Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara etimologis, ensiklik berasal dari kata Latin “litterae encyclicae” yang
asal muasalnya adalah kata Yunani `ekkuklios' yang berarti `according to' dan kata
`kuklos' yang berarti `circle'. Secara harafiah dapat diartikan “yang dikirim
berkeliling”.

Dalam sejarah Gereja Katolik, pada mulanya ensiklik lebih dikenal dengan
kata `circular' yang berarti surat edaran, surat yang berkeliling di antara para uskup
dan uskup agung. Kemudian, mulai digunakan kata `litterae encyclicae' untuk
menunjuk pada surat yang dikirimkan paus kepada para uskup. Sampai saat ini
ensiklik digunakan untuk membedakannya dari  surat-surat paus yang lain dengan
namanya masing-masing, misalnya: bulla, exhortasi apostolik, dll.
Ensiklik merupakan sebuah surat yang bersifat agung dan universal, biasanya
teks resmi ditulis dalam bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke pelbagai bahasa
lain. Ensiklik dikirim kepada para patriark, uskup agung dan uskup di seluruh dunia,
bahkan terbuka untuk seluruh umat Allah. Isinya tidaklah pertama-tama untuk
menyampaikan suatu dogma atau ajaran Gereja yang baru, tetapi terutama untuk lebih
menggarisbawahi iman Gereja mengenai suatu tema yang aktual. Tujuannya adalah
mengemukakan pokok-pokok penting dari ajaran Gereja, menganalisa suatu situasi
atau keadaan khusus atau juga mengangkat seorang tokoh yang patut diteladani.
Ensiklik yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XIV pada tanggal 3
Desember 1740, berjudul `Ubi primum'. Ensiklik “Deus Caritas Est” Paus Benediktus
XVI ini merupakan yang ke-294. Paus Yohanes XXIII menerbitkan 8 ensiklik, Paulus
VI menerbitkan 7 ensiklik dan Paus Yohanes Paulus II menerbitkan 14 ensiklik (yang
terakhir adalah Ecclesia de Eucharestia, April 2003). Dari pengalaman nampak bahwa
ensiklik perdana dari setiap paus menunjukkan `program' dari arah penggembalaan
dan sekaligus semangat dasarnya sebagai pemimpin Gereja tertinggi.

1
Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 telah mengeluarkan ensiklik “Laudato
Si” yang mengajak kita semua untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran.
Ensiklik Laudato si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik
kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our
common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini
Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan
terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang
di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”

Pada tanggal 3 Oktober 2020 Paus Fransiskus menandatangani Ensiklik


“Fratelli Tutti” di Assisi, tempat kelahiran dan hidup St. Fransiskus dari Assisi. Pada
tanggal 4 Oktober, ensiklik tersebut dipublikasikan dan Ensiklik ini memiliki tujuan
yaitu untuk mendorong keinginan akan persaudaraan dan persahabatan sosial.
Pandemi Covid-19 menjadi latar belakang ensiklik ini. Kedaruratan kesehatan global
telah membantu menunjukkan bahwa “tak seorangpun bisa menghadapi hidup
sendirian” dan bahwa waktunya sungguh-sungguh telah tiba akan “mimpi sebagai
satu keluarga umat manusia” di mana kita adalah “saudara dan saudari semua”.
Ensiklik ini juga menyerukan persaudaraan dan solidaritas yang lebih manusiawi, dan
merupakan sebuah dorongan untuk menolak perang.

2
B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah pengertian dan tujuan dari ensiklik Laudato Si dan Fratelli Tutti ?
2. Apa isi Ensiklik Laudato Si dan Ftatelli Tutti ?
3. Apa saja poin-poin penting yang ada di Ensiklik Fratelli Tutti?

C. BATASAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dalam portofolio ini,
peneliti membatasi dan hanya focus pada definisi, tujuan, dan isi yang terdapat dalam
ensiklik. Laudato Si dan Ensiklik Fratelli Tutti.

D. TUJUAN MASALAH

Tujuan dari portofolio ini yatu sebagai berikut :


A. Untuk mengetahui isi dari Ensiklik Laudato Si.
B. Untuk mengetahui tujuh hal yang di soroti oleh BAPA PAUS Fransiskus
dalam bagian pertama surat Ensiklik Laudato Si.
C. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari ensiklik Laudato Si, dan
Ensiklik Fratelli Tutti
D. Untuk mengetahui poin-poin penting yang terdapat pada Ensiklik Fratelli
Tutti.

E. MANFAAT MASALAH

1. Memberikan pemahaman yang baru mengenai ensiklik Laudato Si dan Fratelli


Tutti
2. Dapat menambah pengetahuan mengenai isi yang ingin disampaikan Paus
Fransiskus kepada umat manusia
3. Dapat mengetahui cara yang tepat untuk membuat umat manusia menyadari
dan menerapkan pesan serta nilai-nilai yang ingin disampaikan Paus
Fransiskus lewat surat yang ditulis olehnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. ENSIKLIK
1. Pengertian Ensiklik
Ensiklik atau surat amanat Paus adalah sebuah istilah dalam agama Kristen
Katolik. Artinya sebenarnya ialah sebuah surat edaran Uskup. Tetapi dewasa ini
ensiklik artinya adalah surat Paus sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik
dunia. Ensiklik berisi ajaran Sri Paus mengenai iman dan kesusilaan. Biasanya
ensiklik ditulis dalam Bahasa Latin, bahasa resmi Vatikan. 

2. Ensiklik dalam Gereja Katolik


Dalam sejarah Gereja Katolik, pada mulanya ensiklik lebih dikenal dengan
kata `circular' yang berarti surat edaran, surat yang berkeliling di antara para uskup
dan uskup agung. Kemudian, mulai digunakan kata `litterae encyclicae' untuk
menunjuk pada surat yang dikirimkan paus kepada para uskup. Sampai saat ini
ensiklik digunakan untuk membedakannya dari surat-surat paus yang lain dengan
namanya masing-masing, misalnya: bulla, exhortasi apostolik, dan lain-lain.

B. Ensiklik Laudato Si dan Fratelli Tutti

1. Pengertian Ensiklik Laudato


Didahului dengan ucapan “Laudato Si’, mi’ Signore,” “Terpujilah Engkau,
Tuhanku,”  yang ia kutip dari ucapan Santo Fransiskus dari Asisi, pendahulunya
ratusan tahun lalu, Paus Fransiskus memulai penegasan sikapnya yang lahir dari
refleksi keimanan atas realitas dunia yang hadir saat ini. Dua ratus empat puluh enam
paragraf dari keseluruhan ensiklik ini berbicara soal bagaimana seharusnya manusia
beragama dan beriman bersikap atas alam dan lingkungannya. Ensiklik Laudato Si ini
sejatinya adalah seruan profetik pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang disandarkan
pada ajaran keimanan Katolik. Sebuah ensiklik tak hanya merespons realitas sosial,
namun juga mengungkapkan basis teologisnya, sehingga aksi-aksi implementatif
terhadap ensiklik bukan hanya merupakan gerakan sosial melainkan juga gerakan
keagamaan.

4
Ensiklik ini memuat pandangan dan seruan Paus Fransiskus tentang pentingnya
mengatai perubahan iklim dan melindungi lingkungan hidup. Paus menyatakan bahwa
kerusakan yang terus-menerus dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai
satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas.

2. Pengertian Ensiklik Fratelli Tutti

Fratelli tutti (Saudara Sekalian) adalah ensiklik ketiga Paus Fransiskus, yang


beranak judul "tentang persaudaraan dan persahabatan sosial". Dalam dokumen
tersebut, Fransiskus menyatakan bahwa cara penanganan pandemi COVID-19 oleh
negara-negara dunia menunjukkan kegagalan dalam kerjasama global. Ensiklik
tersebut menyerukan persaudaraan dan solidaritas yang lebih manusiawi, dan
merupakan sebuah dorongan untuk menolak perang.
Dokumen tersebut ditandatangani pada 3 Oktober 2020, bertepatan dengan
kunjungan Paus Fransiskus ke makam Santo Fransiskus dari Asisi, dan diterbitkan
pada keesokan harinya pada hari raya santo tersebut.

C. Isi dari Ensilik Laudato Si

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai Ensiklik Laudato Si yang
ditulis oleh Paus Fransiskus. Ensiklik Laudato Si sendiri adalah Ensiklik yang
dikeluarkan oleh Paus Fransiskus setelah Ensiklik Lumen Fidei. Ensiklik Laudato Si
atau sering disebut Laudato Si memuat pandangan dan seruan Bapa Suci tentang
pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan hidup. Paus
menyatakan bahwa kerusakan yang terus menerus dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan sebagai ssatu tanda kecil dari krisis etika, budaya, dan spiritual
modernitas. Paus mengungkapkan cara mengatasi krisis tersebut dengan revolusi
budaya dan pertobatan ekologis.

Ensiklik Laudato Si terdiri dari enam bagian. Pada tiap bagian Paus
menyampaikan tema-tema tertentu. Tema pertama yang disampaikan oleh Paus
adalah apa yang sedang terjadi pada rumah kita bersama ini (Ibu Pertiwi). Tema
kedua dalam Laudato Si yang disampaikan oleh Paus adalah Injil tentang alam ciptaan
Tuhan. Tema ketiga yang disampaikan oleh Paus adalah akar manusiawi dari krisis
ekologis. Tema keempat yaitu ekologi yang utuh. Kemudian tema kelima yakni garis

5
kebijakan pendekatan dan tindakan-tindakan konkrit(program-program). Bab
terakhir dari Laudato Si adalah pendidikan dan spiritualitas eklesiologis. Pada
bab ini penulis akan membahas lebih dalam bagian-bagian dari Ensiklik Laudato Si
tersebut.

a) Apa yang Sedang Terjadi Pada Rumah Kita Bersama ini.

Bagian pertama dari Ensiklik Laudato Si ini diberi judul apa yang sedang
terjadi pada rumah kita bersama ini. Bagian pertama terdiri dari tujuh hal yang
disoroti oleh Paus Fransiskus. Bagian-bagian pembahasan tersebut adalah:

1. Polusi dan Perubahan Iklim


Pokok bahasan pertama berisi polusi dan perubahan iklim. Paus Fransiskus
menyoroti polusi dan perubahan iklim dunia yang belakangan ini menjadi tranding
topik pembicaraan dunia. Perhatian Paus Fransiskus mengenai polusi tertuang
dalam Ensiklik Laudato Si bab satu bagian pertama artikel 20 sampai 23. Pada artikel
20, Paus Fransiskus mengungkapkan macam-macam bentuk pencemaran yang
dialami manusia setiap harinya. Salah satu contoh pencemaran yang diangkat oleh
Paus Fransiskus adalah pencemaran udara. Pencemaran udara yang mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyakat miskinn dan menyebabkan
jutaan kematian dini.
Polusi udara ini disebabkan oleh berbagai macam hal yakni transportasi, asap
industri, zat yang memberikan konstribusi pada pengasaman tanah dan air, pupuk
insektisida, fungisida, herbisida dan agrotoxins pada umumnya. Bahkan teknologi
yang ditawarkan demi kepetingan bisnis pada kenyataannya tidak mampu melihat
jaringan hubungan yang tersembunyi antara banyak hal, bahkan kadang-kadang justru
menciptakan masalah lain.

Pada artikel 21 Paus Fransiskus menyoroti pencemaran yang disebabkan


limbah, termasuk limbah berbahaya yang hadir dalam pelbagai daerah. Setiap
tahun dihasilkan berton-ton limbah, yang sebagian besar tidak membusuk secara
biologis; limbah domestic dan perusahaan, limbah pembongkaran bangunan, limbah
klinis, elektronik, dan industri, limbah yang sangat beracun dan radioaktif

Sedangkan pada artikel 22 Paus Fransiskus menyoroti masalah-masalah lain

6
terkait dengan budaya membuang yang menyangkut baik orang yang dikucilkan
maupun barang yang cepat disingkirkan menjadi sampah.
Kemudian, setelah menyoroti masalah pencemaran lingkungan, pada artikel
23 sampai 26 Paus menyoroti tentang iklim sebagai kesejahteraan umum. Menurut
Paus Fransiskus iklim merupakan salah satu sisi kesejahteraan umum., milik semua
dan untuk semua. Hal ini tertuang dalam artikel 23, di mana Paus Fransiskus
menuliskan bahwa iklim adalah kekayaan bumi yang memiliki kompleksitas sistem
yang terkait dengan kehidupan manusia.
Akan tetapi, beberapa dekade belakangan ini pemanasan bumi disertai
dengan kenaikan konstan permukaan laut mengancam keberadaan iklim di dunia.
Pemanasan dan cuaca ekstrem yang terjadi di dunia ini sulit dilepaskan dari gaya
hidup manusia yang mulai berlebihan.
Pada artikel 24 Paus menuliskan bahwa pemanasan bumi memiliki efek pada
siklus karbon yang menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk situasi,
karena akan berdampak pada ketersediaan sumber daya penting seperti air minum,
energy dan hasil pertanian di daerah yang lebih panas dan akan menyebabkan
kepunahan sebagian dari keanekaragaman hayati di bumi. Selain itu mencairnya es di
kutub dan di pegunungan tinggi dapat menyebabkan pelepasan gas metana yang
berbahaya, sedangkan pembusukan bahan organik yang tadi beku dapat
meningkatkan emisi karbondioksida yang akhirnya berdampak pada masyarakat yang
tinggal di wilayah pantai dan daerah pesisir.
Artikel 25 membahas tentang perubahan iklim merupakan masalah global
dengan dampak buruk untuk dampak lingkungan, masyarakat, ekonomi, perdagangan
dan politik. Dampak terburuk mungkin akan dirasakan dalam beberapa dekade
mendatang oleh negara-negara berkembang. Banyak orang miskin yang tinggal di
wilayah-wilayah yang paling dipengaruhi oleh pelbagai gejala yang terkait dengan
pemanasan bumi, sementara penghidupan mereka sangat tergantung pada cadangan
alam dan jasa ekosistem seperti pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Bab satu bagian satu ditutup dengan artikel 26 yang memuat pandangan
Bapa Suci Fransiskus tentang banyaknya orang memiliki lebih banyak sumber daya
dan kekuatan ekonimis atau politis justru berusaha untuk menutupi masalah atau
menyembunyikan gejala-gejala perubahan iklim dan hanya berupaya untuk
mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

7
2. Masalah Air
Pokok bahasan kedua berisi polusi dan perubahan iklim. Paus Fransiskus
menyoroti indikator lain keadaan sekarang ini menyangkut menipisnya sumberdaya
alam. Eksploitasi oleh tingkat konsumsi di negara-negara maju dan lapisan-lapisan
terkaya negara-negara lainnya dalam kebiasaan boros dan membuang. Eksploitasi
planet sudah melebihi batas maksimal. Hal ini tertera pada artikel 27.
Artikel 28, Paus memulai membahas tentang air minum yang sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan untuk mendukung ekosistem di daratan dan
perairan. Sumber-sumber air tawar diperlukan untuk perawatan kesehatan,
pertanian,dan industri. Saat ini banyak tempat membutuhkan air yang melebihi
pasokan di tempat tersebut, contohnya di kota-kota besar membutuhkan cadangan
pasokan air yang besar. Di beberapa negara ada daerah yang memiliki air melimpah,
sedangkan yang lain menderita kekurangan cukup parah.
Artikel 29 menampilkan masalah yang sangat serius tentang kualitas air
yang tersedia bagi orang miskin yang menyebabkan banyak kematian setiap hari.
Banyak penyakit yang ditimbulkan berhubungan dengan air, persediaan air yang tidak
aman dapat menjadi penyebab signifikan penderitaan dan kematian bayi. Banyak
bahan pembersih dan produk kimia, yang masih lazim digunakan penduduk di banyak
tempat di dunia, terus mengalir ke sungai, danau dan laut yang mempengaruhi
kualitas air.

Sementara kualitas air yang tersedia terus berkurang, di beberapa tempat ada
tren makin kuat ke arah privatisasi sumber daya yang terbatas ini, mengubahnya
menjadi barang dagangan yang tunduk pada hukum dagang. Hal ini menjadi masalah
yang serius kepada orang miskin yang tidak memiliki akses ke orang miskin.
Pernyataan ini tertulis pada artikel 30
Bagian 2 ini ditutup pada artikel 31 yang berisi tentang kelangkaan air yang
makin besar akan menyebabkan peningkatan biaya makanan dan berbagai produk
yang tergantung pada penggunaan air. Beberapa studi memperingatkan bahwa
kekurangan air yang akut dapat terjadi dalam beberapa dekade jika tidak segera
diambil tindakan. Kedepannya air bersih akan menjadi barang langka dan pemicu

8
konflik antar negara.

3. Hilangnya Keanekaragaman Hayati


Pokok bahasan ketiga, Bapa Paus Fransiskus menyoroti tentang mulai
hilangnya keanekaragaman hayati di bumi ini. Bapa Paus menyorotinya mulai
dari artikel 32 sampai 42.
Artikel 32 berisi tentang sumberdaya yang dijarah karena konsep ekonomi,
perdagangan dan produksi jangka pendek. Hilangnya hutan dan vegetasi lainya
membawa serta hilangnya spesies yang dapat menjadi sumber daya yang sangat
penting di masa depan.
Artikel 33 Bapa Paus menyoroti tentang ribuan spesies tanaman dan hewan
yang hilang. Sebagian besar punah karena alasan yang berkaitan dengan aktivitas
manusia.
Artikel 34 berisi tentang ekosistem yang harus tetap terjaga agar
keseimbangan alam tetap terjaga, manusia diharapkan turun tangan untuk menjaga
geosistem ketika geosistem itu memasuki keadaan kritis. Tetapi manusia justru
memperburuk situasi. Dunia semakin kehilangan warna karena keindahan dan
kekayaannya semakin terbatas, sementara kemajuan teknologi dan barang-barang
konsumsi terus berkembang tanpa batas.
Artikel 35 berisi dampak ekologis suatu proyek, biasanya dipertimbangkan
efek atas tanah, air dan udara, tetapi tidak selalu diadakan penelitian atas dampak
terhadap keanekaragaman hayati, seolah-olah hilannya spesies atau kelompok hewan
atau tanaman tertentu tidak terlalu penting. Ketika spesies tertentu dieksploitasi secara
komersial, kurang diperhatikan faktor reproduksinya demi mencegah penurunan
jumlahnya dan ketidakseimbangan ekosistem yang diakibatkan.
Artikel 36 berisi tentang merawat ekosistem dengan mengandaikan
pandangan melampaui yang instan, karena orang yang mencari keuntungan cepat dan
mudah, tidak akan tertarik pada pelestarian alam. Kita bisa menjadi saksi bisu
ketidakadilan mengerikan, ketika kita mengira memperoleh keuntungan besar dengan
membuat seluruh umat manusia, sekarang dan dimasa depan, membayar biaya
kerusakan lingkungan yang sangat tinggi.

9
Artikel 37 mengulas tentang negara yang mendesak para ahli dalam
melestarikan keanekaragaman hayati, meminta untuk memberi perhatian khusus
kepada kawasan yang paling kaya akan aneka spesies, dan akan spesies yang langka,
atau kurang dilindungi, atau yang hanya ada di situ.

Artikel 38 melihat wilayah-wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus


sebagai paru-paru dunia yang kaya keanekaragaman hayati. Ketika berbicara tentang
tempat-tempat ini, diperlukan sikap kritis yang seimbang karena kita tidak dapat
menutup mata terhadap kepentingan ekonomis global yang sangat besar yang, dengan
kedok melindunginya, dapat melemahkan kedaulatan Negara masing-masing.
Artikel 39 memuat tentang alih fungsi hutan asli menjadi perkebunan,
biasanya monokultur, jarang dianalisis secara memadai. Namun alih fungsi ini dapat
berdampak serius terhadap serius terhadap keanekaragaman hayati yang tidak mampu
bertahan bersama spesies baru yang dibudidayakan.
Artikel 40 berisi tentang lautan yang bukan hanya mengandung bagian
terbesar air di planet ini, melainkan juga sebagian besar aneka macam makluk hidup,
yang banyak masih belum kita kenal, dan yang terancam karena berbagai sebab.
Organisme laut yang kurang kita perhatikan, sepertinya beberapa jenis plankton
menjadi terancam; padahal ini merupakan komponen yang sangat penting dalam
rantai makanan di laut. Species yang menjadi makanan kita, akhirnya, bergantung
pada mereka.
Artikel 41 berisi tentang lautan tropis dan subtropis, yang memiliki terumbu
karang yang sebanding dengan hutan besar di daratan, karena memberi tempat kepada
sekitar satu juta spesies, termasuk ikan, kepiting, moluska, spon, alga, dan lain-lain.
Semua ini membantu kita untuk melihat bahwa setiap intervensi terhadap alam
mendatangkan konsekuensi yang tidak segera tampak, dan cara tertentu
mengeksploitasi sumber daya alam ternyata harus di bayar dengan kerusakan yang
akhirnya bahkan sampai ke dasar laut
Artikel 42 berisi tentang penelitian yang lebih besar perlu di buat untuk
memahami lebih lengkap perilaku ekosistem dan menganalisis secara memadai
berbagai variable dari dampak setiap modifikasi penting terhadap lingkungan. Karena
semua makluk terkait, masing-masing harus dihargai dengan kasih sayang dan
kekaguman, sebab sebagai makluk hidup kita semua saling bergantung.

10
4. Penurunan Kualitas Hidup Manusia & Kemrosotan Sosial
Pokok bahasan ke empat, Bapa Paus Fransiskus menyoroti manusia juga
makhluk dunia ini, yang berhak untuk hidup bahagia, dan yang terlebih lagi memiliki
martabat khusus. Maka mau tak mau kita harus mempertimbangkan bagaimana
kerusakan lingkungan, model pembangunan saat ini, dan budaya buang sampah
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Tertuang pada artikel 43 sampai 47.
Artikel 44 memuat tentang pertumbuhan banyak kota secara berlebihan dan
tidak terkendali hingga tidak sehat lagi untuk dihuni, bukan hanya karena polusi yang
disebabkan oleh emisi gas beracun, tetapi juga sebagai akibat dari kekacauan
perkotaan, masalah transportasi, polusi visual dan kebisingan. Penduduk bumi ini
tidak dimaksudkan untuk hidup terhimpit oleh beton, aspal, kaca dan logam, hingga
kehilangan kontak fisik dengan alam
Artikel 45 berisi tentang beberapa tempat, baik di kota maupun pedesaan,
privatisasi ruang tertentu telah membatasi akses masyarakat ke tempat-tempat yang
indah jauh berkurang di wilayah-wilayah yang lebih terisolir, tempat hidup
masyarakat yang terpinggirkan. Perkotaan yang indah dengan banyak ruang hijau
yang terawat dengan baik ditemukan di beberapa wilayah yang “nyaman”. tempat
hidup masyarakat yang terpinggirkan.
Artikel 46 berisi tentang aspek-aspek sosial dari perubahan global meliputi
dampak teknologi baru terhadap lapangan kerja, pengucilan sosial, ketimpangan
dalam distribusi dan konsumsi energi dan jasa lainnya, fragmentasi sosial,
peningkatan kekerasan, kemunculan bentuk-bentuk baru agresi sosial, per• dagangan
narkoba dan penggunaannya di kalangan muda, dan kehilangan identitas. Tanda-tanda
seperti ini menunjukkan bahwa pertumbuhan selama dua abad terakhir• tidak dalam
semua segi membawa perkembangan integral dan peningkatan kualitas hidup.
Artikel 47 berisi tentang pengaruh media masa dan dunia digital yang hadir di
mana-mana, dapat menghalangi orang untuk belajar hidup dengan kebijaksanaan,
untuk berpikir secara mendalam, untuk mencintai dengan murah hati. Hubungan nyata
dengan orang lain, dengan segala tantangannya, sekarang cenderung diganti dengan
jenis komunikasi internet yang memungkinkan kita untuk memilih atau memutuskan
hubungan semaunya.

5. Ketimpangan Global
11
Pada sub bab ini Bapa Paus membahas tentang Lingkungan manusia dan
lingkungan alam merosot bersama-sama, dan kita tidak dapat secara memadai
menangani kemerosotan lingkungan alam jika kita tidak memperhatikan sebab- sebab
yang berkaitan dengan kemerosotan manusia dan masyarakat. Dampak ketimpangan
saat ini juga tampak dari kematian dini banyak orang miskin, dari konflik-konflik
yang dipicu oleh kurangnya sumber daya, dan dari banyak masalah lain yang tidak
mendapat cukup perhatian dalam agenda global. Diulas dari artikel 48 sampai 52.
Artikel 49 memuat tentang permasalahan yang secara khusus menyangkut
mereka yang terkucilkan. Padahal mereka merupakan sebagian besar penduduk bumi,
miliaran orang. Hari-hari ini, mereka disebutkan dalam diskusi politik dan ekonomi
internasional, tetapi sering terkesan bahwa permasalahan mereka ditampilkan hanya
sebagai embel-embel, sebagai kewajiban tambahan atau sampingan, jika tidak
dianggap sebagai kerugian sampingan. Tetapi hari ini, kita mau tak mau harus
mengakui bahwa pendekatan ekologis yang sejati selalu berupa pendekatan sosial,
yang harus mengintegrasikan soal keadilan dalam diskusi lingkungan hidup, untuk
mendengarkan jeritan bumi maupun jeritan kaum miskin.
Artikel 50 memuat tentang bagaimana memecahkan masalah orang miskin dan
memikirkan bagaimana dunia bisa berbeda, ada pihak yang hanya dapat mengusulkan
penurunan tingkat kelahiran. Kadang-kadang, negara berkembang menghadapi
tekanan internasional yang membuat bantuan ekonomi bergan• tung pada kebijakan
tertentu menyangkut “bidang ke sehatan reproduksi”. Memang “benar bahwa
distribusi yang tidak merata dari penduduk dan sumber daya yang tersedia
menciptakan hambatan untuk pengembangan dan pemanfaatan lingkungan secara
berkelanjutan, tetapi harus diakui bahwa pertumbuhan demografis sepenuhnya
harmonis dengan pengembangan yang utuh dan solider”.
Artikel 51 berisi tentang ketimpangan yang berdampak bukan hanya bagi
individu tetapi juga untuk negara-negara seluruhnya; Itu memaksa kita untuk
memikirkan suatu bentuk etika hubungan internasional. Sungguh ada “utang
ekologis”, terutama antara Utara dan Selatan, terkait dengan ketidakseimbangan
perdagangan, dengan efek-efek di bidang ekologi, dan juga terkait dengan
penggunaan sumber daya alam yang tidak proporsional, yang sudah lama
dipraktikkan oleh negara-negara tertentu. Pemanasan yang disebabkan oleh konsumsi
tinggi negara-negara kaya tertentu, memiliki dampak terhadap daerah termiskin di
dunia, terutama di Afrika, tempat kenaikan suhu, bersama dengan kekeringan, telah

12
sangat menurunkan hasil pertanian. Ada juga kerusakan yang disebabkan oleh ekspor
limbah padat dan cairan beracun ke negara-negara berkembang, dan polusi yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara berkembang dengan
cara-cara yang tidak pernah dapat mereka lakukan di negara-negara tempat mereka
memperoleh modal.

Artikel 52 berisi tentang utang luar negeri negara-negara miskin telah menjadi
alat kontrol, tetapi yang sama tidak terjadi dengan utang ekologis. Wilayah-wilayah
dan negara-negara termiskin kurang mampu mengadopsi model- model baru untuk
mengurangi dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan karena mereka tidak
memiliki sumber daya manusia untuk mengembangkan proses-proses yang diperlukan
dan mereka tidak mampu membiayainya. Kita perlu memperkuat kembali kesadaran
bahwa kita merupakan satu keluarga manusia. Tidak ada pembatas atau
penghalang, politik atau sosial, yang mengizinkan kita mengisolasi diri, dan oleh
karena itu juga tidak boleh diberi ruang kepada globalisasi ketidak pedulian.

6. Tanggapan-tanggapan Yang Lemah


Artikel 53 sebagai awal subbab ini berisi tentang menyakiti dan
menyalahgunakan rumah kita bersama, seperti dalam dua ratus tahun terakhir. Namun
kita dipanggil untuk menjadi instrumen Allah Bapa agar planet kita menjadi apa yang
Dia inginkan ketika Ia menciptakannya, dan agar bumi memenuhi rencana-Nya yaitu
perdamaian, keindahan dan keutuhan. Masalahnya, kita belum memiliki budaya yang
diperlukan untuk meng• hadapi krisis seperti ini.
Artikel 54 berisi tentang lemahnya tanggapan politik internasional yang
tampak mencolok. Kegagalan KTT global tentang lingkungan mengungkapkan•
bahwa politik kita tunduk pada teknologi dan keuangan. Ada terlalu banyak
kepentingan khusus, dan dengan mudah kepentingan ekonomi akhirnya mengalahkan
kesejahteraan umum dan memanipulasi informasi sehingga rencana- rencana mereka
tidak akan terpengaruh. Aliansi antara ekonomi dan teknologi akhirnya
mengesampingkan apa pun yang tidak terkait dengan kepentingan instan mereka.
Artikel 55 berisi tentang beberapa Negara yang dapat menunjukkan kemajuan
yang signifikan, dengan mengembangkan kontrol yang lebih sungguh- sungguh
memerangi korupsi. Para penduduk menjadi lebih peka terhadap masalah ekologi,
meskipun tidak cukup untuk mengubah pola konsumsi mereka yang merugikan, yang

13
tampaknya tidak menurun melainkan bertambah dan berkembang. Contoh sederhana
adalah meningkatnya penggunaan dan penguatan AC. Jika seseorang melihatnya dari
luar planet kita, ia akan kaget akan perilaku seperti itu, yang ada kalanya tampak
seperti penghancuran diri.
Artikel 56 berisi tentang kekuatan ekonomi yang terus membesarkan system
global saat ini. Di situ prioritas diberikan kepada spekulan dan pengejar keuntungan
finansial yang cenderung mengabaikan konteks apapun, apa lagi efek pada martabat
manusia dan lingkungan alam. Itulah sebabnya hari ini “apa pun yang rapuh, seperti
lingkungan hidup, tidak berdaya berhadapan dengan kepentingan pasar yang
didewakan, yang menjadi aturan tunggal”.
Artikel 57 berisi tentang menipisnya beberapa sumber daya, secara bertahap
diciptakan sekenario yang mengarah ke peperangan baru, meskipun berkedok klaim-
klaim yang mulia. Politik harus lebih memperhatikan pencegahan konflik baru dan
mengatasi sebab-sebab yang dapat menimbulkannya. Tetapi kekuasaan yang
berkaitan dengan sektor keuangan paling menentang upaya itu, dan perencanaan
politik biasanya tidak berpandangan luas.
Artikel 58 berisi tentang contoh-contoh positip di beberapa Negara,
keberhasilan perbaikan lingkungan: sungai yang tercemar selama beberapa decade
telah dibersihkan; hutan asli telah di pulihkan; lanskap telah diperindah melalui
proyek pembaruan lingkungan; proyek-proyek pembangunan bernilai estetis telah
dijalankan; kemajuan telah dibuat dalam produksi energi bersih dan dalam perbaikan
transportasi publik.
Artikel 59 berisi tentang ekologi dangkal, samar-samar, yang memperkuat
kepuasan diri dan rasa ceria tanpa tanggung jawab. Seperti yang sering terjadi dalam
masa krisis yang mendalam yang membutuhkan keputusan berani, kita tergoda untuk
berpikir bahwa apa yang sedang terjadi sebenarnya merupakan sebuah ketidakpastian.
Inilah cara manusia membenarkan diri untuk mempertahankan semua sifat buruk
yang merusak dirinya: berusaha untuk tidak melihatnya, berupaya untuk tidak
mengakuinya, menunda keputusan penting, berpura-pura seolah-olah tidak terjadi
apa-apa.

7. Keragaman Pendapat
Artikel 60 berisi tentang pengakuan bahwa telah dikembangkan pandangan
dan garis pemikiran yang berbeda-beda tentang situasi saat ini dan tentang solusi yang

14
di• mungkinkan. Di ujung yang satu, ada pihak yang kuat mempertahankan• mitos
kemajuan dan menegaskan bahwa• masalah ekologi akan dipecahkan hanya melalui
penerapan teknologi baru, tanpa perlu pertimbangan etis atau perubahan mendalam.
Di ujung yang lain, ada yang memandang bahwa manusia dengan segala
intervensinya hanya bisa menjadi ancaman dan membahayakan ekosistem global, dan
oleh karena itu kehadirannya di planet ini harus dikurangi dan segala bentuk
intervensinya terhadap alam dicegah.
Artikel 61 berisi tentang Gereja yang memahami kewajiban untuk mende•
ngarkan dan mendorong debat yang tulus di antara para ilmuwan, sambil
menghormati keragaman pendapat. Cukuplah melihat realitas dengan jujur untuk
menemukan bahwa rumah kita bersama mengalami kerusakan parah. Pengharapan
mengundang kita untuk melihat bahwa selalu ada jalan keluar, bahwa kita selalu dapat
menetapkan kembali arah, selalu dapat melakukan sesuatu untuk memecahkan
berbagai masalah.

b) KABAR BAIK PENCIPTAAN

Pada bab kedua Ensiklik Laudato Si ini diberi judul dengan memberikan
sisipan dalam Alkitab yang mengamati tentang lingkungan hidup, dimana bagian-
bagian itu adalah :
Artikel 62 berisi tentang maksud dokumen yang ditujukan kepada semua
orang bersifat dan berkehendak baik. Sebab sebagai kekayaan yang dapat
disumbangkan oleh agama-agama kepada suatu ekologi integral dan kepada
pengembangan manusia, bagaimana Orang lain melihat agama sebagai subkultur yang
hanya perlu ditoleransi. Namun, ilmu pengetahuan dan agama, yang menawarkan
pendekatan berbeda dalam memahami kenyataan, dapat masuk ke dalam dialog yang
intens dan bermanfaat bagi keduanya.

1. Cahaya Yang Ditawarkan Iman


Artikel 63 berisi tentang kompleksitas krisis ekologis dan pelbagai sebabnya,
kita harus menyadari bahwa solusi tidak akan muncul dari hanya satu cara
menafsirkan dan mengubah realitas. Perlu juga meminta bantuan dari kekayaan
budaya bangsa-bangsa yang beragam, seni dan puisi, kehidupan batin dan
spiritualitas. Jika kita benar-benar berusaha untuk mengembangkan sebuah ekologi

15
yang mampu menanggulangi kerusakan yang telah kita adakan. Hal itu tampak dalam
perkembangan ajaran gereja yang berkaitan dengan masalah- masalah sosial; ajaran
itu dituntut untuk terus memperkaya diri dengan menerima tantangan baru.
Artikel 64 selanjutnya, sementara Ensiklik ini membuka diri untuk berdialog
dengan semua pihak dan bersama-sama mencari jalan pembebasan, baik bagi umat
manusia dan bagi dunia kalau kita, sebagai orang beriman, lebih menyadari komitmen
ekologis yang timbul dari keyakinan iman kita.

2. Hikmah Cerita-Cerita Alkitab


Artikel 65 berisi tentang Teologi Penciptaan, yang dikatakan Alkitab melalui
kisah penciptaan tentang relasi manusia dan dunia.
Artikel 66 berisi tentang cerita-cerita penciptaan dalam kitab Kejadian yang
mengandung ajaran mendalam tentang eksistensi manusia dan realitas sejarah. Cerita-
cerita ini menunjukkan bahwa eksistensi manusia didasarkan pada tiga relasi dasar
yang terkait: hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan bumi. Menurut
Alkitab, tiga hubungan penting itu telah rusak, bukan hanya secara lahiriah,
melainkan juga di dalam diri kita. Perpecahan ini merupakan dosa. Harmoni antara
Pencipta, manusia dan semua ciptaan dihancurkan karena kita mengira dapat
mengambil tempat Allah, dan menolak untuk mengakui diri sebagai makhluk yang
terbatas.
Artikel 67 menegaskan bahwa kita bukan Allah. Bumi sudah ada sebelum kita
dan telah diberikan kepada kita. Hal ini memungkinkan kita untuk menanggapi
tuduhan bahwa pemikiran Yahudi-Kristen yang berdasarkan Kitab Kejadian
mengundang manusia untuk “berkuasa” atas bumi (kejadian 1:8), telah mendorong
eksploitasi alam secara liar dengan memberi gambaran tentang sifat manusia yang
dominan dan destruktif. Ini bukan interpretasi yang benar tentang Alkitab, seperti
yang dipahami oleh Gereja. Artinya, ada relasi tanggung jawab timbal balik antara
manusia dan alam. Setiap komunitas dapat mengambil apa yang mereka butuhkan dari
harta bumi untuk bertahan hidup, tetapi juga memiliki kewajiban untuk melindungi
bumi dan menjamin keberlangsungan kesuburannya untuk generasi-generasi
mendatang; karena akhirnya,” Tuhanlah yang empunya.
Artikel 68 berisi tetang tanggung jawab terhadap bumi milik Allah ini

16
menyiratkan bahwa manusia yang diberkati dengan akal budi, menghormati hukum
alam dan keseimbangan yang lembut di antara makhluk-makhluk di dunia ini, sebab
“Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta. Dia mendirikan semuanya untuk
seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat
dilanggar”(Mazmur 148:5b-6). Itulah sebabnya hukum-hukum Alkitab memberi
manusia berbagai norma, bukan hanya berkaitan dengan sesama manusia, tetapi juga
berkaitan dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Jelaslah bahwa Alkitab tidak
mengizinkan antroposentrisme diktatorial yang tidak peduli terhadap makhluk-
makhluk lainnya.
Artikel 69 berisi tentang penggunaan aneka barang dengan cara yang
bertanggung jawab, kita dipanggil untuk mengakui bahwa makhluk-makhluk hidup
lainnya memiliki nilai intrinsik di hadapan Allah, dan “dengan keberadaannya pun
mereka sudah memuji dan memuliakan-Nya,” (KGK,2416). Dewasa ini Gereja tidak
beitu saja mengatakan bahwa mahluk-mahluk lain
sepenuhnya ditundukkan kepada kepentingan manusia, seolah-olah mereka• tidak
memiliki nilai dalam dirinya sendiri dan kita dapat memperlakukannya semaunya
kita. Inilah sebabnya mengapa manusia harus menghormati kebaikan khas setiap
makluk untuk menghindari penggunaannya yang tak beraturan
Artikel 70 berisi kisah tentang Kain dan Habel, kita melihat bagaimana
kecemburuan mendorong Kain melakukan ketidakadilan ekstrem melawan
saudaranya. Ini pada gilirannya mengganggu hubungan antara Kain dengan Allah,
juga antara Kain dengan bumi. Kain menjadi seorang pelarian dan pengembara di
bumi. Ini diringkaskan dalam percakapan dramatis antara Allah dengan Kain. Dalam
cerita kuno yang penuh simbolisme mendalam ini, keyakinan kita sekarang sudah ada:
semuanya terhubung, dan perlindungan otentik untuk hidup kita sendiri dan
hubungan kita dengan alam tidak dapat dilepaskan dari persaudaraan, keadilan, dan
kesetiaan kepada pihak lain.
Artikel 71 berisi tentang Tradisi Alkitab yang jelas menunjukkan bahwa
pemulihan itu mengandaikan penemuan kembali dan penghormatan terhadap irama
yang oleh tangan Sang Pencipta ditulis dalam alam. Kita melihat hal itu, misalnya,
dalam hukum Sabat. Pada hari ketujuh Allah beristirahat dari segala pekerjaan-Nya.
Ia memerintahkan kepada Israel untuk memelihara setiap hari ketujuh sebagai hari
istirahat, hari Sabat (lihat Kejadian 2:2-3; Keluaran 16:23; 20:10). Pada saat yang
sama, semuanya ini merupakan pengakuan bahwa anugerah tanah, dengan buah-

17
buahnya, merupakan milik semua orang. Mereka yang menggarap dan memelihara
tanah, harus berbagi hasilnya, terutama dengan orang-orang miskin, janda, anak
yatim, dan orang asing
Artikel 72 berisi tentang Mazmur yang sering mengundang manusia untuk
memuji Allah Pencipta “yang menghamparkan bumi di atas air! Kasih-Nya kekal!”
(Mazmur 136:6).
Artikel 73 berisi tentang Kitab-kitab Para Nabi yang mengajak kita
menemukan kekuatan baru di saat-saat yang sulit dengan memandang Allah Yang
Mahakuasa yang menciptakan alam semesta. Namun kuasa Allah yang tak terbatas
itu tidak menyebabkan kita lari dari kelembutan kebapaan-Nya, karena dalam Dia
kasih sayang dan kekuatan tergabung. Setiap spiritualitas yang sehat akan serentak
menyambut kasih Allah dan, dengan penuh keyakinan, menyembah Tuhan karena
kekuasaan-Nya yang tak terbatas.
Artikel 74 berisi tentang pengalaman pembuangan ke Babel telah mencipta•
kan krisis rohani yang mendorong pendalaman iman kepada Allah. Kemahakuasaan-
Nya sebagai Pencipta lebih jelas diungkapkan untuk mendorong orang menemukan
kembali harapan di tengah situasi yang mencelakakan itu.
Artikel 75 berisi tentang kita yang tidak dapat menerima spiritualitas yang
melupakan Allah sebagai Yang Mahakuasa dan Pencipta. Sebab jika demikian, kita
akhirnya akan menyembah kuasa-kuasa dunia lainnya, atau kita sendiri akan
mengambil tempat Tuhan sampai mengklaim hak untuk menginjak-injak karya
ciptaan-Nya, tanpa tahu batas.

3. Misteri Alam Semesta


Artikel 76 berisi tentang tradisi Yahudi-Kristen, kata “ciptaan” memiliki arti
lebih luas daripada ‘alam’, karena ada hubungannya dengan proyek kasih Allah di
mana setiap makhluk memiliki nilai dan arti. Alam biasanya dimengerti sebagai
sistem yang dapat dipelajari, dipahami, dan dikelola, sedangkan ciptaan hanya dapat
dipahami sebagai hadiah dari tangan terbuka Bapa kita semua, sebagai kenyataan
yang disinari kasih yang memanggil kita ke dalam suatu persekutuan universal.
Artikel 77 berisi tentang bagaimana dunia berasal dari suatu keputusan, bukan
dari kekacauan atau hal kebetulan, dan itu meningkatkan nilainya. Dalam firman yang
menciptakan terungkap suatu pilihan bebas. Alam semesta tidak timbul sebagai hasil
kemahakuasaan yang sewenang-wenang, unjuk kekuasaan atau keinginan untuk

18
menegaskan diri.
Artikel 78 berisi tentang pemikiran Yahudi-Kristen yang melepaskan alam
dari mitos. Tanpa berhenti untuk mengagumi kemegahan dan kebesarannya, alam
tidak lagi dipandang sebagai sosok ilahi. Dengan demikian, komitmen kita ter•
hadapnya ditekankan lebih lagi. Gerakan kembali ke alam tidak boleh mengorbankan
kebebasan dan tanggung jawab manusia, yang merupakan bagian dari dunia dengan
tugas mengembangkan kemampuan mereka sendiri guna melindungi dunia dan
mengembangkan potensinya. Artikel 79 berisi tentang alam semesta yang tersusun
dari sistem-sistem terbuka yang berkomunikasi satu sama lain, kita dapat me•
nemukan bentuk-bentuk hubungan dan partisipasi yang tak terhitung jumlahnya. Hal
ini menimbulkan pemikiran bahwa keseluruhan yang berkembang di dalam Allah,
terbuka untuk transendensi-Nya. Iman memungkinkan kita untuk menafsirkan makna
dan keindahan misterius dari apa yang terjadi
Artikel 80 berisi tentang Allah yang ingin bekerja bersama kita dan
mengandaikan kerja sama kita, dapat juga menarik sesuatu yang baik dari yang jahat
yang kita lakukan, karena “Roh Kudus memiliki daya cipta yang tak terbatas, milik
khas Roh ilahi, yang dapat memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia,
bahkan yang paling rumit dan tak terselami” (Yohanes Paulus II, Insegnamenti 14,
856)
Artikel 81 berisi tentang pengandaian bila adanya proses evolusi, manusia
juga memiliki kebaruan yang tidak dapat dijelaskan• sepenuhnya dari evolusi sistem-
sistem terbuka lainnya. Kita masing-masing memiliki identitas pribadi sendiri, yang
mampu masuk ke dalam dialog dengan orang lain dan dengan Allah sendiri. Cerita-
cerita Alkitab mengajak kita untuk melihat manusia sebagai subjek, yang tidak pernah
dapat diturunkan ke status objek.
Artikel 82 berisi tentang cita-cita harmoni, keadilan, persaudaraan dan
perdamaian yang Yesus tawarkan adalah kebalikan dari model seperti, dan berkaitan
dengan para penguasa zaman-Nya.
Artikel 83 berisi tentang tujuan akhir perjalanan alam semesta ditemukan
dalam kepenuhan Allah, yang telah dicapai oleh Kristus yang bangkit, ukuran
kematangan segala sesuatu. Dengan demikian kita menambahkan satu argumen lagi
untuk menolak dominasi despotis (tirani) dan tak bertanggungjawabnya manusia atas
makhluk-makhluk lain. Tujuan akhir mereka bukanlah kita.

19
4. Pesan setiap mahluk dalam harmoni seluruh ciptaan
Artikel 84 berisi tentang penegasan kita bahwa manusia adalah gambar Allah,
tidak boleh membuat kita lupa bahwa setiap makhluk memiliki fungsi sendiri dan
tidak ada satu pun yang berlebihan. Seluruh alam semesta materiil adalah bahasa cinta
Allah, kasih sayang-Nya yang tak terbatas bagi kita. Tanah, air, gunung, semuanya
ibarat belaian Allah.
Artikel 85 berisi tentang para Uskup yang telah menulis tentang bagaimana
Allah begitu mencintai ciptannya. Dengan memperhatikan penyataan ini, kita belajar
untuk melihat diri kita sendiri dalam hubungan kita dengan semua makhluk lain.
Artikel 86 berisi tentang alam semesta sebagai keseluruhan, dalam aneka
hubungannya,• mengungkapkan kekayaan Allah yang tak terbatas. Maka kita baru
memahami pentingnya• dan makna dari setiap makhluk jika kita memandangnya
dalam keseluruhan rencana Allah. Seperti diajarkan dalam Katekismus.
Artikel 87 berisi tentang saat kita sadar bahwa bahwa Allah tercermin dalam
semua yang ada, hati mengalami keinginan untuk memuji Tuhan karena semua
ciptaan-Nya, dan bersama-sama dengan mereka, seperti dengan indah terungkap
dalam Gita Sang Surya Santo Fransiskus dari Assisi.
Artikel 88 berisi tentang bagaimana para Uskup Brasil telah menekankan
bahwa seluruh alam tidak hanya menyatakan Allah tetapi juga merupakan tempat
kehadiran-Nya. Dalam setiap makhluk tinggallah Roh-Nya yang memberi hidup dan
memanggil kita untuk masuk ke dalam hubungan dengan dia. Menemukan kehadiran
ini mendorong kita untuk mengembangkan “kebajikan-kebajikan ekologis” ( LS,
art.16). Jika tidak, kita akan berbuat salah terhadap makhluk- makhluk, karena kita
gagal melihat tempat mereka yang benar dan tepat, dan akhirnya kita tak semestinya
menuntut kepada mereka apa yang dalam kelemahan tidak dapat mereka berikan
kepada kita.

5. Persekutuan Universal
Artikel 89 berisi tentang Makhluk-makhluk dunia ini yang tidak dapat
dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan, yang
mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26). Ini adalah dasar keyakinan bahwa,
karena diciptakan oleh Bapa yang sama, kita dan semua makhluk alam semesta
disatukan oleh ikatan yang tak kelihatan, dan membentuk semacam keluarga
universal, suatu persekutuan luhur yang memenuhi kita dengan rasa hormat yang suci,

20
lembut dan rendah hati.
Artikel 90 berisi tentang semangat besar ditampilkan untuk melindungi spesies
lain lebih daripada membela martabat yang dimiliki semua manusia dalam derajat
yang sama. Tentu saja, kita harus peduli agar makhluk hidup lainnya tidak diperlaku•
kan secara tidak bertanggung jawab. Tetapi kita harus kesal khususnya pada
ketidaksetaraan besar di antara kita, di mana kita terus membiarkan ada yang
menganggap dirinya lebih layak daripada yang lain. Dalam praktiknya, kita terus
menerima bahwa ada yang menganggap dirinya sebagai manusia yang lebih daripada
yang lain, seolah-olah mereka lahir dengan hak-hak yang lebih besar.
Artikel 91 berisi tentang Rasa persatuan mendalam dengan makhluk lain dan
alam tidak mungkin menjadi nyata jika pada saat yangsama hati kita tidak dipenuhi
kelembutan hati, kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia. Inkonsistensi
itu tampak pada mereka yang berjuang melawan perdagangan hewan langka tetapi
tidak peduli sedikit pun dengan perdagangan manusia, tidak peduli dengan orang
miskin, atau bersikeras untuk menghancurkan manusia lain yang tidak disukai.
Artikel 92 berisi tentang saat ketika hati kita benar-benar terbuka untuk suatu
persekutuan universal, tidak ada sesuatu atau seorang pun yang dikecualikan dari
persaudaraan ini. Oleh karena itu, benar juga bahwa ketidakpedulian atau kekejaman
terhadap makhluk lain di dunia ini cepat atau lambat akan memengaruhi perlakuan
kita terhadap manusia lain. Semuanya terhubung; sebagai manusia, kita semua bersatu
sebagai saudara dan saudari dalam suatu ziarah yang mengagumkan, terjalin oleh
kasih yang Allah tunjukkan bagi setiap makhluk-Nya dan yang dengan kasih sayang
yang lembut menyatukan kita juga dengan saudara matahari, saudari bulan, saudari air
dan ibu pertiwi.

6. Tujuan Umum Harta Benda


Artikel 93 tentang keadaan diri, entah beriman atau tidak, kita sekarang
sepakat bahwa bumi pada dasarnya adalah warisan bersama; buahnya harus menjadi
berkat untuk semua. Bagi orang-orang beriman ini merupakan soal kesetiaan kepada
Sang Pencipta, karena Tuhanlah yang menciptakan dunia untuk semua.
Artikel 94 berisi tentang bagaimana orang kaya dan miskin memiliki martabat
yang sama karena “Tuhan telah membuat mereka semua” (Amsal 22:2) “Dialah yang
menjadikan orang kecil dan orang besar” (Kebijaksanaan 6:7) dan “Dia menerbitkan
matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik” (Matius 5:45).

21
Artikel 95 berisi tentang lingkugan alam adalah harta kita bersama, warisan
seluruh umat manusia, tanggung jawab semua orang. Jika sesuatu dijadikan milik kita
sendiri, itu hanya untuk mengelolanya demi kesejahteraan semua.

7. Tatapan Yesus
Artikel 96 berisi tentang Yesus yang Yesus mengangkat kembali iman
alkitabiah akan Allah Sang Pencipta, sambil menekankan suatu kebenaran mendasar:
Allah adalah Bapa (lihat Matius 11:25). Dalam percakapan dengan murid-murid-Nya,
Yesus mengundang mereka untuk mengenali hubungan kebapaan yang dimiliki Allah
dengan semua makhluk. Ia mengingatkan mereka, dengan kelembutan hati yang
menakjubkan, bagaimana setiap makhluk adalah penting di mata Allah.
Artikel 97 berisi tentang Tuhan yang dapat mengundang yang lain untuk
memperhatikan keindahan yang ada di dunia, karena Ia sendiri terus-menerus dalam
kontak dengan alam dan memberinya perhatian yang penuh kasih sayang dan rasa
takjub. Sementara Ia menjelajahi setiap sudut negeri-Nya, Ia berhenti untuk
merenungkan keindahan yang ditaburkan oleh Bapa-Nya, dan Ia mengajak murid-
murid-Nya untuk menemukan pesan ilahi dalam segala suatu: “Lihatlah sekelilingmu
dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai”
(Yohanes 4: 35)”.
Artikel 98 berisi tentang Yesus yang dalam harmoni penuh dengan dunia
ciptaan, dan orang-orang heran: “orang apakah dia ini, sehingga angin dan danau pun
taat kepada-Nya?” (Matius 8:27). Ia tidak tampil sebagai petapa yang terpisah dari
dunia, atau musuh dari hal-hal yang menyenangkan dalam hidup. Dengan mengacu
pada diri-Nya sendiri Ia berkata: “Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan
mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum” (Matius 11:19). Yesus
jauh dari filsafat yang memandang rendah tubuh dan materi dunia ini. Namun
demikian, dualisme yang tidak sehat itu telah sangat berpengaruh pada beberapa
pemikir Kristen sepanjang sejarah, dan memberi gambaran yang cacat tentang Injil.
Yesus bekerja dengan tangan-Nya, dalam kontak langsung setiap hari dengan materi
yang diciptakan oleh Allah dan Ia beri bentuk dengan keterampilan-Nya.
Artikel 99 berisi tentang pemahaman Kristen tentang realitas, per• untukan
seluruh ciptaan berjalan melalui misteri Kristus yang hadir sejak awal mula: “Segala
sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). Prolog Injil
Yohanes (1:1-18) mengungkapkan tindakan penciptaan Kristus sebagai tindakan

22
Firman Ilahi (Logos). Secara tak terduga prolog itu selanjutnya mengatakan bahwa
Firman itu “menjadi daging” (Yohanes 1:14).
Artikel 100 berisi tentang Perjanjian Baru tidak hanya berbicara tentang
Yesus di bumi dan hubungan-Nya yang konkret dan penuh kasih dengan dunia. Yesus
juga diperlihatkan sebagai yang bangkit dan mulia, hadir dalam seluruh ciptaan
dengan ketuhanan-Nya yang universal, “Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di
dalam dia, dan oleh dialah, Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
baik yang ada di bumi, maupun yang ada disurga, sesudah Ia mengadakan
pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kolose 1:19-20).

D. Isi dari Ensilik Fretelli Tutti

Ensiklik ini bertujuan untuk mendorong keinginan akan persaudaraan dan


persahabatan sosial. Pandemi Covid-19 menjadi latar belakang ensiklik ini.
Kedaruratan kesehatan global telah membantu menunjukkan bahwa “tak seorangpun
bisa menghadapi hidup sendirian” dan bahwa waktunya sungguh-sungguh telah tiba
akan “mimpi sebagai satu keluarga umat manusia” di mana kita adalah “saudara dan
saudari semua”.

Bab I : Awan-awan gelap yang meliputi dunia.


Dalam bab ini direfleksikan banyak penyimpangan zaman ini: manipulasi dan
deformasi konsep-konsep demokrasi, kebebasan, keadilan; hilangnya makna
komunitas sosial dan sejarah; cinta diri dan ketidakpedulian terhadap kesejahteraan
bersama; meningkatnya logika pasar yang didasarkan pada keuntungan dan budaya
membuang; pengangguran, rasisme, kemiskinan; ketidaksamaan hak dan akibat-
akibatnya seperti perbudakan, perdagangan manusia, dan sebagainya.  Paus
menekankan bahwa masalah-masalah global ini membutuhkan tindakan-tindakan
global. Diingatkan pula bahaya “tembok-tembok budaya” yang menyuburkan
kejahatan terorganisir, yang disulut oleh ketakutan dan kesendirian.

Bab II : Orang-orang asing di jalan

23
Ensiklik ini ingin menanggapi banyak bayang-bayang gelap itu dengan contoh
cemerlang, bentara harapan: Orang Samaria yang baik hati. Bab II menyoroti figur
ini. Dalam masyarakat yang tidak sehat ini kita dipanggil, seperti orang Samaria yang
baik itu, untuk menjadi sesama bagi yang orang-orang lain. Kita bertanggung jawab
bersama menciptakan masyarakat yang bisa menerima, mengintegrasikan dan
mengangkat mereka yang telah jatuh atau menderita. Kasih membangun jembatan dan
“kita diciptakan untuk mencintai”.

Bab III : Visi dari dunia yang terbuka


Dalam bab ini Paus mendorong kita untuk pergi “’keluar’ diri sendiri” untuk
menemukan “eksistensi lebih penuh dalam diri orang lain”, dengan membuka diri
terhadap yang lain sesuai dengan dinamika cinta kasih yang membuat kita terarah
kepada “kepenuhan universal”. Hidup rohani seseorang diukur dengan cinta kasih,
yang selalu “menempati tempat pertama” dan menuntun kita untuk mencari apa yang
lebih baik bagi hidup orang lain, jauh dari cinta diri. Rasa solidaritas dan
persaudaraan dimulai dalam keluarga, yang harus dijaga dan dihormati perutusan
pertama dan utama mereka dalam pendidikan.
Semua orang berhak untuk hidup secara bermartabat, tidak ada seorangpun yang
dikecualikan. Bapa Paus meminta kita untuk mempertimbangkan “etika hubungan-
hubungan international”, karena setiap negara juga milik dari orang-orang asing dan
kemakmuran suatu wilayah tidak bisa dielakkan bagi mereka yang membutuhkan dan
datang dari tempat lain.

Bab IV : Hati terbuka kepada dunia


Bab ini berbicara tentang migrasi. Para migran hidup dalam keadaan bahaya,
baik peperangan, penganiayaan, bencana alam, dan sebagainya. Mereka harus
diterima, dilindungi, didukung. Memang migrasi yang tidak perlu hendaknya
dihindari, dengan menciptakan kesempatan-kesempatan hidup di negara asal. Namun
sekaligus kita perlu menghormati hak untuk mencari kehidupan yang lebih baik di
mana pun.

Bab V : Politik yang lebih baik


Politik yang lebih baik merupakan salah satu bentuk amat berharga dari karya
kasih, karena melayani kesejahteraan bersama dan mengakui pentingnya orang-orang.

24
Politik memberi ruang untuk diskusi dan dialog. Politik yang lebih baik juga yang
melindungi pekerjaan, sebagai “dimensi hakiki hidup sosial”. Tugas politik adalah
untuk menemukan solusi bagi semua yang menyerang hak-hak asasi manusia, seperti
penolakan sosial; perdagangan organ-organ tubuh, senjata, narkoba; eksploitasi
seksual; perbudakan, terorisme dan kejahatan terorganisir. Paus menyerukan untuk
secara definitif menghapuskan perdagangan manusia, yang merupakan “sumber yang
memalukan bagi umat manusia”, dan kelaparan, yang merupakan “kriminal” karena
makanan adalah “hak yang harus ada”. Politik juga harus berpusat pada martabat
manusia dan tidak tunduk pada ekonomi.
Harapan lain juga disampaikan berkaitan dengan reformasi PBB: dalam menghadapi
dominasi dimensi ekonomi. PBB diharapkan menjadi “keluarga bangsa-bangsa” yang
bekerja untuk kesejahteraan umum, pengentasan kemiskinan dan perlindungan hak-
hak manusia.

Bab VI : Dialog dan persahabatan


Hidup merupakan “seni perjumpaan” dengan setiap orang, bahkan dengan
orang-orang di pinggiran dunia dan dengan bangsa-bangsa asli, karena “masing-
masing dari kita bisa belajar sesuatu dari yang lain. Tak seorangpun tidak berguna dan
tak seorangpun bisa disingkirkan”.  Paus memberi catatan khusus tentang mukjizat
“kebaikan hati”, suatu sikap untuk dipulihkan kembali karena merupakan bintang
“yang bersinar di tengah-tengah kegelapan” dan “membebaskan kita dari kekejian…
kecemasan…keramaian yang gila-gilaan” yang menonjol di era sekarang ini.    

Bab VII : Perjumpaan yang dibarui


Dalam bab ini direfleksikan tentang nilai dan promosi tentang perdamaian.
Paus menggarisbawahi bahwa perdamaian berkaitan dengan kebenaran, keadilan dan
belas kasih. Perdamaian adalah “seni” yang melibatkan setiap orang dan masing-
masing harus melakukan bagiannya masing-masing dalam “tugas tanpa akhir”. 
Pengampunan terkait dengan perdamaian: kita harus mencintai setiap orang, tanpa
kecuali, namun mencintai seorang penindas berarti membantu dia untuk berubah dan
tidak membiarkan dia terus menindas sesamanya.
Bagian dari bab ini berbicara khusus tentang perang, sebagai perwujudan dari
“penolakan semua hak”, “kegagalan politik dan kemanusiaan”, dan “kekalahan yang

25
memedihkan di hadapan kekuatan-kekuatan kejahatan”.  Penghapusan senjata nuklir
adalah “perintah moral dan kemanusiaan”.
Paus juga menegaskan dengan jelas sikapnya terhadap hukuman mati: tidak bisa
diterima dan harus dihapuskan di seluruh dunia. Bahkan seorang pembunuh tidak
kehilangan martabat pribadinya, “dan Allah sendiri berjanji menjamin ini”.  Harus
ditekankan perlunya menghormati “kesucian hidup” di mana sekarang “beberapa
bagian dari keluarga manusia kita, nampaknya, bisa dengan mudah dikorbankan”,
seperti bayi yang belum lahir, orang miskin, orang cacat dan orang-orang lanjut usia.

Bab VIII : Agama dan persaudaraan


Dalam bab ini ditekankan bahwa agama-agama itu melayani persaudaraan di
dunia kita dan bahwa terorisme bukan disebabkan oleh agama namun oleh penafsiran
salah terhadap teks-teks agama, seperti halnya “kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, penindasan”. Perdamaian di antara
agama-agama adalah mungkin dan oleh karena itu perlulah menjamin kebebasan
beragama, hak asasi dasar manusia bagi semua umat beriman.

Ensiklik secara khusus merefleksikan tentang Gereja: Gereja tidak “membatasi


misinya pada ranah privat”. Sementara tidak mengikatkan diri dalam politik, namun
Gereja tidak meninggalkan dimensi politik dari hidupnya sendiri, perhatian kepada
kesejahteraan umum dan peduli pada perkembangan manusiawi yang integral, sesuai
dengan prinsip-prinsip Injil.
Pada akhirnya, Paus Fransiskus mengutip “Dokumen tentang Persaudaraan
Manusiawi bagi Kedamaian Dunia dan Hidup Bersama”, yang ditanda tangani 4
Februari 2019 di Abu Dhabi: dari tonggak dasar dialog antaragama, Bapa Paus
kembali menyerukan bahwa, atas nama persaudaraan manusiawi, dialog diambil
sebagai suatu jalan, kerjasama bersama sebagai perintah, dan pemahaman satu sama
lain sebagai metode dan ukuran. 

E. Berikut adalah poin-poin penting tentang ensiklik Fretelli Tutti

1) Paus menggambarkan ensiklik ini ini sebagai “Ensiklik Sosial” yang bertujuan
mempromosikan aspirasi universal menuju persaudaraan dan persahabatan sosial.

26
2) Ensklik ini dimulai dengan penekanan bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah
keluarga manusia, anak dari satu Pencipta, berada dalam perahu yang sama, dan
karenanya kita perlu menyadari bahwa dunia yang terglobalisasi dan saling
berhubungan ini hanya bisa diselamatkan oleh kerja sama kita semua.
3) Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Hidup Bersama atau Dokumen Abu
Dhabi yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar pada
Februari 2019 menjadi salah satu inspirasi ensklik ini, yang dikutip berkali-kali.
4) Paus Fransiskus menggarisbawahi bahwa dunia yang lebih adil dicapai dengan
mempromosikan perdamaian, yang bukan hanya sekedar tidak adanya perang; tetapi
menuntut keterlibata semua orang.
5) Salah stau konteks lahirnya ensiklik adalah pandemi Covid-19 yang, menurut Paus
Fransiskus “meletup secara tak terduga” saat dia “menulis ensiklik”. Ia menyatakan,
keadaan darurat kesehatan globalakibat pandemi telah membantu menunjukkan
bahwa “tidak ada yang dapat menghadapi kehidupan dalam isolasi” dan bahwa
waktunya telah benar-benar datang untuk “bermimpi, kemudian, sebagai satu
keluarga manusia” di mana kita semua adalah “saudara dan saudari “(7- 8).
6) Dalam bab pertama, ensiklik ini merefleksikan tentang banyak distorsi di era
kontemporer: manipulasi konsep-konsep seperti demokrasi, kebebasan, keadilan;
hilangnya makna komunitas sosial dan sejarah; keegoisan dan ketidakpedulian
terhadap kebaikan bersama; logika pasar berdasarkan keuntungan dan budaya
pemborosan; pengangguran, rasisme, kemiskinan; disparitas hak dan
penyimpangannya seperti perbudakan, perdagangan manusia, pelecehan terhadap
perempuan yang dipaksa menggugurkan kandungan dan perdagangan organ (10-24).
7) Ensiklik menawarkan teladan, pembawa harapan: Orang Samaria yang Baik Hati.
Paus menekankan bahwa, dalam masyarakat tidak sehat yang mengabaikan
penderitaan dan yang “buta huruf” dalam merawat yang lemah dan rentan (64-65),
kita semua dipanggil – seperti orang Samaria yang Baik Hati – menjadi bertetangga
dengan orang lain.
8) Paus Fransiskus mendesak kita untuk pergi “’keluar dari diri” untuk menemukan
“keberadaan yang lebih penuh dalam diri orang lain”, membuka diri kepada orang
lain.
9) Sebuah masyarakat yang diwarnai oleh persaudaraan akan menjadi masyarakat yang
mempromosikan pendidikan dalam dialog untuk mengalahkan “virus” dari

27
“individualisme radikal” (105) dan untuk memungkinkan setiap orang memberikan
yang terbaik dari diri mereka sendiri.
10) Sementara itu, sebagian dari bab kedua dan keempat didedikasikan untuk isu
migran. Dengan kehidupan mereka yang “dipertaruhkan”, melarikan diri dari
perang, penganiayaan, bencana alam, perdagangan yang tidak bermoral, direnggut
dari komunitas asalnya, para migran harus disambut, dilindungi, didukung dan
diintegrasikan.
11) Paus juga menyerukan untuk membangun dalam masyarakat konsep
“kewarganegaraan penuh”, dan menolak penggunaan istilah “minoritas” secara
diskriminatif (129-131).
12) Yang paling dibutuhkan di atas segalanya – terbaca dalam dokumen tersebut –
adalah tata kelola global, sebuah kolaborasi internasional untuk migrasi yang
mengimplementasikan perencanaan jangka panjang.
13) Dari bab enam, “Dialog dan persahabatan dalam masyarakat”, selanjutnya muncul
konsep hidup sebagai “seni perjumpaan” dengan semua orang, bahkan dengan dunia
pinggiran dan dengan masyarakat asli, karena “kita masing-masing dapat belajar
sesuatu dari orang lain.”
14) Dialog sejati, memang memungkinkan seseorang untuk menghormati sudut pandang
orang lain, kepentingan mereka yang sah dan, di atas segalanya, kebenaran martabat
manusia.
15) Perdamaian adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di
mana setiap orang harus melakukan bagiannya.
16) Pembangunan perdamaian adalah “upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir”
dan oleh karena itu penting untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan
kebaikan bersama sebagai pusat dari semua aktivitas (230- 232).
17) Pengampunan terkait dengan perdamaian: kita harus mencintai semua orang, tanpa
kecuali – Ensiklik menyatakan mencintai penindas berarti membantunya untuk
berubah dan tidak membiarkan dia terus menindas sesamanya. Memaafkan tidak
berarti impunitas, dan mengampuni tidak berarti melupakan, tetapi menyangkal
kekuatan jahat yang merusak dan keinginan untuk balas dendam.
18) Bagian dari bab ketujuh, berfokus pada perang: itu bukan “hantu dari masa lalu” –
kata Paus Fransiskus – “tetapi ancaman terus-menerus.”

28
19) Selain itu, karena senjata kimia dan biologi nuklir yang menyerang banyak warga
sipil yang tidak bersalah, saat ini kita tidak dapat lagi berpikir, seperti di masa lalu,
tentang kemungkinan “perang yang adil”
20) tetapi kita harus dengan tegas menegaskan kembali: “Jangan pernah ada perang
lagi!”
21) Kita diingatkan bahwa kita sedang mengalami “perang dunia yang bertempur sedikit
demi sedikit”, karena semua konflik saling berhubungan, penghapusan total senjata
nuklir adalah “keharusan moral dan kemanusiaan”.
22) Daripada uang diinvestasikan untuk senjata, Paus menyarankan pembentukan dana
global untuk penghapusan kelaparan (255-262).
23) Paus Fransiskus juga menyatakan dengan jelas posisi yang berkaitan dengan
hukuman mati bahwa hal itu tidak dapat diterima dan harus dihapuskan di seluruh
dunia, karena “bahkan seorang pembunuh tidak kehilangan martabat pribadinya” –
Paus menulis – “dan Tuhan sendiri berjanji untuk menjamin ini.” Dari sini, ada dua
nasihat: jangan memandang hukuman sebagai balas dendam, melainkan sebagai
bagian dari proses penyembuhan dan reintegrasi sosial, dan untuk memperbaiki
kondisi penjara, dengan menghormati martabat para narapidana, juga
mempertimbangkan bahwa “hukuman seumur hidup adalah hukuman mati rahasia.”
(263-269).
24) Ada penekanan pada perlunya menghormati “kesucian hidup” (283) di mana saat ini
“beberapa bagian dari keluarga manusia kita, tampaknya, dapat segera
dikorbankan”, seperti yang belum lahir, orang miskin, orang cacat dan orang tua
( 18).
25) Dalam bab kedelapan dan terakhir, Paus berfokus pada “Agama untuk melayani
persaudaraan di dunia kita” dan sekali lagi menekankan bahwa kekerasan tidak
memiliki dasar dalam keyakinan agama.
26) Paus menggarisbawahi bahwa perjalanan perdamaian antaragama adalah mungkin
dan oleh karena itu perlu untuk menjamin kebebasan beragama, hak asasi manusia
yang fundamental bagi semua orang yang percaya (279).
27) Ensiklik itu merefleksikan, khususnya, pada peran Gereja: dia tidak “membatasi
misinya pada ranah pribadi”, katanya. Terakhir, mengingatkan para pemimpin
agama tentang peran mereka sebagai “mediator otentik” yang mengerahkan diri
untuk membangun perdamaian.

29
28) Ensiklik menyimpulkan dengan mengingat Martin Luther King, Desmond Tutu,
Mahatma Gandhi dan di atas segalanya Beato Charles de Foucauld, teladan bagi
setiap orang tentang apa artinya mengidentifikasi dengan yang paling kecil untuk
menjadi “saudara universal ”(286-287).
29) Baris terakhir dari dokumen menyajikan dua doa: satu “untuk Sang Pencipta” dan
yang lainnya “Doa Ekumenis Kristen”, sehingga hati umat manusia dapat
memendam “semangat persaudaraan.”

30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Paus Fransiskus mengeluarkan dua ensiklik di tahun yang berbeda. Ensiklik
Laudato Si dikeluarkan pada tahun 2013. Ensiklik ini dipublikasikan kepada
seluruh umat manusia di seluruh dunia dengan tujuan agar umat manusia
menyadari pentingnya untuk memelihara serta menjaga lingkungan disekitar kita.
Pada jaman sekarang ini, lingkungan tercemar dan rusak sehingga memunculkan
banyak ketimpangan sosial.

Sedangkan, Ensiklik Fratelli Tutti dikeluarkan pada tahun 2020 pada bulan
oktober yang lalu. Dimana ensiklik ini dikeluarkan dengan tujuan agar seluruh
umat manusia dapat menjalin hubungan persaudaraan dan persahabatan sosial.
Pandemi yang terjadi di seluruh dunia ini menimbulkan adanya kesenjangan dan
sikap individualisme yang sudah tertanam dalam diri manusia. Oleh karena itu,
Paus Fransikus mengingatkan kepada kita bahwa kita tidak bisa sendirian di
dunia ini.

B. Saran
Manusia harus mengatasi kemalasan dan keserakahannya. Manusia harus
berusaha untuk tidak lagi menempatkan dirinya sebagai pusat ciptaan. Bukan hanya
manusia yang harus hidup. Benar, manusia istimewa, tetapi makhluk lain juga punya
hak hidup. Pertobatan berarti menghargai makhluk lain, juga bumi, bukan
sekadarsebagai alat bagi manusia.

Menjaga keseimbangan. Maksudnya, setiap ciptaan Tuhan, baik makhluk hidup


maupun tidak hidup, telah disusun saling berkait dengan sempurna. Keserakahan
manusia bisa menyebabkan keseimbangan kehidupan menjadi rusak. Karena itu,
pertobatan manusia berarti juga mengembalikan keseimbangan ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id170.htm

https://komkat-kwi.org/2020/10/11/poin-poin-penting-dalam-ensiklik-paus-
fransiskus-tentang-fratelli-tutti/

https://repository.usd.ac.id/30996/2/111124007_

https://id.wikipedia.org/wiki/Fratelli_tutti#:~:text=Fratelli%20tutti%20(Saudara
%20Sekalian)%20adalah,menunjukkan%20kegagalan%20dalam%20kerjasama
%20global.
https://www.jagarimba.id/ensiklik-laudato-si-pesan-magis-pertobatan-ekologis-paus-
fransiskus/#:~:text=Laudato%20Si'%2C%20merupakan%20ensiklik%20ke,iklim
%20yang%20memasuki%20fase%20kritis.

https://www.dokpenkwi.org/2020/10/06/ringkasan-ensiklik-fratelli-tutti/

https://komkat-kwi.org/2020/10/07/ensiklik-paus-fransiskus-fratelli-tutti-
persaudaraan-universal/

32

Anda mungkin juga menyukai