Anda di halaman 1dari 24

 

 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Minyak Mentah (Crude Oil)


 
Minyak mentah atau crude oil terdiri dari campuran molekul hidrokarbon
  mulai dari rantai C1 sampai dengan C60. Molekul hidrokarbon rantai C1 sampai
C4  berupa fasa gas, rantai C5 sampai C19 cair, dan C19 sampai C60 padat.
Senyawa selain hidrokaron yang terdapat dalam crude oil adalah sulfur, nitrogen,
 
oksigen, trace metal (Ni, Fe, V, Hg, As, Ag, Al, Ca, Cd, Cr, Cu, Fe, K, Mg, Mn,
 
Na, Ni, Pb, Sn, Zn, Cu, dan Si), kaolinite, montmorillonite, garam (NaCl, MgCl2,
CaCl2, KCl, MgCl2.6H2O) dan CO2. Umumnya presentase atom di dalam crude
oil tersusun atas 83-87% karbon, 11-15% hidrogen, nitrogen 0,1-2%, oksigen
0,05-1,5%, dan logam 0,05-6,0% (James G. Speight, 1999)

Menurut Anton Paar (no date), berdasarkan °API crude oil dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu Light Crude dengan API gravity lebih
besar dari 31 °API, Medium Crude dengan API gravity antara 31,1 – 22,3 °API,
Heavy Crude dengan API gravity antara 22,3 - 10°API dan Extra Heavy Crude
dengan API gravity dibawah 10°API.

Berdasarkan perbedaan sifat kelarutan atau kepolarannya, senyawa


hidrokarbon dalam crude oil terdiri atas empat kelompok yaitu saturated,
aromatik, resin dan asphaltene (SARA) (Auflem, 2002). Pemisahan senyawa ini
dilakukan berdasarkan kelarutan dalam berbagai pelarut organik. Kelompok
pertama adalah kelompok senyawa saturated (hidrokarbon jenuh) yang
merupakan kelompok senyawa hidrokarbon parafinik berupa alkana rantai lurus
atau bercabang dan alkana siklik. Fraksi ini merupakan fraksi terbesar dalam
crude oil, contohnya metana, propana, n-heptana, siklopentana, dan wax.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-1
 
 

 
Gambar II.1 Struktur Hidrokarbon dalam Crude Oil (Sumber: Siti Ilyani, 2006)
 

  Kelompok kedua adalah senyawa aromatis. Kelompok senyawa aromatis


merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki cincin aromatis atau cincin
benzen, fraksi ini dalam crude oil relatif berada dalam jumlah kecil namun
terkandung di dalam semua jenis crude oil seperti benzena dan naftalena (Yomi
Fernando, 2012).

Gambar II.2 Struktur Resin dalam Crude Oil


(Sumber: Siti Ilyani, 2006)
Senyawa resin merupakan senyawa hidrokarbon kompleks yang terdiri dari
gugus alkil rantai panjang dan cincin aromatik. Resin memiliki berat molekul
tinggi (antara 500-1000 g/mol) tidak larut dalam etil asetat, propana dan n-heptana
tapi larut dalam n-pentana, mengandung beberapa komponen seperti oksigen,
nitrogen, sulfur, dan beberapa gugus aromatik mirip dengan asphaltene dan rantai

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-2
 
 

 
pendek seperti heptana dan pentana sehingga menjadikannya bersifat lebih polar
 
(Sunil L. Kokal, 2006).
 

Gambar II. 3 Skema Pemisahan SARA (Sumber: Aske, 2002)

Keempat kelompok ini dapat dibedakan berdasarkan kelarutan dalam pelarut


organik. Kelompok pertama yang akan terpisah apabila crude oil dilarutkan
dengan heksana adalah asphaltene, kemudian zat – zat yang terlarut dalam
heksana ini dapat dikategorikan lagi menjadi tiga kelompok lainnya dengan cara
adsorpsi menggunakan silika gel. Setelah proses adsorpsi ini, kelompok saturated
dan aromatik akan terpisah apabila dilarutkan dengan pelarut heksana karena
perbedaan kelarutan. Kelompok aromatik yang memiliki sifat lebih polar daripada
saturated akan terlarut dalam pelarut heksana sedangkan saturated tidak akan
larut. Kelompok resin akan terpisah apabila dilarutkan menggunakan pelarut
trichloro-methane karena resin merupakan kelompok yang lebih polar dibanding
saturated dan aromatik sehingga resin membutuhkan pelarut yang lebih polar
dibandingkan heksana.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-3
 
 

 
2.1.1 Asphaltene
 

 
Asphaltene merupakan fraksi crude oil yang paling kompleks dan serupa
dengan resin tetapi memiliki berat molekul antara 500-1500 g/mol. Asphaltene
 
merupakan padatan rapuh berwarna coklat kehitaman dengan titik leleh yang
 
kurang pasti (P. Hajivand, 2013) Asphaltene tidak larut dalam alkana rantai
  pendek seperti pentana, heksana, atau heptana, tetapi larut dalam pelarut aromatis
seperti
  toluen dan benzena. Fraksi asphaltene mengandung persentase heteroatom
lebih besar dibandingkan resin, dimana asphaltene mengandung O, S, N dan
 
konstituen organometalik V, Ni, Fe. Struktur asphaltene berbentuk lembaran datar
 
(flat sheets) poliaromatik hidrokarbon terkondensasi dengan sulfida, eter, nitrogen
dan rantai alifatik. Asphaltene biasanya merupakan lapisan endapan pertama yang
keluar dari crude oil menggunakan pelarut n-pentana atau n-heksana. Asphaltene
ini merupakan yang paling berat dan fraksi yang paling polar dari crude oil
dengan perpaduan cincin aromatik, rantai alifatik dan satu atau lebih heteroatom.
Asphaltene, resin dan wax di dalam crude oil dapat bersifat sebagai emulsifier
alami sehingga dapat membentuk emulsi dalam crude oil.

Gambar II.4 Struktur Asphaltene dalam Crude Oil (Sumber: Siti Ilyani, 2006)

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-4
 
 

 
Kandungan asphaltene yang terdapat dalam crude oil ditunjukan dengan
 
%asphaltene yang dapat dihitung menggunakan rumus
 

  Massa Endapan
%Asphaltene = ×100%
  Massa Sampel

2.1.2
  Emulsi dalam Crude Oil

  Beberapa senyawa yang terdapat dalam crude oil, seperti asphaltene dan

  resin memiliki sifat aktif permukaan seperti surfaktan. Dalam molekul surfaktan
terdapat gugus hidrofilik dan lipofilik. Adanya gugus hidrofilik dan lipofilik pada
molekul ini akan menurunkan tegangan antarmuka ketika berada dalam antarfasa
suatu sistem dispersi minyak dan air. (Yomi Fernando, 2012).

Emulsi merupakan tipe koloid dispersi yang terdiri atas dua cairan yang sama
sekali tidak dapat bercampur, salah satu (sebagai terdispersi) akan menyebar
berbentuk tetesan secara terbatas dalam cairan lainnya (sebagai pendispersi).
Terdapat dua tipe dasar emulsi yaitu emulsi minyak dalam air (Oil in Water/
O/W) dan air dalam minyak (Water in Oil/ W/O). Emulsi Water in Oil terbentuk
saat air adalah fasa terdispersi dan minyak adalah fasa pendispersi. Berlawanan
jika minyak adalah fasa terdispersi dan air adalah fasa pendispersi, hal ini disebut
Oil in Water. Emulsi Water in Oil merupakan tipe yang biasanya ditemukan di
produksi crude oil. (C. M. Ojinnaka, 2015).

Menurut C. M. Ojinnaka tahun 2015, faktor – faktor yang dianggap


mempengaruhi emulsi yang terbentuk yaitu:

1. Kandungan crude oil

Asphaltene dan resin (termasuk asam naphtenik) merupakan


komponen crude oil yang akan menstabilkan emulsi crude oil. Crude oil yang
memiliki nilai asphaltene dan asam naphtenik tinggi digolongkan ke dalam
heavy crude oil dan lebih sulit untuk di demulsifikasi.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-5
 
 

 
2. Penambahan pelarut
 

 
Pelarut yang ditambahkan akan menurunkan viskositas dari emulsi
dan dengan demikian akan meningkatkan angka pembentukan tetesan air.
 
3. Temperatur dan pH
 
Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas emulsi crude oil
 
sehingga menunjukkan kenaikan angka pembentukan tetesan air dan alhasil
  akan mengendap. Asphaltene merupakan amfoter di alam, sehingga

  cenderung mendapatkan ion positif pada lingkungan pH tinggi dan ion negatif

  pada pH rendah. Oleh karena itu, pada pH tinggi ataupun rendah molekul
akan menjadi lebih aktif sehingga meningkatkan stabilitas emulsi.

2.1.3 Mekanisme Pembentukan Emulsi

Dalam medium non polar, gugus polar resin akan berinteraksi dengan inti
struktur asphaltene yang mengandung aromatis dan gugus non polar resin akan
berinteraksi dengan fasa minyak. Gugus polar pada inti asphaltene dapat
berinteraksi dengan gugus polar molekul asphaltene lain membentuk agregat
asphaltene yang disolvasi oleh resin (Sullivan dan Kilpatrick, 2002). Selanjutnya
agregat-resin ini akan teradsorpsi dan terakumulasi pada antarmuka membentuk
lapisan film emulsi yang rigid dan viskoelastis, sehingga akan dapat mencegah
terjadinya pengendapan. Semakin banyak asphaltene yang terkandung dalam
crude oil, lapisan film yang terbentuk semakin rigid, sehingga emulsi semakin
stabil dan air semakin sulit dipisahkan.

Sullivan dan Kilpatrick menjelaskan ada empat mekanisme dalam


menstabilkan emulsi minyak bumi, yaitu dengan adanya gaya elektrostatik, gaya
sterik, efek maragoni dan stabilisasi lapisan film tipis.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-6
 
 

 
2.2 Desalter
 

 
Desalting adalah operasi air pencuci yang dilakukan awalnya di bidang
produksi dan setelah itu dilakukan di lokasi kilang untuk pembersihan minyak
 
mentah tambahan, di mana spesifikasi garam dan air lebih kaku karena efek
 
negatif mereka dalam proses hilir akibat pembentukan kerak air, korosi, dan
  deaktivasi katalis. Desalting melibatkan pencampuran antara minyak mentah
dengan
  air pencuci (wash water), menggunakan mixing valve atau mixer statis
untuk memastikan kontak yang tepat antara minyak mentah dan air, dan kemudian
 
dialirkan ke sebuah tangki pemisah, dimana terjadi pemisahan antara fasa air dan
 
minyak mentah (Pereira, 2015) .

Menurut Pereira (2015), tujuan dari proses desalting adalah untuk


menghilangkan garam klorida dan mineral lainnya dari minyak mentah dengan
wash water. Tergantung pada kandungan garam yang diinginkan dalam minyak
mentah, satu atau dua tahap proses dapat diterapkan. Untuk tujuan pemurnian,
diinginkan konsentrasi garam maksimum 1,5 PTB (pound garam diukur sebagai
NaCl per seribu barel). Dengan desalting, persentase yang cukup besar dari
padatan tersuspensi (pasir, tanah liat, atau partikel tanah, atau bahkan partikel
produk dari korosi pipa dan peralatan hulu lainnya) dapat dihilangkan. Gambar
II.5 menunjukkan proses diagram alir umum untuk proses desalting satu dan dua
langkah.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-7
 
 

Gambar II.5 Diagram alir sederhana proses desalting untuk konfigurasi yang berbeda:
(a) satu tahap dan (b) dua tahap (sumber: http://www.intechopen.com)

Dalam konfigurasi satu tahap, yang ditunjukkan pada Gambar II.5 (a), 90%
dari penghilangan garam dapat dicapai. Untuk persentase penghilangan garam
yang lebih tinggi, dibutuhkan konfigurasi dua tahap yang ditunjukkan pada
Gambar II.5 (b). Sejauh konfigurasi proses terakhir dilakukan dua poin injeksi
demulsifier, baik sebelum katup pencampuran (mixing valve) pada tahap pertama
dan kedua. Selain itu, air bersih diumpankan ke tahap kedua, dan air limbah dari
tahap ini di daur ulang untuk tahap yang pertama. Dengan konfigurasi ini,
penghapusan garam 99% dapat dicapai (Pereira, 2015).

2.3 Demulsifikasi

2.3.1 Pengertian Demulsifikasi

Demulsifikasi adalah proses pemisahan emulsi menjadi fasa minyak


mentah dan air. Biasanya perusahaan produsen crude oil menginginkan kecepatan
pemisahan dan rendahnya nilai air yang tersisa di crude oil. Fokus utama yang

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-8
 
 

 
dilakukan adalah untuk memisahkan garam anorganik dari crude oil sebelum
 
dapat menyebabkan korosi atau efek lainnya bagi peralatan kilang. (Kokal, 2005).
 
Menurut Kokal tahun 2005 stabilitas emulsi minyak mentah-air dicapai
 
karena pembentukan lapisan antarmuka partikel air. Butiran – butiran air akan
 
bergabung apabila lapisan antar muka dihancurkan. Faktor yang dapat
  meningkatkan kecepatan pemisahan emulsi yaitu:
 
1. Meningkatkan temperatur
2. Mengurangi
  pergolakan
  3. Meningkatkan waktu tinggal atau waktu kontak
4. Menghilangkan padatan
5. Mengontrol emulsifying agents

2.3.2 Mekanisme Demulsifikasi

Terdapat dua tahapan dalam proses demulsifikasi yaitu penggumpalan dan


penggabungan. Tahap pertama dalam demulsifikasi adalah pengelompokan
butiran air dengan cara berikatan bersama sehingga membentuk “flok”. Pada
tahap ini pengelompokan dapat terjadi apabila permukaan antar film di sekeliling
butiran lemah. Kecepatan pembentukan “flok” ini tergantung pada air bebas,
temperatur, viskositas minyak, perbedaan densitas antara air dengan minyak
(Kokal,2005). Tahap selanjutnya yaitu penggabungan. Proses ini adalah
terbentuknya butiran besar yang terdiri dari “flok” yang bersatu. Proses
penggabungan dapat dipercepat dengan menaikkan kecepatan penggumpalan,
rendahnya viskositas antar muka minyak, dan naiknya jumlah air bebas dan
temperatur (Kokal, 2005).

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-9
 
 

 
2.3.3 Metode-metode Demulsifikasi
 

 
Kokal pada tahun 2005 menjelaskan bahwa metode yang paling banyak
dilakukan adalah pengaplikasian panas dan pemilihan demulsifier yang tepat
 
untuk mempercepat destabilisasi yang diikuti waktu mengendap untuk
 
memungkinkan pemisahan secara gravitasi.
 
2.3.3.1 Metode Thermal
 
Pemanasan emulsi dapat meningkatkan pemecahan atau pemisahan. Hal
 
ini akan menurunkan viskositas minyak dan meningkatkan pembentukan endapan
  air juga akan menurunkan stabilitas film, namun meningkatkan temperatur
memiliki efek negatif yaitu modal yang dikeluarkan akan lebih besar karena harus
memanaskan aliran emulsi, dapat menghilangkan bobot akhir crude oil, dan
menurunkan nilai API gravity.

2.3.3.2 Metode Mekanik

Metode ini dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan aliran sehingga


terjadi pemisahan karena adanya gaya gravitasi air terhadap minyak dan dengan
merubah karakter fisik dari emulsi seperti menurunkan viskositas sehingga butiran
air akan lebih mudah bergerak.

2.3.3.3 Metode Listrik.

Pada dasarnya butiran air memiliki muatan dan saat bidang medan listrik
digunakan, butiran akan bergerak perlahan bergabung dengan butiran lainnya dan
membentuk endapan. Medan listrik juga akan mengganggu lapisan film yang rigid
dengan mengatur kembali molekul polar.

2.3.3.4 Metode Kimia

Metode yang paling banyak dilakukan adalah metode kimia dengan


penambahan senyawa kimia yang disebut demulsifier. Demulsifier biasanya
diformulasi dengan rantai polimer etilen oksida dan polipropilen oksida alkohol,

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-10
 
 

 
ethoxylated fenol, dll. Demulsifier bersifat spesifik pada emulsi tertentu sehingga
 
bisa saja demulsifier ini inaktif untuk emulsi lain. Demulsifier komersial memiliki
 
satu tipe bahan aktif atau campuran dari beberapa bahan aktif.
 

 
2.4 Demulsifier
 
Demulsifier adalah senyawa aktif permukaan dan jika ditambahkan ke
 
emulsi zat pemicu tersebut akan berpindah ke lapisan antar-muka minyak-air
 
atau memperlemah film yang kaku serta akan memperbanyak pengelompokan
  butiran air (Yomi Fernando, 2012).

Syarat demulsifier harus mempunyai sifat terlarut dalam fasa organik,


mempunyai konsentrasi tinggi yang terdifusi di antarfasa, partisi molekul ada di
dalam fasa air dan fasa minyak, laju adsorpsinya tinggi ke antarfasa dan
menurunkan tegangan antarmuka (Yomi Fernando, 2012).

Pemilihan demulsifier sangatlah penting dilakukan untuk optimalisasi


pemisahan garam pada emulsi crude oil. Demulsifier yang sering digunakan
biasanya adalah surfaktan nonionik. Surfaktan nonionik lebih menguntungkan
dibandingkan dengan kationik, anionik dan zwitterion. Surfaktan nonionik juga
mengurangi interaksi elektrostatik dengan garam atau adanya pengaruh pH (Yomi
Fernando, 2012).

Demulsifier akan menggantikan gugus emulsifier alami pada crude oil yaitu
agregat asphaltene dan resin sebagai penstabil dalam antarfasa tetesan minyak dan
air. Penggantian ini ditandai dengan adsorpsi demulsifier pada antarfasa sehingga
mempengaruhi proses koalesen, sehingga meningkatnya adsorpsi kepermukaan
akan meningkatkan proses drainage atau dewatering atau penghilangan air dari
tetesan emulsi. Setelah demulsifier menggantikan gugus aktif asphaltene,
selanjutnya demulsifier akan mengganggu agregat dari resin dan asphaltene
sehingga menyebabkan berkurangnya kestabilan tetesan emulsi karena lapisan
tipis (Yomi Fernando, 2012).

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-11
 
 

 
2.5 Basic Sediment and Water (BS&W)
 
Sedimen
 
dan air (sediment and water) dalam produk minyak bumi umumnya
berasal dari proses pengolahan, penyimpanan dan transportasi. Air beserta garam-
 
garam terlarutnya umumnya dalam bentuk emulsi atau dalam bentuk suspensi.
 
Sedimen biasanya tersuspensi di minyak mentah dalam bentuk mineral anorganik
  dari produksi dan dari fluida pemboran, juga bisa berasal dari scale, karat-karat
pipa,
  tangki-tangki yang digunakan untuk transportasi dan penyimpanan.

Air
  dan sedimen merupakan komponen utama dari sludge crude oil yang

  terkumpul di storage tank. Sedimen bisa juga berasal dari kontaminan seperti
kotoran. Kotoran ini ada saat minyak mentah ditransportasikan baik lewat kapal,
pipa atau saat di tangki. Keberadaan air pada bagian bottom storage tank juga
dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas dari mikrobiologi, dan bila
sistemnya adalah anaerobik maka akan terbentuk hidrogen sulfida dan larutan
asam yang sangat korosif. Perhitungan water and sediment juga diperlukan untuk
penjualan, penetapan pajak, pertukaran, dan transfer. Metode yang digunakan
untuk menentukan adanya water and sediment adalah ASTM D 4007 – 02, Test
Method for Water and Sediment in Crude Oil by the Centrifuge Method
(Laboratory Procedure). Nilai presentase air dan sedimen ditentukan dengan
rumus:

Volume sedimen & air


% BS&W= x100%
Volume sampel

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-12
 
 

 
2.6 Instrumen
 
2.6.1
 
Sentrifuge

Gambar II.6 Alat Sentrifuge


(Sumber:www.hettichlab.com/documents)
Sentrifuge adalah alat untuk memutar sampel pada kecepatan tinggi,
memaksa partikel yang lebih berat terkumpul ke dasar tabung sentrifuge karena
alat ini digunakan untuk memisahkan berdasarkan massa jenisnya melalui proses
pengendapan. Peralatan sentrifuge terdiri dari sebuah rotor atau tempat untuk
meletakan larutan yang akan dipisahkan. Rotor ini nantinya akan berputar dengan
cepat dan semakin cepat perputaran yang dilakukan, semakin banyak pula sampel
yang dapat diendapkan begitu juga sebaliknya.

Prinsip kerja alat sentrifuge

Proses sentrifugasi yang cepat menghasilkan gaya sentrifugal lebih besar


sehingga partikel tersuspensi mengendap di dasar tabung. Gaya sentrifugal adalah
gaya yang terjadi akibat adanya putaran, arah gaya adalah dari titik pusat putaran
keluar menuju jari-jari luar. Pemisahan menggunakan gaya ini pada penerapannya
biasanya dikenakan pada pemisahan fasa padat dengan fasa cair yang tercampur.
Pemisahan antara dua fasa cair yang membentuk emulsi juga dapat dilakukan
dengan cara pemberian gaya sentrifugal. Gaya ini berfungsi ganda, yaitu sebagai
perusak sistem emulsi dan memisahkan kedua fasa cairnya namun pemisahan dua

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-13
 
 

 
fasa cair dapat dilakukan apabila kedua cairan mempunyai perbedaan rapat massa.
 
Semakin besar perbedaan rapat massa dari kedua cairan semakin mudah
 
dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Semakin mudah dipisahkan maka semakin
kecil
  energi yang diperlukan untuk proses pemisahannya.

 
Bagian – bagian dari alat sentrifuge:
 
• Motor
 
Biasanya motor yang digunakan pada sentrifuge adalah motor AC.
  Kecepatan motor yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang tinggi.

Gambar II.7 Swing Out Rotor


(Sumber: http://plastocrafts.tradeindia.com/)
• Speed control
Untuk mengatur kecepatan motor agar sesuai dengan kebutuhan, tanpa
speed control motor akan berputar dengan kecepatan maksimum. Digunakan
rangkaian pembatas tegangan atau semacam dimer untuk bagian speed
control.
• Timer
Berfungsi untuk mengatur lamanya alat bekerja. Rangkaian timer ada 2
jenis yakni timer mekanik dan timer digital. Timer mekanik memanfaatkan
sistem mekanis untuk mengatur waktu operasional alat sedangkan timer
digital menggunakan sistem counter down digital untuk mengatur waktu
operasional alat.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-14
 
 

 
• Break system
 
Pengereman motor diperlukan agar putaran motor dapat dengan segera
 
diberhentikan.
•   Pengunci tutup

  Pengunci tutup digunakan untuk mengamankan user agar tidak


membuka atau terbuka secara tidak sengaja tutup sentrifuge. Apabila tutup ini
 
terbuka dapat mengakibatkan sampel yang diputar terlempar keluar.
 
• Tempat tabung
  Tempat tabung sentrifuge didesain dengan sudut kemiringan tertentu
  agar menghasilkan gaya sentrifugal. Jumlah lubang untuk tabung pun dibuat
genap. Ini dimaksudkan agar terciptanya keseimbangan beban ketika motor
berputar.

Gambar II.8 Tabung Sentrifuge


(Sumber:https://alibaba.com/showroom/centrifuge-tubes.html)

2.6.2 Salt Content

Garam dalam minyak mentah terdapat dalam bentuk magnesium, kalsium,


dan natrium klorida namun natrium klorida merupakan garam yang biasanya
paling melimpah. Garam-garam ini dapat ditemukan dalam dua bentuk yang

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-15
 
 

 
pertama larut dalam emulsi air dalam minyak mentah dan yang kedua berbentuk
 
kristal dan membentuk padatan tersuspensi.
 
Menurut James H. Garry ketika salt content dalam crude dinyatakan dalam
NaCl,
  dengan nilai lebih dari 20 lbs/1000bbl maka diperlukan penghilangan

  garam dalam crude sebelum ke proses pengolahan. Jika garam tidak dihilangkan,
akan memungkin terjadi korosi pada peralatan. Jika residu diproses secara katalis,
 
kandungan garam dalam minyak mentah yang diinginkan bahkan bisa lebih
 
rendah. Seringnya, akan lebih ekonomis untuk mengurangi garam dalam crude oil
 
sampai <0,5 lbs/1000bbl.
  Efek negatif dari garam-garam ini dalam proses hilir (downstream
processes) dapat diringkas sebagai berikut: garam akan membentuk padatan yang
nantinya bereaksi dengan molekul air membentuk asam klorida. Asam klorida
dibentuk oleh magnesium dan kalsium yang terdekomposisi pada suhu tinggi
(sekitar 350°C) sebagai berikut (Fahim, 2010):
CaCl2 + 2H2O → Ca(OH)2 + 2HCl
MgCl2 + 2H2O → Mg(OH)2 + 2HCl
Alat analisa Salt Content yang digunakan bernama Salt-in-crude analyzer.
Prinsip kerja alat ini yaitu mengukur konduktivitas larutan minyak mentah dalam
pelarut polar ketika mengalami arus bolak-balik dan diperoleh dengan
perbandingan konduktivitas yang dihasilkan untuk kurva kalibrasi campuran
garam yang dikenal. Alat ini akan otomatis mengubah pembacaan konsentrasi
garam dalam g/m3 atau Pounds per Thousand Barrels (lbs/1000bbl). Rentang
pembacaan yang masih dapat terdeteksi yaitu dari 0,0 sampai 151 lbs/1000bbl
(±0,1 lbs/1000bbl) atau 0,0 sampai 430,0 g/m3 (±0,1 g/m3).

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-16
 
 

 
Gambar II.9 Alat Salt Content dalam Crude Oil
  (Sumber: http://www.stanhope-seta.co.uk/news2.asp?newsitemid=49)

 
2.6.3 Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR)
Spektroskopi FTIR adalah teknik pengukuran untuk mengumpulkan
spektrum inframerah. Energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi sinar
inframerah direkam, kemudian diteruskan ke interferometer. Sinar pengukuran
sampel diubah menjadi interferogram. Spektroskopi FTIR ini dapat digunakan
untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis dilakukan dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu
dengan melihat puncak – puncak spesifik yang menunjukkan jenis gugus
fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Perhitungan secara matematika
Fourier Transform untuk sinyal tersebut akan menghasilkan spektrum yang
identik pada spektroskopi inframerah (Febrinaldo, 2008).

Gambar II.10 Skema Bagan Spektroskopi FTIR (Sumber: http://www.yokogawa.com)

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-17
 
 

 
Komponen spektrofotometer infra merah (IR) terdiri dari lima bagian
 
pokok yaitu sumber radiasi, monokromator, wadah sampel, detektor serta
 
rekorder.
 

  Komponen-Komponen FTIR
➢ Sumber Radiasi
 
Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi
 
dengan listrik sampai suhu antara 1500 K dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa
 
digunakan berupa Nemst Glower, Globar, dan kawat Nikel-Krom. Kawat Ni-Cr
  merupakan campuran nikel (Ni) dan krom (Cr). Kawat Ni-Krom ini berbentuk
spiral dan mempunyai intensitas radiasi lebih rendah dari Nerst Glower dan
Globar. Namun, kawat Ni-Krom memiliki keunggulan yaitu waktu penggunaan
lebih lama.
➢ Monokromator
Monokromator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mendispersikan sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis. Pemilihan
panjang gelombang infra merah dapat menggunakan filter prisma atau gratting
(kisi difraksi). Monokromator celah berfungsi untuk lebih memurnikan radiasi IR
yang dari cuplikan sehingga masuk ke dalam rentang bilangan gelombang yang
dikehendaki. Berkas radiasi terbagi dua yaitu sebagian melewati sampel dan
sebagian melewati blanko. Setelah kedua berkas tersebut bergabung kembali
kemudian di lewatkan ke dalam monokromator.
Monokromator IR terbuat dari garam NaCl, KBr, CsBr, atau LiF. Oleh
sebab itu spektroskopi IR harus diletakkan di suatu tempat dengan kelembaban
yang rendah untuk mencegah kerusakan pada peralatan optiknya. Monokromator
prisma yang terbuat dari bahan garam anorganik berfungsi sebagai pengurai dan
pengarah radiasi IR menuju detektor. Monokromator prisma yang terbuat dari
hablur NaCl paling banyak digunakan sebab memberikan resolusi radiasi IR
terbaik dibandingkan dengan yang lainnya. Prisma leburan garam-garam bromida
pada umumnya dipakai sebagai resolusi radiasi IR jauh sedangkan garam fluorida
untuk radiasi sinar IR dekat.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-18
 
 

 
Monokromator yang umum digunakan adalah monokromator kisi difraksi
 
atau grating. Kisi difraksi terbuat dari bahan gelas atau plastik yang
 
permukaannya tertoreh dengan halus dan terlapisi oleh kondensasi uap
aluminium.
  Jenis monokromator kisi difraksi sudah banyak digunakan pada
  spektroskopi IR yang modern. Keunggulannya memberikan resolusi yang lebih
bagus dengan dispersi yang tersambung lurus, disamping itu tetap menjaga
 
keutuhan radiasi IR menuju detektor. Kelemahannya adalah timbulnya percikan
 
radiasi IR pada monokromator kisi difraksi. Hal ini dapat diminimalisir dengan
 
memakai monokromator ganda yang merupakan kombinasi dari monokromator
  prisma dan monokromator kisi difraksi.
➢ Wadah Sampel
Wadah sampel adalah sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya
spektroskopi. Sel harus meneruskan energi cahaya dalam daerah spektrum yang
dikehendaki, jadi sel kaca dapat masuk ke daerah tampak dan sel kuarsa atau kaca
silika untuk daerah ultraviolet. Tabung-tabung sel diletakkan secara reprodusibel
dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap
arahnya tiap kali diletakkan dalam instrumen.
➢ Detektor
Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi pada berbagai
panjang gelombang. Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi
sinyal listrik. Selain itu detektor dapat mendeteksi adanya perubahan panas yang
terjadi karena adanya pergerakan molekul. Detektor spektroskopi yang bersifat
menggandakan elektron tidak dapat dipakai pada spektroskopi IR sebab radiasi IR
sangat lemah dan tidak dapat melepaskan elektron dari katoda yang ada pada
sistem detektor. Ada tiga tipe detektor yang dapat digunakan pada spektroskopi
IR, yaitu :
▪ Thermal transducer yaitu terdiri dari dua logam bercabang. Suhu tergantung pada
potensialnya. Instrumen yang menggunakan detektor ini harus disimpan pada
tempat yang ber-AC atau bersuhu konstan karena dapat dipengaruhi oleh suhu
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam mendeteksi suatu senyawa. Responnya
lambat sehingga jarang digunakan.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-19
 
 

 
▪ Pyroelectric transducer yaitu berupa kristal cairan dari triglisin sulfat (TGS) dan
 
temperatur dipengaruhi oleh polaritas senyawa. Memiliki respon yang cepat
 
dalam menganalisis suatu senyawa.
▪  
Photoconducting transducer yaitu terbuat dari bahan semi konduktor seperti
  timbal sulfida, raksa telurida, cadmium telurida, dan indium antimonida. Harus
menggunakan pendingin gas nitrogen sehingga responnya cepat.
 
Detektor yang digunakan dalam spektroskopi IR adalah TGS (Tetra
 
Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT
  banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
lebih
  detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekuensi modulasi
tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat
selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
➢ Penguat (amplifier) dan Rekorder (read out)
Signal yang dihasilkan dari detektor kemudian direkam sebagai spektrum
infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorpsi dan frekuensi atau bilangan gelombang.
Sebagai absis adalah frekuensi dan sebagai ordinat adalah transmitan/adsorban.
Penguat dalam sistem optik spektroskopi IR sangat diperlukan karena sinyal
radiasi IR sangat kecil atau lemah. Penguat berhubungan erat dengan derau
instrumen serta celah monokromator, jadi keduanya harus diselaraskan dengan
tujuan mendapatkan resolusi puncak spektrum yang baik dengan derau maksimal.
Sedangkan pencatat atau read out harus mampu mengamati spektrum IR secara
keseluruhan pada setiap frekuensi dengan seimbang. Rentang bilangan
gelombang 4.000 cm-1 sampai 650 cm-1 dalam keadaan normal harus dapat
teramati dalam selang waktu 10-15 menit. Pengamatan pendahuluan selang
waktu tersebut dapat dipersingkat ataupun diperlambat untuk mendapatkan hasil
resolusi puncak spektrum IR yang baik.
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini
kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak.

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-20
 
 

 
Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah
 
sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan
 
menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju
mundur
  akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan berfluktuasi.
  Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada
detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini akan diubah menjadi
 
spektra IR dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika (Tahid,
 
1994).
 
Horizontal ATR
 
Peralatan ATR bekerja dengan cara mengukur perubahan yang teradi dalam
proses pemantulan sinar inframerah ketika sinar datang menuju sampel. Sinar
inframerah akan menuju kristal yang padat dengan indeks bias tinggi pada sudut
tertentu. Refleksi internal ini akan menghasilkan gelombang evanescent yang
terbentuk tipis dibawah permukaan kristal menuju sampel yang berada
dipermukaan kristal. Gelombang ini hanya menonjol sedikit dibawah permukaan
kristal dan di atas sampel sehingga menghasilkan kontak yang bagus antara
sampel dengan permukaan kristal. Pada bagian dimana sampel menyerap
spektrum inframerah, gelombang evanescent akan dilemahkan atau diubah. Energi
yang diubah dari gelombang ini akan dikembalikan pada sinar inframerah yang
akan keluar dari kristal dan kemudian diteruskan menuju detektor. Setelah itu,
energi akan diubah menjadi spektra inframerah. Proses yang terjadi pada ATR
dapat dilihat pada gambar II.11 (Febrinaldo, 2008).

Gambar II.11 Prinsip kerja Horizontal ATR (Sumber: www.perkinelmer.com)

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-21
 
 

 
Pada pengukuran untuk sampel cairan, sebelumnya kristal ATR harus
 
dibersihkan terlebih dahulu. Setelah background dari inframerah diperoleh,
 
sampel diteteskan secara merata pada permukaan kristal (gambar II.12). Seluruh
permukaan
  kristal harus tertutup dengan rata oleh sampel. Hal ini sangat penting
  jika pengukuran dilakukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Teknik
horizontal ATR sering digunakan sebagai cara analisa kuantitatif karena proses
 
kemudahan dalam proses pengerjaannya (Febrinaldo, 2008).
 

Gambar II.12 Sel horizontal ATR (Sumber: dokumentasi pribadi)

Tabel II.1 Data Gugus Fungsi dan Daerah Serapan Infra Merah

Lingkungan
Gugus Senyawa Frekuensi (cm-1)
spektral

O-H Alkohol dan Fenol 3640-3160 Kuat dan lebar Stretch

Ikatan hidrogen
O-H 3600-3200 Lebar Stretch
alkohol dan fenol

Stretch, tanpa
N-H Amina, amida 3560-3320 Medium
ikatan hidrogen

Stretch, ada
N-H Amina 3400-3100 Medium
ikatan hidrogen

C-H Alkuna 3333-3267 Kuat Stretch

C-H Cincin Aromatik 3100-3000 Medium Stretch

C-H Alkena 3080-3020 Medium Stretch

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-22
 
 

 
O-H Asam Karboksilat 3000-2500 Lebar Stretch
 
C-H Alkana 2960-2850 Kuat Stretch
 
C≡N Nitril 2260-2220 Variable Stretch
 
C≡C Alkuna 2260-2100 Lemah Stretch
 
C-H Substitusi Cincin Fenil 2000-1600 Lemah
 
Aldehid, Keton, Asam
C=O 1760-1670 Kuat Stretch
  Karboksilat, Ester

  Medium dan
C=C Alkena 1680-1640 Stretch
Lemah
 
Asimetrikal
NO2 Komponen Nitro 1660-1500 Kuat
Stretch

N-H Amina 1650-1580 Medium Bend

C=C Cincin Aromatik 1600-1500 Lemah Stretch

Scissoring dan
C-H Alkana 1470-1350 Variable
Bending

NO2 Komponen Nitro 1390-1260 Kuat Simetrikal Stretch

Medium atau
Lemah, bisa
C-H Deformasi CH3 1380 juga Dobel
Contohnya iso-
propyl, t-butyl

C-N Amina 1340-1020 Medium Stretch

Alkohol, Eter, Asam


C-O 1260-1000 Medium Stretch
Karboksilat, Ester

C-H Alkena 1000-675 Kuat Bend

C-H Substitusi Cincin Fenil 870-675 Kuat Bend

C-H Alkuna 700-610 Lebar Bend

Medium dan
C-Cl Komponen Chloro 600-800
Lemah

Medium dan
C-Br Komponen Bromo 500-600
Lemah

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-23
 
 

 
Medium dan
  C-I Komponen Iodo 500
Lemah
  Karbonat 1400-1450 Kuat
  Karbonat 860-880 Medium
  Sulfat 1080-1120 Kuat
  Sulfat 610-680 Medium

  Nitrat 820-840 Kuat

  Nitrat 1000-1100 Medium

  (Sumber: James G. Speight, 2007 dan James H. Gary, 2007)

Uji Kinerja Demulsifier Untuk Mengoptimalkan Proses Desalting Pada Crude Oil II-24
 

Anda mungkin juga menyukai