BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Anton Paar (no date), berdasarkan °API crude oil dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu Light Crude dengan API gravity lebih
besar dari 31 °API, Medium Crude dengan API gravity antara 31,1 – 22,3 °API,
Heavy Crude dengan API gravity antara 22,3 - 10°API dan Extra Heavy Crude
dengan API gravity dibawah 10°API.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-1
Gambar II.1 Struktur Hidrokarbon dalam Crude Oil (Sumber: Siti Ilyani, 2006)
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-2
pendek seperti heptana dan pentana sehingga menjadikannya bersifat lebih polar
(Sunil L. Kokal, 2006).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-3
2.1.1 Asphaltene
Asphaltene merupakan fraksi crude oil yang paling kompleks dan serupa
dengan resin tetapi memiliki berat molekul antara 500-1500 g/mol. Asphaltene
merupakan padatan rapuh berwarna coklat kehitaman dengan titik leleh yang
kurang pasti (P. Hajivand, 2013) Asphaltene tidak larut dalam alkana rantai
pendek seperti pentana, heksana, atau heptana, tetapi larut dalam pelarut aromatis
seperti
toluen dan benzena. Fraksi asphaltene mengandung persentase heteroatom
lebih besar dibandingkan resin, dimana asphaltene mengandung O, S, N dan
konstituen organometalik V, Ni, Fe. Struktur asphaltene berbentuk lembaran datar
(flat sheets) poliaromatik hidrokarbon terkondensasi dengan sulfida, eter, nitrogen
dan rantai alifatik. Asphaltene biasanya merupakan lapisan endapan pertama yang
keluar dari crude oil menggunakan pelarut n-pentana atau n-heksana. Asphaltene
ini merupakan yang paling berat dan fraksi yang paling polar dari crude oil
dengan perpaduan cincin aromatik, rantai alifatik dan satu atau lebih heteroatom.
Asphaltene, resin dan wax di dalam crude oil dapat bersifat sebagai emulsifier
alami sehingga dapat membentuk emulsi dalam crude oil.
Gambar II.4 Struktur Asphaltene dalam Crude Oil (Sumber: Siti Ilyani, 2006)
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-4
Kandungan asphaltene yang terdapat dalam crude oil ditunjukan dengan
%asphaltene yang dapat dihitung menggunakan rumus
Massa Endapan
%Asphaltene = ×100%
Massa Sampel
2.1.2
Emulsi dalam Crude Oil
Beberapa senyawa yang terdapat dalam crude oil, seperti asphaltene dan
resin memiliki sifat aktif permukaan seperti surfaktan. Dalam molekul surfaktan
terdapat gugus hidrofilik dan lipofilik. Adanya gugus hidrofilik dan lipofilik pada
molekul ini akan menurunkan tegangan antarmuka ketika berada dalam antarfasa
suatu sistem dispersi minyak dan air. (Yomi Fernando, 2012).
Emulsi merupakan tipe koloid dispersi yang terdiri atas dua cairan yang sama
sekali tidak dapat bercampur, salah satu (sebagai terdispersi) akan menyebar
berbentuk tetesan secara terbatas dalam cairan lainnya (sebagai pendispersi).
Terdapat dua tipe dasar emulsi yaitu emulsi minyak dalam air (Oil in Water/
O/W) dan air dalam minyak (Water in Oil/ W/O). Emulsi Water in Oil terbentuk
saat air adalah fasa terdispersi dan minyak adalah fasa pendispersi. Berlawanan
jika minyak adalah fasa terdispersi dan air adalah fasa pendispersi, hal ini disebut
Oil in Water. Emulsi Water in Oil merupakan tipe yang biasanya ditemukan di
produksi crude oil. (C. M. Ojinnaka, 2015).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-5
2. Penambahan pelarut
Pelarut yang ditambahkan akan menurunkan viskositas dari emulsi
dan dengan demikian akan meningkatkan angka pembentukan tetesan air.
3. Temperatur dan pH
Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas emulsi crude oil
sehingga menunjukkan kenaikan angka pembentukan tetesan air dan alhasil
akan mengendap. Asphaltene merupakan amfoter di alam, sehingga
cenderung mendapatkan ion positif pada lingkungan pH tinggi dan ion negatif
pada pH rendah. Oleh karena itu, pada pH tinggi ataupun rendah molekul
akan menjadi lebih aktif sehingga meningkatkan stabilitas emulsi.
Dalam medium non polar, gugus polar resin akan berinteraksi dengan inti
struktur asphaltene yang mengandung aromatis dan gugus non polar resin akan
berinteraksi dengan fasa minyak. Gugus polar pada inti asphaltene dapat
berinteraksi dengan gugus polar molekul asphaltene lain membentuk agregat
asphaltene yang disolvasi oleh resin (Sullivan dan Kilpatrick, 2002). Selanjutnya
agregat-resin ini akan teradsorpsi dan terakumulasi pada antarmuka membentuk
lapisan film emulsi yang rigid dan viskoelastis, sehingga akan dapat mencegah
terjadinya pengendapan. Semakin banyak asphaltene yang terkandung dalam
crude oil, lapisan film yang terbentuk semakin rigid, sehingga emulsi semakin
stabil dan air semakin sulit dipisahkan.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-6
2.2 Desalter
Desalting adalah operasi air pencuci yang dilakukan awalnya di bidang
produksi dan setelah itu dilakukan di lokasi kilang untuk pembersihan minyak
mentah tambahan, di mana spesifikasi garam dan air lebih kaku karena efek
negatif mereka dalam proses hilir akibat pembentukan kerak air, korosi, dan
deaktivasi katalis. Desalting melibatkan pencampuran antara minyak mentah
dengan
air pencuci (wash water), menggunakan mixing valve atau mixer statis
untuk memastikan kontak yang tepat antara minyak mentah dan air, dan kemudian
dialirkan ke sebuah tangki pemisah, dimana terjadi pemisahan antara fasa air dan
minyak mentah (Pereira, 2015) .
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-7
Gambar II.5 Diagram alir sederhana proses desalting untuk konfigurasi yang berbeda:
(a) satu tahap dan (b) dua tahap (sumber: http://www.intechopen.com)
Dalam konfigurasi satu tahap, yang ditunjukkan pada Gambar II.5 (a), 90%
dari penghilangan garam dapat dicapai. Untuk persentase penghilangan garam
yang lebih tinggi, dibutuhkan konfigurasi dua tahap yang ditunjukkan pada
Gambar II.5 (b). Sejauh konfigurasi proses terakhir dilakukan dua poin injeksi
demulsifier, baik sebelum katup pencampuran (mixing valve) pada tahap pertama
dan kedua. Selain itu, air bersih diumpankan ke tahap kedua, dan air limbah dari
tahap ini di daur ulang untuk tahap yang pertama. Dengan konfigurasi ini,
penghapusan garam 99% dapat dicapai (Pereira, 2015).
2.3 Demulsifikasi
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-8
dilakukan adalah untuk memisahkan garam anorganik dari crude oil sebelum
dapat menyebabkan korosi atau efek lainnya bagi peralatan kilang. (Kokal, 2005).
Menurut Kokal tahun 2005 stabilitas emulsi minyak mentah-air dicapai
karena pembentukan lapisan antarmuka partikel air. Butiran – butiran air akan
bergabung apabila lapisan antar muka dihancurkan. Faktor yang dapat
meningkatkan kecepatan pemisahan emulsi yaitu:
1. Meningkatkan temperatur
2. Mengurangi
pergolakan
3. Meningkatkan waktu tinggal atau waktu kontak
4. Menghilangkan padatan
5. Mengontrol emulsifying agents
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-9
2.3.3 Metode-metode Demulsifikasi
Kokal pada tahun 2005 menjelaskan bahwa metode yang paling banyak
dilakukan adalah pengaplikasian panas dan pemilihan demulsifier yang tepat
untuk mempercepat destabilisasi yang diikuti waktu mengendap untuk
memungkinkan pemisahan secara gravitasi.
2.3.3.1 Metode Thermal
Pemanasan emulsi dapat meningkatkan pemecahan atau pemisahan. Hal
ini akan menurunkan viskositas minyak dan meningkatkan pembentukan endapan
air juga akan menurunkan stabilitas film, namun meningkatkan temperatur
memiliki efek negatif yaitu modal yang dikeluarkan akan lebih besar karena harus
memanaskan aliran emulsi, dapat menghilangkan bobot akhir crude oil, dan
menurunkan nilai API gravity.
Pada dasarnya butiran air memiliki muatan dan saat bidang medan listrik
digunakan, butiran akan bergerak perlahan bergabung dengan butiran lainnya dan
membentuk endapan. Medan listrik juga akan mengganggu lapisan film yang rigid
dengan mengatur kembali molekul polar.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-10
ethoxylated fenol, dll. Demulsifier bersifat spesifik pada emulsi tertentu sehingga
bisa saja demulsifier ini inaktif untuk emulsi lain. Demulsifier komersial memiliki
satu tipe bahan aktif atau campuran dari beberapa bahan aktif.
2.4 Demulsifier
Demulsifier adalah senyawa aktif permukaan dan jika ditambahkan ke
emulsi zat pemicu tersebut akan berpindah ke lapisan antar-muka minyak-air
atau memperlemah film yang kaku serta akan memperbanyak pengelompokan
butiran air (Yomi Fernando, 2012).
Demulsifier akan menggantikan gugus emulsifier alami pada crude oil yaitu
agregat asphaltene dan resin sebagai penstabil dalam antarfasa tetesan minyak dan
air. Penggantian ini ditandai dengan adsorpsi demulsifier pada antarfasa sehingga
mempengaruhi proses koalesen, sehingga meningkatnya adsorpsi kepermukaan
akan meningkatkan proses drainage atau dewatering atau penghilangan air dari
tetesan emulsi. Setelah demulsifier menggantikan gugus aktif asphaltene,
selanjutnya demulsifier akan mengganggu agregat dari resin dan asphaltene
sehingga menyebabkan berkurangnya kestabilan tetesan emulsi karena lapisan
tipis (Yomi Fernando, 2012).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-11
2.5 Basic Sediment and Water (BS&W)
Sedimen
dan air (sediment and water) dalam produk minyak bumi umumnya
berasal dari proses pengolahan, penyimpanan dan transportasi. Air beserta garam-
garam terlarutnya umumnya dalam bentuk emulsi atau dalam bentuk suspensi.
Sedimen biasanya tersuspensi di minyak mentah dalam bentuk mineral anorganik
dari produksi dan dari fluida pemboran, juga bisa berasal dari scale, karat-karat
pipa,
tangki-tangki yang digunakan untuk transportasi dan penyimpanan.
Air
dan sedimen merupakan komponen utama dari sludge crude oil yang
terkumpul di storage tank. Sedimen bisa juga berasal dari kontaminan seperti
kotoran. Kotoran ini ada saat minyak mentah ditransportasikan baik lewat kapal,
pipa atau saat di tangki. Keberadaan air pada bagian bottom storage tank juga
dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas dari mikrobiologi, dan bila
sistemnya adalah anaerobik maka akan terbentuk hidrogen sulfida dan larutan
asam yang sangat korosif. Perhitungan water and sediment juga diperlukan untuk
penjualan, penetapan pajak, pertukaran, dan transfer. Metode yang digunakan
untuk menentukan adanya water and sediment adalah ASTM D 4007 – 02, Test
Method for Water and Sediment in Crude Oil by the Centrifuge Method
(Laboratory Procedure). Nilai presentase air dan sedimen ditentukan dengan
rumus:
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-12
2.6 Instrumen
2.6.1
Sentrifuge
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-13
fasa cair dapat dilakukan apabila kedua cairan mempunyai perbedaan rapat massa.
Semakin besar perbedaan rapat massa dari kedua cairan semakin mudah
dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Semakin mudah dipisahkan maka semakin
kecil
energi yang diperlukan untuk proses pemisahannya.
Bagian – bagian dari alat sentrifuge:
• Motor
Biasanya motor yang digunakan pada sentrifuge adalah motor AC.
Kecepatan motor yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang tinggi.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-14
• Break system
Pengereman motor diperlukan agar putaran motor dapat dengan segera
diberhentikan.
• Pengunci tutup
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-15
pertama larut dalam emulsi air dalam minyak mentah dan yang kedua berbentuk
kristal dan membentuk padatan tersuspensi.
Menurut James H. Garry ketika salt content dalam crude dinyatakan dalam
NaCl,
dengan nilai lebih dari 20 lbs/1000bbl maka diperlukan penghilangan
garam dalam crude sebelum ke proses pengolahan. Jika garam tidak dihilangkan,
akan memungkin terjadi korosi pada peralatan. Jika residu diproses secara katalis,
kandungan garam dalam minyak mentah yang diinginkan bahkan bisa lebih
rendah. Seringnya, akan lebih ekonomis untuk mengurangi garam dalam crude oil
sampai <0,5 lbs/1000bbl.
Efek negatif dari garam-garam ini dalam proses hilir (downstream
processes) dapat diringkas sebagai berikut: garam akan membentuk padatan yang
nantinya bereaksi dengan molekul air membentuk asam klorida. Asam klorida
dibentuk oleh magnesium dan kalsium yang terdekomposisi pada suhu tinggi
(sekitar 350°C) sebagai berikut (Fahim, 2010):
CaCl2 + 2H2O → Ca(OH)2 + 2HCl
MgCl2 + 2H2O → Mg(OH)2 + 2HCl
Alat analisa Salt Content yang digunakan bernama Salt-in-crude analyzer.
Prinsip kerja alat ini yaitu mengukur konduktivitas larutan minyak mentah dalam
pelarut polar ketika mengalami arus bolak-balik dan diperoleh dengan
perbandingan konduktivitas yang dihasilkan untuk kurva kalibrasi campuran
garam yang dikenal. Alat ini akan otomatis mengubah pembacaan konsentrasi
garam dalam g/m3 atau Pounds per Thousand Barrels (lbs/1000bbl). Rentang
pembacaan yang masih dapat terdeteksi yaitu dari 0,0 sampai 151 lbs/1000bbl
(±0,1 lbs/1000bbl) atau 0,0 sampai 430,0 g/m3 (±0,1 g/m3).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-16
Gambar II.9 Alat Salt Content dalam Crude Oil
(Sumber: http://www.stanhope-seta.co.uk/news2.asp?newsitemid=49)
2.6.3 Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR)
Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan
spektrum inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar
inframerah direkam, kemudian diteruskan ke interferometer. Sinar pengukuran
sampel diubah menjadi interferogram. Spektroskopi FTIR ini dapat digunakan
untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis dilakukan dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu
dengan melihat puncak – puncak spesifik yang menunjukkan jenis gugus
fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Perhitungan secara matematika
Fourier Transform untuk sinyal tersebut akan menghasilkan spektrum yang
identik pada spektroskopi inframerah (Febrinaldo, 2008).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-17
Komponen spektrofotometer infra merah (IR) terdiri dari lima bagian
pokok yaitu sumber radiasi, monokromator, wadah sampel, detektor serta
rekorder.
Komponen-Komponen FTIR
➢ Sumber Radiasi
Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi
dengan listrik sampai suhu antara 1500 K dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa
digunakan berupa Nemst Glower, Globar, dan kawat Nikel-Krom. Kawat Ni-Cr
merupakan campuran nikel (Ni) dan krom (Cr). Kawat Ni-Krom ini berbentuk
spiral dan mempunyai intensitas radiasi lebih rendah dari Nerst Glower dan
Globar. Namun, kawat Ni-Krom memiliki keunggulan yaitu waktu penggunaan
lebih lama.
➢ Monokromator
Monokromator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mendispersikan sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis. Pemilihan
panjang gelombang infra merah dapat menggunakan filter prisma atau gratting
(kisi difraksi). Monokromator celah berfungsi untuk lebih memurnikan radiasi IR
yang dari cuplikan sehingga masuk ke dalam rentang bilangan gelombang yang
dikehendaki. Berkas radiasi terbagi dua yaitu sebagian melewati sampel dan
sebagian melewati blanko. Setelah kedua berkas tersebut bergabung kembali
kemudian di lewatkan ke dalam monokromator.
Monokromator IR terbuat dari garam NaCl, KBr, CsBr, atau LiF. Oleh
sebab itu spektroskopi IR harus diletakkan di suatu tempat dengan kelembaban
yang rendah untuk mencegah kerusakan pada peralatan optiknya. Monokromator
prisma yang terbuat dari bahan garam anorganik berfungsi sebagai pengurai dan
pengarah radiasi IR menuju detektor. Monokromator prisma yang terbuat dari
hablur NaCl paling banyak digunakan sebab memberikan resolusi radiasi IR
terbaik dibandingkan dengan yang lainnya. Prisma leburan garam-garam bromida
pada umumnya dipakai sebagai resolusi radiasi IR jauh sedangkan garam fluorida
untuk radiasi sinar IR dekat.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-18
Monokromator yang umum digunakan adalah monokromator kisi difraksi
atau grating. Kisi difraksi terbuat dari bahan gelas atau plastik yang
permukaannya tertoreh dengan halus dan terlapisi oleh kondensasi uap
aluminium.
Jenis monokromator kisi difraksi sudah banyak digunakan pada
spektroskopi IR yang modern. Keunggulannya memberikan resolusi yang lebih
bagus dengan dispersi yang tersambung lurus, disamping itu tetap menjaga
keutuhan radiasi IR menuju detektor. Kelemahannya adalah timbulnya percikan
radiasi IR pada monokromator kisi difraksi. Hal ini dapat diminimalisir dengan
memakai monokromator ganda yang merupakan kombinasi dari monokromator
prisma dan monokromator kisi difraksi.
➢ Wadah Sampel
Wadah sampel adalah sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya
spektroskopi. Sel harus meneruskan energi cahaya dalam daerah spektrum yang
dikehendaki, jadi sel kaca dapat masuk ke daerah tampak dan sel kuarsa atau kaca
silika untuk daerah ultraviolet. Tabung-tabung sel diletakkan secara reprodusibel
dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap
arahnya tiap kali diletakkan dalam instrumen.
➢ Detektor
Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi pada berbagai
panjang gelombang. Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi
sinyal listrik. Selain itu detektor dapat mendeteksi adanya perubahan panas yang
terjadi karena adanya pergerakan molekul. Detektor spektroskopi yang bersifat
menggandakan elektron tidak dapat dipakai pada spektroskopi IR sebab radiasi IR
sangat lemah dan tidak dapat melepaskan elektron dari katoda yang ada pada
sistem detektor. Ada tiga tipe detektor yang dapat digunakan pada spektroskopi
IR, yaitu :
▪ Thermal transducer yaitu terdiri dari dua logam bercabang. Suhu tergantung pada
potensialnya. Instrumen yang menggunakan detektor ini harus disimpan pada
tempat yang ber-AC atau bersuhu konstan karena dapat dipengaruhi oleh suhu
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam mendeteksi suatu senyawa. Responnya
lambat sehingga jarang digunakan.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-19
▪ Pyroelectric transducer yaitu berupa kristal cairan dari triglisin sulfat (TGS) dan
temperatur dipengaruhi oleh polaritas senyawa. Memiliki respon yang cepat
dalam menganalisis suatu senyawa.
▪
Photoconducting transducer yaitu terbuat dari bahan semi konduktor seperti
timbal sulfida, raksa telurida, cadmium telurida, dan indium antimonida. Harus
menggunakan pendingin gas nitrogen sehingga responnya cepat.
Detektor yang digunakan dalam spektroskopi IR adalah TGS (Tetra
Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT
banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
lebih
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekuensi modulasi
tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat
selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
➢ Penguat (amplifier) dan Rekorder (read out)
Signal yang dihasilkan dari detektor kemudian direkam sebagai spektrum
infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorpsi dan frekuensi atau bilangan gelombang.
Sebagai absis adalah frekuensi dan sebagai ordinat adalah transmitan/adsorban.
Penguat dalam sistem optik spektroskopi IR sangat diperlukan karena sinyal
radiasi IR sangat kecil atau lemah. Penguat berhubungan erat dengan derau
instrumen serta celah monokromator, jadi keduanya harus diselaraskan dengan
tujuan mendapatkan resolusi puncak spektrum yang baik dengan derau maksimal.
Sedangkan pencatat atau read out harus mampu mengamati spektrum IR secara
keseluruhan pada setiap frekuensi dengan seimbang. Rentang bilangan
gelombang 4.000 cm-1 sampai 650 cm-1 dalam keadaan normal harus dapat
teramati dalam selang waktu 10-15 menit. Pengamatan pendahuluan selang
waktu tersebut dapat dipersingkat ataupun diperlambat untuk mendapatkan hasil
resolusi puncak spektrum IR yang baik.
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini
kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak.
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-20
Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah
sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan
menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju
mundur
akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan berfluktuasi.
Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada
detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini akan diubah menjadi
spektra IR dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika (Tahid,
1994).
Horizontal ATR
Peralatan ATR bekerja dengan cara mengukur perubahan yang teradi dalam
proses pemantulan sinar inframerah ketika sinar datang menuju sampel. Sinar
inframerah akan menuju kristal yang padat dengan indeks bias tinggi pada sudut
tertentu. Refleksi internal ini akan menghasilkan gelombang evanescent yang
terbentuk tipis dibawah permukaan kristal menuju sampel yang berada
dipermukaan kristal. Gelombang ini hanya menonjol sedikit dibawah permukaan
kristal dan di atas sampel sehingga menghasilkan kontak yang bagus antara
sampel dengan permukaan kristal. Pada bagian dimana sampel menyerap
spektrum inframerah, gelombang evanescent akan dilemahkan atau diubah. Energi
yang diubah dari gelombang ini akan dikembalikan pada sinar inframerah yang
akan keluar dari kristal dan kemudian diteruskan menuju detektor. Setelah itu,
energi akan diubah menjadi spektra inframerah. Proses yang terjadi pada ATR
dapat dilihat pada gambar II.11 (Febrinaldo, 2008).
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-21
Pada pengukuran untuk sampel cairan, sebelumnya kristal ATR harus
dibersihkan terlebih dahulu. Setelah background dari inframerah diperoleh,
sampel diteteskan secara merata pada permukaan kristal (gambar II.12). Seluruh
permukaan
kristal harus tertutup dengan rata oleh sampel. Hal ini sangat penting
jika pengukuran dilakukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Teknik
horizontal ATR sering digunakan sebagai cara analisa kuantitatif karena proses
kemudahan dalam proses pengerjaannya (Febrinaldo, 2008).
Tabel II.1 Data Gugus Fungsi dan Daerah Serapan Infra Merah
Lingkungan
Gugus Senyawa Frekuensi (cm-1)
spektral
Ikatan hidrogen
O-H 3600-3200 Lebar Stretch
alkohol dan fenol
Stretch, tanpa
N-H Amina, amida 3560-3320 Medium
ikatan hidrogen
Stretch, ada
N-H Amina 3400-3100 Medium
ikatan hidrogen
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-22
O-H Asam Karboksilat 3000-2500 Lebar Stretch
C-H Alkana 2960-2850 Kuat Stretch
C≡N Nitril 2260-2220 Variable Stretch
C≡C Alkuna 2260-2100 Lemah Stretch
C-H Substitusi Cincin Fenil 2000-1600 Lemah
Aldehid, Keton, Asam
C=O 1760-1670 Kuat Stretch
Karboksilat, Ester
Medium dan
C=C Alkena 1680-1640 Stretch
Lemah
Asimetrikal
NO2 Komponen Nitro 1660-1500 Kuat
Stretch
Scissoring dan
C-H Alkana 1470-1350 Variable
Bending
Medium atau
Lemah, bisa
C-H Deformasi CH3 1380 juga Dobel
Contohnya iso-
propyl, t-butyl
Medium dan
C-Cl Komponen Chloro 600-800
Lemah
Medium dan
C-Br Komponen Bromo 500-600
Lemah
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-23
Medium dan
C-I Komponen Iodo 500
Lemah
Karbonat 1400-1450 Kuat
Karbonat 860-880 Medium
Sulfat 1080-1120 Kuat
Sulfat 610-680 Medium
Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-24