inout, serta
mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik.
10. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan
sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

E. PRINSIP BERWIRAUSAHA

Basrowi (2011) memaparkan 13 (tiga belas) prinsip terkait dengan aktivitas


berwirausaha yaitu: (1) Jangan takut gagal, (2) Penuh semangat, (3) Kreatif dan inovatif, (4)
Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko, (5) Sabar, ulet dan tekun, (6)
Optimis, (7) Ambisius, (8) Pantang menyerah, (9) Peka terhadap pasar dan dapat membaca
peluang pasar, (10) Berbisnis dengan standar etika, (11) Mandiri, (12) Jujur, (13) Peduli
lingkungan.

BAB III JENIS DAN BIDANG USAHA

A. JENIS USAHA

Memilih jenis dan bidang usaha yang digeluti tentunya memiliki pertimbangan
tersendiri, karena melalui pertimbangan yang matanglah maka peluang keberhasilan usaha
yang digeluti akan semakin tinggi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih
jenis usaha adalah:

1. Pilih kelompok bidang usaha yang akan dilaksanakan, misalnya pakaian/


sandang, makanan dan bahan pangan, kecantikan/kosmetika dan sebagainya.
2. Tentukan posisi usaha dalam rantai distribusi, misalnya pemasok, produsen, agen,
distributor, expert.
3. Tentukan target yang dibidik, misalnya strata dasar, langsung tumbuh, besar dan
langsung kuat, jaringan kuat.
4. Tentukan fokus bisnis manakah yang dipilih, misalnya produk, perdagangan atau
jasa.
5. Tentukan posisi tawar untuk memenangkan persaingan, misalnya price
leadership, product leadership, low cost leadership, operational leadership,
network leadership dan technology leadership.

B. Bidang Usaha

Berdasarkan dari ketiga jenis usaha yang dikemukakan sebelumnya yaitu usaha
produksi (manufacturing), usaha perdagangan (trading) dan usaha jasa (service) maka
ketiganya memiliki bidang-bidang usaha tersendiri.

1. Bidang Usaha Produksi.

Bidang usaha produksi adalah segala sesuatu yang menghasilkan barang baik dalam
bentuk. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam usaha produksi dijelaskan
penggalian/pengelolaan sumber daya alam, produk pertanian Fadiati dan Purwana (2011)
adalah:

1) Lokasi
2) Pilihan produksi.
3) Kualitas produk.
4) Ketepatan menghasilkan produk.
5) Variasi produk.
6) Hubungan dengan pemasok dan distributor
2. Bidang Usaha Perdagangan.

Usaha bidang perdagangan (trading) dikelompokkan atas dua macam yaitu usaha
retail dan distributor.

1) Usaha Retail.
2) Distributor
3) Bidang Usaha Jasa.

BAB IV RENCANA USAHA

A. PENGERTIAN RENCANA USAHA

Mendirikan usaha/bisnis tidak mungkin dilakukan tanpa ada rencana sebelumnya.


Rencana usaha haruslah ada betapapun sederhananya dituliskan. Pendirian usaha/bisnis tanpa
rencana usaha merupakan suatu kegiatan trial and error dan pada hakikatnya merencanakan
kegagalan.

Setidaknya terdapat 5 (lima) alasan mengapa diperlukan rencana usaha dalam


mendirikan usaha, yaitu:

1. Rencana usaha merupakan blueprint yang akan diikuti dalam operasional usaha.
2. Rencana usaha merupakan alat untuk mencari dana/modal usaha, sehingga
berhasildalam menjalankan usaha.
3. Rencana usaha merupakan alat komunikasi untuk menarik minat dan perhatian
oranglain, pemasok, konsumen, penyandang dana.
4. Rencana usaha membuat entrepreneur dapat mengetahui langkah-langkah
praktismenghadapi persaingan, promosi sehingga lebih efektif.
5. Rencana usaha membuat pengawasan lebih mudah dalam operasionalnya,
apakahmengikuti atau sesuai dengan rencana atau tidak (Alma, 2009).

B. Tujuan dan Manfaat Rencana Usaha

Terkait dengan tujuan menyusun rencana usaha dijelaskan Alma (2009) adalah:

1. Menyatakan bahwa anda sebagai pemilik dan pemegang inisiatif dalam membuka
usaha baru.
2. Mengatur dan membentuk kerjasama dengan pihak-pihak lain atau badan usaha
lain yang sudah ada dan saling menguntungkan misalnya dari produsen yang
dapat diharapkan memasok barang buat usaha ataupun perusahaan-perusahaan
yang lebih besar memberi pekerjaan atau kontrak yang dapat dikerjakan oleh
perusahaan anda.
3. Rencana usaha juga dapat mengundang orang-orang tertentu yang potensial atau
mempunyai keahlian untuk bergabung bekerjasama.
4. Rencana usaha juga berguna untuk melakukan merger dan akuisisi misalnya jika
andamenjual usaha anda kepada pihak lain maka pihak lain tersebut harus
membaca rencana usaha anda atau mungkin juga anda ingin membeli usaha lain
maka rencana usaha yang anda susun dapat memberi keyakinan kepada pihak
yang usahanya mau diakuisisi.
5. Rencana usaha bertujuan untuk menjamin adanya fokus tujuan dari berbagai
personilyang ada dalam perusahaan. Sebab perusahaan akan bertumbuh makin
lama makin kompleks sehingga rencana usaha menjadi kompeten yang sangat
penting bagi setiap pihak yang berkepenting untuk tetap berpijak pada arah yang
benar.

C. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA USAHA

Dalam menyusunan rencana usaha terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
sebagai berikut: (1) Analisis lingkungan, (2) Formulasi strategi, (3) Implementasi strategi, (4)
Pengendalian dan evaluasi.

D. OUTLINE RENCANA USAHA

Konsep-konsep yang tertuang di dalam outline rencana usaha yang dibuat hendaknya
memperhatikan beberapa hal sebagaimana dijelaskan Fadiati dan Purwana (2011) sebagai
berikut:

1. Hindarkan optimisme berlebihan, bahkan selayaknya rencana usaha tersebut


harus benar-benar konservatif dalam memperkirakan kebutuhan modal, ketepatan
waktu, penjualan dan laba. Sedikit sekali rencana usaha atau bisnis yang secara
tepat mengantisipasi berapa banyak uang dan waktu yang diperlukan.
2. Jangan mengabaikan strategi-strategi yang akan dilakukan dalam menjalankan
usaha.
3. Gunakan bahasa yang sederhana dalam menjelaskan isu-isu terkait dengan
rencana usaha. Buat rencana usaha tersebut mudah untuk dibaca dan dipahami.
4. Jangan terlalu menggantungkan rencana usaha terhadap keunikan atau bahkan
hak paten produk.

E. KESALAHAN RENCANA USAHA

Frederick, Kuratko dan Hodgetts (2006) menjelaskan berdasarkan hasil risetnya


terkait dengan kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam rencana usaha sebagai berikut:

1. Tujuan yang tidak realistis.


2. Kegagalan mengantisipasi jalan buntu.
3. Tidak ada komitmen dan dedikasi.
4. Kekurangan pengalaman bisnis dan teknis.
5. Tidak terdapat segmen pasar.

F. CONTOH RENCANA USAHA

Contoh rencana usaha yang dipaparkan berikut ini diadopsi dari Fadiati dan Purwana
(2011). Konsep usaha yang dipaparkan terkait dengn usaha home industry yaitu produksi kue.
Paparan rencana produksi kue sebagai berikut: (1) Dasar Pemilihan Usaha, (2) Nama Usaha,
(3) Lokasi Usaha, (4) Tujuan Produksi Fruit Cake, (5) Daftar Kue yang Akan Diproduksi, (6)
Kekuatan dan Kelemahan Usaha, (7) Analisis Persaingan, (8) Aspek Pemasaran, (9) Aspek
Manajemen, (10) Aspek keuangan, (11) Aspek hukum dan perpajakan.

BAB V ANALISIS KELAYAKAN USAHA

A. PENGERTIAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Dalam hal ini, Kasmir (2006) menjelaskan analisis kelayakan usaha adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Dari pengertian di atas dapatlah dimaknai bahwa suatu kegiatan usaha dapat
dikatakan layak apabila dapat memenuhi persyaratan tertentu. Untuk menentukan layak atau
tidaknya suatu usaha diperlukan perhitungan dan asumsi-asumsi sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari segi keuangan perusahaan ini layak untuk dijalankan.

B. TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Terdapat lima tujuan dari dilakukannya analisis kelayakan usaha sebagaimana


dijelaskan Kasmir (2006) sebagai berikut:

1. Menghindari resiko kerugian.


2. Memudahkan perencanaan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
4. Memudahkan pengawasan.
5. Memudahkan pengendalian.

C. PIHAK YANG BERKEPENTINGAN ATAS ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil analisis kelayakan usaha antara lain:
(1) Pemilik Usaha, (2) Lembaga Keuangan, (3) Pemerintah, (4) Masyarakat Luas, (5)
Manajemen.

D. ASPEK-ASPEK DALAM ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Secara umum aspek-aspek yang dilakukan dalam analisis kelayakan usaha sebagai
berikut: (1) Aspek Hukum, (2) Aspek Pasar dan Pemasaran, (3) Aspek Keuangan, (4) Aspek
Teknis/Operasi, (5) Aspek Manajemen/organisasi, (6) Aspek Ekonomi Sosial, (7) Aspek
Dampak Lingkungan.

E. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK MELAKUKAN ANALISIS


KELAYAKAN USAHA
1. Ketidaktahuan akan kegiatan menyusun analisis kelayakan usaha serta urgensinya
dalam mendirikan usaha.
2. Tidak adanya pengetahuan mengenai mekanisme atau cara menyusun analisis
kelayakan usaha atau tidak memiliki keahlian yang dapat membantu dalam
menyusun analisis kelayakan usaha.
3. Kegiatan melakukan analisis kelayakan usaha hanya akan membuangbuang
waktu dan tidak bermanfaaat.
4. Faktor tidak menyusun analisis kelayakan usaha adalah tidak adanya ambisi atau
keinginan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, hal ini dikarenakan sudah
merasa puas dengan kondisi atau keadaan sekarang.
5. Diantara faktor yang menyebabkan tidak mau menyusun analisis kelayakan usaha
adalah optimisme yang berlebih-lebihan.
6. Faktor lain yang menjadi penyebab tidak menyusun analisis kelayakan usaha
adalah melakukan hal-hal yang muncul mendadak, tengelam dalam hal-hal
tersebut dan menjadikannya sebagai point penting, serta adanya keengganan
untuk membedakan antara sesuatu yang penting, lebih penting, dan yang harus
dilakukan segera.
7. Adanya ketakutan terhadap hal-hal yang belum diketahui dan keinginan hanya
untuk bersandar kepada hal-hal yang diketahui saja.

BAB VI MENDIRIKAN USAHA

A. FAKTOR PENDORONG MENDIRIKAN USAHA


1) Berani Memulai.
2) Berani Menanggung Resiko (Tidak Takut Rugi).
3) Penuh Perhitungan.
4) Memiliki Rencana yang Jelas.
5) Tidak Cepat Puas dan Putus Asa.
6) Optimistis dan penuh keyakinan.
7) Memiliki Tanggung Jawab.
8) Memiliki Etika dan Moral.

B. PELUANG MENDIRIKAN USAHA

Secara umum berbagai hal yang dapat menjadi gagasan dalam menangkap peluang
berwirausaha adalah:
a. Mencermati Produk yang Sudah Ada.
b. Melihat Pameran Dagang.
c. Mencari Informasi di Lembaga Pemerintah.
d. Mencari Informasi di Lembaga Pendidikan.
e. Mencari Informasi di Media Informasi.

C. PROSES MENDIRIKAN USAHA

Pendirian suatu perusahaan tergantung dari jenis badan usaha yang dipilih. Ada badan
usaha yang memerlukan beberapa dokumen saja, ada pula yang memerlukan dokumen lebih
banyak. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap badan usaha berbeda. Waktu yang
dibutuhkan untuk masing-masing badan usahapun berbeda-beda.

D. KOMPONEN-KOMPONEN YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM


MENDIRIKAN USAHA.
a. Permodalan
b. Rencana Pembiayaan dan Pendapatan
c. Titik Impas dan Laba-Rugi

E. PEMILIHAN BADAN USAHA

Pelaku usaha dalam menentukan badan usaha perlu kiranya mempertimbangkan


beberapa hal yaitu: (1) Kepemilikan, (2) Organisasi, (3) Modal, (4) Pajak, (5) Kemampuan
menyelesaikan kewajiban, (6) Pengendalian, (7) Kemampuan manajerial, (8) Tujuan usaha,
(9) Rencana suksesi manajeme, (10) Biaya pembentukan.

F. STRATEGI MENDIRIKAN USAHA


1. Putuskan ingin bergerak dalam komoditi apa, jenis usaha perdagangan atau
industri.
2. Putuskan apakah akan berkongsi atau sendirian, masing-masing ada keuntungan
dan kelemahannya.
3. Analisa bagaimana prospek lokasi dan lingkungan usaha.
4. Apakah akan memulai murni usaha baru, atau membeli usaha yang sudah ada
atau franchise, masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan.
5. Membuat planning , walaupun dalam bentuk sederhana, tujuan membuka usaha,
pasar sasaran, situasi persaingan, kesiapan modal dan sebagainya.
6. Apakah akan memasarkan batang atau jasa secara umum atau bentuk “niche
marketing ” yaitu mencari pasar reluang (celah) yang belum terisi oleh bisnis
yang sudah ada,
7. Bagaimana mencari karyawan atau tenaga yang dapat diandalkan sebaga tangan
kanan.

BAB VII RESIKO USAHA

A. RESIKO USAHA

Seorang entrepreneur tetap bertahan dalam menghadapi resiko usaha terburuk, antara
lain dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Memperbaiki usaha, memperbaiki tampilan, mengganti nama, mengganti


personil,melengkapi alat-alat, mengganti strategi pemasaran, memperbaiki cara
produksi/cara kerja dan lain-lain.
2. Melakukan alih usaha berpindah dari usaha yang satu ke usaha yang lain yang
memungkinkan, misalnya dari bengkelumum ke bengkel khusus, dari warung
makan ke warung bakso.
3. Pindah tempat. Bisa jadi suatu usaha tidak atau kurang berhasil karena faktor
tempat yangkurang strategis atau karena di dekatnya ada usaha sejenis yang lain
yang lebih kuat.
4. Mencari investor untuk berinvestasi, mencari orang yang memiliki dana
untukmenginvestasikan uangnya dengan kompensasi-kompensasi tertentu,
misalnya sistem bagi hasil.
5. Meminta pihak lain untuk mengakuisisi, dalam halini meminta pihak lain untuk
membelisebagian besar saham.
B. JENIS-JENIS RESIKO

Adapun jenis-jenis resiko dalam kewirausahaan yaitu, (1) Resiko Teknis, (2) Resiko
Pasar.

C. ANALISIS RESIKO USAHA

Berikut ini sejumlah pertanyaan yang dapat dimanfaatkan oleh entrepreneur sebelum
memutuskan untuk mengambil resiko usaha sebagai berikut:

1. Apakah resiko yang mungkin terjadi sepada dengan hasil usaha?


2. Bagaimana resiko itu dapat dikurangi?
3. Personalia seperti apa yang dapat mengurangi resiko?
4. Apakah entrepreneur takut dalam mengambil resiko?
5. Persiapan apa yang dilakukan sebelum mengambil resiko?

BAB VIII EKSPANSI DAN SUKSESI USAHA

A. EKSPANSI USAHA

Ekspansi usaha merupakan usaha perwujudan mimpi wirausaha dengan melakukan


pengembangan. Melalui ekspansi usaha diharapkan dapat meningkatkan keuntungan atau
profit yang diperoleh oleh entrepreneur.

1) Strategi Penetrasi Pasar.


2) Strategi Pengembangan Pasar.
a. Segmentasi Pasar.
b. Penentuan Target Pasar.
c. Positioning.
3) Strategi pengembangan produk.
4) Strategi Pertumbuhan Integratif.
a. Integrasi ke hulu (backward integration).
b. Integrasi ke hilir (forward integration).
c. Integrasi horizontal (horizontal integration).
5) Strategi diversifikasi.
B. SUKSESI USAHA

Agar suksesi usaha dapat berjalan dengan sukses, maka entrepreneur harus
memperhatikan 5 (lima) aspek penting sebagaimana dijelaskan Wijatno (2009) sebagai
berikut: (1) Waktu, (2) Tipe usaha, (3) Kapabilitas manajer. (4) Visi entrepreneur. (5) Faktor.

BAB IX KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN USAHA

A. FAKTOR KEBERHASILAN USAHA

Prama (2004) menjelaskan setidaknya terdapat empat faktor yang harus menjadi
perhatian dalam keberhasilan usaha. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) To
dream the impossible dream, (2) The power of consistency, (3) Bermain-main dengan ide, (4)
Banjiri diri anda dengan dunia yang penuh kemungkinan-kemungkinan.

B. FAKTOR KEGAGALAN USAHA

Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat 25% - 33% usaha terutama usaha kecil
mengalami kegagalan selama 2 tahun pertama masa operasinya. Dalam hal ini terdapat 3
penyebab yang menjadi faktor kegagalan usaha sebagaimana dipaparkan Basrowi (2011)
sebagai berikut: (1) Masuk ke dalam dunia usaha terlalu cepat, (2) Kehabisan modal, (3)
Kegagalan perencanaan.

C. UPAYA MENGHINDARI KEGAGALAN USAHA

Dalam rangka untuk menghindari kegagalan usaha, maka berbagai upaya dapat
dilakukan oleh seorang entrepreneur dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengenal bisnis secara mendalam


2. Mengembangkan rencana bisnis yang matang.
3. Mengelola sumber daya keuangan.
4. Memahami laporan keuangan.
5. Belajar mengelola orang secara efektif.
6. Menjaga kondisi, menyiapkan mental dan fisik.
BAB X PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN

A. PENDAHULUAN

Penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship)


dalam Islam memang tidak dinyatakan secara eksplisit. Dalam Islam digunakan istilah kerja
keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat
alQur‟an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan
kemandirian ini, seperti:

a. Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran
keringatnyasendiri, „amalurrajuli biyadihi. (HR.Abu Dawud).
b. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al „ulya khairun min al
yad alsufla”(HR.Bukhari dan Muslim) dengan bahasa yang sangat simbolik ini
Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga
dapat memberikan sesuatu pada orang lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa : 77).

B. TERMINOLOGI KEKAYAAN

Al-Qur‟an menggunakan kata “ghaniy” atau “aghniya” untuk menyebut orang kaya
atau orang-orang kaya. Kata “ghaniy” merupakan salah satu dari asmaul husna yang
menunjukkan bahwa Allah Swt tidak butuh kepada siapapun, sedangkan yang lain amat
membutuhkanNya. Ibn Ibrahim (2005) mengutip beberapa terminologi terkait dengan
kekayaan “al-ghina” sebagai berikut:

1. Ibnu Faris berkata: al-ghina yang terdiri dari huruf ghain, nun dan huruf mu‟tal
bermakna kecukupan.
2. Abu Hilal al-Asykari dalam kitabnya al-Furuq, kata al-ghina secara bahasa
dipakai untukharta, dan lainnya dalam bentuk kekuatan, bantuan dan segala hal
yang meniadakan kebutuhan.

C. BEKERJA DAN BERUSAHA

Bekerja dan berusaha dalam perspektif manusia adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Bahkan menurut Islam keadaan dan keberadaan manusia ditentukan oleh
aktivitas kerjanya. Dalam pandangan Islam, kerja dan usaha manusia adalah sumber nilai
yang riil. Jika seseorang tidak memiliki kerja maka dia tidak akan berguna dan tidak memiliki
nilai. Perspektif Islam berkaitan dengan hukum asal dalam bekerja dan berusaha untuk
mencari kekayaan adalah dapat ditaklifkan kepada lima hukum taklif yaitu wajib, sunat,
haram, makruh dan mubah.

D. KETENTUAN DALAM BERWIRAUSAHA

Sebelum membicarakan ketentuan dalam berwirausaha secara Islam, maka terlebih


dahulu disampaikan landasan moral dalam melakukan usaha. Landasan moral tersebut
meliputi: (1) Merasa Terpantau, (2) Jujur, (3) Amanah, (4) Taqwa

E. KARAKTERISTIK WIRAUSAHAWAN

Karakteristik entrepreneur dalam konsep Islam dijelaskan Alma (2009:270) sebagai


berikut: (1) Sifat Takwa, Tawakal, Zikir dan Syukur, (2) Jujur (3) Niat Suci dan Ibadah. (4)
Bangun Subuh dan Bekerja (5) Toleransi, (6) Berzakat dan Berinfaq, (7) Silaturahmi.

F. ETIKA BISNIS ISLAM

Abul Ala al-Maududi sebagaimana dikutip Hendra dan Riana (2008) menjelaskan
beberapa etika dalam berbisnis menurut pandangan al-Qur‟an sebagai berikut:

a. Jangan memakan harta benda orang lain dengan cara yang batil.
b. Menjaga amanah yang diberikan kepadanya.
c. Jangan memakan harta anak yatim secara zalim.
d. Jangan curang dengan cara antara lain mengurangi takaran dalam timbangan.
e. Jangan (berdagang, memproduksi) minum-minuman khamar, berjudi, mengundi
nasib.
f. Tidak memakan riba.
g. Jika melakukan utang piutang, jika mengalami kesulitan, hendaklah diberikan
waktusampai berkelapangan.
h. Memberikan sedekah atas harta yang dimiliki kepada orang lain.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKELEMAHAN BUKU

A. Kelebihan Buku
B. Kelemahan Buku
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan pada laporan critical book report ini mengenai
kedua buah buku yang berjudul “Pengantar Kewirausahaan” oleh Bahri dan buku
pembanding yang berjudul
“Pengantar Kewirausahaan (Rekayasa Akademik Melahirkan
Enterpreneurship )” oleh Rusydi Ananda dan Tien Rafida adalah kedua buah buku ini
membahas mengenai penulisan pengantar penulisan pengantar kewirausahaan. Kedua
buku tersebut sama tersebut sama-sama memiliki kelebihan iliki kelebihan dan juga
kelemahan pada masing-masing aspek dan juga kelemahan pada masing-masing
aspek yang te yang telah dipaparkan diatas. Kedua buku lah dipaparkan diatas.
Kedua buku ini dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran dan juga
menjadi referensi untuk sebuah kajian teori dalam mata kuliah kewirausahaan. Kedua
buah buku ini juga bermanfaat bermanfaat bagi khalayak khalayak ramai yang ingin
berwirausaha berwirausaha dan menjadi menjadi seorang seorang wirausahawan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, diajukan saran sehubungan dengan hasil
resensi buku ini, yaitu hendaknya mengembangkan penulisan tentang Kewirausahaan
mengingat masih banyaknya persoalan yang belum tuntas dan masih perlu dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2019. Pengantar Kewirausahaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press


Ananda, Rusydi dan Rafida, Tien 2016. Pengantar Kewirausahaan (Rekayasa Akademik
Melahirkan Enterpreneurship). Medan: Perdana Publishing

Anda mungkin juga menyukai