Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AL DAKHIL FI AL TAFSIR

PENGERTIAN AL DAKHIL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Al Dakhil Fi A l Tafsir

Dosen Pengampu: R. A. Mulia, LC, M. Ag.

Oleh:

Anis Siti Qayyummah (53020190032)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada beliau junjungan kita
nabi agung Muhammad SAW yang kami harapkan syafaatnya di yaumul hisab nanti.
Disini saya juga sampaikan, jika seandainya dalam penulisan makalah ini terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima masukan,
kritikan, dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
R. A. Mulia, LC, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Al Dakhil Fi Al Tafsir

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah
Ilmu Qira’at di semester V.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan. Dan diakhir, saya
berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Salatiga, 12 Sepetember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………....1

A. Latar belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………2
C. Tujuan………………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….4

A. Pengertian Al Dakhil………………..……………………………………….……….4
B. Macam-macam Al Dakhil…………………………………………………………….6
C. Implikasi Al Dakhil dalam Tafsir……………………………………………….……8
D. Latar Belakang Munculnya Al Dakhil………………………………………………..9

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..10

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….10
B. Saran………………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tafsir disebut dengan hasil pemikiran karena semua produk penafsiran (baik yang
terkategori tafsir bi al-ma’tsur, bi al-ra’yi maupun bi al-isyârah) tidak ada yang steril dari
kontribusi akal/ijtihad penulisnya. Sepanjang tafsir merupakan produk manusia, maka hal
itu tidak akan lepas dari kekurangan atau bahkan penyelewengan.
Sumber otentik dalam menafsirkan al-Qur’an yaitu, terdiri dari al-Qur’an itu
sendiri, hadis sahih, perkataan sahabat dan tabi’in, kaidah bahasa Arab, akal sehat yang
memenuhi kriteria dan prasyarat ijtihad. Jika ditemukan penafsiran yang tidak bersumber
dari sumber otentik tersebut maka dikategorikan sebagai tafsir al dakhil, dengan begitu
penafsiran yang dihasilkan menyimpang.1
Studi ad-dakhil dalam tafsir Al-Qur`an terhitung baru, tidak seperti ilmu-ilmu Al-
Qur`an lainnya yang telah muncul selama berabad-abad. Tetapi, ad-dakhil meruapakan
suatu disiplin ilmu yang sudah diajarkan dan dijadikan materi kuliah di berbagai
universitas Islam terutama di jurusan Tafsir Universitas al-Azhar Kairo, Mesir.2
Banyak buku tentang ilmu ad-dakhil yang telah ditulis oleh para profesor dan
dosen al-Azhar, diantaranya Ushul ad-Dakhil fi Tafsir ayi at-Tanzil karya Jamal
Musthafa Abd al-Hamid an-Najjar, ad-Dakhil di at-Tafsir al-Qur`an alKarim yang ditulis
oleh Abd al-Wahhab Fayed, ad-Dakhil fi at-Tafsir karya Ibrahim Abd ar-Rahman al-
Khalifah. Sayangnya, kajian ilmu addakhil ini masih jarang ditemukan dan diajarkan di
perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Padahal pada praktiknya, ad-dakhil
penting untuk dipelajari, terutama bagi para penafsir/ mufasir, agar produk tafsir Al-
Qur`an bisa bersih dari segala hal yang nyatanya tidak layak dimasukkan ke dalam
penafsiran.3
Diskursus tentang ad-dakhil bisa dikatakan menawarkan wajah baru dalam dunia
tafsir Al-Qur`an. Secara teologis-normatif, kebenaran Al Qur`an bersifat mutlak karena ia
1
Muhammad Ulinnuha, “Rekonstruksi Metodologi Kritik Tafsir”, (Jakarta: Azzamedia, 2015), hlm. 113-114
2
Burhan Munawir, “Al-Dakhil dalam Penafsiran Al-Qur`an tentang al-Sam‘iyyat dan Al-Kauniyah” (Tesis:
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 5. Tidak diterbitkan (t.d)
3
Fauziah, Skripsi: “AD-DAKHIL DALAM TAFSIR AL-KHAZIN (Analisa ad-Dakhil pada Ayat-ayat Kisah di Surah an-
Naml)” (Jakarta: IIQ, 2018), hlm. 1.

1
berasal dari Allah yang Maha Mutlak. Namun setelah kebenaran mutlak Al-Qur`an itu
masuk dan berpindah ke dalam disket pemikiran manusia, kebenarannya berubah menjadi
relatif.4 Ungkapan ini tidak lain menunjukkan bahwa tafsir adalah sebuah upaya manusia
dalam mendalami makna yang terkandung di dalam Al Qur`an, oleh sebab itu
kebenarannya tidak dapat disamakan dengan keshahihan Al-Qur`an yang berasal dari
Allah swt. Tafsir bisa dikritisi dan diperbaiki dengan studi ad-dakhil ini, agar kitab-kitab
tafsir dapat dipastikan bersih dari segala bentuk penyelewengan data dan informasi.5
Di masa sekarang ini, banyak penafsiran yang sudah terdistorsi oleh kepentingan
mufassir. Baik itu penafsiran dengan riwayat maupun dengan ijtihad. Keberadaan tafsir
semacam ini memang sudah tidak bisa dihindari, mengingat tafsir adalah diskursus ilmu
yang terus mengalami perkembangan dan bebas diinterpretaskan oleh siapapun.
Berkembangnya penafsiran dari waktu ke waktu menimbulkan lahirnya banyak
keberagaman dalam penafsiran sehingga tidak jarang ditemui penafsiran yang
menyimpang (missinterpretasion) dalam produk kitab tafsir. 6 Penyimpangan dalam kitab
tafsir ini disebut dengan al – dakhil.
Adanya al Dakhil dalam penafsiran Al-Qur’an disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, ketika Rasulullah mendakwahi kaum Ahli Kitab4 bangsa Yahudi seperti Bani
Qaynuqa’, Bani Nadir, dan Bani Qurayzah, dari sinilah kemudian menjadi suatu
penyebab masuknya al - dakhil ke dalam suatu penafsiran. Karena di dalam suatu
pertemuan tersebut terjadi interaksi antara Nabi Muhammad SAW serta para sahabat
dengan Ahli Kitab. Kedua, masuknya orang-orang Yahudi ke dalam agama Islam
kemudian mereka meriwayatkan hadits palsu, maupun riwayat yang dibuat-buat ketika
mereka ditanya terkait suatu kisah di dalam Al-Qur’an yang masih dijelaskan secara
global.Dari sini lah kemudian dijadikan penyebab masuknya al - dakhil ke dalam suatu
penafsiran.7
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari al Dakhil?
4
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011) cet. III, hlm. 49
5
Muhammad Ulinnuha, “Konsep al-Ashil dan al-Dakhil dalam Tafsir Al-Qur`an”, (Jurnal: Madania Vol 21 No. 2,
Desember 2017), hlm. 143.
6
Maryam Shofa, “Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an Karya Al-Qurtubi”, (Jurnal: Suhuf Vol. 6, No.
2, 2013), hlm. 271-294.
7
Muhammad Ulinnuha, “Konsep al-Ash}il wa al-dakhi>l dalam tafsir Al-Qur’an”, MADANIA, Vol. 21, No.2,
(Desember 2017), hlm. 57.

2
2. Apa saja macam-macam al Dakhil?
3. Apa Implikasi al-Dakhil dalam Tafsir?
4. Apa yang meletarbelakangi adanya al Dakhil?
C. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan mengenai al Dakhil.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari al Dakhil
3. Untuk menbgetahu implikasi al Dakhil dalam Tafsir
4. Untuk mrngrtahui latar belakang munculnya al Dakhil dalam penafsira.
5. Untuk mempermudah proses pembelajaran dalam mata kuliah al Dakhil fil al Tafsir
Semester V

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Al Dakhil
Secara bahasa, al - Dakhil berasal dari kata dakhala yang berarti masuk dan jelek;
dapat diartikan juga dengan unsur dalam tubuh (batinu amri al-rajul) dan sesuatu yang
jelek di dalam sebuah kayu (al-‘ayb fi al-hasab) yang disebabkan oleh sesuatu yang
masuk dalam kayu tersebut lalu kayu tersebut rusak dan jelek. 8 Menurut ar-Raghib al-
Asfahani, kata ad-dakhil yang terdiri dari huruf dal, kha`, dan lam berpusat maknanya
pada aib dan cacat internal.9
Kata ad-dakhil dalam bahasa Inggris adalah outsider, yang bermakna orang luar
dan infiltration yang berarti peresapan, penyusupan dan perembesan. Berdasarkan
pemaknaan ini, maka secara bahasa virus atau bakteri penyakit dapat disebut ad-dakhil
karena ia merupakan unsur eksternal yang meresap ke dalam tubuh manusia.10
Ad-Dakhîl secara etimologi memilki makna; (a) orang yang berafiliasi kepada
yang bukan komunitasnya, (b) tamu, disebut dakhîl karena ia masuk ke rumah orang lain
yang dikunjunginya, (c) kata serapan, karena ia berasal dari bahasa asing, dan (d) orang
asing yang datang untuk tujuan eksploitasi.11 Padanan kata al-dakhîl dalam bahasa Inggris
adalah outsider yang berarti orang luar12 dan infiltration yang berarti peresapan,
penyusupan dan perembesan.13
 Arti Al Dakhil menurut para Ahli:
1. Ibn Manzhûr (630-711 H) mengartikan al-dakhîl dengan “Semua unsur
eksternal yang masuk ke dalam diri manusia, dan ia dapat merusak akal,
mental dan fisiknya”.14

8
Abu Husayn Ahmad Ibn Zakariya, Maqayis al - lughat (t.t: Ittihad al-Kuttab al‘Arab, 2002), Vol. 2, 276.
9
Fauziah, Skripsi: “AD-DAKHIL DALAM TAFSIR AL-KHAZIN (Analisa ad-Dakhil pada Ayat-ayat Kisah di Surah an-
Naml)” (Jakarta: IIQ, 2018), hlm. 1.

10
Fauziah, Skripsi: “AD-DAKHIL DALAM TAFSIR AL-KHAZIN (Analisa ad-Dakhil pada Ayat-ayat Kisah di Surah an-
Naml)” (Jakarta: IIQ, 2018), hlm. 2.
11
Ibrahim Mushthafa, al-Mu‘jam alWasîth, (Istanbul: Dâr al-Da‘wah, 1990), hlm. 275.
12
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), hlm. 39l.
13
Ibit,,, hlm. 63.
14
Ibn Mazhûr, Lisân al-‘Arab, (Bayrut: Dâr Shâdir, 1956), Jilid 11, hlm. 241.

4
2. Al-Râghib al-Ashfihânî (w.502 H/1108 M), kata al-dakhîl yang terdiri dari
huruf dâl, khâ’ dan lâm berpusat maknanya pada aib dan cacat internal.15
3. Fairuz Abadi menjelaskan dalam kitab al-Qamus al-Muhit, arti dari kata
dakhil ialah sesuatu yang masuk ke dalam tubuh manusia atau pada akalnya
yang berupa penyakit atau sesuatu yang jelek. Sedangkan masyarakat Arab
mengartikannya sebagai suatu kata asing yang masuk dan bercampur ke dalam
bahasa Arab.16
4. Menurut Ibrahim Musṭafa, al dakhīl secara bahasa adalah kata kerja yang
terdiri dari huruf al-dāl, al-khā, dan al lām dengan pelafalan dakhila yang
memiliki makna bagian dalamnya rusak, ditimpa oleh kerusakan dan
mengandung cacat.
5. Dr. Ibrahim Khalifah adalah; penafsiran/pemaknaan Al-Qur’an yang tidak
begitu jelas dalam pengamalan/keyakinan ajaran Islam, baik itu berupa
tafsir/penjelasan yang menggunakan riwayat-riwayat hadits lemah dan palsu,
ataupun menafsirkannya dengan teori-teori sesat sang penafisir itu sendiri
(disebabkan karena lalai atau disengaja).
6. Dr. Abdul Wahhab memakai ad-dakhlil dengan; menafsirkan Al-Qur’an
dengan cara atau bukan dengan metode /cara Islam atau bukan diambil dari
petunjuka ajaran Islam.
7. Menurut Zamakhsyari‚ ad-Dakhil merupakan suatu penyakit atau (prilaku
yang sangat tercela) yang masuk ke dalam jiwa manusia atau bisa diibarat
seperti racun yang masuk ke dalam makanan (masuk perut kita), sehingga
merusak dari dalam melalui seluruh jaringan perut kita.17
8. ‘Abd. Qadir Muhammad al-Husain mengatakan, bahwa definisi al - Dakhil
baik dari sisi bahasa atau istilah tidak jauh beda dan cenderung sama.18

15
al-Râghib al-Ashfihânî, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân (Libanon: Dâr al-Ma‘rifah, t.th.), hlm. 166.
16
Syaoqi, “Al-DAKHIL (Subtansi dan Implikasinya dalam Tafsir)”, Jurnal Putih Vol. III, 2018. Hlm. 154.
17
Muhammad Sari, “A L - DAKHIL (INFILTRASI ) AJARAN ISLAM (Kajian Masail A l - Tafsir Al-Qur’an)”, (Al-
Fath,Vol. 06 No. 01 (Jan – Jun) 2012), hlm. 20-21.

18
‘Abd al-Qadir Muhammad al-Husayn, Tamyiz al - Dakhil fi Tafsir al - Quran al Karim (salah satu tulisan di Majalah
Universitas Damaskus, 2013) edisi ke-3, 344

5
9. Ibrahim Syuaib yang menjelaskan: “Pengertian al-Dakhil dalam Tafsir adalah:
Penafsiran alQuran dengan al-ma’thur yang tidak sahih, penafsiran al-Quran
dengan al-ma’thur yang sahih tetapi tidak memenuhi syaratsyarat penerimaan
atau penafsiran al-Quran dengan pendapat yang salah”19
Sedangkan secara terminologis, al-dakhîl adalah penafsiran Al Quran yang tidak
memiliki sumber, argumentasi dan data yang valid dari agama. Adapula yang
mengatakan bahwa ia adalah penafsiran al-Quran yang tidak memiliki orisinalitas agama
dari sisi pemaknaan, karena ada unsur kecacatan dalam penafsirannya yang disebabkan
oleh kesengajaan dan terkesan tibatiba dalam rangka mengejar kesesuaian dengan kondisi
dan situasi setelah Rasulullah saw wafat. 20Jadi, al-dakhîl adalah penafsiran yang tidak
memiliki landasan yang valid dan ilmiah, baik dari Al Quran, hadis sahih, pendapat
sahabat dan tabiin, maupun dari akal sehat yang memenuhi kriteria dan prasyarat
ijtihad.21
Sementara itu, al -dakhil juga merupakan bentuk penambahan-penambahan yang
tidak sesuai dengan riwayat-riwayat tertulis, sehingga harus dibuang, mengabaikan ilmu
al dabt, pengetahuan ketelitian, dan kecermatan dalam pengambilan sumber tafsir yang
menyebabkan terjadinya penyusupan berupa keterangan-keterangan.22
Ad-dakhil menurut masyarakat Arab yaitu suatu‛ kata-kata ‚ atau suatu ungkapan
seperti bahasa-bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa Arab. Untuk
sementara waktu dapat disimpulkan. Arti ad dakhil secara bahasa adalah: suatu
perbuatan makar, rekayasa (buatan), aib yang membawa kerusakan (kehancuran)
jaringan komunikasi kehidupan manusia Islam.
Menanggapi uraian etimologis dan terminologis di atas, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa al dakhil dalam tafsir adalah masuknya data atau sumber yang tidak
valid, baik bersumber dari al -naql maupun al - ‘aql yang dapat merusak keabsahan
sebuah penafsiran.
2. Macam-Macam al-Dakhil dan Pengertiannya

19
Syaoqi, “Al-DAKHIL (Subtansi dan Implikasinya dalam Tafsir)”, Jurnal Putih Vol. III, 2018. Hlm. 157.
20
Jum’ah Ali ‘Abdal-Qadir, al - Dakhil fi al - Dirasat al - Manhajiyah wa al - Namadhij al - Tatbiqiyah, 15
21
Muhammad Ulinnuha, “KONSEP AL-ASHÎL DAN AL-DAKHÎL DALAM TAFSIR ALQURAN”, Jurnal Madania Vol 21.
No. 2, 2017, hlm. 129.
22
Abdul Ghafur Mustafa Ja’far, Al - Asil wa al - Dakhil fi Tafsir al - Qur ’an wa Ta ’wilih, (Kairo: Universitas al-Azhar,
1995), hlm. 107

6
Ad-dakhil diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama, ad-dakhil bi alma`tsur yang
bersumber dari riwayat (hadis nabi, pendapat sahabat dan tabi‘in serta israiliyyat). Kedua,
ad-dakhil bi al-ra`yi yang bersumber dari rasio atau ijtihad. Dan ketiga, ad-dakhil bi al-
isyarah yang sumbernya berasal dari hati/intuisi. Klasifikasi ini kemudian memiliki
bentuknya masing-masing.23
Para ulama Tafsir membagi dakhlil menjadi 2 (dua) jenis:
1. Dakhlil Bi Atsar (Dekomen Kongkrit Islam):
Dalam menafsirkan Al-Qur’an menggunakan hadits-hadits yang sangat
dhoif (lemah) atau palsu kemudian mengatasnamakan bahwa ini berasal dari
Rasulullah Saw, dan Sahabatnya. Ini termasuk ad-dahkil, seperti juga
menafsirkan Qur’an dengan menggunakan kisah-kisah Isra’illiyaat (mengunakan
riwayat-riwayat yang berasal dari ahlul kitab dan ummat terdahulu sebelum
Islam).Dijadikani bahan rujukan penafsiran. Ini yang sangat bertentangan dengan
apaapa yang terdapat dalam kemurnian ajaran islam (Al-Qur’an) dicampur
dengan hadits-hadits yang Shahih.
2. Dakhlil bi Ar-Ra’yi (Dekumen Abstrak Islam)
Menafsirkan Al-Qur’an dengan akal fikiran sematan yang bersumberkan
dari teori-teori sesat-menyesatkan yang mengikuti hawa nafsu jahat sang penafsir,
tanpa mengindahkan syarat-syarat meto-dologi tafsir bi astary yang shaheh atau
tafsir bi ar-ra’yi mahmudah atau mumkin para mufassir dikarenakan tidak
memenuhi syarat-syarat sebagai mufassir (mujtahid) Islam. Isthilah lain bisa
disebut juga bukan ahli tafsir. Atau ikut campur memahami/menafsirkan Al-
Qur’an tanpa syarat-syarat dan rukun (pokok_pokok) yang telah ditentukan oleh
ajaran atau disebut juga bukan dengan metode-metode Islami. Seperti penafsiran
dengan kisah-kisah islailiyat masuk dalam tafsirul qur’an atau dalam syarhul
hadist, sebagaian besar kisah-kisah israiliat yang meyusup dalam tafsirul qur’an
dan syarhul hadis itu termasuk ad-dakhil (virus-virus ajaran Islam) yang merusak
menggrogoti ajaran (jaringan) Islam. Seperti penafsiran Al-Qur’an, penafsirannya
mengunakan hadis-hadist maudlu’ (palsu).
 Dakhil fi Ma’thur yang terdiri dari:
23
Muhammad Ulinnuha, “Konsep al-Ashil dan al-Dakhil dalam Tafsir Al-Qur`an”, (Jurnal: Madania Vol. 21 No. 2,
Desember 2017) hlm. 135.

7
a. Penafsiran dengan Hadisth Maudu’
b. Penafsiran dengan Israiliyyat
c. Penafsiran dengan Perkataan Sahabat yang diriwayatkan dengan dusta
d. Penafsiran dengan Perkataan Tabi’in yang diriwayatkan dengan dusta
 Dakhil fi Ra’yi yyang terdiri dari:
a. Penafsiran dengan Bahasa yang tidak pada tempatnya
b. Penafsiran dengan Pemikiran dan Pendapat yang keliru baik disengaja
ataupun tidak
Menurut Ibrahim Khalifah, sebuah penafsiran al-Quran akan disebut dengan Dakhil
al-Naqli apabila melalui beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Penafsiran al-Qur’an dengan hadis yang tidak sahih, atau menggunakan hadis
da’if dan mawdu’.
2. Penafsiran al-Qur’an dengan pendapat sahabat yang tidak sahih, atau
menggunakan hadis mawquf dan palsu.
3. Penafsiran yang bersumber dari sahabat. Sedangkan sahabat tersebut
mengambil sumber-sumber Israiliyat. Jika sumber Israiliyat tersebut tidak
bertentangan dengan al-Quran dan hadis, maka pendapat tersebut dapat
diterima. Tetapi jika pendapat tersebut bertentangan, maka ia termasuk dalam
Dakhil fial-Tafsir
4. Penafsiran al-Qur’an yang sumbernya berasal dari pendapat para sahabat,
sedangkan pendapat tersebut saling bertentangan dan sulit dicari
pembenarannya.
5. Penafsiran al-Qur’an yang sumbernya berasal dari pendapat para tabiin,
sedangkan sanad pendapat tersebut lemah.
6. Penafsiran al-Qur’an yang sumbernya kisah Israiliyat yang mursal. Meski
sesuai dengan al-Qur’an dan hadis, tetapi jika derajatnya tidak sampai pada
hasan li ghairihi , maka tetap saja sebagai Dakhil fial-Tafsir.
3. Implikasi al-Dakhil dalam Tafsir
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa al Dakhil merupakan
sebuah penafsiran yang tak berdasar, salah dalam berijtihad, adanya fanatisme madzhab
yang kesemuanya berpotensi pada kesalahan dalam menafsir dan banyak mengandung

8
sisi negatif. Dalam hal ini Muhammad ‘Atiyah ‘Aram merumuskan implikasi negatif dari
adanya al-Dakhil dalam tafsir.24 Di antaranya adalah:
a. Dapat memalingkan umat manusia dari petunjuk al-Quran dan al-Sunnah.
b. Adanya potret Islam yang hina dan rendah.
c. Orang awam akan semakin percaya dengan khurafat dan tahayul.
4. Latar Belakang Munculnya al – Dakhil25
Setelah mencermati ayat-ayat al-Quran dan asbabun nuzulnya, dapat kita pahami
bahwa al Dakhil telah ada pada masa turunnya al Quran meskipun hanya sedikit, dan
terus berkembang seiring berjalannya waktu. Sehingga muncul beragam contoh dan
corak yang dapat kita temui sampai saat ini.
Al-Dakhil ini masuk ke dalam tafsir Al-Qur’an setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, disebabkan oleh dua faktor :
 Faktor Eksternal yaitu faktor yang ditimbulkan oleh Yahudi, Nashrani,
Komunis, Filosof Eksistensialisme dan faham-faham lain, yang ingin
merusak Islam secara sistematis melalui penafsiran Al-Qur’an. Hal ini
akan berakibat bercampur aduknya tafsir Al-Qur’an dengan pemikiran-
pemikiran yang menyesatkan yang sebenarnya tidak berasal dari Islam.
 Faktor Internal, yaitu faktor yang ditimbulkan oleh orang-orang yang
mengaku bagian dari Islam, tetapi mempunyai interpretasi yang sangat
berbeda dengan penafsiran jumhur ulama serta berbeda dengan mainstrem
pemahaman Islam. Mereka memberikan interpretasi yang melenceng dari
maqasid al shar’iyyah , seperti penafsiran yang diberikan oleh aliran
Ahmadiyah, Syi’ah, Jaringan Islam Liberal dan penafsiran saintifik
seperti yang dilakukan oleh Nazwar Syamsu.

BAB III
24
Sa’id Muhammad Atiyyah ‘Aram, Al - Sabil ila Ma’rifah al - Asil wa al - Dakh il fi al – Tafsir, hlm. 184-185
25
Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam, “AL-DAKHIL FI AL-TAFSIR (STUDI KRITIS DALAM METODOLOGI
TAFSIR)”, (Tafaqquh; Vol. 2 No. 2 , Desember 2014), hlm. 78-79.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata ad-dakhil dalam bahasa Inggris adalah outsider, yang bermakna orang luar
dan infiltration yang berarti peresapan, penyusupan dan perembesan. Berdasarkan
pemaknaan ini, maka secara bahasa virus atau bakteri penyakit dapat disebut ad-dakhil
karena ia merupakan unsur eksternal yang meresap ke dalam tubuh manusia. Sedangkan
secara terminologis, al-dakhîl adalah penafsiran Al Quran yang tidak memiliki sumber,
argumentasi dan data yang valid dari agama.
Ad-dakhil menurut masyarakat Arab yaitu suatu‛ kata-kata ‚ atau suatu ungkapan
seperti bahasa-bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa Arab. Untuk
sementara waktu dapat disimpulkan. Arti ad dakhil secara bahasa adalah: suatu
perbuatan makar, rekayasa (buatan), aib yang membawa kerusakan (kehancuran)
jaringan komunikasi kehidupan manusia Islam.
Ad-dakhil diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama, ad-dakhil bi alma`tsur yang
bersumber dari riwayat (hadis nabi, pendapat sahabat dan tabi‘in serta israiliyyat). Kedua,
ad-dakhil bi al-ra`yi yang bersumber dari rasio atau ijtihad. Dan ketiga, ad-dakhil bi al-
isyarah yang sumbernya berasal dari hati/intuisi. Klasifikasi ini kemudian memiliki
bentuknya masing-masing. Para ulama Tafsir membagi dakhlil menjadi 2 (dua) jenis
yaitu bil atsar dan bil ra’yi. Dakhil fi Ma’thur yang terdiri dari: Penafsiran dengan
Hadisth Maudu’, Penafsiran dengan Israiliyyat, Penafsiran dengan Perkataan Sahabat
yang diriwayatkan dengan dusta, Penafsiran dengan Perkataan Tabi’in yang diriwayatkan
dengan dusta. Dakhil fi Ra’yi yyang terdiri dari: Penafsiran dengan Bahasa yang tidak
pada tempatnya, Penafsiran dengan Pemikiran dan Pendapat yang keliru baik disengaja
ataupun tidak.
Dalam hal ini Muhammad ‘Atiyah ‘Aram merumuskan implikasi negatif dari
adanya al-Dakhil dalam tafsir. Di antaranya adalah: Dapat memalingkan umat manusia
dari petunjuk al-Quran dan al-Sunnah, Adanya potret Islam yang hina dan rendah, Orang
awam akan semakin percaya dengan khurafat dan tahayul.
Faktor Eksternal yaitu faktor yang ditimbulkan oleh Yahudi, Nashrani, Komunis,
Filosof Eksistensialisme dan faham-faham lain, yang ingin merusak Islam secara
sistematis melalui penafsiran Al-Qur’an. Faktor Internal, yaitu faktor yang ditimbulkan

10
oleh orang-orang yang mengaku bagian dari Islam, tetapi mempunyai interpretasi yang
sangat berbeda dengan penafsiran jumhur ulama serta berbeda dengan mainstrem
pemahaman Islam.
B. Saran
Saya selaku penyusun menyadari masih jauh dari kata sempurna dan tentunya masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini karena terbatasnya ke ilmuwan
kami. Oleh karena itu, saya selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, saya juga mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat
untuk kami khususnya, dan untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ulinnuha, Muhammad. 2015. “Rekonstruksi Metodologi Kritik Tafsir”. (Jakarta: Azzamedia)
Ulinnuha, Muhammad. 2017. “Konsep al-Ashil dan al-Dakhil dalam Tafsir Al-Qur`an”, (Jurnal:
Madania Vol 21 No. 2)
Sari, Muhammad. 2012. “A L - DAKHIL (INFILTRASI ) AJARAN ISLAM (Kajian Masail A
l -Tafsir Al-Qur’an)”. (Al-Fath,Vol. 06 No. 01)

Al-Husayn, ‘Abd al-Qadir Muhammad. 2013. “Tamyiz al - Dakhil fi Tafsir al - Quran al Karim
(salah satu tulisan di Majalah Universitas Damaskus)” edisi ke-3
‘Abdal-Qadir, Jum’ah Ali. “al - Dakhil fi al - Dirasat al - Manhajiyah wa al - Namadhij al-
Tatbiqiyah”
Ja’far, Abdul Ghafur Mustafa. 1995. “Al - Asil wa al - Dakhil fi Tafsir al - Qur ’an wa Ta ’wilih”
(Kairo: Universitas al-Azhar)\
Islam, Ahmad Fakhruddin Fajrul. 2014. “AL-DAKHIL FI AL-TAFSIR (STUDI KRITIS
DALAM METODOLOGI TAFSIR)”, (Tafaqquh; Vol. 2 No. 2)

Fauziah. 2018. “AD-DAKHIL DALAM TAFSIR AL-KHAZIN (Analisa ad-Dakhil pada Ayat-
ayat Kisah di Surah an-Naml)”. (Jakarta: IIQ)

Munawir, Burhan. 2008. “Al-Dakhil dalam Penafsiran Al-Qur`an tentang al-Sam‘iyyat dan Al-
Kauniyah” (Tesis: Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah) Tidak diterbitkan (t.d)
Shofa, Maryam. 2013. “Ad-Dakhil Dalam Tafsir Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an Karya Al-
Qurtubi”, (Jurnal: Suhuf Vol. 6, No. 2)
Ibn Zakariya, Abu Husayn Ahmad. 2002. “Maqayis al – lughat” (t.t: Ittihad al-Kuttab al‘Arab)
Vol. 2
M. Echols, John dan Hassan Shadily. 1975. “Kamus Inggris Indonesia”. (Jakarta: PT. Gramedia)
Mazhur, Ibn. 1956. “Lisan al-‘Arab”. (Bayrut: Dar Shadir) Jilid 11
Al-Ashfihânî, Al Raghib. “al-Mufradat fî Gharîb al-Qur’an” (Libanon: Dâr al-Ma‘rifah)
Mushthafa, Ibrahim. 1990. “al-Mu‘jam alWasith” (Istanbul: Dar al-Da‘wah)
Syaoqi. 2018. “Al-DAKHIL (Subtansi dan Implikasinya dalam Tafsir)”, Jurnal Putih Vol. III.
‘Aram, Sa’id Muhammad Atiyyah. “Al - Sabil ila Ma’rifah al - Asil wa al - Dakh il fi al -Tafsir”
Izzan, Ahmad. 2011. “Metodologi Ilmu Tafsir”. (Bandung: Tafakur) cet. III

12

Anda mungkin juga menyukai