Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II
“Rangkaian Kirchhoff dan Thevenin”

Disusun Oleh :

Ira Palupi
022000021

Dosen Pengampu : Ayu Jati Puspitasari, M.Si

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR
STTN BATAN YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rangkaian listrik biasanya terdiri atas banyak hubungan sehingga akan terdapat banyak
cabang dan titik simpul. Yang dimaksud dengan titik simpul, ialah titik pertemuan dua cabang
atau lebih. Maka dalam penyelesaian masalah rangkaian listrik yang terdapat banyak cabang
digunakanlah Hukum Kirchhoff. Hukum ini mengatur tentang jalannya arus dan jumlah
tegangan dalam suatu rangkaian arus listrik yang memiliki lebih dari satu sumber gaya gerak
listrik yang berbeda kekuatannya. Secara historis, analisis Hukum Kirchhoff berdasarkan
hubungan gaya dengan arus listrik, dan resistor (Ω) menghubungkan tegangan serta arus.
(Gustav Robert Kirchhoff, 1824-1887).
Selain rangkaian kirchhoff, dalam ilmu elektronika terdapat pula rangkaian Thevenin.
Pada rangkaian thevenin, menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali
beban dapat diganti dengan sirkuit yang hanya mengandung satu sumber tegangan
listrik independen dengan sebuah resistor yang terhubung secara seri. Sedangkan pada
rangkaian pengganti Thevenin, tahanan beban merasakan sebuah tahanan sumber yang
terhubung seri dengan sebuah sumber tegangan. Tegangan Thevenin adalah tegangan yang
tampak pada terminal-teminal beban bila tekanan beban dilepaskan. Tegangan thevenin biasa
disebut dengan tegangan rangkaian terbuka (Malvino, 2003).
Sehingga, untuk menghitung arus pada suatu rangkaian atau hambatan pada setiap nilai
tahanan R, yaitu dengan mengombinasikan secara seri dan parallel tahanan-tahanan tersebut
untuk mendapatkan tahanan total yang dirasakan oleh sumber tegangan. Kemudian untuk
menghitung arus total yang bekerja ke arah beban yaitu dengan membagi-bagi arus hingga
akhirnya diperoleh arus beban dan bias diselesaiakan dengan pesamaan simulasi dari loop
Kirchhoff.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana perbandingan hasil perhitungan arus pada rangkaian kirchoff sesuai


dengan teori KCL dan KVL dengan hasil pengukuran?
b. Bagaimana perbandingan nilai tegangan thevenin dan tahanan thevenin berdasarkan
teori dengan hasil pengukuran?

1.3 Tujuan

a. Memahami teori Kirchhoff dan Thevenin.


b. Mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bersangkutan dengan teori Kirchhoff
dan Thevenin.
c. Menggunakan teori Kirchoff dan Thevenin.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum Rangkaian Kirchhoff


dan Rangkaian Thevenin yaitu kami sebagai praktikan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya pemasangan perangkat elektronik atau pengukuran pada
masukan dan keluaran suatu piranti elektronik tanpa mengetahui rangkaian di dalamnya.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Hukum Kirchhoff

Hukum Kirchhoff pertama kali dikenalkan oleh ahli Fisika dari Jerman, Gustav
Robert Kirchhoff (1824-1887). Hukum Kirchhoff dikenal dengan Kirchhoff’s current law
(KCL) dan Kirchhoff’s voltage law (KVL)s.

2.1.1 Hukum I Kirchhoff


Pada Kirchhoff’s current law (KCL) menyatakan bahwa “jumlah kuat arus listrik
yang masuk pada suatu titik simpul (atau loop tertutup) adalah nol” dinyatakan dalam
persamaan (1):

𝑁
∑ i𝑛 = 0 (1)
𝑛=1
Dimana N merupakan jumlah cabang yang terkoneksi pada titik node dan in adalah
arus ke n yang masuk (atau keluar) dari titik node.

Gambar 1 Arus pada titik simpul sebagai ilustrasi KCL


Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dibuktikan bahwa jumlah seluruh arus pada titik
simpul sama dengan nol. Adapun persamaannya menjadi:
i𝑇 (𝑡) = i1(𝑡) + i2(𝑡) + i3(𝑡) + ⋯ (2)

Arus yang masuk menuju titik simpul dimisalkan dengan tanda positif, sedangkan
arus yang keluar dari titik simpul dimisalkan dengan tanda negative, sehingga
persamaannya menjadi:
i1 + (−i2) + i3 + i4 + (−i5) = 0 (3)
i1 + i2 + i3 = i4 + i5 (4)
Jika diterapkan pada loop tertutup maka dapat diilustrasikan seperti Gambar 2
dibawah ini:

Gambar 2 Arus pada sebuah titik untuk menggambarkan KCL Dari

Gambar 2 diatas, maka diperoleh persamaan:

𝐼𝑇 + 𝐼 2 = 𝐼 1 + 𝐼 3 (5)
𝐼𝑇 = 𝐼 1 − 𝐼 2 + 𝐼 3

2.1.2 Hukum II Kirchhoff


Hukum II Kirchhoff didasarkan pada prinsip konservasi energi. Kirchhoff’s voltage
law (KVL) menyatakan bahwa “jumlah aljabar seluruh tegangan pada untai tertutup adalah
nol” dinyatakan dalam persamaan:

𝑀
∑ 𝑉𝑚 = 0 (6)
𝑚=1
Dimana M adalah jumlah tegangan yang ada pada untai tertutup (atau jumlah cabang
yang ada pada untai tertutup) dan vm merupakan tegangan ke-m. Perhatikan Gambar 3 di
bawah ini, terdapat lima sumber tegangan yang dapat dituliskan seperti pada persamaan
(7) dan (8).

Gambar 3 Rangkaian satu loop yang menggambarkan KVL


−𝑣 1 + 𝑣 2 + 𝑣 3 − 𝑣 4 + 𝑣 5 = 0 (7)
𝑣2 + 𝑣 3 + 𝑣 4 = 𝑣 1 + 𝑣 5 (8)
Gambar 4 Rangkaian loop tertutup
Jika diterapkan pada rangkaian tertutup, seperti yang ditampilkan pada Gambar
4, maka persamaannya dapat dituliskan seperti pada persamaan (9) dan (10):

∑ 𝐸 + ∑(𝐼𝑅) = 0 (9)
i𝑅 1 − i𝑅 2 − 20 = 0 (10)

2.2 Teori Thevenin

Suatu untai listrik yang terdiri dari sambungan sejumlah tahanan dan sumber-sumber
g.g.l dapat dianggap sebagai sumber tegangan murni (E) yang tersambung seri dengan
suatu tahanan. Pernyataan tersebut dapat dilukiskan dengan Gambar 5 dibawah ini
X
R
XY
u
n
t
Y
a Gambar 5 Ekivalen rangkaian Thevenin
i

Pada Gambar 6,k rangkaian sebelah kanan merupakan rangkaian ekuivalen rangkaian
sebelah kiri. Besar V omthevenin, yaitu tegangan antara A dan B untuk R L dilepas. R
p
thevenin, yaitu besar tahanan antara A dan B untuk RL dilepas dan sumber tegangan E
l
dihubung singkat. e
k

Gambar 6 Ekuivalen rangkaian kompleks dan rangkaian Thevenin

Arus IL yang melalui beban dan tegangan VL yang melalui beban dapat disimpulkan
sebagai persamaan Thevenin rangkaian. Adapun persamaan tersebut dituliskan seperti
pada persamaan (12) dan (13).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum percobaan Rangkaian
Kirchhoff dan Thevenin di antaranya 4 buah multimeter, yang terdiri atas 1 amperemeter dan
3 voltmeter, 1 buah power supply DC, 3 buah resistor pada percobaan Hukum Arus Kirchhoff
(KCL) masing-masing 220Ω, 330Ω, 470Ω yang diparalelkan, dan pada rangkaian
thevenin masing-masing 470Ω, 1,8kΩ, 3kΩ, serta sebuah resistor variabel yang nilainya
dapat berubah-ubah, 1 buah project board, dan 10 buah kabel penghubung.

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Hukum Arus Kirchhoff (KCL)

Gambar 7 Rangkain percobaan Kirchhoff’s Current Law

Langkah kerja percobaan Hukum Arus Kirchhoff (KCL) dimulai dengan


dibuatnya rangkaian listrik seperti pada gambar 7 dengan R1 = 220Ω, R2 = 330Ω, dan
R3 = 470Ω saklar S dalam posisi terbuka. Kemudian pada langkah kedua, setelah
diperiksa bentuk rangkaiannya, saklar S ditutup. Tegangan power supply DC
diatur hingga keluarannya 2 Volt. Lalu, arus pada masing-masing amperemeter
diamati dan dicatat dengan teliti. Selanjutnya, Langkah kedua diulangi dengan
variasi tegangan 4 volt, 6 volt, dan 9 volt.

3.2.2 Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL)

Gambar 8 Rangkaian Percobaan Kirchhoff’s Voltage Law

Langkah kerja percobaan Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL) dimulai dengan


dibuatnya rangkaian listrik seperti pada gambar 8 dengan saklar S dalam posisi
terbuka. Langkah kedua, setelah diperiksa rangkaiannya maka saklar S ditutup.
Kemudian keluaran power supply diatur sebesar 4 volt dan penunjukkan
amperemeter, tegangan pada tiap ujung tahanan, serta ujung amperemeter diamati dan
dicatat. Untuk langkah terakhir, langkah kedua bisa diulangi dengan variasi tegangan
6 volt, 9 volt, dan 12 volt, dicatat hasilnya.
3.2.3 Teori Thevenin

Gambar 9 Rangkaian Kompleks

Langkah kerja percobaan Teori Thevenin diawali dengan dibuatnya rangkaian


seperti pada gambar 9. Kedua, saklar S ditutup, tegangan E diatur 30 volt, kemudian
besar arus yang melewati RL 470Ω, 1,8kΩ, 3kΩ dicatat. Selanjutnya, RL dihubung
pendekkan untuk besar arus pada amperemeter (Io) dibaca dan dicatat. Langkah
keempat saklar S ditutup, tegangan Vxy = Vo diukur dengan multimeter dan dicatat
hasilnya. Setelah itu, semua hubungan-hubungan pada rangkaian dilepaskan, sumber
tegangan sebesar Vxy (Vo) diatur dan tahanan Rthevenin (Rth) ditentukan melalui Vo/Io.
Untuk langkah selanjutnya, rangkaian untai disusun kembali seperti pada gambar 11.
Besar arus yang terukur pada multimeter untuk beban R L 470Ω, 1,8kΩ, 3kΩ dicatat.
Lalu, hasilny dibandingkan dengan hasil pengukuran arus pada langkah awal,
yang mana pada gambar 11 merupakan rangkaian thevenin dari untai gambar 9.

Gambar 10 Rangkaian Thevenin pengukuran VXY

Gambar 11 Rangkaian Ekuivalen Thevenin


3.3 Diagram Alir Percobaan

3.3.1 Diagram Alir Percobaan Hukum Arus Kirchhoff (KCL)

Arus pada
Tegangan power supply amperemeter
Mulai Dibuat rangkaian listrik
diukur, Vout = 2 Volt diamati dan
dicatat

Dicatat Langkah diulangi dengan


Selesai variasi V = 4, 6, 9 Volt
hasilnya

3.3.2 Diagram Alir Percobaan Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL)

Keluaran power supply


Mulai Dibuat rangkaian listrik
diukur, Vout = 4 Volt

Penunjukkan
ujung-ujung
amperemeter dan
tahanan diamati
dan dicatat

Dicatat Langkah diulangi dengan


Selesai hasilnya variasi V = 6,9,12 Volt
3.3.3 Diagram Alir Percobaan Teori Thevenin

Mulai Dibuat rangkaian listrik Saklar ditutup Tegangan diatur


E = 30 Volt

Besar arus
RL Harga RL 470Ω; 1,8 kΩ; 3 kΩ.
pada RL
dihubungpendekkan
dicatat

Besar arus pada


amperemeter
dibaca dan
dicatat

Saklar dibuka dan


dilepaskan ke
amperemeter dan RL

TeganganVxy = Vo Hasil
Saklar ditutup diukur dengan Selesai
dicatat
multimeter
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data dan Perhitungan

4.1.1 Data Percobaan 1 : Hukum Arus Kirchhoff (KCL)


Pada percobaan Hukum Arus Kirchhof (KCL), terdapat 3 resistor yang digunakan
masing-masing sebesar :
R1 = 220 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
VDC Power 2V 4V 6V 9V
Supply
IR1 7,5 mA 14 mA 22,5 Ma 37,5 mA
IR2 5 mA 8,5 mA 13,5 mA 22 mA
IR3 3 mA 6 mA 9 mA 15 mA
I 14,5 mA 27,5 mA 45 mA 72,5 mA
ΣI 15,5 mA 28,5 mA 45 mA 74,5 mA
(IR1+IR2+IR3)
Tabel 1. Data Pengukuran Arus
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel data pengukuran arus di atas, maka kami
juga melakukan perhitungan data secara teori.
Rumus yang digunakan pada perhitungan ini yakni :
𝐕
𝑰=𝐑

𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= + +
𝑹𝒕𝒐𝒕 (𝒑𝒂𝒓𝒂𝒍𝒆𝒍) 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑

Diketahui : Tegangan Power Supply DC :


R1 = 220 Ω VDC1 = 2 Volt
R2 = 330 Ω VDC2 = 4 Volt
R3 = 470 Ω VDC3 = 6 Volt
VDC4 = 9 Volt
Ditanya :
a. IR1
b. IR2
c. IR3
d. I
e. ΣI

Jawab :
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= + +
𝑹𝒕𝒐𝒕 (𝒑𝒂𝒓𝒂𝒍𝒆𝒍) 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑

1 1 1 1 9,89
= + + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 (𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙) 220 330 470 1020

𝑅𝑡𝑜𝑡 (𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙) = 103,134 Ω

Nilai IR1, IR2, IR3, I, ΣI pada VDC1 = 2 Volt

V V V
a. 𝐼𝑅1 = R1 b. 𝐼𝑅2 = R2 c. 𝐼𝑅3 = R3

2
𝐼𝑅1 = 220 = 9,1 𝑚𝐴 2 2
𝐼𝑅3 = 470 = 4,25 𝑚𝐴
𝐼𝑅2 = = 6,06 𝑚𝐴
330

V 2
d. 𝐼 = R = 103,134 = 19,39 𝑚𝐴 e. ΣI = IR1 + IR2 + IR3
ΣI = 9,1 + 6,06 + 4,25
ΣI = 19,41 mA

Nilai IR1, IR2, IR3, I, ΣI pada VDC2 = 4 Volt

V V V
a. 𝐼𝑅1 =
R1
b. 𝐼𝑅2 =
R2
c. 𝐼𝑅3 =
R3

𝐼𝑅1 =
4
= 18,18 𝑚𝐴 4 4
𝐼𝑅3 = 470 = 8,5 𝑚𝐴
220 𝐼𝑅2 = = 12,12 𝑚𝐴
330

V 4
d. 𝐼 = R = 103,134 = 38,7 𝑚𝐴 e. ΣI = IR1 + IR2 + IR3
ΣI = 18,18 + 12,12 + 8,5
ΣI = 38,8 mA
Nilai IR1, IR2, IR3, I, ΣI pada VDC3 = 6 Volt

V V V
a. 𝐼𝑅1 = R1 b. 𝐼𝑅2 = c. 𝐼𝑅3 =
R2 R3

6 6 6
𝐼𝑅3 = 470 = 12,76 𝑚𝐴
𝐼𝑅1 = = 27,27 𝑚𝐴 𝐼𝑅2 = = 18,18 𝑚𝐴
220 330

V 6 e. ΣI = IR1 + IR2 + IR3


d. 𝐼 = R = 103,134 = 58,17 𝑚𝐴 ΣI = 27,27 + 18,18 +12,76
ΣI = 58,21 mA

Nilai IR1, IR2, IR3, I, ΣI pada VDC4 = 9 Volt

V V V
a. 𝐼𝑅1 = R1 b. 𝐼𝑅2 = R2 c. 𝐼𝑅3 = R3

9 9 9
𝐼𝑅3 = 470 = 19,14 𝑚𝐴
𝐼𝑅1 = 220 = 40,9 𝑚𝐴 𝐼𝑅2 = = 27,27 𝑚𝐴
330

V 9 e. ΣI = IR1 + IR2 + IR3


d. 𝐼 = R = 103,134 = 87,26 𝑚𝐴 ΣI = 40,9 + 27,27 +19,14
ΣI = 87,31 mA

Dari perhitungan data di atas, tentunya akan diperoleh nilai error pada perhitungan ΣI
percobaan dengan ΣI teori, sebagai berikut :

𝚺𝐈 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐨𝐛𝐚𝐚𝐧 − 𝚺𝐈 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢⁄
𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫 (%) = ⃒ 𝚺𝐈 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢 ⃒ × 𝟏𝟎𝟎%
Nilai Error pada VDC1 = 2 Volt

Error (%) = ⃒ 15,5 − 19,41 ⁄19,41 ⃒ × 100% = 20,14 %

Nilai Error pada VDC2 = 4 Volt

Error (%) = ⃒ 28,5 − 38,8 ⁄38,8 ⃒ × 100% = 26,54 %

Nilai Error pada VDC3 = 6 Volt

Error (%) = ⃒ 45 − 58,21 ⁄58,21 ⃒ × 100% = 22,69 %

Nilai Error pada VDC4 = 9 Volt

Error (%) = ⃒ 74,5 − 87,31 ⁄87,31 ⃒ × 100% = 14,67 %


4.1.2 Data Percobaan 2 : Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL)
Pada percobaan Hukum Tegangan Kirchhof (KVL), terdapat 3 resistor yang
digunakan masing-masing sebesar :
R1 = 220 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
VDC Power 4V 6V 9V 12 V
Supply
VR1 0,8 V 1,2 V 1,8 V 2,4 V
VR2 1,2 V 1,8 V 2,8 V 3,8 V
VR3 1,8 V 2,6 V 4V 5,3 V
I 3,5 mA 5,5 mA 8,25 mA 11 Ma
ΣV 3,8 V 5,6 V 8,6 V 11,5 V
(VR1+VR2+VR3)
Tabel 2. Data Pengukuran Tegangan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel data pengukuran arus di atas, maka kami
juga melakukan perhitungan data secara teori.
Rumus yang digunakan pada perhitungan ini yakni :
𝐕
𝑰=𝐑

𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑺𝒆𝒓𝒊) = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑
Diketahui : Tegangan Power Supply DC :
R1 = 220 Ω VDC1 = 4 Volt
R2 = 330 Ω VDC2 = 6 Volt
R3 = 470 Ω VDC3 = 9 Volt
VDC4 = 12 Volt

Ditanya :
a. I
b. VR1
c. VR2
d. VR3
e. ΣV
Jawab :
𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑺𝒆𝒓𝒊) = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑
𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑺𝒆𝒓𝒊) = 𝟐𝟐𝟎 Ω + 𝟑𝟑𝟎Ω + 𝟒𝟕𝟎Ω = 1020 Ω

Nilai I, VR1, VR2, VR3, ΣV pada VDC1 = 4 Volt


V 4
a. 𝐼=R= = 3,92 𝑚𝐴
1020
b. VR1 = IR1 = 3,92 mA × 220 Ω = 0,86 Volt
c. VR2 = IR2 = 3,92 mA × 330 Ω = 1,29 Volt
d. VR3 = IR3 = 3,92 mA × 470 Ω = 1,84 Volt
e. ΣV = VR1 + VR2 + VR3 = 3,99 Volt

Nilai I, VR1, VR2, VR3, ΣV pada VDC2 = 6 Volt


V 6
a. 𝐼=R= = 5,8 𝑚𝐴
1020
b. VR1 = IR1 = 5,8 mA × 220 Ω = 1,27 Volt
c. VR2 = IR2 = 5,8 mA × 330 Ω = 1,91 Volt
d. VR3 = IR3 = 5,8 mA × 470 Ω = 2,72 Volt
e. ΣV = VR1 + VR2 + VR3 = 5,9 Volt

Nilai I, VR1, VR2, VR3, ΣV pada VDC3 = 9 Volt


V 9
a. 𝐼=R= = 8,82 𝑚𝐴
1020
b. VR1 = IR1 = 8,82 mA × 220 Ω = 1,94 Volt
c. VR2 = IR2 = 8,82 mA × 330 Ω = 2,91 Volt
d. VR3 = IR3 = 8,82 mA × 470 Ω = 4,14 Volt
e. ΣV = VR1 + VR2 + VR3 = 8,99 Volt

Nilai I, VR1, VR2, VR3, ΣV pada VDC4 = 12 Volt


V 12
a. 𝐼=R= = 11,7 𝑚𝐴
1020
b. VR1 = IR1 = 11,7 mA × 220 Ω = 2,57 Volt
c. VR2 = IR2 = 11,7 mA × 330 Ω = 3,86 Volt
d. VR3 = IR3 = 11.7 mA × 470 Ω = 5,49 Volt
e. ΣV = VR1 + VR2 + VR3 = 11,92 Volt
Dari perhitungan data di atas, tentunya akan diperoleh nilai error pada perhitungan ΣV
percobaan dengan ΣV teori, sebagai berikut :

𝚺𝐕 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐨𝐛𝐚𝐚𝐧 − 𝚺𝐕 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢⁄
𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫 (%) = ⃒ 𝚺𝐕 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢 ⃒ × 𝟏𝟎𝟎%
Nilai Error pada VDC1 = 4 Volt

Error (%) = ⃒ 3,8 − 3,99 ⁄3,99 ⃒ × 100% = 4,76 %

Nilai Error pada VDC2 = 6 Volt

Error (%) = ⃒ 5,5 − 5,9 ⁄5,9 ⃒ × 100% = 6,77 %

Nilai Error pada VDC3 = 9 Volt

Error (%) = ⃒ 8,6 − 8,99 ⁄8,99 ⃒ × 100% = 4,33 %

Nilai Error pada VDC4 = 12 Volt

Error (%) = ⃒ 11 − 11,92 ⁄11,92 ⃒ × 100% = 7,71 %

4.1.3 Data Percobaan 3 : Teori Thevenin


Pada percobaan ini, telah diketahui tegangan sumber E = 30 Volt dan terdapat 3
variasi RL sebagai berikut:
RL1 = 470 Ω
RL2 = 1,8 k Ω
RL3 = 3 k Ω

RL E IL (mA) IO (mA) VO RTH (Ω) IL (mA)


(Volt) (Kompleks) (Volt) (Thevenin)

470 Ω 30 V 18,25 mA 30 mA 23 V 766,7 Ω 20 mA


1,8 k Ω 30 V 8,25 mA 30 mA 23 V 766,7 Ω 9 mA

3kΩ 30 V 6 mA 30 mA 23 V 766,7 Ω 6 mA
Tabel 3. Data Pengukuran Percobaan Thevenin
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel data pengukuran arus di atas, maka kami
juga melakukan perhitungan data secara teori.
Rumus yang digunakan pada perhitungan ini yakni :
𝐕𝐭𝐡
𝑰𝑳 =
𝐑𝐭𝐡 + 𝐑𝐋
Diketahui : Ditanya :
RL1 = 470 Ω a. VTH
RL2 = 1,8 k Ω b. RTH
RL3 = 3 k Ω c. IL
E = 30 Volt
Jawab :
30 V ×1,2 kΩ 36000
a. 𝑉𝑡ℎ = = = 8 𝑉𝑜𝑙𝑡
3,3 kΩ+1,2 kΩ 4500
1200 Ω ×3300 Ω
b. 𝑅𝑡ℎ = 470Ω = 1350𝐾Ω = 1,35 𝑘Ω
1200 Ω+3300 Ω

c. Nilai IL pada RL1 = 470 Ω


Vth
𝐼𝐿 = Rth+RL
8
𝐼𝐿 = 1350+470 = 4,4 𝑚𝐴

Nilai IL pada RL2 = 1,8 k Ω


Vth
𝐼𝐿 = Rth+RL

8
𝐼𝐿 = = 2,53 𝑚𝐴
1350 + 1800
Nilai IL pada RL3 = 3 k Ω
Vth
𝐼𝐿 = Rth+RL
8
𝐼𝐿 = 1350+3000 = 1,83 𝑚𝐴

Dari perhitungan data di atas, tentunya akan diperoleh nilai error pada perhitungan Rth
percobaan dengan Rth teori, sebagai berikut :

𝐑𝐭𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐨𝐛𝐚𝐚𝐧 − 𝐑𝐭𝐡 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢⁄


𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫 (%) = ⃒ 𝐑𝐭𝐡 𝐭𝐞𝐨𝐫𝐢 ⃒ × 𝟏𝟎𝟎%

Nilai Error Rth

Error (%) = ⃒ 766,7 − 1350 ⁄1350 ⃒ × 100% = 43,2 %


4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, terdapat 3 percobaan yang dilakukan dari Hukum Kirchhoff dan
Teori Thevenin yakni, percobaan pengukuran arus Hukum Kirchhoff (KCL), percobaan
pengukuran tegangan Hukum Kirchhoff (KVL), dan percobaan pengukuran Tahanan pada
Teori Thevenin.
Pada percobaan 1 : Hukum Arus Kirchhoff (KCL), rangkaian dirangkai secara paralel
karena pada hukum ini memiliki tegangan yang sama, sehingga dapat menentukan arus
masuk atau arus yang mengalir pada setiap cabang serta menghasilkan nilai arus yang
berbeda ( Itotal = I1 + I2 + ...). Rangkaian diberikan tiga buah resistor yang dihubungkan
dengan kabel jumper, amperemeter diletakkan dekat dengan tegangan sumber, dan keluaran
pada power supply DC divariasikan. Melalui pengukuran pada percobaan dan perhitugan data
berdasarkan teori, kami telah memperoleh perbedaan antara nilai I hasil percobaan dengan
nilai I yang dihasilkan dari perhitungan teori. Di mana kesalahan atau error menunjukkan
kisaran 14 % sampai dengan 26 % atau dengan rata-rata error sebesar 21,01%. Perbedaan
nilai disebabkan karena beberapa hal di antaranya :
a. Praktikan kurang teliti saat mencolokkan kabel atau alat lainnya ke project board,
sehingga nilai yang dihasilkan kurang signifikan.
b. Nilai toleransi pada resistor yang dapat memengaruhi perbedaan nilai antara
percobaan dan teori.
c. Nilai resistansi pada bahan-bahan yang berbeda.
d. Ketidakakuratan saat membaca alat ukur dan pembulatan angka pada perhitungan.
e. Perbedaan sudut pandang praktikan saat membaca multimeter dan kesalahan saat
pengkalibrasian multimeter.
f. Kesalahan dalam menghubungkan multimeter secara paralel terhadap rangkaian.
g. Perhitungan secara teori mengabaikan hambatan yang ada pada kawat dan pada
amperemeter.
Untuk percobaan selanjutnya, yakni percobaan 2 : Hukum Tegangan Kirchhoff (KVL).
Berbeda dengan KCL, rangkaian pada KVL dirangkai secara seri dengan menggunakan 4
buah multimeter (1 amperemeter dan 3 voltmeter yang dirangkai secara paralel). Hal ini
dikarenakan bahwa pada KVL sumber tegangan akan dibagi ke dalam banyaknya komponen
yang dirangkai secara seri ( Σ𝐸+Σ(𝐼𝑅) =0 ). Dalam Hukum Tegangan Kirchhoff, jumlah tiga
tegangan yang terdapat dalam tahanan akan sama dengan tegangan sumber. Berdasarkan data
hasil pengukuran tegangan dengan hasil perhitungan berdasarkan teori, kami telah
mendapatkan nilai yang cukup sigifikan, karena tidak menunjukkanperbedaan yang besar.
Dapat dilihatpada sub bab perhitungan error, bahwa rata-rata error pada percobaan ini hanya
sebesar 5,89%. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh kesalahan menghubungkan resistor
dengan kabel, kesalahan memasukkan kabel-kabel (hitam, kuning, merah) ke lubang positif
atau lubang negatif. Namun, dapat dikatakan bahwa hasil pengkuran percobaan KVL tidak
jauh berbeda dengan perhitungan secara teori.
Kemudian, untuk percobaan yang terakhir, percobaan 3 : Teori Thevenin. Pada dasarnya,
teori thevenin memiliki tahanan yang berubah-ubah namun memiliki tegangan sumber yang
sama (Eth = Vo = Vxy = 23 Volt). Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 3. Dari data
tersebut kami memperoleh nilai Rth sebesar 766,7 Ω sedangkan menurut pehitugan secara
teori yang telah kami lakukan, nilai Rth sebesar 1350 Ω. Perbedaan nilai tersebut
menghasilkan error sebesar 43,2 %. Namun, berdasarkan pengukuran rangkaian yang
belum disederhanakan dan rangkaian yang belum disederhanakan, perbedaan yang
dihasilkan terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan perhitungan secara teori.
Tentunya penyimpangan nilai ini, tidak hanya disebabkan oleh ketidaktelitian atau
kesalahan praktikum namun bisa dikarenakan oleh alat ukur yang sensitif dan tahanan
yang dihasilkan saat pengukuran terlalu besar sehingga memengaruhi arus yang mengalir
dan menyebabkan kerusakan resistor (terbakar). Dengan demikian, percobaan ini secara
prinsip sudah ekuivalen antara rangkaian yang belum dan sudah disederhanakan, tetapi
jika dibandingkan dengan perhitungan secara teori, maka terdapat perbedaan nilai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan, pengukuran, dan perhitungan pada praktikum Hukum
Kirchhoff dan Teori Thevenin kali ini, dapat ditarik kesimoulan sebagai berkut :
a. Hukum Kirchhof dibagi menjadi 2, yakni Hukum Arus Kirchhoff dan Hukum
Tegangan Kirchhof.
b. Pada Hukum Arus Kirchhoff menyatakan bahwa Σ𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘=Σ𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 dibuktikan
pada percobaan yang pertama. Sehingga rangkaian percobaan dirangkai secara paralel.
c. Pada Hukum Tegangan Kirchhoff menyatakan bahwa Σ𝐸+Σ(𝐼𝑅)=0 dibuktikan pada
percobaan yang kedua. Sehingga rangkaian percobaan dirangkai secara seri.
d. Nilai yang dihasilkan pada pengukuran percobaan KCL dan KVL telah mendekati
teori yang ada.
e. Error yang dihasilkan pada percobaan KVL jauh lebih kecil dibandingkan error pada
percobaan KCL.
f. Pada percobaan Teori Thevenin, rangkaian sudah ekuivalen namun jika dibandingkan
dengan perhutungan sesuai teori, hasilnya menunjukkan perbedaan yang cukup besar.

5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum percobaan Hukum Kirchhoff dan Teori Thevenin, serta
data-data pengkuran yang telah diperoleh, maka saran atau masukan kami antara lain:
a. Karena terdapat perbedaan antara hasil pengukuran percobaan dengan perhitungan
secara teoritis, maka praktikan hendaknya lebih memperhatikan saat diberikan
penjelasan dan pembahasan materi dari dosen secara konseptual, sehingga akan bisa
menyimpulkan faktor apa saja yang memengaruhi perbedaan nilai pengkuran dan
perhitungan.
b. Setiap dilakukan pengukuran, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca dan
mengamati alat ukur.
c. Sebelum dilakukan praktikum percobaan, sebaiknya semua orang yang terlibat dalam
kegiatan praktikum (Dosen pengampu, Asisten dosen, Praktikan/mahasiswa)
mengecek kelengkapan peralatan dan melakukan kalibrasi denga tepat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Petunjuk Praktikum Fisika Dasar II Elektronika Instrumentasi. 220. STTN-BATAN


Yogyakarta.

[2] Alexander, Charles K., Sadiku, Matthew N.O. 2009. Fundamental of Electric Circuit 4th
Edition. New York: McGraw-Hill Companies.

[3] Nilsson, James W., Riedel, Susan A. 2008. Electric Circuits 8th Edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.

[4] Damali, Ari. 2007. Panduan Lengkap Eksperimen Fisika. Jakarta : Wahyu Media.

[5] Wahyudi, W. 2017. Analisis Hasil Belajar Mahasiswa pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan
Kirchhoff dalam Mata Kuliah Elektronika Dasar I. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi,
Mataram.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai