Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN ANAK 2
RESUME KONSEP ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
“AUTISM, ADHD, DISABILITAS, RETARDASI MENTAL, DAN CEREBRAL PALSY”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Riau Roslita, M.Kep., Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH :
Nama: Chevindy Putri Virgita
Nim: 19031028
Kelas: 2019 A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2021
RESUME KONSEP ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
“AUTISM, ADHD, DISABILITAS, RETARDASI MENTAL, DAN CEREBRAL PALSY”
Keb.
Khusus
Autism ADHD Disabilitas Retardasi Mental Cerebral Palsy
Penjelasan
Chaplin (2011:46) ADHD adalah gangguan 1. Disabilitas Retardasi mental Menurut Soeharso (Salim,
mengemukakan bahwa perkembangan saraf di Pendengaran merupakan gangguan 2007 : 170), bahwa
autisme merupakan cara mana seorang anak Kondisi yang menunjuk umum, yang ditandai cerebral palsy terdiri dari
berpikir yang dikendalikan menampilkan masalah pada kondisi dengan gangguan fungsi dua kata, yaitu cerebral
oleh kebutuhan personal yang signifikan karena ketidakfungsian organ kognitif yang signifikan dan yang berasal dari kata
atau oleh diri sendiri, kurangnya perhatian pendengaran atau kurangnya kemampuan cerebrum yang berarti otak
menanggapi dunia atau hiperaktif-impulsif. hilangnya fungsi beradaptasi dimana lebih dan palsy yang berarti
berdasarkan penglihatan ADHD dapat pendengaran. banyak terjadi di usia kekakuan. Hal ini
Definisi
dan harapan sendiri, dan mengganggu masa 2. Disabilitas Penglihatan sebelum 18 tahun dengan dikarenakan adanya
menolak realitas, perkembangan anak Salah satu ragam skor Intelligence Quotient gangguan atau kerusakan
keasyikan ekstrem dengan dalam hal kognitif, disabilitas sensorik (IQ) di bawah 70 (Santrock, pada fungsi otak dan
pikiran dan fantasi sendiri. perilaku, sosialisasi yang membuat 2010). system saraf, sehingga
Yuwono (2009:24) maupun komunikasi. penyandangnya mengakibatkan terjadinya
mengemukakan bahwa Kesalahan yang sering memiliki masalah kelainan gerak, sikap
autisme adalah gangguan terjadi yaitu penanganan penglihatan. maupun bentuk tubuh,
perkembangan ADHD melalui terapi serta gangguan koordinasi
neorobiologis berat yang farmakologi memang
mempengaruhi cara akan menghilangkan
seseorang untuk semua gejala hiperaktif
berkomunikasi dan dan impulsif bermasalah
berelasi (berhubungan pada anak ADHD, tetapi
dengan orang lain. penggunaan obat
ADHD dalam jangka
waktu panjang maka
nantinya akan
berdampak pada anak-
anak. Alternatif lainnya
untuk menangani anak
ADHD dengan
menggunakan
pendekatan konseling
yaitu pendekatan
behavior kognitif
perilaku dan Adlerian
play therapy.
Pemahaman mengenai
pendekatan kognitif
perilaku dan Alderian
play therapy dapat
membantu menangani
permasalahan anak usia
dini terutama yang
mengalami gangguan
ADHD.
rata, dengan IQ rata-rata 70 pada system otor yang
atau kurang. menyebabkan kekakuan
gerak.
Penyebab dari autis itu Penyebab ADHD 1. Etiologi Disabilitas Penyebab yang khas Belum diketahui secara
sendiri sebenarnya sudah adalah kerusakan Pendengaran (biasanya biologic) pasti apa penyebab
ada sebelum bayi neurologik selama Penyebab terbesar diindentifikasikan pada gangguan perkembangan
dilahirkan bahkan sebelum periode pra atau TORCH (Toksoplasma, kurang dari 50%, sebagian ini, namun kondisi ini
vaksinasi dilakukan. perinatal. Selain itu, Rubella, besar terdapat pada pasien diduga dipicu oleh
Seorang ahli embrio yaitu etiologi ADHD adalah : Cytomegalovirus/CMV, dengan retardasi mental sejumlah faktor berikut:
Patricia Rodier  Keturunan atau Herpes) sedang-sangat berat.  Perubahan pada gen,
menyebutkan bahwa gejala faktor genetik, - Kelainan kongenital : Penyebab retardasi mental yang memiliki peran
autis disebabkan karena yaitu memiliki kehilangan antara lain adanya masalah dalam perkembangan
Etiologi
 terjadinya ibu, ayah, atau pendengaran selama kehamilan (kurang otak.
kerusakan jaringan saudara dengan konduktif gizi, alcohol, penyakit  Infeksi saat hamil
otak. Peneliti lain ADHD atau - Meningitis bakterial : infeksi), masalah pada yang menular pada
menyebutkan gangguan mental kehilangan proses persalinan (kesulitan janin. Contohnya
 karena bagian otak lain. sensorineural proses persalinan, lilitan tali cacar air, rubella,
untuk  Kelahiran 2. Etiologi Disabilitas pusat yang menggangggu), sifilis, infeksi
mengendalikan prematur, yaitu Penglihatan masalah pada tahun pertama toksoplasma, dan
memori dan emosi lahir sebelum usia - Infeksi kehidupan anak (infeksi infeksi cytomegalovir
menjadi lebih kecil kehamilan 37 - Cedera otak, kuning us.
dari anak normal minggu. berkepanjangan, yang tidak
(Suteja, 2014).  Kelainan pada kecelakaan,
 Autism sering juga struktur atau yang kejang terkontrol,
dikaitkan dengan fungsi otak. malnutrisi), masalah dalam
keterlibatan gen  Kerusakan otak pola asuh (kurangnya
yang sewaktu dalam stimulasi, kekerasan pada
diturunkan.autisme kandungan. anak, penelantaran) dan
juga bisa bisa  Ibu menggunakan faktor genetic. Faktor
menurun dalam NAPZA, psikologis dapat
keluarga,jadi mengonsumsi mempengaruhi kejadian
kombinasi gen minuman retardasi mental pada anak.
tertentu dari orang beralkohol, atau Seorang ibu dengan
tua bisa merokok selama tingkat stress yang sangat
meningkatkan masa kehamilan. tingggi saat hamil adalah
resiko anak untuk  Ibu mengalami penyebab terbanyak
mengalami kondisi stres sewaktu retardasi mental pada anak.
tersebut. hamil.
 Paparan racun
dari lingkungan
sewaktu masa
kanak-kanak,
misalnya papara n
timbal dari cat.
didalamnya obat dan - Keracunan Penyebab lain termassuk  Terganggunya suplai
hormonal, usia ibu pembelajaran - Neoplasma faktor-faktor lingkungan darah ke otak janin
hamil, adanya terhadap respons - Genetik 1. Problem prenatal, (stroke janin).
infeksi virus. penguatan. - Masalah saat 2. Problem perinatal,  Perbedaan golongan
3. Teori biologis prenatal 3. Penyakit pada masa darah rhesus antara
neurologis - Faktor lain yang bayi, ibu dan bayi.
4. Pola keluarga beraneka ragam 4. Penelantaran  Bayi kembar dua atau
psikososial, lebih. Risiko
5. Malnutrisi terjadinya cerebral
6. Dengan suatu palsy akan meningkat
keterlibatan poligeni pada salah satu bayi
yang belum jelas pada yang selamat, apabila
beberapa kasus. bayi yang lain
meninggal saat lahir.
 Berat badan bayi yang
rendah saat lahir,
yaitu kurang dari 2,5
kilogram.
 Kurangnya suplai
oksigen pada otak
bayi (asfiksia) selama
proses persalinan.
 Kelahiran prematur,
yaitu lahir pada usia
kehamilan kurang dari
37 minggu.
 Kelahiran sungsang,
yaitu lahir dengan
kaki terlebih dulu
keluar.
 Radang pada otak
atau selaput otak bayi.
 Penyakit kuning yang
meracuni otak
(kernikterus).
 Cedera parah di
kepala, misalnya
akibat terjatuh atau
kecelakaan.
Beberapa gejala yang Gejala utama yang 1. Tanda dan gejala 1. Keterlambatan 1. Mengalami kekakuan-
dapat diamati dan perlu meliputi yaitu : disabilitas pendengaran berbahasa kekakuan otot
diwaspadai menurut usia 1. Gangguan - Tidak menunjukkan 2. Gangguan gerakan 2. Terdapat gerakan-
adalah : pemusatan perhatian reaksi terkejut motorik halus dan gerakan uang tidak
1. Usia 0-6 bulan : - Sering gagal terhadap bunyi- gangguan adaptasi terkontrol pada kaki,
- Bayi Nampak terlalu untuk bunyian atau tepukan (toileting, kemampuan tangan, lengan, dan
tenang memberikan tangan yang keras bermain) otot-otot wajah
- Terlalu sensitive, perhatian dengan pada jarak satu meter. 3. Keterlambatan 3. Hilangnya
cepat rinci atau - Tidak bisa dibuat perkembangan motorik keseimbangan yang
terganggu/terusik. membuat tenang dengan suara kasar, jarang ditemui, ditandai dengan
Tanda dan
- Gerakan tangan dan kesalahan ibunya atau pengasuh. kecuali kalau rm gerakan yang tidak
gejala
kaki berlebihan ceroboh di - Tidak bereaksi bila disertai dengan kondisi terorganisasi
terutama bila mandi sekolah. dipanggil namanya lain, seperti palsi 4. Adanya gerakan-
- Tidak pernah terjadi - Sering atau acuh tak acuh serebral 2968 gerakan kecil tanpa
kontak mata atau mengalami terhadap suara 4. Gangguan perilaku, disadari
senyum secara social kesulitan sekitarnya. antara lain agresi, 5. Gangguan penglihatan,
- Bila digendong mempertahankan - Tidak mampu menyakiti diri sendiri, pendengaran, dan
mengepal tangan perhatian dalam menangkap maksud deviasi perilaku, mental.
atau menegangkan tugas-tugas atau orang saat berbicara inatensi, hiperaktifitas,
kaki secara kegiatan bila tidak bertatap kecemasan, depresi,
berlebiham. bermain. muka.
2. Usia 6-12 bulan - Sering tidak - Tidak mampu gangguan tidur dan
- Jika digendong kaku mendengarkan mengetahui arah gerakan sterotipik.
dan tegang ketika berbicara bunyi.
- Tidak tertarik pada secara langsung. - Kemampuan bicara
mainan - Sering tidak tidak berkembang.
- Tidak bereaksi menindaklanjuti - Perbendaharaan kata
terhadap suara atau instruksi dan tidak berkembang.
kata gagal untuk - Sering mengalami
- Selalu memandang menyelesaikan infeksi di telinga.
suatu benda atau sekolah, dan - Kalau bicara sukar
tangannya sendiri tugas. dimengerti.
secara lama (akibat 2. Hiperaktivitas - Tidak bisa
terlambat dalam - Seringgelisah memperhatikan
perkembangan dengan sesuatu untuk jangka
motoric halus dan mengetuk tangan waktu tertentu.
kasar) atau kaki atau - Kelihatan seperti anak
3. Usia 2-3 tahun menggeliat yang kurang menurut
- Tidak berminat atau dikursi atau pembangkang.
bersosialiasai - Sering - Kelihatan seperti
terhadap anak-anak meninggalkan lamban atau sukar
lain kursi dalam mengerti.
- Tidak ada kontak situasi ketika 2. Tanda dan gejala
mata diharapkan disabilitas penglihatan
- Tidak pernah focus duduk - Mata tampak merah.
- Kaku terhadap orang - Sering berlari - Bola mata tampak
lain atau memanjat keruh (putih-putih
- Senang digendong dalam situasi di ditengah), dan kadang-
dan malas mana itu tidak kadang seperti mata
menggerakkan pantas kucing (bersinar).
tubuhnya - Sering berbicara - Bola mata bergerak
4. Usia 4-5 tahun berlebihan sangat cepat.
- Suka berteriak 3. Dan impulsivitas - Penglihatan hanya
- Suka membeo atau yang lebih berat mampu merespon
menirukan suara apabila terhadap cahaya, benda
orang atau dibandingkan ukuran besar dengan
mengeluarkan suara- dengan teman warna mencolok.
suara aneh sebaya. (Benfort et - Memicingkan mata
- Gampang marah al., 2008) pada saat terkena sinar
atau emosi apabila matahari.
rutinitasnya - Melihat obyek,
diganggu dan menonton televisi,
membaca buku atau
kemaunannya tidak melihat gambar di buku
dituruti sangat dekat.
- Agresif dan mudah - Menonton televisi
menyakiti diri sangat dekat.
sendiri. - Bila berjalan ditempat
yang belum dikenal
sering tersandung dan
menabrak.
- Pada saat matahari
tenggelam tidak bisa
melihat jelas (rabun
senja).
- Sering membentur-
benturkan kepala ke
tembok.
Ciri-ciri atau tanda-
tanda anak buta total:
- Tidak mampu melihat
cahaya.
- Kerusakan nyata pada
kedua bola mata.
- Sering meraba-raba bila
mencari sesuatu benda
dan jika berjalan sering
menabrak dan
tersandung.
- Bagian bola mata
tampak jernih tetapi
tidak bisa melihat
cahaya maupun benda.
- Sering menekan bola
mata dengan jari.
1. Neutrologis Pemeriksaan : 1. Pemeriksaan 3. Uji Denver II, 1. Elektroensefalografi
2. Test neupsikologis 1. Skrining Penunjang Disabilitas 4. Caput Scales, (EEG). Bertujuan
3. Test pendengaran pendengaran dan Pendengaran 5. Slosson Intelligence untuk melihat
4. MRI (Magnetic penglihatan - Tes deteksi dini Test, aktivitas listrik otak,
Pemeriksaan Resonance 2. Kelainan tiroid dengan alat bernama 6. Bayley Scales for dengan menggunakan
Penunjang Imaging) 3. Neurologik OAE (oto acoustic Infant Development, bantuan alat khusus
5. EEG (Elektro emission) 7. Stanfort-binet yang disambungkan
Ecepalogram) - BERA (Brainstem Intelligence Scale, ke kulit kepala.
6. Pemeriksaan darah Evoked Response 8. Wechsler Preschool 2. Uji pencitraan.
7. Pemeriksaan urine Audiometry) and Primary Scale of
2. Pemeriksaan Intelligence-Revised Uji pencitraan
Penunjang Disabilitas (WPPSIR), dilakukan untuk
Penglihatan 9. Wechsler Intelligence melihat area otak yang
Test snellen untuk Scale for Children-III rusak atau
melakukan tes dan berkembang tidak
ketajaman penglihatan 10. Vineland Adaptive normal. Sejumlah uji
Behaviour Scales pencitraan yang dapat
dilakukan adalah
MRI, CT scan, dan
USG.

1. Terapi wicara : - Penatalaksanaan 1. Tatalaksana 1. Meningkatkan 1. Fisioterapi dan sensori


membantu anak konvensional untuk Keperawatan kesehatan dengan motoric.
melancarkan otot- ADHD meliputi Disabilitas memberikan gizi yang Fisioterapi
otot mulut oengobatan dengan Pendengaran baik, mengajarkan cara anak bertujuan untuk
Tatalaksana sehingga stimulant dan terapi - Biasakan untuk hidup sehat meningkatkan
Keperawatan membantu anak perilaku (Hoffmann menarik perhatian anak 2. Memberikan kemampuan gerak dan
berbicara yang et al., 2013 ; Paule et terhadap bunyi-bunyi perlindungan terhadap kekuatan otot, serta
lebih baik al., 2000 ; Visserr et lingkungan yang sering penyakit (imunisasi) mencegah kontraktur
al., 2015). terjadi seperti orang 3. Psikostimulan untuk (pemendekan otot yang
yang mengetuk pintu, remaja yang
2. Terapi okupasi : - Terapi medis : suara telepon, suara menunjukkan tanda- membuat gerakan
untuk melatih mengendalikan motor, bunyi mesin tanda gangguan menjadi terbatas).
motoric halus anak symptom-symptom mobil, dan sebagainya. konsentrasi/gangguan 2. Terapi okupasi.
3. Terapi perilaku : ADHD di sekolah - Biasakan agar orangtua hyperaktif. Terapi okupasi
seorang terapis dan di rumah tetap mengajak bicara bertujuan untuk
mencari tahu latar - Pelatihan anak dengan membantu pasien
belakang dari manajemen orang berhadapan muka agar menangani kesulitan
perilaku negative tua wajah dan gerak bibir dalam beraktivitas,
tersebut dan - Melakukan orangtua terlihat jelas. misalnya mandi atau
mencari solusinya konseling keluarga 2. Tatalaksana berpakaian.
dengan - Melakukan Keperawatan 3. Terapi bicara.
merekomendasikan konseling individu Disabilitas Penglihatan Sesuai dengan namanya,
perubahan - Mencari kelompok - Memancing anak terapi ini diperuntukkan
lingkungan dan pendukung menuju sumber suara bagi pasien cerebral
rutin anak tersebut - Intervensi sangat membantu palsy yang mengalami
untuk memperbaiki pendidikan perkembangan aktivitas gangguan bicara.
perilakunya. motorik kasar pada bayi
dengan kebutaan.
- Kemampuan berbicara
mengalami
keterlambatan pada kata
yang memiliki arti
visual (besar/kecil)
REFERENSI

Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan Intervensi dini pada anak autis . jurnal pendidikan
anak, volume III, edisi 1, 420-428.
Heni. 2017. Kelalaian Perkembangan Pada Anak. Jawa Barat : LovRinz Publishing
Nurfadhillah, Septy. 2021. Pendidikan Inklusi : Pedoman Bagi Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus. Sukabumi : CVJejak Publisher
Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga,
Dan Masyarakat). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Jakarta, 2013
Safaria, Triantoro. 2021. Psikologi Abnormal : Dasar-Dasar, Teori, dan Aplikasinya.
Yogyakarta : UAD Press
Setiawati, Yunias. 2020. Modul Pelatihan Penanganan Gangguan Belajar, Emosi, dan
Perilaku pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Surabaya :
Airlangga University Press
WD, Franzeska Venty. 2015. Efektivitas Program Pelayanan Sosial Pada Anak Cerebral Palsy
Oleh Sekolah Luar Biasa. Share Social WorkJurnal Vol.5 No.1 2015
Marimbun Rosmaida Siahaaan, E. (2015). Mengenali ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) dan Penananganannya Pada Anak Sejak Dini.
Suyanto, B. N., & Wimbarti, S. (2019). Program Intervensi Musik terhadap Hiperaktivitas Anak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Gadjah Mada Journal of Professional
Psychology (GamaJPP), 5(1), 15-25.

Anda mungkin juga menyukai