Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKRUR PERKEMBANGAN HEWAN II

PENGARUH SUHU PENETASAN TERHADAP DAYA TETAS TELUR

Dosen Pengampu :

drg. Anik Listiyana


Dr. Drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M. Si
Kholifah Holil, M. Si

Disusun oleh : Khalyli Rimakhusshofa

NIM : 18620022

Kelas : Biologi C

Waktu : Awal hingga akhir bulan Maret 2020

Asisten : Cici Rafita Sari.

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2020
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Telur Ayam broiler

4.1.1 Hasil

Jenis Telur Keterangan


Telur Ayam Boiler 1 Ber tekstur encer, tidak ada bintik hitam, dan berbau
busuk.

Telur Ayam Broiler 2 Bertekstur encer, tidak ada bintik hitam, dan berbau
busuk.
Telur Ayam Broiler 3
Bertekstur encer, tidak terdapat bintik hitam, dan
berbau busuk

Telur Ayam Broiler 4 Bertekstur encer, tidak terdapat bintik hitam, dan
berbau busuk.
.

Telur Ayam Broiler 5 Bertekstur encer, tidak terdapat bintik hitam, dan
berbau busuk
Telur Ayam Broiler 6 Bertekstur encer, tidak terdapat bintik hitam, dan
berbau busuk

Telur Ayam Broiler 7 Bertekstur encer, tidak terdapat bintik hitam, dan
berbau busuk.

4.1.3 Pembahasan

Hasil yang terdapat pada pengamatan ini bahwa telur Ayam Broiler pada semua butir
telur Broiler yang diamati bertekstur encer, tidak ada bintik hitam, namun berbau busuk. Tekstur
kental atau encer pada telur, ada dan tidak adanya bintik hitam, serta bau busuk dan tidaknya. Hal
ini disebabkan karena berkembang dan tidak berkembanya embrio, jika embrio di dalamnya tidak
berkembang biak sempurna maka telur akan membusuk. Pernyataan ini diperkuat oleh Yuwanta
(2004 ) bahwa Embrio milik hewan ovipar akan dilindungi dengan cangkang telur. Telur yang
dikeluarkan oleh hewan ovipar dilengkapi dengan kuning telur atau yolk. Fungsi dari kuning telur
tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio yang tumbuh di dalam telur
tersebut. Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar dari cangkang telur, sedangkan
embrio yang tidak berkembang dengan sempurna bisa membuat telur tersebut beraroma busuk
Telur Broiler Ayam ini selama masa inkubator dia tidak ada satupun yang menetas
dikarenakan dia merupakan telur infertil dimana Embrio tidak mengalami perkembangbiakan,
sehingga lebih banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi . Hal ini sesuai pernyataan Scanlon (2003)
bahwa pengetahuan mengenai fertil/infertil telur dilihat dari dalam telurnya yang dapat
dibandingkan yaitu pada telur infertil lempengan embrio terakumulasi oleh material putih di tengah
sehingga embrio tidak dapat berkembang . Sedangkan pada Telur fertil lempengan embrio terlihat
seperti cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti rumah embrio hal ini menunjukkan
adanya perkembang biakan pada embrio telur.
Tidak berkembangnya Embrio disebabkan karena adanya beberapa faktor salah satunya
adalah faktor suhu. Hal ini dijelaskan Hasanuddin (2017) bahwa Suhu merupakan salah satu faktor
lingkungan yang secara langsung menstimulir perkembangan embrio selama proses penetasan.
Untuk itu diperlukan suatu ketepatan dalam penentuan suhu yang digunakan, telur unggas akan
banyak menetas jika berada pada suhu antara 94-104ºF (36- 40ºC) dan embrio tidak toleran
tehadap perubahan suhu yang drastis. Sedangkan menurut Wirapharta (2017) selain faktor suhu
juga bisa di sebabkan karena faktor lingkungan Kelembaban udara kelembaban udara yang cocok
untuk inkubator adalah 55- 60 %, kemudian Sirkulasi udara, kesesuaian supply O2 yang
dibutuhkan adalah sekitar 76 % dan Turning /perputaran telur Mesin tetas moderen setiap 1 jam
sekali sedangkan mesin tetas sederhana 7 kali pemutaran sehari dan minimal 3 kali sehari harus
dilakukan rutin. Waktu penetasan Telur Ayam normalnya adalah 21 hari setelah di erami oleh
indukannya/ setelah di inkubator. Hal ini sesuai menurut Pratiwi (2019 ) adalah Telur fertil
Unggas yang di erami indukannya atau di inkubasi jika suhu yang digunakan adalah normal pada
proses penetasan maka akan memberikan waktu tetes yang tepat misalnya pada telur puyuh masa
inkubasinya selama 12 hari, pada ayam 21 hari, pada itik atau bebek masa inkubasinya 28 hari dan
pada angsa masa inkubasinya 28-40 hari.
4.2. Telur fertil Ayam kampung
4.2.1. Hasil
Jenis Telur Keterangan
Telur fertil Ayam Kampung 2 Bertekstur sangat kental, terdapat bintik hitam/
embrio sudah terlihat, dan sangat berbau busuk.
4.2.3. Pembahasan
Hasil Pengamatan pada telur fertil Ayam kampung ini ada 2 butir ayam telur. Telur fertil
Ayam kampung 1 sudah menetas setelah seminggu masa inkubator. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan sebelum telur di taruh di inkubator telur tersebut sudah lama di erami oleh
indukannya. Waktu penetasan Telur Ayam normalnya adalah 21 hari setelah di erami oleh
indukannya/ setelah di inkubator. Hal ini sesuai menurut Pratiwi (2019 ) adalah Telur fertil
Unggas yang di erami indukannya atau di inkubasi jika suhu yang digunakan adalah normal pada
proses penetasan maka akan memberikan waktu tetes yang tepat misalnya pada telur puyuh masa
inkubasinya selama 12 hari, pada ayam 21 hari, pada itik atau bebek masa inkubasinya 28 hari dan
pada angsa masa inkubasinya 28-40 hari. Telur Kampung ini termasuk fertil dimana merupakan
telur yang mengalami perkembangbiakan embrio pada saat penetasan. Hal ini sesuai penjelasan
pernyataan Scanlon (2003) bahwa pengetahuan mengenai fertil/infertil telur dilihat dari dalam
telurnya yang dapat dibandingkan yaitu pada telur infertil lempengan embrio terakumulasi oleh
material putih di tengah sehingga embrio tidak dapat berkembang . Sedangkan pada Telur fertil
lempengan embrio terlihat seperti cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti rumah
embrio hal ini menunjukkan adanya perkembang biakan pada embrio telur.
Telur fertil Ayam kampung 2 tidak mengalami penetasan, hal ini dikarenakan adanya
faktor- faktor yang mempengaruhi penetasan telur seperti faktor suhu lingkungan. Pernyataan ini
sesuai dengan penjelasan Hasanuddin (2017) bahwa Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan
yang secara langsung menstimulir perkembangan embrio selama proses penetasan. Untuk itu
diperlukan suatu ketepatan dalam penentuan suhu yang digunakan, telur unggas akan banyak
menetas jika berada pada suhu antara 94-104ºF (36- 40ºC) dan embrio tidak toleran tehadap
perubahan suhu yang drastis. Sedangkan menurut Wirapharta (2017) selain faktor suhu juga bisa
di sebabkan karena faktor lingkungan Kelembaban udara kelembaban udara yang cocok untuk
inkubator adalah 55- 60 %, kemudian Sirkulasi udara, kesesuaian supply O2 yang dibutuhkan
adalah sekitar 76 % dan Turning /perputaran telur Mesin tetas moderen setiap 1 jam sekali
sedangkan mesin tetas sederhana 7 kali pemutaran sehari dan minimal 3 kali sehari harus
dilakukan rutin.
Hasil Pemecahan Telur fertil ayam Kampung 2 yang sudah di inkubator Bertekstur
sangat kental, terdapat bintik hitam/ embrio sudah terlihat, dan sangat berbau busuk. Tekstur
kental atau encer pada telur, ada dan tidak adanya bintik hitam, serta bau busuk dan tidaknya. Hal
ini disebabkan karena berkembang dan tidak berkembanya embrio, jika embrio di dalamnya tidak
berkembang biak dengan sempurna maka telur akan membusuk. Pernyataan ini diperkuat oleh
Yuwanta (2004 ) bahwa Embrio milik hewan ovipar akan dilindungi dengan cangkang telur. Telur
yang dikeluarkan oleh hewan ovipar dilengkapi dengan kuning telur atau yolk. Fungsi dari kuning
telur tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio yang tumbuh di dalam
telur tersebut. Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar dari cangkang telur,
sedangkan embrio yang tidak berkembang dengan sempurna bisa membuat telur tersebut beraroma
busuk.
4.3. Telur fertil Bebek
4.3.1. Hasil
Jenis Telur Keterangan
Telur fertil Bebek 1 Bertekstur encer, tidak ada bintik hitam, dan
berbau busuk.

Telur fertil Bebek 2 Bertekstur encer, tidak ada bintik hitam, dan
berbau busuk

Telur fertil Bebek 3 Bertekstur sangat kental, terdapat bintik hitam/


Embrio sudah sangat terlihat jelas, dan berbau
sangat busuk.
4.3.2. Pembahasan
Hasil yang terdapat pada pengamatan 3 Butir Telur fertil Bebek ini , bahwa 2 Butir Telur
fertil Bebek yang diamati, 2 bertekstur encer, tidak ada bintik hitam, dan berbau busuk dan yang
1butir lagi bertekstur kental, terdapat bintik hitam/ embrio sudah sangat terlihat jelas, serta berbau
busuk. Tekstur kental atau encer pada telur, ada dan tidak adanya bintik hitam, serta bau busuk
dan tidaknya. Hal ini disebabkan karena berkembang dan tidak berkembanya embrio, jika embrio
di dalamnya tidak berkembang biak sempurna maka telur akan membusuk. Pernyataan ini
diperkuat oleh Yuwanta (2004 ) bahwa Embrio milik hewan ovipar akan dilindungi dengan
cangkang telur. Telur yang dikeluarkan oleh hewan ovipar dilengkapi dengan kuning telur atau
yolk. Fungsi dari kuning telur tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio
yang tumbuh di dalam telur tersebut. Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar
dari cangkang telur, sedangkan embrio yang tidak berkembang dengan sempurna bisa membuat
telur tersebut beraroma busuk.
Telur Bebek yang digunakan disini merupakan telur fertil, dimana telur fertil merupakan
telur yang mengalami perkembangbiakan embrio pada saat penetasan. Pernyataan ini sesuai
dengan penjelasan Scanlon (2003) bahwa pengetahuan mengenai fertil/infertil telur dilihat dari
dalam telurnya yang dapat dibandingkan yaitu pada telur infertil lempengan embrio terakumulasi
oleh material putih di tengah sehingga embrio tidak dapat berkembang . Sedangkan pada Telur
fertil lempengan embrio terlihat seperti cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti
rumah embrio hal ini menunjukkan adanya perkembang biakan pada embrio telur.
Waktu penetasan normal telur fertil Bebek adalah 28 hari. Hal ini di jelaskan oleh Pratiwi
(2019 ) adalah Telur fertil Unggas yang di erami indukannya atau di inkubasi jika suhu yang
digunakan adalah normal pada proses penetasan maka akan memberikan waktu tetes yang tepat
misalnya pada telur puyuh masa inkubasinya selama 12 hari, pada ayam 21 hari, pada itik atau bebek
masa inkubasinya 28 hari dan pada angsa masa inkubasinya 28-40 hari. Namun telur bebek yang
diamati kini satupun tidak ada yang menetas, di karenakan saat inkubasi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi misalnya yaitu suhu lingkungan, pernyataan ini sesuai dengan penjelasan
Hasanuddin (2017) bahwa Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang secara langsung
menstimulir perkembangan embrio selama proses penetasan. Untuk itu diperlukan suatu ketepatan
dalam penentuan suhu yang digunakan, telur unggas akan banyak menetas jika berada pada suhu
antara 94-104ºF (36- 40ºC) dan embrio tidak toleran tehadap perubahan suhu yang drastis.
Sedangkan menurut Wirapharta (2017) selain faktor suhu juga bisa di sebabkan karena faktor
lingkungan Kelembaban udara kelembaban udara dan Turning /perputaran telur Mesin tetas
moderen setiap 1 jam sekali sedangkan mesin tetas sederhana 7 kali pemutaran sehari.
4.4. Telur fertil Puyuh
4.4.1. Hasil
Jenis Telur Keterangan
Telur fertil Puyuh 1 Bertekstur kental, tidat terdapat bintik hitam dan
berbau sangat busuk.

Telur fertil Puyuh 2 Bertekstur kental, terdapat bintik hitam/ mulai


terlihat embrio, dan sangat berbau busuk.

4.4.2. Pembahasan
Hasil yang terdapat pada pengamatan 2 Butir Telur fertil Puyuh adalah Bertekstur kental,
tidat terdapat bintik hitam dan berbau sangat busuk pada Telur fertil puyuh 1, sedangkan pada
telur fertil Puyuh 2 Bertekstur kental, terdapat bintik hitam/ mulai terlihat embrio, dan sangat
berbau busuk. Tekstur kental atau encer pada telur, ada dan tidak adanya bintik hitam, serta bau
busuk dan tidaknya. Hal ini disebabkan karena berkembang dan tidak berkembanya embrio, jika
embrio di dalamnya tidak berkembang biak sempurna maka telur akan membusuk. Pernyataan ini
diperkuat oleh Yuwanta (2004 ) bahwa Embrio milik hewan ovipar akan dilindungi dengan
cangkang telur. Telur yang dikeluarkan oleh hewan ovipar dilengkapi dengan kuning telur atau
yolk. Fungsi dari kuning telur tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio
yang tumbuh di dalam telur tersebut. Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar
dari cangkang telur, sedangkan embrio yang tidak berkembang dengan sempurna bisa membuat
telur tersebut beraroma busuk.
Telur Puyuh yang digunakan disini merupakan telur fertil, dimana telur fertil merupakan
telur yang mengalami perkembangbiakan embrio pada saat penetasan. Pernyataan ini sesuai
dengan penjelasan Scanlon (2003) bahwa pengetahuan mengenai fertil/infertil telur dilihat dari
dalam telurnya yang dapat dibandingkan yaitu pada telur infertil lempengan embrio terakumulasi
oleh material putih di tengah sehingga embrio tidak dapat berkembang . Sedangkan pada Telur
fertil lempengan embrio terlihat seperti cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti
rumah embrio hal ini menunjukkan adanya perkembang biakan pada embrio telur.
Waktu penetasan normal telur fertil Puyuh adalah 12 hari. Hal ini di jelaskan oleh Pratiwi
(2019 ) adalah Telur fertil Unggas yang di erami indukannya atau di inkubasi jika suhu yang
digunakan adalah normal pada proses penetasan maka akan memberikan waktu tetes yang tepat
misalnya pada telur puyuh masa inkubasinya selama 12 hari, pada ayam 21 hari, pada itik atau bebek
masa inkubasinya 28 hari dan pada angsa masa inkubasinya 28-40 hari. Namun telur puyuh yang
diamati kini satupun tidak ada yang menetas, di karenakan saat inkubasi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi misalnya yaitu suhu lingkungan, pernyataan ini sesuai dengan penjelasan
Hasanuddin (2017) bahwa Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang secara langsung
menstimulir perkembangan embrio selama proses penetasan. Untuk itu diperlukan suatu ketepatan
dalam penentuan suhu yang digunakan, telur unggas akan banyak menetas jika berada pada suhu
antara 94-104ºF (36- 40ºC) dan embrio tidak toleran tehadap perubahan suhu yang drastis.
Sedangkan menurut Wirapharta (2017) selain faktor suhu juga bisa di sebabkan karena faktor
lingkungan Kelembaban udara kelembaban udara yang cocok untuk inkubator adalah 55- 60 %,
kemudian Sirkulasi udara, kesesuaian supply O2 yang dibutuhkan adalah sekitar 76 % dan Turning
/perputaran telur Mesin tetas moderen setiap 1 jam sekali sedangkan mesin tetas sederhana 7 kali
pemutaran sehari dan minimal 3 kali sehari harus dilakukan rutin.
4.5. Telur fertil Angsa
4.5.1. Hasil
Jenis Telur Keterangan
Telur Angsa 1 Bertekstur Kental, tidak ada bintik hitam namun
terlihat yolk dan ruang udara, serta berbau sangat
busuk

Telur fertil Angsa 2 Bertekstur sangat kental, Muncul banyak bintik


hitam, dan sangat berbau busuk.

4.5.2 Pembahasan
Hasil yang terdapat pada 2 Butir telur fertil Angsa adalah Bertekstur Kental, tidak ada
bintik hitam namun terlihat yolk dan ruang udara, serta berbau sangat busuk pada telur fertil Angsa
1, sedangkan pada telur fertil Angsa 2 Bertekstur sangat kental, Muncul banyak bintik hitam, dan
sangat berbau busuk. Tekstur kental atau encer pada telur, ada dan tidak adanya bintik hitam, serta
bau busuk dan tidaknya. Hal ini disebabkan karena berkembang dan tidak berkembanya embrio,
jika embrio di dalamnya tidak berkembang biak sempurna maka telur akan membusuk. Pernyataan
ini diperkuat oleh Yuwanta (2004 ) bahwa Embrio milik hewan ovipar akan dilindungi dengan
cangkang telur. Telur yang dikeluarkan oleh hewan ovipar dilengkapi dengan kuning telur atau
yolk. Fungsi dari kuning telur tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio
yang tumbuh di dalam telur tersebut. Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar
dari cangkang telur, sedangkan embrio yang tidak berkembang dengan sempurna bisa membuat
telur tersebut beraroma busuk.
Telur Angsa yang digunakan disini merupakan telur fertil, dimana telur fertil merupakan
telur yang mengalami perkembangbiakan embrio pada saat penetasan. Pernyataan ini sesuai
dengan penjelasan Scanlon (2003) bahwa pengetahuan mengenai fertil/infertil telur dilihat dari
dalam telurnya yang dapat dibandingkan yaitu pada telur infertil lempengan embrio terakumulasi
oleh material putih di tengah sehingga embrio tidak dapat berkembang . Sedangkan pada Telur
fertil lempengan embrio terlihat seperti cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti
rumah embrio hal ini menunjukkan adanya perkembang biakan pada embrio telur.
Waktu penetasan normal telur fertil Angsa adalah sekitar 1 Bulan lebih. Hal ini di
jelaskan oleh Pratiwi (2019 ) adalah Telur fertil Unggas yang di erami indukannya atau di
inkubasi jika suhu yang digunakan adalah normal pada proses penetasan maka akan memberikan
waktu tetes yang tepat misalnya pada telur puyuh masa inkubasinya selama 12 hari, pada ayam 21
hari, pada itik atau bebek masa inkubasinya 28 hari dan pada angsa masa inkubasinya 28-40 hari.
Namun telur Angsa yang diamati kini satupun tidak ada yang menetas, di karenakan saat inkubasi
ada beberapa faktor yang mempengaruhi misalnya yaitu suhu lingkungan, pernyataan ini sesuai
dengan penjelasan Hasanuddin (2017) bahwa Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang
secara langsung menstimulir perkembangan embrio selama proses penetasan. Untuk itu diperlukan
suatu ketepatan dalam penentuan suhu yang digunakan, telur unggas akan banyak menetas jika
berada pada suhu antara 94-104ºF (36- 40ºC) dan embrio tidak toleran tehadap perubahan suhu
yang drastis. Sedangkan menurut Wirapharta (2017) selain faktor suhu juga bisa di sebabkan
karena faktor lingkungan Kelembaban udara kelembaban udara yang cocok untuk inkubator
adalah 55- 60 %, kemudian Sirkulasi udara, kesesuaian supply O2 yang dibutuhkan adalah sekitar
76 % dan Turning /perputaran telur Mesin tetas moderen setiap 1 jam sekali sedangkan mesin tetas
sederhana 7 kali pemutaran sehari dan minimal 3 kali sehari harus dilakukan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, Apriawan. 2017. Pengaruh Suhu Penetasan Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan
Berat Tetas Telur Burung Puyuh. Skripsi Fakultas Peternkan Universitas Hasanuddin
Makasar

Pratiwi, Herlina dan Aulia Firmawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang: UB Press Scanlon
dan Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia: F.A Davis

Company
Wirapharta, Made dan Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi. 2017. Bahan Ajar Menejemen
Penetasan Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar ternak Unggas. Yogyakarta: Kansius


LAMPIRAN

( Gambar ayam dari Telur Fertil Ayam kampung yang sudah menetas)

( Gambar Telur- telur dalam Inkubator)


REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai